STUNTING
OLEH:
Ulfa Sari Al-Bahmi, S.Ked
PEMBIMBING:
dr. Merlyn Meta Astari, Sp.A
(Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik Pada Bagian Ilmu Kesehatan Anak)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
LEMBAR PENGESAHAN
Telah menyelesaikan tugas referat dalam rangka kepanitraan klinik Bagian Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.
ii
KATA PENGANTAR
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 2
2.1 Definisi .............................................................................................. 2
2.2 Epidemiologi ...................................................................................... 3
2.3 Etiologi .............................................................................................. 4
2.4 Patofisiologi ....................................................................................... 5
2.5 Manifestasi klinis ............................................................................... 6
2.5.1 Familial short stature (perawakan pendek familial) ................... 6
2.5.2 Constitutional delay of growth and puberty (CDGP).................. 7
2.6 Penegakkan diagnosis ......................................................................... 8
2.6.1 Anamnesis ................................................................................. 8
2.6.2 Pemeriksaan fisik ...................................................................... 8
2.6.3 Pemeriksaan penunjang ........................................................... 12
2.7 Tatalaksana ...................................................................................... 14
BAB III KESIMPULAN .................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 17
LAMPIRAN ...................................................................................................... 19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan
gizi kronis terutama 1.000 hari pertama kehidupan (HPK). 1 Kondisi gagal tumbuh
pada anak balita disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu lama serta
terjadinya infeksi berulang, dan kedua faktor penyebab ini dipengaruhi oleh pola asuh
yang tidak memadai terutama dalam 1.000 HPK2. Anak tergolong stunting apabila
panjang atau tinggi badan menurut umumnya lebih rendah dari standart nasional.
2
Gambar 1. Kurva tinggi badan menurut usia (TB/U) WHO
2.2 Epidemiologi
Menurut Global Nutrition Report tahun 2016 oleh UNICEF, diketahui bahwa
prevalensi stunting di seluruh dunia pada anak usia dibawah 5 tahun sebesar 23,8%,
yang sebelumnya telah turun dari angka 39,6% pada tahun 1990. (7) Dari hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menyatakan bahwa persentase stunting di
Indonesia pada tahun 2013 adalah 37,2%, dimana 19,2% terdiri dari stunting dan 18%
lainnya merupakan severe stunting. Menurut provinsi, prevalensi balita pendek
terendah terjadi di Kepulauan Riau (26,3%), DI Yogyakarta (27,3%), dan DKI Jakarta
(27,5%). Sedangkan provinsi dengan prevalensi balita pendek tertinggi terjadi di Nusa
Tenggara Timur (51,7%), Sulawesi Barat (48,0%). Dan Nusa Tenggara Barat
3
(4)
(45,2%). Prevalensi balita pendek di Indonesia juga tertinggi dibandingkan
Vietnam (23%), Malaysia (17%), Thailand (16%) dan Singapura (4%). Global
Nutrition Report tahun 2014 menunjukkan Indonesia termasuk dalam 17 negara di
antara 117 negara, yang mempunyai tiga masalah gizi yaitu stunting, wasting dan
overweight pada balita. (5)
2.3 Etiologi
Stunting dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, namun diklasifikasikan
menjadi 2 yaitu variasi normal dan patologis. Pada variasi normal, stunting
dikategorikan menjadi: (8)
Familial short stature (perawakan pendek familial)
Adalah variasi normal dari perawakan pendek yang ditandai dengan kecepatan
tumbuh normal, usia tulang normal, tinggi badan kedua orangtua pendek, dan
tinggi akhir anak dibawah persentil 3 atau z score dibawah -2 SD.
Constitutional delay of growth and puberty (CDGP)
Merupakan salah satu kategori dari pubertas terlambat yang paling sering
ditemui dalam praktek sehari-hari, didefinisikan sebagai tidak timbulnya tanda-
tanda seks sekunder pada usia 12 tahun untuk anak perempuan dan pada usia
14 tahun untuk anak laki-laki. Anak dengan CDPG memiliki perawakan
pendek, pubertas terlambat, usia tulang terambat, namun tidak terdapat kelianan
organik yang mendasarinya. Pada pasien CDPG ditemukan riwayat keluarga
dengan pubertas terlambat dan hal ini menunjukkan bahwa faktor genetic
berperan dalam awitan pubertas.
Kelainan patologis pada stunting dapat dibedakan menjadi proporsional dan
tidak proporsional. Stunting dengan tubuh proporsional meliputi malnutrisi,
intrauterine growth retardation (IUGR), psychosocial dwarfism, penyakit kronik, dan
kelainan endokrin, seperti defisiensi hormon pertumbuhan, hipotiroid, sindrom
Cushing, resistensi hormon pertumbuhan/ growth hormone (GH), dan defisiensi
4
insulin-like growth faktor 1 (IGF-1). Sedangkan stunting dengan badan tidak
proporsional disebabkan oleh kelainan tulang, seperti kondrodistrofi, displasia tulang,
sindrom Kallman, sindrom Marfan, dan sindrom Klinifelter. Etiologi- etologi tersebut
dapat diingat dengan menggunakan metode mnemonic “KOKPENDK” yang terdiri
dari: (9)
K = kelainan kronis: penyakit organik, non organik (infeksi/ non infeksi)
O = obat-obatan (glukokortikoid, radiasi)
K = kecil masa kehamilan (KMK) dan berat badan lahir rendah (BBLR)
P = psikososial
E = endokrin
N = nutrisi dan metabolik
D = displasia tulang
K = kromosom dan sindrom
2.4 Patofisiologi
5
Pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor
keturunan. Penelitian Dubois, et.al pada tahun 2012 menunjukkan bahwa faktor
keturunan hanya sedikit (4-7% pada wanita) mempengaruhi tinggi badan seseorang
saat lahir. Sebaliknya, pengaruh faktor lingkungan pada saat lahir ternyata sangat
besar (74-87% pada wanita). Hal ini membuktikan bahwa kondisi lingkungan yang
mendukung dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan anak (10)
6
2.5.1 Familial short stature (perawakan pendek familial):
Anak dengan CDGP umumnya terlihat normal dan disebut dengan late bloomer.
Biasanya terdapat riwayat pubertas terlambat dalam keluara, usia tulang terlambat,
akan tetapi masih sesuai dengan usia tinggi. Anak dengan familial short stature selama
periode bayi dan pra pubertas akan mengalami pertumbuhan yang sama seperti anak
dengan CDGP. Anak -anak ini akan tumbuh memotong garis persentil dalam 2 tahun
pertama kehidupan dan mencari potensi genetiknya, pubertas terjadi normal dengan
tinggi akhir berada dibawah persentil 3 atau -2 SD, tetapi masih normal sesuai potensi
genetiknya dan paralel dengan tinggi badan orangtua, dimana tinggi potensi genetik
(TPG) seseorang dapat diukur dengan rumus sebagai berikut: (11)
7
2.6 Penegakkan diagnosis
2.6.1 Anamnesis
8
hingga telapak kaki. Selanjutnya, untuk mendapatkan nilai segmen atas, nilai
TB dikurangi dengan segmen bawah, sehingga didapatkannya rasio antar
keduanya. Nilai standar rasio berubah sesuai dengan berubahnya usia. Rasio
U/L pada bayi baru lahir (BBL) adalah sebsar 1,7, dan mendekati 1 pada usia
8-10 tahun.(8)
Stigmata sindrom, tampilan dismorfik, dan kelainan tulang
Beberapa contoh sindrom dengan cirinya masing-masing, yaitu: (9)
Sindrom
Perempuan dengan webbed neck, Sindrom Turner
cubitus valgus, shield chest
Small triangular facies, Sindrom Russel Silver
hemihypertrophy, clinodactyly
Bird headed dwarfism, mikrosefal, Sindrom Seckel
mikrognatia
Brakisefali, simian crease, Sindrom Down
makroglosia
9
Gambar 3. Perkembangan status pubertas pada anak laki-laki
10
Pada laki-laki, penis dan rambut pubis mulai tumbuh hampir bersamaan dengan
pacu tumbuh. Bentuk penis berubah dari bentuk infantile ke bentuk dewasa dalam
waktu kurang lebih 2 tahun. Rambut pubis tumbuh secara bertahap yang dinyatakan
dalam 5 tahap, yaitu P1-P5. P5 rambut pubis sudah mencapai bentuk dewasa sampai
pusar dan biasanya tercapai pada usia 15-16 tahun.(13)
11
Gambar 7. Diagram perubahan fisik anak perempuan selama pubertas
12
- CT scan atau MRI
3. Pemeriksaan lanjutan
- Fungsi tiroid
- Analisis kromoson
- Uji stimulasi/ provokasi untuk hormon pertumbuhan
Pada anak dengan stunting harus dilakukan pemeriksaan secara baik dan terarah
agar tata laksananya optimal. Kriteria awal pemeriksaan anak dengan stunting adalah:
13
Berikut merupakan algoritme pendekatan diagnostik anak dengan stunting: (9)
2.6 Tatalaksana
Pada varian normal stunting tidak perlu dilakukan terapi hormonal, cukup
observasi saja bahwa diagnosisnya merupakan fisiologis bukan patologis. Akhir-akhir
ini telah ada penelitian yang menyatakan bahwa penggunaan aromatase inhibitor
sebagai terapi adjuvant atau tunggal pada Familial Short Stature dan Constitutional
Delay of Growth and Puberty melalui mekanisme menghambat kerja estrogen pada
lempeng pertumbuhan. Namun masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
hal ini, maka sebaiknya tidak digunakan secara rutin terlebih dahulu.
14
Terapi dengan menggunakan hormon pertumbuhan memiliki tujuan
memperbaiki prognosis tinggi badan dewasa. Dari berbagai penelitian terakhir telah
ddapat dilihat bahwa hasil tinggi akhir anak yang mendapat GH jauh lebih baik
daripada prediksi tinggi badan pada awal pengobatan. Pada tahun 1995 FDA telah
menyetujui pemakaian hormon pertumbuhan untuk defisiensi hormon pertumbuhan,
gagal ginjal kronik, sindrom Turner, sindrom Prader Willi, anak anak IUGR,
perawakan pendek idiopatik, orang dewasa dengan defisiensi hormon pertumbuhan,
dan orang dewasa dengan AIDS wasting.(13)
15
BAB III
KESIMPULAN
Stunting dibagi menjadi 2, yaitu variasi normal dan patologis. Stunting variasi
normal terdiri dari familial short stature (perawakan pendek familial) dan
constitutional delay of growth and puberty (CDGP). Stunting variasi normal tidak
membutuhkan terapi hormon pertumbuhan, namun cukup observasi terhadap
keadaan gizi anak.(8)
16
DAFTAR PUSTAKA
17
9. Tridjaja B. Short Stature (Perawakan Pendek) Diagnosis dan Tata Laksana. Dalam:
Best Practices in Pediatrics. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang DKI
Jakarta; 2013:11-8.
10. Sevilla WMA. Nutritional Considerations in Pediatric Chronic Disease. Pediatr
Rev. 2017; 38(8):343-52.
11. Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED,
editor. Perawakan Pendek. Dalam: Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2009 243-9.
12. Batubara JRL. Adolescent Development (Perkembangan Remaja). Sari Pediatri.
2010; 12(1):21-9.
13. Pulungan AM. Pubertas dan Gangguannya. Dalam: Buku Ajar Endokrinologi
Anak. Edisi 1. Jakarta: UKK Endokrinologi Anak dan Remaja IDAI; 2015:89-94
18
Lampiran 1. Laju pertumbuhan normal (kecepatan tumbuh)
19
20