PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
terjadi pada manusia. Gambaran awal gejala mirip dengue pertama sekali
disebutkan dalam Chinese Encyclopedia and Symptoms selama dinasti chin (265-
420 M). Penyakit ini disebut juga dengan racun air dan berhubungan dengan
serangga yang terbang dekat air. Sekarang, dengue diketahui disebabkan oleh
virus RNA strain tunggal dengan nucleocapsid icosahedral dan ditutupi oleh
kapsul lipid.
dunia. Meskipun kasus dapat dideteksi setiap tahun, jumlah kasus jelas
terjadi pada musim hujan. Biasanya hal tersebut akan meningkatkan angka
Hemorrahagic fever/ DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan atau nyeri sendi yang
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah
dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini secara klinik mempunyai
Infeksi virus Dengue telah menjadi masalah kesehatan yang serius pada
banyak negara tropis dan sub tropis. Kejadian penyakit DBD semakin tahun
semakin meningkat dengan manifestasi klinis yang berbeda mulai dari yang
ringan sampai berat. Manifestasi klinis berat yang merupakan keadaan darurat
yang dikenal dengan Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) dan Dengue Shock
Syndrome (DSS).
1.2.Definisi
DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue, sejenis virus yang
tergolong arbovirus dan masuk ke tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegypti betina. Penyakit ini lebih dikenal dengan sebutan Demam Berdarah
Dengue (DHF). (Aziz Alimul, 2006). DHF adalah infeksi arbovirus (arthropoda-
borne virus) akut, ditularkan oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005).
oleh virus dengue dengan tanda dan gejala demam, nyeri otot, nyeri sendi disertai
Penyebab dari Dengue adalah virus dengue, bagian dari kelompok Flavivirus.
Ada empat tipe virus dengue yang dikenal, yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN
masing-masing antigen tersebut hanya dapat menetralisir tipe antigen yang sama.
Virus dengue termasuk familia Flaviridae, dari genus Flavivirus. Atas dasar
nyamuk Aedes aegypthy betina. Semua Flavivirus memiliki kelompok epitop pada
selubung protein yang menimbulkan terjadinya cross reaction (reaksi silang) pada
uji serologis, hal ini menyebabkan diagnosis pasti uji serologis sulit ditegakkan.
Ada 4 serotipe dari virus dengue yaitu Den-1, Den-2, Den-3, Den-4. Infeksi salah
satu serotipe virus Den akan menghasilkan antibodi protektif untuk serotipe
tersebut pada waktu yang lama, tetapi tidak ada cross protection (perlindungan
1.4.Epidemiologi
Demam berdarah dengue tersebar di wilayah asia tenggara, pasifik barat dan
tanah air. Insiden DBD di indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000 penduduk
(1989 hingga 1995), dan pernah meningkat tajam saat kejadian luar biasa hingga
35 per 100.000 penduduk pada tahun 1998, sedangkan mortalitas DBD cenderung
kelembaban udara. Pada suhu yang panas (28-32 C) dengan kelembaban yang
tinggi nyamuk aedes aegypti akan tetap bertahan hidup untuk jangka waktu lama.
maka pola waktu terjadiya agak berbeda disetiap tempat. Di jawa pada umumnya
infeksi virus dengue terjadi mulai awal januari, meningkat terus sehingga kasus
perindukan bagi nyamuk betina yaitu bejana yang berisi air jernih (bak mandi,
dengue yaitu:
1.5.Patofisiologi
Manifestasi klinis yang paling penting dalam penyakit DBD adalah kebocoran
trombosit yang dipantau tetapi hematokrit. Selain itu, penting juga pemantauan
urine output dan hemostasis. Dari pengalaman dokter, apabila tidak terjadi
kematian pasien.
endotel dan lokasi atau daerah yang terkena infeksi, komposisi matriks
kompartemen perivaskular, dan perbedaan tekanan hidrostatik dan tekanan
tekanan zat-zat yang terkandung dalam darah yang memiliki sifat osmolaritas
untuk menahan plasma tetap berada pada intravaskular. Pada arteri tekanan
hidrostatik lebih besar dari tekanan onkotik maka plasma bisa keluar ke
mikrokapiler tekanan hidrostatik lebih kecil dari tekanan onkotik sehingga cairan
tubuh yang telah kehilangan nutrisi dan mengandung CO2 dapat dikembalikan ke
dalam pembuluh darah. Perlu dipahami bahwa apabila kita telah mengetahui kalau
penyebab:
permukaan trombosit;
2. kerusakan dinding endotel oleh virus dengue sehingga menyebabkan
trombosit;
infus trombosit pada pederita DBD, karena pada akhirnya trombosit yang di
Pada kasus dengue, ada masa inkubasi (virus dengue ada dalam tubuh tapi
tidak ada manifestasi klinis penyakit), fase akut (demam hari I-IV), dan fase kritis
(hari V-VII), dan fase konvalesense. Proses plasma leakage hanya terjadi pada
fase kritis, dan hanya terjadi dalam 24-48 jam. Untuk mengidentifikasi fase kritis
perhatikan bahwa pada sekitar hari kelima demam sudah mulai turun, tetapi
kematrokit makin meningkat, leukosit makin anjlok, dan trombosit juga makin
hari kelima, karena disitu kemungkinan besar konsentrasi antibodi cukup di atas
batas deteksi alat. Sedangkan pemeriksaan antigen NS1 dapat dilakukan dari H-1
sampai dengan hari keempat, kadar optimal NS1 adalah pada hari ketiga.
Pemeriksaan antigen NS1 ada dua, yaitu dengan ELISA dan rapid test.
Pemeriksaan dengan ELISA lebih akurat tetapi membutuhkan waktu yang lama (4
jam). Sedangkan pemeriksaan dengan rapid test hanya mebutuhkan waktu 5
menit.
NS1 merupakan non structure protein yang terdapat pada permukaan virus,
merupakan antigen yang letaknya paling luar sehingga paling mudah terdeteksi
dan merupakan biang kerok utama manifestasi respon imun yang telah
diterangkan sebelumnya.
Menurut penemu alat rapid test untuk NS1 ini, hari ketiga merupakan puncak
kadar NS1 sehingga paling memungkinkan deteksi NS1 pada hari itu. Akan tetapi
setelah hari kelima, jumlah antigen sudah menurun sampai tidak bisa terdeteksi.
tidak dapat menentukan infeksi yang terjadi primer atau sekunder. Kita juga telah
melupakan uji tourniquet. Padahal uji tourniquet merupakan uji yang paling
sederhana dan spesifik untuk DBD. Perbedaan antara demam dengue dengan
demam berdarah dengue, pada DBD sudah pasti terjadi plasma leakage,
1.6.Manifestasi Klinis
Pada penderita yang simtomatis, gejala klinis infeksi virus dengue timbul pada
4-7 hari (dapat berkisar antara 3-14 hari) setelah gigitan nyamuk yang terinfeksi.
Perjalanan penyakit dengue meliputi 3 fase, yaitu: fase demam (febrile phase),
fase kritis (critical phase), dan fase perbaikan (recovery phase). Gambar berikut
menunjukan perjalanan penyakit dan karakteristik klinis dan laboratoris pada
masing-masing fase:
Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa fase kritis dimulai pada hari
ketiga sejak timbulnya gejala awal, atau sering disebut day of defervescence. Oleh
karena itu, pengenalan tanda klinis awal infeksi dengue pada hari ke-1 sampai ke-
evaluasi penderita.
A. Fase Demam
Fase demam ditandai oleh gejala yang mendadak berupa demam tinggi
antara 39C dan 40C selama 2-7 hari (pada DHF terjadi 3 hari sebelum
memasuki fase kritis). Sebanyak 5-6% penderita menunjukan tipe demam yang
khas yaitu pola bifasik (saddleback fever) yang ditandai oleh demam selama
beberapa hari pada awal sakit, diikuti dengan hilangnya demam selama beberapa
hari, dan diakhiri dengan berulangnya demam selama 12-24 jam. Gejala demam
sering kali disertai dengan gejala lain berupa: nyeri kepala, nyeri retroorbital,
mialgia, artralgia sehingga timbul istilah break bone fever. Namun, gejala ini tidak
gejala: demam sebanyak 90% dan nyeri kepala, nyeri retroorbital, mialgia,
B. Fase Kritis
Fase kritis biasanya terjadi pada hari ke-3 sakit dan berlangsung selama
aminotransferase.
3. Nyeri abdomen ditemukan pada 60% kasus, yang merupakan petanda awal
dan lembut sampai tidak teraba. Tanda ini sering kali merupakan tanda
gelisah , dan pada tahap lanjut dapat terjadi sopor dan koma akibat
Keadaan syok ini akan berlangsung selama 24-48 jam sehingga pada
keadaan ini diperlukan resusitasi cepat dan adekuat untuk mencegah syok
berulang.
C. Fase Perbaikan
Jika pasien mampu bertahan dari fase kritis, terjadi reabsorbsi gradual dari
cairan ekstraseluler ke dalam intravaskuler pada 48-72 jam setelah fase kritis.
di tubuh, terutama dorsum manus dan pedis, dengan gambaran kulit normal di
sekitarnya. Ruam ini sering kali disertai dengan pruritus. Selain itu, pada
menurun akibat efek dilusi dari reabsobsi cairan ekstravaskular. Jumlah leukosit
kelemahan cairan (fluid overload) dengan gejala distress napas akibat efusi pleura
dan asites masif, serta akibat edema paru. Keadaan ini sering kali terjadi pada
pemakaian berkepanjangan.
Karena spektrum klinis infeksi virus dengue yang bervariasi, derajat klinis
gejala dan tanda klinis pada setiap derajat terbagi dalam tabel berikut :
dengue
positif
positif (<100.000/ml)
spontan peningkatan Ht
tempat lain.
dan lemah, tekanan darah turun (20 mm Hg) atau hipotensi disertai dengan
d. Derajat IV : Kegagalan sirkulasi, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak
terukur.
1.8.Diagnosis
yang terdiri dari kriteria klinis dan laboratoris, yaitu sebagai berikut:
Kriteria klinis :
3) Hepatomegali
4) syok, ditandai dengan nadi cepat dan lemah sampai tidak terabba,
kaki dan tangan dingin, kulit lembab, capillary refill time memanjang
Kriteria Laboratorium :
Dua kriteria klinis pertama ditambah satu dari kriteria laboratorium ( atau hanya
b. Ruam
e. Leukopenia
Revisi WHO tahun 2009 dengan memberikan pedoman adanya tanda bahaya
1. Nyeri perut
2. Vomiting persisten
5. Hepatomegali > 2 cm
1.9.Terapi DHF
yang efektif selama periode plasma leakage. Disertai pengamatan yang teliti
dan cermat secara periodik, Berikut algoritma pemberian cairan pada
penderita DHF:
Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan dalam terapi cairan
cairan dan kedua adalah jumlah serta kecepatan cairan yang akan diberikan.
Karena tujuan terapi cairan adalah untuk mengganti kehilangan cairan di ruang
intravaskular, pada dasarnya baik kristaloid (ringer laktat, ringer asetat, cairan
kristaloid sebagai cairan standar pada terapi DHF karena dibandingkan dengan
koloid, kristaloid lebih mudah didapat dan lebih murah. Jenis cairan yang ideal
yang sebenarnya dibutuhkan dalam penatalaksanaan antara lain memiliki sifat
mengganggu sistem koagulasi tubuh, dan memiliki efek alergi yang minimal.
pembuluh darah. Pemberian larutan RL secara bolus (20 ml/kg BB) akan
dalam waktu satu jam hanya 5 ml yang tetap berada dalam ruang intravaskular
plasma, mudah disimpan dalam temperatur ruang, dan bebas dari kemungkinan
reaksi anafilaktik.
keunggulan yaitu: pada jumlah volume yang sama akan didapatkan ekspansi
volume plasma (intravaskular) yang lebih besar dan bertahan untuk waktu lebih
oksigenasi jaringan lebih baik dan hemodinamik terjaga lebih stabil. Beberapa
terbukti memiliki efek samping koagulopati dan alergi yang rendah (contoh:
kedua jenis cairan.8 Sebuah penelitian lain yang menilai efektivitas dan keamanan
Indonesia telah selesai dilakukan, dan dalam proses publikasi. Jumlah cairan yang
diberikan sangat bergantung dari banyaknya kebocoran plasma yang terjadi serta
seberapa jauh proses tersebut masih akan berlangsung. Pada kondisi DHF derajat
pada pasien dewasa dengan berat badan 50 kg, adalah sebanyak kurang lebih 2000
ml/24 jam; sedangkan pada kebocoran plasma yang terjadi seba-nyak 2,5-5% dari
berat badan sebanyak 1500-3000 ml/24 jam. Jadi secara rata-rata kebutuhan cairan
pada DHF dengan hemodinamik yang stabil adalah antara 3000-5000 ml/24 jam.
apakah hemokonsentrasi masih berlangsung dan apakah jumlah cairan awal yang
diberikan sudah cukup atau masih perlu ditambah. Pemantauan lain yang perlu
dilakukan adalah kondisi klinis pasien, stabilitas hemodinamik serta diuresis. Pada
DHF dengan kondisi hemodinamik tidak stabil (derajat 3 dan 4) cairan diberikan
secara bolus atau tetesan cepat antara 6-10 mg/kg berat badan, dan setelah
terapi cairan telah diberikan secara adekuat, namun kondisi hemodinamik belum
d.Hematokrit stabil