Anda di halaman 1dari 72

PEMERIKSAAN TELINGA

OLEH :
Luh Made Deasy Dwitayanti (16710117)
Putu Ayu Ngurah Pratiwi Purwa (16710123)
Edwin Yanuar Widjaja (16710142)
ANATOMI TELINGA

Telinga luar Telinga tengah Telinga dalam


(auris eksterna) (auris media) (auris interna = labirin)
TELINGA LUAR
Aurikulum/pina/daun telinga

• Bentuk pipih, berlekuk


• Bagian yang bertulang rawan (kartilago) :
- heliks dan anti heliks
- tragus dan anti tragus
- konka
- sulkus retroaurikuler
• Bagian yang tidak bertulang rawan:
- lobules
• Fungsi :
Menangkap dan mengumpulkan gelombang bunyi
dan menentukan arah sumber bunyi
TELINGA LUAR
Meatus Akustikus Eksternus (MAE) = liang telinga luar

• Saluran yang menuju ke arah telinga tengah


• Berbentuk tabung  Diameter 0,5 cm dan Panjang 2,5-3 cm
• Saluran yang tidak lurus  berbelok dari arah postero -superior di bagian luar
ke arah antero-inferior

• Fungsi : Melanjutkan gelombang bunyi


• Terdapat 2 bagian dari tabung MAE :
a. Bagian 1/3 lateral (pars kartilagenus)
- merupakan lanjutan dari aurikulum
- dibentuk oleh tulang rawan,
- dilapisi oleh kulit yang melekat erat pada
perikondrium
- mempunyai folikel rambut, kelenjar
sebasea dan kelenjar serumenalis

b. Bagian 2/3 medial (pars osseus)


- dibentuk oleh tulang
- dilapisi oleh kulit yang sangat tipis dan
melekat erat pada periosteum
- tidak berambut
Telinga Luar
Membran timpani (gendang telinga)
Posisi :
Membentuk sudut 45 dengan bidang horisontal dan
sagital
Tepi bawah terletak 6 mm lebih medial dari tepi atas

Warna:
Putih mengkilat seperti mutiara

Ukuran:
Tinggi 9-10mm, lebar 8-9 mm

Bentuk:
oval yang condong ke anterior
Pembagian kuadran membran timpani:

1. Anterior superior (Kuadran I)

2. Anterior inferior (Kuadran II)

3. Posterior superior (Kuadran III)

4. Posterior inferior (Kuadran IV)


Bagian-bagian membran timpani:
a. Pars tensa:
• Manubrium mallei
• Umbo
• prosesus brevis
• refleks cahaya
• plika anterior, plika posterior

b. Pars flaksida = membran scrapnelli


TELINGA TENGAH
KAVUM TIMPANI

• Lanjutan dari tuba Eustachius dan selulae mastoid melalui aditus ad


antrum
• Dilapisi oleh epitel mukosa
• Isi kavum timpani:
• Osikula : maleus, incus, stapes
• Muskulus : tensor timpani, stapedius
• Lain-lain : ligamen, saraf (korda timpani)
• Maleus 
Bagian osikel pada telinga tengah yang berada di dekat membran timpani.
• Inkus 
Membentuk sendi dengan tulang maleus dan tulang stapes. 
• Stapes
Tulang kecil yang berada pada bagian dasar osikel dan mengarah ke bagian dalam
telinga
Telinga Tengah
Tuba Eustachius

• Merupakan saluran yang menghubungkan kavum timpani dengan nasofaring.


• Berbentuk terompet, Panjang 35-37 mm
• Fungsi:
• Drainase
• Ventilasi (mempertahankan tekanan udara dan oksigenasi)
• Muara pada kavum timpani selalu terbuka, sedangkan muara di nasofaring selalu tertutup
dan baru terbuka bila ada kontraksi M. Levator dan M. Tensor veli palatini yaitu saat
menguap dan menelan
• Pada anak, tuba relatif :
- lebih besar,
- lebih lurus,
- lebih pendek
- posisi horizontal

Panjang tuba :
- Dewasa : 35-37 mm
- Anak dibawah 9 bulan : 17,5 mm
Telinga Tengah
Antrum & sel-sel Mastoid
• Berhubungan dengan kavum timpani lewat
aditus ad antrum
• Pneumatisasi :

• Proses pembentukan sel - sel mastoid


• Jenis  tergantung jumlah sel mastoid :

normal, hiper, hipopneumatik dan


sklerotik
TELINGA DALAM
Koklea

• Tabung tulang - 35mm


• Berbentuk rumah siput dengan 2 ½ lingkaran
• Tinggi 5 mm
• Mengubah getaran suara dari sitem konduksi menjadi sistem
saraf.
• Jika terganggu akan timbul keluhan kurang pendengaran
• Terbagi menjadi :
skala vestibulum Berisi cairan
skala timpani
perilimfe

skala media  Berisi cairan endolimfe


COCHLEA

Duktus koklea
Liang telinga Membran basiler
Skala vestibulii dalam
Organ corti
Skala timpani N koklear
Modiolus Membran
N Vestibulo vestibuler
N Vestibular koklear
ORGAN CORTI Membran sektorial
Organ Corti
Membran Reissner
Duktus Koklea

Ligamen
spiral

Dari tingkap
lonjong

Ganglion

Ke tingkap
Membran
bulat
basal

Serabut saraf Rambut sel luar

Rambut sel dalam


Telinga Dalam
Kanalis Semisirkularis
 Horizontal
 Superior (anterior vertikal) Organ vestibular
 Posterior (posterior vertikal) (alat keseimbangan)
 Jika organ ini terganggu, akan timbul keluhan pusing atau vertigo
Telinga Dalam
Vestibulum
 Bagian yang membesar dari labirin tulang
 Ukuran : Panjang 5 mm, Tinggi 5 mm, dan dalam 3 mm
 Dinding medial menghadap ke MAI dan ditembus oleh saraf
 Dinding medial :
 Spherical Recess Sakulus
 Eliptical Recess Utrikulus (Dibawahnya terdapat akuaduktus vestibularis)
FISIOLOGI
PENDENGARAN
Keluhan Utama

Keluhan utama yang sering kali diutarakan pasien dengan penyakit telinga:

1. Gangguan pendengaran / pekak ( tuli )


2. Suara berdenging / berdengung ( tinitus )
3. Rasa pusing yang berputar ( vertigo )
4. Rasa nyeri di dalam telinga ( otalgia )
5. Keluar cairan dari telinga ( otore )
Gangguan Pendengaran
 Satu telinga/dua telinga

Timbul tiba-tiba/bertambah berat secara bertahap dan sudah lama diderita

Riwayat trauma kepala, telinga tertampar, trauma akustik, terpajan bising

Obat ototoksik

Infeksi virus

Gangguan pendengaran sejak bayi

Dewasa tua ditempat bising/tenang


ALAT YANG DIPERLUKAN UNTUK
PEMERIKSAAN TELINGA
Pinset bayonet
Alat Untuk Pemeriksaan Telinga
Alat Penghisap Semprit Telinga
Cara Duduk

a. Pasien duduk di depan pemeriksa.


b. Lutut kiri pemeriksa bersentuhan dengan
lutut kiri pasien.
c. Sewaktu memeriksa telinga yang
kontralateral, hanya posisi kepala pasien
yang di ubah.
d. Kaki serta lutut pemeriksa dan pasien
tetap pada keadaan semula.
Cara Memakai Lampu Kepala
a. Pasang lampu kepala, sehingga tabung
lampu berada di antara kedua mata.
b. Letakkan telapak tangan kanan pada jarak
30 cm di depan mata kanan, sedangkan
mata kiri di tutup.
c. Proyeksi tabung harus tampak terletak
medial dari proyeksi cahaya dan saling
bersinggungan.
d. Diameter proyeksi cahaya kurang lebih 1
cm.
Cara Memegang Telinga
a. Kanan
• Aurikulum di pegang dengan jari I dan II tangan
kiri
• Jari III, IV dan V di planum mastoid.
• Aurikulum di tarik postero-superior untuk
meluruskan MAE.
b. Kiri
• Aurikulum di pegang dengan jari I dan II tangan
kiri.
• Jari III, IV dan V di tragus atau anterior aurikulum.
• Aurikulum di tarik postero-superior
Cara Memegang Otoskop

a. Pilih spekulum telinga yang sesuai


dengan besar lumen MAE.

b. Nyalakan lampu otoskop.

c. Masukan spekulum telinga ke MAE.


Cara Memilin Kapas

a. Ambil sedikit kapas, letakkan pada


pemilin kapas dengan ujung pemilin
berada di tepi kapas.
b. Pilin perlahan-lahan searah jarum jam.
c. Untuk melepasnya, ambil sedikit kapas,
putar berlawanan dengan arah jarum
jam.
TES BISIK
SYARAT
Kamar Pemeriks
Penderita
periksa a

Min 4x5m,

Mata ditutup ●
Mengucapkan 1-2 suku

Sunyi ●
Telinga yg tdk kata yg dikenal Px

Dinding tidak rata, ●
Dibisikan dg udara
diperiksa ditutup
terbuat dari soft board, cadangan paru
atau tertutup kain

Diminta sesudah ekspirasi biasa
korden. mengulang dg ●
Huruf lunak: LKMNGU

Jarak sepanjang 6 meter.
suara keras & jelas ●
Huruf desis: SFC
CARA
a) Penderita dan pemeriksa sama-sama berdiri, penderita tetap ditempat, sedang
pemeriksa yang berpindah tempat.
b) Mulai pada jarak 1 m, dibisikkan 5 atau 10 kata (umumnya 5 kata)
c) Bila semua kata dapat didengar, pemeriksa mundur ke jarak 2 m dibisikkan kata
lain dalam jumlah yang sama, bila didengar semua, mundur lagi sampai pada jarak
dimana penderita mendengar 80% kata-kata (mendengar 4 kata dari 5 kata yang
dibisikkan), pada jarak itulah tajam pendengaran telinga yang di tes.
d) Untuk memastikan apakah hasil tes benar maka dapat di tes ulang. Misalnya tajam
pendengaran 3 m, maka bila pemeriksa maju ke arah 2 m penderita akan
mendengar semua kata yang dibisikkan (100 %) dan bila pemeriksa mundur ke
jarak 4 m maka penderita hanya mendengar kurang dari 80 % kata yang dibisikkan.

37
TES
SUARA
BISIK
DERAJAT KETULIAN (KUANTITATIF)
6m Normal
>4m - <6m Tuli Ringan
>1m - <4m Tuli Sedang
<1m Tuli Berat
0 cm (Bila berteriak di depan pederita tetap Tuli Total
tidak mendengar)

JENIS KETULIAN (KUALITATIF)


TULI KONDUKSI SU-SU S -- S

TULI PERSEPSI SU-SU U -- U


TES GARPU TALA
TES GARPUTALA
Tes Batas Atas Batas Bawah
Tujuan :
Menentukan frekuensi garpu tala yang dapat didengar penderita melewati hantaran
udara bila dibunyikan pada intensitas ambang normal.

Cara :
1. Garpu tala digetarkan mulai freq rendah sampai tinggi
2. Setelah bunyi , didengar oleh pemeriksa sampai hampir tidak mendengar
3. Garpu tala dipindah ke telinga penderita pada jarak 1-2 cm dalam posisi tegak dan 2
kaki pada garis yang menghubungkan MAE kanan dan kiri
INTERPRETASI HASIL

Normal Mendengar garpu tala pada


semua frekuensi

Batas bawah naik (frekuensi


Tuli Konduksi rendah tak terdengar)

Batas atas turun (frekuensi


Tuli Sensori Neural tinggi tak terdengar)
Tes Rinne
Tujuan :
Membandingkan hantaran tulang dan hantaran udara pada satu telinga penderita.

Cara :
1. Bunyikan garpu tala frekuensi 512 HZ, letakkan tangkainya tegak lurus pada
planum mastoid penderita (posterior MAE) sampai penderita tak mendengar
2. Kemudian cepat pindahkan ke depan MAE penderita.
3. Penderita masih mendengar garpu tala di depan MAE  Rinne positif (+)
4. Bila tidak mendengar disebut rinne negatif. (-)
INTEPRETASI HASIL

Normal Rinne Positif


Tuli Konduksi Rinne Negatif
Tuli Sensori Neural Rinne Positif
Tes Webber
Tujuan :
Membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga penderita.
Cara :
1. Garpu tala frekuensi 512 Hz dibunyikan,
2. Kemudian tangkainya diletakkan tegak lurus di garis median, biasanya di dahi
(dapat pula pada vertex, dagu atau pada gigi insisivus) dengan kedua kaki pada
garis horizontal.
3. Penderita diminta untuk menunjukkan telinga mana yang mendengar atau
mendengar lebih keras.
4. Bila mendengar pada satu telinga  lateralisasi ke sisi telinga tersebut.
5. Bila kedua telinga tak mendengar atau sama-sama mendengar  tak ada lateralisasi.
INTERPRETASI HASIL

Normal Tidak ada lateralisasi

Tuli Konduksi Mendengar lebih keras di telinga


yang sakit

Tuli Sensori Neural Mendengar lebih keras pada


telinga yang sehat.
• Karena menilai kedua telinga sekaligus maka kemungkinannya dapat lebih
dari satu.
• Lateralisasi ke kanan, dapat diinterpretasikan:

1. Tuli konduksi kanan, telinga kiri normal


2. Tuli konduksi kanan dan kiri, tetapi kanan lebih berat
3. Tuli sensori neural kiri, telinga kanan normal
4. Tuli sensori neural kanan dan kiri, tetapi kiri lebih berat
5. Tuli konduksi kanan dan sensori neural kiri
Tes Schwabach
Tujuan :
Membandingkan hantaran tulang pasien dengan pemeriksa.

Cara :
1. Garpu tala frekuensi 512 Hz dibunyikan
2. Kemudian tangkainya diletakkan tegak lurus pada planum mastoid pemeriksa,
bila pemeriksa sudah tidak mendengar, secepatnya garpu tala dipindahkan ke
mastoid penderita.
3. Bila penderita masih mendengar  schwabach memanjang,
4. Bila penderita tidak mendengar, terdapat 2 kemungkinan  schwabach
memendek atau normal.
Untuk membandingkan kedua kemungkinan ini maka tes dibalik, yaitu tes pada
penderita dulu baru ke pemeriksa

1. Garpu tala 512 Hz dibunyikan kemudian diletakkan tegak lurus pada mastoid
penderita, bila penderita sudah tidak mendengar maka secepatnya garpu tala
dipindahkan pada mastoid pemeriksa

2. Bila pemeriksa tidak mendengar berarti sama-sama normal

3. Bila pemeriksa masih mendengar berarti Scwabah penderita memendek.


INTERPRETASI HASIL

Normal Schwabach normal


Tuli Konduksi Schwabach memanjang
Tuli Sensori Neural Schwabach memendek
TES AUDIOMETRI
 Untuk mengetahui jenis dan derajat gangguan pendengaran.

 Menggunakan alat audiometer yang dapat memunculkan nada dalam frekuensi


dan intensitas yang dapat diatur oleh operator
Persiapan Pasien
• Pemeriksaan kemampuan komunikasi Penderita sebelum pemeriksaan
Telinga mana yang mampu mendengar lebih jelas
Telinga mana yang lebih sering digunakan bertelepon
Pemeriksaan Tinitus
Daya tahan terhadap suara yang keras

• Pemeriksaan Liang Telinga


Periksa dan bersihkan dahulu liang telinga dari serumen

• Memberikan instruksi secara singkat dan sederahana


Penderita menekan tombol (atau mengangkat tangan) saat mendengar sinyal yang
diberikan.
Saat sinyal tidak terdengar, penderita diminta untuk tidak menekan tombol
Posisi Pemeriksaan
• Penderita duduk dikursi
• Penderita tidak boleh melihat gerakan pemeriksa
• Minimal menghadap 30o dari posisi pemeriksa
• Pemberian instruksi
Perintah yang sederhana dan jelas, jelaskan bahwa akan terdegar
serangkaian bunyi yang akan terdengar pada sebelah telinga
Pasien harus memberikan tanda dengan mengangkat tangannya,
menekan tombol atau mengatakan “ya” setiap terdengar bunyi
bagaimanapun lemahnya

• Seleksi telinga
Mulailah dengan telinga yang sehat dahulu
• Prosedur dasar pemeriksaan ini adalah:
• Dimulai dengan signal nada yang sering didengar (familiarization)
• Pengukuran ambang pendengaran

• Dua cara menentukan nada familiarization:


• Dengan memulai dari 1000 Hz, dimana pendengaran paling stabil, lalu secara
bertahap meningkatkan oktaf lebih tinggi hingga terdengar.
• Pemberian nada 1000 Hz pada 40 dB. Jika terdengar, lakukan pemeriksaan
ambang pendengaran. Jika tidak terdengar nada awal ditinggkatkan
intensitas bunyi hingga 50 dB, dengan menaikkan tiap 10 dB hingga
terdengar.
• Audiometri nada murni : uji sensitivitas prosedur masing-masing telinga
dengan menggunakan alat listrik yang dapat menghasilkan bunyi nada-
nada murni dari frekuensi bunyi yang berbeda-beda, yaitu 125, 250, 500,
1000, 2000, 4000, dan 8000 Hz dan 2 sumber yaitu :
( 6000 Hz di periksa bila pada pemeriksaan 4000 dan 8000 Hz ada perbedaan
lebih dari 20 dB)
• Sumber pertama : earphone yang ditempelkan pada telinga (AC = Air
Conduction).
• Sumber kedua : suatu osilator atau vibrator hantaran tulang yang
ditempelkan pada mastoid (atau dahi) melalui satu head band (BC = Bone
Conduction).
Interpretasi Audiogram
Untuk menentukan derajat ketulian :

500 Hz + 1000 Hz + 2000 Hz + 4000 Hz


4
DERAJAT KETULIAN
 0 - 25 dB : normal
 26 – 40 dB : tuli ringan
 41 – 55 dB : tuli sedang
 56 – 70dB : tuli sedang berat
 71 – 90 dB : tuli berat
 > 90 dB : tuli sangat berat

Gap apabila antara AC dan BC terdapat perbedaan ≥ 10 dB, minimal


pada 2 frekuensi yang berdekatan
NOTASI AUDIOGRAM

Air Air

RightRight Left Left


Bone
Bone
• Sumbu Y menggambarkan
intensitas suara yang diukur
dalam satuan desibel (dB)

• sumbu X menggambarkan
frekuensi yang diukur dalam
satuan Hertz (Hz).
AUDIOGRAM NORMAL

Dicari intensitas suara terkecil


(desibel)/suara yg paling lemah yg masih
bisa didengar pasien pada frekwensi
antara 125 sd 8000 hz

Normal
AC < 25 dB
BC < 25 dB

Contoh hasil audiogram pada pasien normal


AUDIOGRAM PADA TULI KONDUKSI

• Ada air-bone gap (AB-gap)


• Hasil BC : normal ( < 25 dB )
• Hasil AC : tidak normal > 25 dB
• Hal ini menggambarkan bahwa
ada kelainan pada telinga bagian
luar sampai tengah.
AUDIOGRAM PADA TULI SARAF

• Gangguan ada telinga dalam (sel


rambut luar)
• AC > 25 dB
• BC > 25 dB
• Tidak ada air-bone gap ( berimpit )
AUDIOGRAM PADA TULI CAMPURAN

• BC > 25 dB,
• AC > 25 dB
• Ada air-bone gap
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai