Anda di halaman 1dari 9

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Otomikosis atau otitis eksterna yang disebabkan oleh jamur (fungal otitis
externa) digambarkan sebagai infeksi akut, subakut maupun kronik oleh jamur
yang menginfeksi epitel skuamosa pada kanalis auditorius eksterna dengan
komplikasi yang jarang melibatkan telinga tengah. Walaupun penyakit ini tidak
mengancam jiwa, proses penyakit ini sering menyebabkan keputusasaan baik pada
pasien maupun ahli THT sendiri karena lamanya waktu yang diperlukan dalam
pengobatan dan tindak lanjutnya, begitu juga dengan angka rekurensinya yang
begitu tinggi.
Banyak factor yang dikemukakan sebagai predisposisi terjadinya otomikosis,
termasuk cuaca yang lembab, adanya serumen, instrumentasi pada telinga, status
pasien yang immunocompromised, dan peningkatan pemkaian antibiotic topical.
Berikut ini akan dibahas tentang anatomi telinga itu sendiri, karakteristik, gejala
klinis, factor predisposisi dan komplikasi dari otomikosis, sehingga kita dapat
mendiagnosa dan memberi pengobatan secara cepat dan tepat.1

1
Bab II

Isi

2.1 Anatomi Telinga

Gambar 1. Anatomi Telinga

2.1.1. Telinga luar


Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai
membran timpani. Daun telinga terdiri dari daun telinga dan liang
telinga sampai membran timpani. Daun telinga terdiri dari tulang
rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan
rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga
bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2,5 –
3 cm.
Pada sepertiga bagian luar kulit telinga terdapat banyak kelenjar
serumen dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh liang
telinga.Pada duapertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar
serumen.2

2
2.1.2. Telinga tengah
Telinga tengah berbentuk kubus dengan :
Batas luar : membrane timpani
Batas depan : Tuba eustachius
Batas bawah : vena jugularis (bulbus jugularis)
Batas belakang : aditus ad antrum, kanalis facialis pars vertikalis
Batas atas : tegmen timpani (meningen/otak)
Batas dalam : berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi sirkularis
horizontalis, kanalis fasialis, tingkap lonjong ( oval window) dan
tingkap bundar (round window) dan promontorium.
Membran timpani yaitu membran fibrosa tipis yang berwarna
kelabu mutiara. Berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah
liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Membran
timpani dibagi ats 2 bagian yaitu bagian atas disebut pars flasida
(membrane sharpnell) dimana lapisan luar merupakan lanjutan epitel
kulit liang telinga sedangkan lapisan dalam dilapisi oleh sel kubus
bersilia, dan pars tensa merupakan bagian yang tegang dan memiliki
satu lapis lagi ditengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen
dan sedikit serat elastin.2
Tulang pendengaran yang terdiri dari maleus, inkus dan stapes.
Tulang pendengaran ini dalam telinga tengah saling berhubungan.
Tuba Eustachius, yang menghubungkan rongga telinga tengah dengan
nasofaring.2
2.1.3. Telinga dalam

Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua
setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis
semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema,
menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli.2
Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan
membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea
tampak skala vestibule sebelah atas, skala timpani sebelah bawah dan
skala media (duktus koklearis) diantaranya. Skala vestibule dan skala
timpani berisi perilimfa sedangkan skala media berisi endolimfa. Ion dan
garam yang terdapat di perilimfa berbeda dengan endolimfa. Dimana

3
cairan perilimfe tinggi akan natrium dan rendah kalum, sedangkan
endolimfe tinggi akan kalium dan rendah natrium. Hal ini penting untuk
pendengaran. Dasar skala vestibuli disebut sebagai membran vestibuli
(Reissner’s Membrane) sedangkan skala media adalah membran basalis.
Pada membran ini terletak organ corti yang mengandung organel-organel
penting untuk mekanisme saraf perifer pendengaran. Organ corti terdiri
dari satu baris sel rambut dalam (3000) dan tiga baris sel rambut luar
(12000). Sel-sel ini menggantung lewat lubang-lubang lengan horizontal
dari suatu jungkat jangkit yang dibentuk oleh sel-sel penyokong. Ujung
saraf aferen dan eferen menempel pada ujung bawah sel rambut. Pada
permukaan sel-sel rambut terdapat stereosilia yang melekat pada suatu
selubung di atasnya yang cenderung datar, bersifat gelatinosa dan
aselular, dikenal sebagai membrane tektoria. Membran tektoria disekresi
dan disokong oleh suatu panggung yang terletak di medial disebut
sebagai limbus.
Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang diebut
membran tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang
terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar dan kanalis Corti, yang
membentuk organ Corti.2

2.2 Definisi
Otomikosis adalah infeksi telinga yang disebabkan oleh jamur, atau infeksi
jamur yang superficial pada kanalis auditorius eksternus. Otomikosis ini sering
dijumpai pada daerah tropis. Infeksi dapat bersifak akut , dan subakut, dank has
adanya inflamasi, rasa gatal, dan ketidaknyamanan. Mikosis ini menyebabkan
adanya pembengkakak, pengelupasan epitel superficial, adanya penumpukan
debris yang berbentuk hifa, disertai supurasi dan nyeri.3,4

2.3 Epidemiologi
Angka insidensi otomikosis tidak diketahui, tetapi sering terjadi pada daerah
tropis, juga pada orang-orang yang senang dengan olahraga air. 1 dari 8 kasus
infeksi telinga luar disebabkan oleh jamur. 90% infeksi jamur ini disebabkan oleh
Aspergillus spp, dan selebihnya adalah Candida spp. Angka prevalensi
otomikosis ini dijumpai pada 9% dari seluruh pasien yang mengalami gejala dan
tanda otitis eksterna.5

4
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ali Zarei tahun 2006, otomikosis
dijumpai lebih banyak pada wanita terutama ibu rumah tangga daripada pria.
Otomikosis biasanya terjadi orang dewasa dan jarang pada anak-anak. 6 Tetapi
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hueso, dkk, dari 102 kasus
ditemukan 55,8% nya merupakan laki-laki, sedangkan 44,2% nya merupakan
wanita.7

2.4 Etiologi
Faktor predisposisi terjadinya otomikosis, meliputi ketiadaan serumen,
kelembapan yang tinggi, peningkatan temperature, dan trauma local, yang
biasanya sering disebabkan oleh kapas telinga dan alat bantu dengar. Serumen
sendiri memiliki pH yang berkisar antara 4-5 yang berfungsi menekan
pertumbuhan bakteri dan jamur. Olahraga air misalnya berenang dan berselancar
sering dihubungkan dengan keadaan ini oleh karena paparan ulang dengan air
yang menyebabkan keluarnya serumen, dan keringnya kanlis auditorius
eksternus. Bisa juga disebabkn oleh adanya prosedur invasive pada telinga.
Predisposisi lainnya meliputi riwayat menderita otitis eksterna, rhinitis alergika,
dan asthma.1
Infeksi ini disebabkan oleh beberapa spesies dari jamur yang bersifat saprofit,
terutama aspergillus niger. Agen penyebab lainnya meliputi A. flavus, A.
fumigatus, Allescheria boydii, Scopulariopsis, Penicillium, Rhizopus, Absidia,
dan Candida spp. Sebagai tambahan, otomikosis dapat merupakan infeksi
sekunder dari predisposisi tertentu misalnya otitis eksterna yang disebabkan
bakteri yang diterapi dengan kortikosteroid dan berenang.1
Banyak factor yang menjadi penyebab perubahan jamur saprofit ini menjadi
jamur patogenik, tetapi bagaiman mekanismenya sampai sekarang belum
dimengerti. Bebebrapa dari factor dibawah ini dianggap berperan dalam
terjadinya infeksi, seperti perubahan epitel, peningkatan kadar pH, gangguan
kualitatif dan kuantitatif dari serumen, factor sistemik (seperti gangguan imun
tubuh, kortikosteroid, antibiotic, sitostatik, neoplasia), factor lingkungan (panas,
kelembaban), riwayat otomikosis sebelumnya, otitis media supuratif kronik, post
mastoidektomi, atau penggunaan substansi seperti antibiotika spectrum luas pada
telinga.

5
Aspergillus niger dilaporkan sebagai penyebab paling terbanyak dari
otomikosis ini. Aspergillus niger, juga telah dilaporkan sebagai penyebab
otomikosis pada pasien immunokompromis, yang tidak berespon terhadap
berbagai regimen terapi yang tela diberikan.1

2.5 Gejala Klinis


Gejala yang dapat ditemui biasnya berupa rasa gatal dan rasa penuh di liang
telinga, tetapi sering pula tanpa keluhan. Terdapat penelitian yang dilakukan oleh
Tang Ho,et al pada tahun 2006, yakni dari 132 kasus otomikosis didapati
persentase masing-masing gejala otomikosis sebagai berikut :
Tabel 1. Tabel persentase masing-masing gejala otomikosis8

Simptom Jumlah Pasien Persentase (%)


(n)
Otalgia 63 48
Otorrhea 63 48
Gangguan pendengaran 59 45
Rasa penuh 44 33
Gatal 20 23
Tinnitus 5 4

Pada pemeriksaan telinga yang dicurigai otomikosis, didapati adanya


akumulasi debris fibrin yang tebal, pertumbuhan hifa berfilamen yang berwarna
putih dan panjang dari permukaan kulit, hilangnya pembengkakan signifikan
pada dinding kanalis, dan area melingkar dari jaringan granulasi diantara kanalis
eksterna atau pada membrane timpani.

2.6 Diagnosis

Otomikosis dapat di diagnosa berdasarkan dari anamnesis berupa adanya


keluhan nyeri di dalam telinga, rasa gatal, adanya secret yang keluar dari telinga.
Yang paling penting adalah kecenderungan beraktifitas yang berhubungan dengan
air, misalnya berenang, menyelam, dan sebagainya. Pada pemeriksaan fisik dapat
ditemukan daun telinga menjadi merah, skuamous dan dapat meluas ke dalam
liang telinga sampai 2/3 bagian luar. Didapati adanya akumulasi debris fibrin
yang tebal, pertumbuhan hifa berfilamen yang berwana putih dan panjang dari

6
permukaan kulit.7

Gambar 2. Otoskop pada otomikosis


Pada pemeriksaan laboratorium bisa dengan preparat langsung yaitu dengan
kerokan kulit liang telinga diperiksa dengan KOH 10 % akan tampak hifa-hifa
lebar, berseptum, dan kadang-kadang dapat ditemukan spora-spora kecildengan
diameter 2-3 u. Atau dengan pembiakan yaitu skuama dibiakkan pada media Agar
Saboraud, dan dieramkan pada suhu kamar. Koloni akan tumbuh dalam satu
minggu berupa koloni filament berwarna putih. Dengan mikroskop tampak hifa-
hifa lebar dan pada ujung-ujung hifa dapat ditemukan sterigma dan spora berjejer
melekat pada permukaannya.7

2.7 Penatalaksanaan
Pengobatan ditujukan untuk menjaga agar liang telinga tetap kering, jangan
lembab, dan disarankan untuk tidak mengkorek-korek telinga dengan barang-
barang yang kotot seperti korek api, garukan telinga atau kapas. Liang telinga
harus sering dibersihkan. Pengobatan yang dapat diberikan berupa larutan asam
asetat 2-5% dalam alcohol yang diteteskan ke dalam liang telinga dan biasanya
dapat menyembuhkan. Larutan timol 2% dalam spiritus dilutes (alcohol 70%)
atau meneteskan larutan burrow 5% satu atau dua tetes dan selanjutnya
dibersihkan dengan desinfektan biasanya memberikan hasil pengobatan yang
memuaskan. Dapat juga diberikan Neosporin dan larutan gentian violet 1-2%.
Akhir-akhir ini sering dipakai fungisida topical spesifik, seperti preparat yang
mengandung nystatin, ketoconazole, klotrimazole, dan anti jamur yang diberikan
secara sistemik.1
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa penggunaan anti jamur tidak secara

7
komplit mengobati proses dari otomikosis ini, oleh karena agen-agen diatas tidak
menunjukkan keefektifan untuk mencegah otomikosis ini relaps kembali. Hal ini
menjadi penting untuk diingat bahwa, selain memberikan anti jamur topikal, juga
harus dipahami fisiologi dari kanalis auditorius eksternus itu sendiri, yakni
dengan tidak melakukan manuver-manuver pada daerah tersebut, mengurangi
paparan dengan air agar tidak menambah kelembaban, mendapatkan terapi yang
adekuat ketika menderita otitis media, juga menghindari situasi apapun yang
dapat merubah homeostasis local. Kesemuanya apabila dijalankan dengan baik,
maka akan membawa kepada resolusi komplit dari penyakit ini.

2.8 Komplikasi
Komplikasi dari otomikosis yang pernah dilaporkan adalah perforasi dari
membrane timpani dan otitis media serosa, tetapi hal tersebut sangat jarang
terjadi, dan cenderung sembuh dalam pengobatan. Patofisiologi dan perforasi
membrane timpani mungkin berhubungan dengan nekrosis vaskuler dari
membrane timpani sebagai akibat dari thrombosis pada pembuluh darah. Angka
insiden terjadinya perforasi membrane yang dilaporkan dari berbagai penelitian
berkisar antara 12-16% dari seluruh kasus otomikosis. Tidak terdapat gejala dini
untuk memprediksi terjadinya perforasi tersebut. Keterlibatan membrane timpani
sepertinya merupakan konsekuensi inokulasi jamur pada aspek medial dari
telinga luar ataupun merupakan ekstensi langsung infeksi tersebut dari kulit
sekitarnya.8

2.9 Prognosa
Umumnya baik bila diobati dengan pengobatan yang adekuat. Pada saat
terapi dengan antijamur dimulai, maka akan dimulai suatu proses resolusi
(penyembuhan) yang baik secara imunologi. Bagaimanapun juga, resiko
kekambuhan sangat tinggi, jika factor yang menyebabkan infeksi sebernya tidak
dikoreksi dan fisiologi lingkungan normal dari kanalis auditorius eksternus masih
terganggu.

Bab III
Penutup

8
3.1 Kesimpulan
Otomikosis adalah infeksi yang disebabkan oleh jamur baik bersifat akut, sub
akut, maupun kronik yang terjadi pada liang telinga luar. Gejala dari otomkosis
berupa gatal, nyeri pada telingan, keluarnya secret, sampai berkurangnya
pendengaran. Faktor predisposisi yang menyebabkannya meliputi ketiadaan
serumen, kelembapan yang tinggi karena saling beraktifitas dalam air seperti
berenang dan penggunaan kortikosteroid dan antimikroba pada infeksi
sebelumnya. Spesies yang paling banyak menyebabkan infeksi ini adalah dari
genus Aspergillus dan Candida. Pengobatan pada otomikosis selain dengan terapi
obat yang adekuat, perlu diperhatikan juga hygiene dari liang telinga itu sendiri,
mengurangi kelembapan dan factor-faktor predisposisinya.

Anda mungkin juga menyukai

  • Yytt
    Yytt
    Dokumen4 halaman
    Yytt
    Hadiza Pebrama
    Belum ada peringkat
  • Yytt
    Yytt
    Dokumen4 halaman
    Yytt
    Hadiza Pebrama
    Belum ada peringkat
  • Yytt
    Yytt
    Dokumen4 halaman
    Yytt
    Hadiza Pebrama
    Belum ada peringkat
  • Yytt
    Yytt
    Dokumen4 halaman
    Yytt
    Hadiza Pebrama
    Belum ada peringkat
  • Yytt
    Yytt
    Dokumen4 halaman
    Yytt
    Hadiza Pebrama
    Belum ada peringkat
  • Kolesteatoma
    Kolesteatoma
    Dokumen19 halaman
    Kolesteatoma
    Hadiza Pebrama
    Belum ada peringkat
  • AOM Akut
    AOM Akut
    Dokumen9 halaman
    AOM Akut
    Hadiza Pebrama
    Belum ada peringkat
  • Inflamasi Auricula
    Inflamasi Auricula
    Dokumen16 halaman
    Inflamasi Auricula
    Hadiza Pebrama
    Belum ada peringkat
  • 2429 5992 1 PB
    2429 5992 1 PB
    Dokumen12 halaman
    2429 5992 1 PB
    Asser Djara
    Belum ada peringkat
  • Rhinitis Alergi
    Rhinitis Alergi
    Dokumen24 halaman
    Rhinitis Alergi
    Hadiza Pebrama
    Belum ada peringkat
  • Laringitis
    Laringitis
    Dokumen25 halaman
    Laringitis
    Hadiza Pebrama
    Belum ada peringkat
  • CSS
    CSS
    Dokumen16 halaman
    CSS
    Hadiza Pebrama
    Belum ada peringkat
  • Cover Css Olan Revisi
    Cover Css Olan Revisi
    Dokumen5 halaman
    Cover Css Olan Revisi
    Hadiza Pebrama
    Belum ada peringkat
  • Abses Peritonsil
    Abses Peritonsil
    Dokumen8 halaman
    Abses Peritonsil
    Hadiza Pebrama
    Belum ada peringkat
  • ARA Trauma Akustik Akut
    ARA Trauma Akustik Akut
    Dokumen11 halaman
    ARA Trauma Akustik Akut
    Hadiza Pebrama
    Belum ada peringkat
  • Anatomi Telinga Lengkap
    Anatomi Telinga Lengkap
    Dokumen22 halaman
    Anatomi Telinga Lengkap
    vega wiguna
    Belum ada peringkat
  • Abses Peritonsil
    Abses Peritonsil
    Dokumen8 halaman
    Abses Peritonsil
    Hadiza Pebrama
    Belum ada peringkat
  • Cover Referat
    Cover Referat
    Dokumen4 halaman
    Cover Referat
    Windy Claudia Aresta
    Belum ada peringkat
  • Cover BST 2
    Cover BST 2
    Dokumen3 halaman
    Cover BST 2
    Hadiza Pebrama
    Belum ada peringkat
  • REFERAT MATA WINDY Fix
    REFERAT MATA WINDY Fix
    Dokumen33 halaman
    REFERAT MATA WINDY Fix
    Hadiza Pebrama
    Belum ada peringkat
  • TRAKEITIS: PENYAKIT PERADANGAN TRAKEA
    TRAKEITIS: PENYAKIT PERADANGAN TRAKEA
    Dokumen13 halaman
    TRAKEITIS: PENYAKIT PERADANGAN TRAKEA
    Hadiza Pebrama
    0% (1)
  • Status Hiperglikemi Hiperosmolar
    Status Hiperglikemi Hiperosmolar
    Dokumen3 halaman
    Status Hiperglikemi Hiperosmolar
    Hadiza Pebrama
    Belum ada peringkat
  • Cover Crs Windy
    Cover Crs Windy
    Dokumen5 halaman
    Cover Crs Windy
    Windy Claudia Aresta
    Belum ada peringkat
  • Cover Lapsus BP Windy
    Cover Lapsus BP Windy
    Dokumen3 halaman
    Cover Lapsus BP Windy
    Hadiza Pebrama
    Belum ada peringkat
  • Otitis Media
    Otitis Media
    Dokumen1 halaman
    Otitis Media
    Hadiza Pebrama
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen3 halaman
    Cover
    Hadiza Pebrama
    Belum ada peringkat
  • COVER
    COVER
    Dokumen3 halaman
    COVER
    Hadiza Pebrama
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus Status Hiperosmolar Hiperglikemi
    Laporan Kasus Status Hiperosmolar Hiperglikemi
    Dokumen44 halaman
    Laporan Kasus Status Hiperosmolar Hiperglikemi
    Hadiza Pebrama
    Belum ada peringkat
  • MP Hpohiperglikemia
    MP Hpohiperglikemia
    Dokumen5 halaman
    MP Hpohiperglikemia
    twahyuningsih_16
    Belum ada peringkat