SELULITIS ORBITA
OLEH:
NIM. 2018-84-089
PEMBIMBING:
AMBON
2019
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………… i
DAFTAR PEMBAHASAN………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.4. Etiologi………………………………………………………………….. 8
2.5. Patofisiologi…………………………………………………………….. 8
DAFTAR PUSTAKA………………………………….………………….. 16
BAB I
PENDAHULUAN
kasus, daerah yang terlibat dengan proses inflamasi dapat melampaui orbit, seperti
ke sinus kavernosus melalui apeks orbital atau kelopak mata melalui septum
orbital. Inflamasi orbital dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian besar yaitu
inflamasi orbital akut dan inflamasi orbital kronik. Selulitis orbita merupakan
Selulitis orbita adalah infeksi aktif jaringan lunak orbita yang terletak
posterior dari septum orbita, termasuk lemak dan otot dalam tulang orbital.
Selulitis orbita biasanya berasal dari penyebaran infeksi berdekatan yaitu sinus
paranasal. Lebih dari 90% kasus selulitis orbita terjadi akibat kasus sekunder
karena sinusitis bakterial akut atau kronis. Infeksi mata terjadi dengan keluhan
pembengkakan pada kelopak mata dan rasa sakit. Pasien biasanya datang dengan
kelopak mata bengkak unilateral yang disertai dengan mata merah atau tidak
merah. Diagnosis yang cepat dan tepat sangat penting karena ada potensi
penanganan segera. Penyakit ini dapat mengancam jiwa dan pasien harus dirujuk
segera tanpa penundaan, dapat menyerang pada semua umur terutama pada anak-
anak. Oleh karena itu pengobatan penyakit ini bersifat urgensi. Pengobatan
dengan pemberian antibiotik sistemik dapat mengatasi infeksi bakteri penyebab.
yang terjadi antara lain kebutaan, kelumpuhan saraf kranial, abses otak, dan
PEMBAHASAN
Orbita adalah sebuah rongga berbentuk segi empat seperti buah pir yang
berada di antara fossa kranial anterior dan sinus maksilaris. Tiap orbita berukuran
buah tulang: Os. frontalis, Os. maxillaris, Os. zygomaticum, Os. sphenoid, Os.
3. Langit- langit, berbentuk triangular, terdiri dari tulang sphenoid dan frontal.
posteromedial dari tulang maksilaris relatif lemah dan seringkali terlibat dalam
fraktur blowout.
orbita bekonvergensi, memiliki dua orifisium yaitu kanal optikus dan fisura
orbital superior.
Septum orbital1,3
Pada orbita terdapat suatu membran jaringan ikat yang tipis yang melapisi
berbagai struktur. Membran tersebut terdiri dari fascia bulbi, muscular sheats,
lakrimalis, kantung lakrimalis, arteri oftalmika, nervus III, IV, dan VI, sebagian
adalah septum orbital. Septum orbital adalah membran tipis yang berasal dari
dan membentuk barier yang mencegah infeksi dari kelopak mata menuju rongga
orbita.
B. Inflamasi orbita3
a. Selulitis preseptal
c. Osteoperiostitis orbita
d. Tromboflebitis orbita
e. Tenonitis
a. Inflamasi spesifik
1) Tuberkulosis
2) Sifilis
3) Actinomikosis
4) Mukormikosis
5) Infestasi parasit
2.2. Definisi
Selulitis orbita adalah inflamasi atau infeksi aktif jaringan lunak orbita yang
2.3. Epidemiologi
Infeksi bakteri orbital dapat terjadi pada semua usia tetapi lebih sering pada
populasi usia anak-anak. Dalam analisis retrospektif dari infeksi orbital anak, usia
rata-rata pasien yang terkena adalah 6,8 tahun, mulai dari 1 minggu sampai
lebih sering pada musim dingin karena terkait erat dengan sinus paranasal dan
klinis pada mata yang bersifat unilateral. Pada studi lain menyatakan sebagian
besar kasus selulitis orbita terjadi pada kelompok usia anak-anak (0-20 tahun)
dengan presentase sebesar (44%), kemudian dilanjutkan dengan usia
pertengahan sebesar (40%), dan lanjut usia dengan presentase sebesar (16%)
dipengaruhi ras atau gender pada dewasa. Tetapi pada anak-anak ditemukan anak
laki-laki 2 kali lebih sering terjadi seulitis preseptal dan orbital dibandingkan
dengan perempuan. Rerata usia antara 7-12 tahun. Kondisi ini lebih sering terjadi
2.4. Etiologi
Orbita dapat terinfeksi melalui tiga jalur seperti pada selulitis preseptal 2
a. Infeksi eksogen, dapat berasal dari trauma tembus pada mata khususnya terkait
dengan retensi benda asing intraorbital dan kadang- kadang terkait dengan
Penyebab tersering selulitis orbita adalah bakteri, dapat juga jamur dan virus
coli.7 Faktor predisposisi selulitis orbita antara lain sinusitis, trauma okuli, riwayat
operasi, dakriosistitis, sisa benda asing di mata dan periorbita, infeksi gigi
Selulitis orbita adalah infeksi dari jaringan lunak orbita yang terletak
posterior dari septum orbita. Penyebab dan faktor predisposisi selulitis orbita
antara lain sinusitis, trauma okuli, riwayat operasi, dakriosistitis, sisa benda asing
di mata dan periorbita, infeksi gigi (odontogen), tumor orbita atau intraokuler,
serta endoftalmitis. Gambaran klinisnya antara lain demam (lebih dari 75% kasus
disertai lekositosis), proptosis, kemosis, hambatan pergerakan bola mata dan nyeri
pergerakan bola mata. Pasien mulanya berkembang dari selulitis preseptal dan
(selulitis orbita) stadium 3 (abses periosteal) stadium 4 (abses orbita) dan stadium
preseptal dan orbital melalui salah satu dari tiga cara berikut :11
posteptal.
3. Infeksi juga dapat menyebar melalui jalur hematogen dari sumber infeksi yang
posteptal, hal ini dapat meningkatkan risiko oklusi arteri retina sentral atau vena,
atau kerusakan pada saraf optik. Hal ini dapat meningkatkan risiko iskemia saraf
melibatkan bola mata. Reaksi pupil, ketajaman pengelihatan, dan motilitas ocular
tidak terganggu. Rasa nyeri pada pergerakan bola mata dan kemosis tidak
ditemukan.5
selulitis adalah eritem dan edema periorbital, terkadang karena terlalu berat pasien
3. Skin tenderness
4. Eritema
5. Perabaan hangat
organism anaerob
8. Infeksi Hemophilus biasanya non purulent, dengan perubahan warna ungu
9. Erysipelas
pada mata yang biasa bersifat unilateral dan nyeri hebat yang meningkat dengan
pergerakan bola mata atau adanya tekanan. Gejala yang lain yang bisa didapat
Kadang pasien mengeluh tidak bisa membuka mata untuk melihat gerakan mata
yang terbatas. Biasanya ada riwayat sinusitis akut atau infeksi saluran pernapasan
atas pada hari-hari sebelum terjadi edema kelopak mata. Gejala dapat berkembang
dengan cepat,dan dengan demikian, diagnosis dan pengobatan cepat adalah hal
yang terpenting.12
2.7. Diagnosis
1. Pemeriksaan fisik
atau nekrotik.
c. Bola mataproptosis.
2. Pemeriksaan laboratorium2
dikontraindikasikan):
a. Hitung darah lengkap (CBC) - Leukositosis lebih besar dari 15.000 dengan
b. Kultur darah - Dapatkan kultur darah sebelum pemberian antibiotik apa pun,
bertanggung jawab
c. Penilaian bahan purulen - Kumpulkan bahan purulen dari hidung dengan kapas
atau kalsium alginat, apusan untuk pewarnaan Gram, dan kultur pada media
aerob dan anaerob; menilai setiap bahan yang diperoleh dari sinus atau
3. Pemeriksaan radiologi2
1. X-Ray PNS untuk mendeteksi adanya sinusitis terkait 4. USG orbital untuk
3. Punksi lumbal bila terdapat tanda- tanda keterlibatan meningel dan serebral.
Gambar 2.3 CT scan selulitis orbita (kiri) dan selulitis preseptal (kanan)
2.8. Penatalaksanaan
orbita dan sinus bila inokulasi langsung tidak ditemukan.1 Mengingat potensi
intravena diganti dengan obat oral dalam waktu 48-72 jam dengan adanya
Komplikasi okular biasanya adalah kebutaan, keratopati, neuritis optik, dan oklusi
dan pus di bawah konjungtiva. Komplikasi lainnya berupa abses parotid atau
total tanpa komplikasi sangat baik. Morbiditas terjadi dari penyebaran patogen ke
Selulitis orbital dapat berlanjut menjadi abses orbital dan menyebar secara
menyebabkan meningitis dan sepsis. Pada studi terhadap pasien pediatrik, faktor
2. Abses subperiosteal
KESIMPULAN
Selulitis orbita adalah inflamasi atau infeksi aktif jaringan lunak orbita yang
terletak posterior dari septum orbita. Infeksi bakteri orbital dapat terjadi pada
semua usia tetapi lebih sering pada populasi usia anak-anak. Gejala yang dapat
tenderness.
orbita dan sinus bila inokulasi langsung tidak ditemukan. Pada pemeriksaan
mungkin akibat bakteri yang multiple, termasuk kokus gram positif serta bakteri
anaerob. Pengobatan rutin pada semua pasien yaitu pengobatan empiris dengan
biasanya adalah kebutaan, keratopati, neuritis optik, dan oklusi arteri retina
1. Sullivan JA, Orbita. Dalam: Vaughan DG, Asbury T, Riordan EP, editor.
Oftalmologi Umum Edisi 17. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC. 2007.
p. 251-256.
ed.Elsevier, 2011.
Care Center in the Middle East. Ophthalmology. 2007; 114(2): pp. 345–54.
7. Chaudhry IA, Al‐Rashed W, Arat YO. The hot orbit: Orbital cellulitis.
8. Kersten RC, et al. (eds). Orbits, Eyelids, and Lacrimal System. Basic and
12. Bartlett JD, Jaanus SD. Clinical ocular pharmacology. 5th Ed. Boston:
ButterworthHeinemann; 2008.p.392-3.
13. Lee S, Yen MT. Management of preseptal and orbital cellulitis. Saudi journal
of ophthalmology. 2011;24:21-29.
Surgery. 2016;22(2):107-110.
15. Sullivan JA,. Orbita. Dalam : Vaughan DG, Asbury T, Riordan EP, editor.
Oftalmologi Umum Edisi 17. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC. 2007.
p.251-256.
16. Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology: a systemic approach. 7th ed.
Elsevier, 2011.
17. Khurana AK. Comprehensive Ophthalmology. 4th ed. New age international,