Anda di halaman 1dari 24

REFERAT

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


DESEMBER 2020
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

STUNTING

OLEH:
Ulfa Sari Al-Bahmi, S.Ked

PEMBIMBING:
dr. Merlyn Meta Astari, Sp.A

(Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik Pada Bagian Ilmu Kesehatan Anak)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Ulfa Sari Al-Bahmi, S.Ked.


NIM : 105505 4036 19
Judul : STUNTING

Telah menyelesaikan tugas referat dalam rangka kepanitraan klinik Bagian Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, Desember 2020


Pembimbing

dr. Merlyn Meta Astari, Sp.A

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah subhanu wa ta’ala


karena atas rahmat, hidayah, kesehatan dan kesempatan-Nya sehingga refarat dengan
judul “Stunting” ini dapat terselesaikan. Salam dan shalawat senantiasa tercurah
kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, sang pembelajar sejati yang
memberikan pedoman hidup yang sesungguhnya.
Pada kesempatan ini, secara khusus penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada dosen pembimbing dr. Merlyn Meta
Astari, Sp.A yang telah memberikan petunjuk, arahan dan nasehat yang sangat
berharga dalam penyusunan sampai dengan selesainya referat ini.
Penulis menyadari sepenuhnya masih banyak terdapat kelemahan dan
kekurangan dalam penyusunan referat ini, baik dari isi maupun penulisannya. Untuk
itu kritik dan saran dari semua pihak senantiasa penulis harapkan demi
penyempurnaan referat ini.
Demikian, semoga refarat ini bermanfaat bagi pembaca secara umum dan
penulis secara khususnya.
Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, Desember 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 2
2.1 Definisi .............................................................................................. 2
2.2 Epidemiologi ...................................................................................... 3
2.3 Etiologi .............................................................................................. 4
2.4 Patofisiologi ....................................................................................... 5
2.5 Manifestasi klinis ............................................................................... 6
2.5.1 Familial short stature (perawakan pendek familial) ................... 6
2.5.2 Constitutional delay of growth and puberty (CDGP).................. 7
2.6 Penegakkan diagnosis ......................................................................... 8
2.6.1 Anamnesis ................................................................................. 8
2.6.2 Pemeriksaan fisik ...................................................................... 8
2.6.3 Pemeriksaan penunjang ........................................................... 12
2.7 Tatalaksana ...................................................................................... 14
BAB III KESIMPULAN .................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 17
LAMPIRAN ...................................................................................................... 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Anak adalah seseorang yang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang
masih di dalam kandungan.(1) Menurut Kementerian Kesehatan, batasan anak balita
adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur 12-59 bulan.(2) Stunting
merupakan kondisi kronis yang menggambarkan terhambatnya pertumbuhan
karena malnutrisi jangka panjang. Stunting menurut WHO Child Growth Standart
didasarkan pada indeks panjang badan dibanding umur (PB/U) atau tinggi badan
dibanding umur (TB/U) dengan batas (z-score) kurang dari -2 SD.(3)
Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi kejadian stunting di
Indonesia sebesar 37,2%, dimana dari jumlah presentase tersebut, 19,2% anak
pendek dan 18,0% sangat pendek.(4) Diketahui angka tertinggi ada pada provinsi
Nusa Tenggara Timur sebesar >50%, dan yang terendah pada provinsi Kepulauan
Riau, DI Yogyakarta, dan DKI Jakarta dan Kalimantan Timur, yaitu sebesar
<30%.(5)
Stunting berhubungan dengan meningkatnya risiko terjadinya kesakitan dan
kematian serta terhambatnya pertumbuhan mental dan motorik, sehingga perlu
adanya perhatian khusus pada balita dengan stunting.(6) Balita yang mengalami
stunting memiliki risiko terjadinya penurunan kemampuan intelektual,
produktivitas, dan penurunan kualitas hidup akibat meningkatnya risiko infeksi di
masa mendatang.(3)

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan
gizi kronis terutama 1.000 hari pertama kehidupan (HPK). 1 Kondisi gagal tumbuh
pada anak balita disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu lama serta
terjadinya infeksi berulang, dan kedua faktor penyebab ini dipengaruhi oleh pola asuh
yang tidak memadai terutama dalam 1.000 HPK2. Anak tergolong stunting apabila
panjang atau tinggi badan menurut umumnya lebih rendah dari standart nasional.

2
Gambar 1. Kurva tinggi badan menurut usia (TB/U) WHO

2.2 Epidemiologi
Menurut Global Nutrition Report tahun 2016 oleh UNICEF, diketahui bahwa
prevalensi stunting di seluruh dunia pada anak usia dibawah 5 tahun sebesar 23,8%,
yang sebelumnya telah turun dari angka 39,6% pada tahun 1990. (7) Dari hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menyatakan bahwa persentase stunting di
Indonesia pada tahun 2013 adalah 37,2%, dimana 19,2% terdiri dari stunting dan 18%
lainnya merupakan severe stunting. Menurut provinsi, prevalensi balita pendek
terendah terjadi di Kepulauan Riau (26,3%), DI Yogyakarta (27,3%), dan DKI Jakarta
(27,5%). Sedangkan provinsi dengan prevalensi balita pendek tertinggi terjadi di Nusa
Tenggara Timur (51,7%), Sulawesi Barat (48,0%). Dan Nusa Tenggara Barat

3
(4)
(45,2%). Prevalensi balita pendek di Indonesia juga tertinggi dibandingkan
Vietnam (23%), Malaysia (17%), Thailand (16%) dan Singapura (4%). Global
Nutrition Report tahun 2014 menunjukkan Indonesia termasuk dalam 17 negara di
antara 117 negara, yang mempunyai tiga masalah gizi yaitu stunting, wasting dan
overweight pada balita. (5)

2.3 Etiologi
Stunting dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, namun diklasifikasikan
menjadi 2 yaitu variasi normal dan patologis. Pada variasi normal, stunting
dikategorikan menjadi: (8)
 Familial short stature (perawakan pendek familial)
Adalah variasi normal dari perawakan pendek yang ditandai dengan kecepatan
tumbuh normal, usia tulang normal, tinggi badan kedua orangtua pendek, dan
tinggi akhir anak dibawah persentil 3 atau z score dibawah -2 SD.
 Constitutional delay of growth and puberty (CDGP)
Merupakan salah satu kategori dari pubertas terlambat yang paling sering
ditemui dalam praktek sehari-hari, didefinisikan sebagai tidak timbulnya tanda-
tanda seks sekunder pada usia 12 tahun untuk anak perempuan dan pada usia
14 tahun untuk anak laki-laki. Anak dengan CDPG memiliki perawakan
pendek, pubertas terlambat, usia tulang terambat, namun tidak terdapat kelianan
organik yang mendasarinya. Pada pasien CDPG ditemukan riwayat keluarga
dengan pubertas terlambat dan hal ini menunjukkan bahwa faktor genetic
berperan dalam awitan pubertas.
Kelainan patologis pada stunting dapat dibedakan menjadi proporsional dan
tidak proporsional. Stunting dengan tubuh proporsional meliputi malnutrisi,
intrauterine growth retardation (IUGR), psychosocial dwarfism, penyakit kronik, dan
kelainan endokrin, seperti defisiensi hormon pertumbuhan, hipotiroid, sindrom
Cushing, resistensi hormon pertumbuhan/ growth hormone (GH), dan defisiensi

4
insulin-like growth faktor 1 (IGF-1). Sedangkan stunting dengan badan tidak
proporsional disebabkan oleh kelainan tulang, seperti kondrodistrofi, displasia tulang,
sindrom Kallman, sindrom Marfan, dan sindrom Klinifelter. Etiologi- etologi tersebut
dapat diingat dengan menggunakan metode mnemonic “KOKPENDK” yang terdiri
dari: (9)
K = kelainan kronis: penyakit organik, non organik (infeksi/ non infeksi)
O = obat-obatan (glukokortikoid, radiasi)
K = kecil masa kehamilan (KMK) dan berat badan lahir rendah (BBLR)
P = psikososial
E = endokrin
N = nutrisi dan metabolik
D = displasia tulang
K = kromosom dan sindrom

2.4 Patofisiologi

Mengacu pada “The Conceptual Framework of the Determinants of Child


Undernutrition” 4, “The Underlying Drivers of Malnutrition” 5, dan “Faktor Penyebab
Masalah Gizi Konteks Indonesia”6 penyebab langsung masalah gizi pada anak
termasuk stunting adalah rendahnya asupan gizi dan status kesehatan. Penurunan
stunting menitikberatkan pada penanganan penyebab masalah gizi, yaitu faktor yang
berhubungan dengan ketahanan pangan khususnya akses terhadap pangan bergizi
(makanan), lingkungan sosial yang terkait dengan praktik pemberian makanan bayi
dan anak (pengasuhan), akses terhadap pelayanan kesehatan untuk pencegahan dan
pengobatan (kesehatan), serta kesehatan lingkungan yang meliputi tersedianya sarana
air bersih dan sanitasi (lingkungan). Keempat faktor tersebut mempengaruhi asupan
gizi dan status kesehatan ibu dan anak. Intervensi terhadap keempat faktor tersebut
diharapkan dapat mencegah masalah gizi, baik kekurangan maupun kelebihan gizi.

5
Pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor
keturunan. Penelitian Dubois, et.al pada tahun 2012 menunjukkan bahwa faktor
keturunan hanya sedikit (4-7% pada wanita) mempengaruhi tinggi badan seseorang
saat lahir. Sebaliknya, pengaruh faktor lingkungan pada saat lahir ternyata sangat
besar (74-87% pada wanita). Hal ini membuktikan bahwa kondisi lingkungan yang
mendukung dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan anak (10)

Gambar 1. Patofisiologi stunting akibat penyakit kronis

2.5 Manifestasi klinik

Pertumbuhan yang normal menggambarkan kesehatan anak yang baik.


Pertumbuhan tinggi badan merupakan suatu proses yang berkelanjutan. Stunting
dikategorikan menjadi variasi normal dan patologis. Variasi normal dalam stunting
meliputi 2 berserta masing-masing gejala klinisnya, yaitu: (8)

6
2.5.1 Familial short stature (perawakan pendek familial):

a. pertumbuhan yang selalu berada dibawah persentil 3 atau -2 SD


b. kecepaan pertumbuhan normal
c. usia tulang normal
d. tinggi badan kedua atau salah satu orangtua yang pendek
e. tinggi akhir dibawah persentil 3 atau -2 SD
2.5.2 Constitutional delay of growth and puberty (CDGP):
a. perlambatan pertumbuhan linear pada 3 tahun pertama kehidupan
b. pertumbuhan linear normal atau hamper normal pada saat pra pubertas
dan selalu berada di bawah persenti 3 atau -2 SD
c. usia tulang terlambat
d. maturase seksual terlambat
e. tinggi akhir biasanya normal

Anak dengan CDGP umumnya terlihat normal dan disebut dengan late bloomer.
Biasanya terdapat riwayat pubertas terlambat dalam keluara, usia tulang terlambat,
akan tetapi masih sesuai dengan usia tinggi. Anak dengan familial short stature selama
periode bayi dan pra pubertas akan mengalami pertumbuhan yang sama seperti anak
dengan CDGP. Anak -anak ini akan tumbuh memotong garis persentil dalam 2 tahun
pertama kehidupan dan mencari potensi genetiknya, pubertas terjadi normal dengan
tinggi akhir berada dibawah persentil 3 atau -2 SD, tetapi masih normal sesuai potensi
genetiknya dan paralel dengan tinggi badan orangtua, dimana tinggi potensi genetik
(TPG) seseorang dapat diukur dengan rumus sebagai berikut: (11)

Target height/ mid parental height:

Laki-laki = (TB Ayah + (TB Ibu + 13)) x ½

Perempuan = (TB Ibu + (TB Ayah – 13)) x ½

Tinggi potensi genetik (TPG) = target height ± 8,5 cm

7
2.6 Penegakkan diagnosis

2.6.1 Anamnesis

Anamnesis pada anak dengan stunting meliputi: (11)


 Riwayat kelahiran dan persalinan, juga meliputi BB dan PB lahir
 Pola pertumbuhan keluarga
 Riwayat penyakit kronik dan konsumsi obat-obatan
 Riwayat asupan nutrisi ataupun penyakit nutrisi sebelumnya
 Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
 Data antropometri sebelumnya
 Data antropometri kedua orangtua biologisnya

2.6.2 Pemeriksaan fisik


Pada kasus stunting, pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan adalah: (11)
 Pemeriksaan antropometri berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala
Pengukuran antropometri menggunakan kurva WHO yang meliputi
pengukuran berat badan menurut usia (BB/U), tinggi badan menurut usia
(TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), juga lingkar kepala
menurut usia.
 Disproporsi tubuh
Dihitung dengan mengukur rentang lengan dan rasio segmen atas
berbanding segmen bawah (U/L). Rentang lengan adalah jarak terjauh dari
rentangan kedua tangan, diukur dari ujung jari tengah kanan ke ujung jari
tengah kiri. Rentang lengan ini sama dengan tinggi badan (TB) pada periode
bayi, dan 3-5 cm lebih panjang dari TB pada anak.
Rasio segmen atas dan bawah diukur dengan menghitung segmen
bawah terlebih dahulu, yaitu dengan cara mengukur panjang simfisis pubis

8
hingga telapak kaki. Selanjutnya, untuk mendapatkan nilai segmen atas, nilai
TB dikurangi dengan segmen bawah, sehingga didapatkannya rasio antar
keduanya. Nilai standar rasio berubah sesuai dengan berubahnya usia. Rasio
U/L pada bayi baru lahir (BBL) adalah sebsar 1,7, dan mendekati 1 pada usia
8-10 tahun.(8)
 Stigmata sindrom, tampilan dismorfik, dan kelainan tulang
Beberapa contoh sindrom dengan cirinya masing-masing, yaitu: (9)
Sindrom
Perempuan dengan webbed neck, Sindrom Turner
cubitus valgus, shield chest
Small triangular facies, Sindrom Russel Silver
hemihypertrophy, clinodactyly
Bird headed dwarfism, mikrosefal, Sindrom Seckel
mikrognatia
Brakisefali, simian crease, Sindrom Down
makroglosia

 Pemeriksaan tingkat maturasi kelamin (status pubertas)


Pada fase pubertas terjadi perubahan fisik, sehingga pada akhirnya anak
akan memiliki kemampuan bereproduksi. Terdapat 5 perubahan khusus yang
terjadi pada pubertas, yaitu pertambahan tinggi badan yang cepat (pacu
tumbuh), perkembangan seks sekunder, perkembangan organ reproduksi,
perubahan komposisi tubuh, juga perubahan sistem sirkulasi dan sistem
respirasi yang berhubungan dengan kekuatan dan stamina tubuh.(12)
Tahap perkembangan maturasi genitalia dinyatakan dalam stadium Tanner
untuk laki-laki dan perempuan sebagai berikut: (12)

9
Gambar 3. Perkembangan status pubertas pada anak laki-laki

Gambar 4. Pola pertumbuhan rambut pubis

Gambar 5. Diagram perumabah fisik anak laki-laki selama pubertas

10
Pada laki-laki, penis dan rambut pubis mulai tumbuh hampir bersamaan dengan
pacu tumbuh. Bentuk penis berubah dari bentuk infantile ke bentuk dewasa dalam
waktu kurang lebih 2 tahun. Rambut pubis tumbuh secara bertahap yang dinyatakan
dalam 5 tahap, yaitu P1-P5. P5 rambut pubis sudah mencapai bentuk dewasa sampai
pusar dan biasanya tercapai pada usia 15-16 tahun.(13)

Gambar 5. Tahap perkembangan fisik anak perempuan pada masa pubertas

Gambar 6. Pola pertumbuhan payudara dan rambut pubis

11
Gambar 7. Diagram perubahan fisik anak perempuan selama pubertas

Pada perempuan, perkembangan pubertas biasanya dimulai dengan budding


payudara, namun sekitar 15% dari perempuan normal mengalami perkembangan
rambut pubis terlebih dahulu. Rambut pubis mulai tumbuh pada usia 11 tahun. Pacu
tumbh pada anak perempuan dimulai sekitar usia 9,5 tahun dan berakhir pada usia
sekitar 14,5 tahun. Umumnya menarke terjadi dalam 2 tahun sejak berkembangnya
payudara dengan rata-rata pada usia 12,8 tahun dan rentang usia 10-16 tahun. Haid
merupakan tahap akhir pubertas pada perempuan. Dengan terjadinya haid secara
periodik, maka akan berakhirlah pertumbuhan fisik pada perempuan. (13)

2.5.3 Pemeriksaan penunjang


Pemeriksaan penunjang dilakukan pada anak dengan stunting dengan indikasi:
(11)

 Tinggi badan dibawah persentil 3 atau -2 SD


 Kecepatan tumbuh dibawah persentil 25 atau laju pertumbuhan ≤ 4cm/ tahun
(pada usia 3-12 tahun)
 Perkiraan tinggi dewasa dibawah mid parental height

Pemeriksaan penunjang yang mungkin dilakukan adalah: (11)


1. Pemeriksaan radiologis (pencitraan)
- Bone age

12
- CT scan atau MRI

2. Skrining penyakit sistemik


- Darah perifer lengkap, urin rutin, feses rutin
- Laju endap darah (LED)
- Kreatinin, natrium, kalium, analisis gas darah (kadar bikarbonat), kalsium,
fosfat, alkali fosfatase

3. Pemeriksaan lanjutan
- Fungsi tiroid
- Analisis kromoson
- Uji stimulasi/ provokasi untuk hormon pertumbuhan

Pada anak dengan stunting harus dilakukan pemeriksaan secara baik dan terarah
agar tata laksananya optimal. Kriteria awal pemeriksaan anak dengan stunting adalah:

 TB dibawah persentil 3 atau -2 SD


 Kecepatan tumbuh dibawah persentil 25
 Perkiraan tinggi badan dewasa dibawah midparental height

13
Berikut merupakan algoritme pendekatan diagnostik anak dengan stunting: (9)

Gambar 2. Algoritme diagnosis stunting

2.6 Tatalaksana
Pada varian normal stunting tidak perlu dilakukan terapi hormonal, cukup
observasi saja bahwa diagnosisnya merupakan fisiologis bukan patologis. Akhir-akhir
ini telah ada penelitian yang menyatakan bahwa penggunaan aromatase inhibitor
sebagai terapi adjuvant atau tunggal pada Familial Short Stature dan Constitutional
Delay of Growth and Puberty melalui mekanisme menghambat kerja estrogen pada
lempeng pertumbuhan. Namun masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
hal ini, maka sebaiknya tidak digunakan secara rutin terlebih dahulu.

14
Terapi dengan menggunakan hormon pertumbuhan memiliki tujuan
memperbaiki prognosis tinggi badan dewasa. Dari berbagai penelitian terakhir telah
ddapat dilihat bahwa hasil tinggi akhir anak yang mendapat GH jauh lebih baik
daripada prediksi tinggi badan pada awal pengobatan. Pada tahun 1995 FDA telah
menyetujui pemakaian hormon pertumbuhan untuk defisiensi hormon pertumbuhan,
gagal ginjal kronik, sindrom Turner, sindrom Prader Willi, anak anak IUGR,
perawakan pendek idiopatik, orang dewasa dengan defisiensi hormon pertumbuhan,
dan orang dewasa dengan AIDS wasting.(13)

15
BAB III
KESIMPULAN

Stunting merupakan kondisi kronis yang menggambarkan terhambatnya


pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang. Stunting menurut WHO Child
Growth Standart didasarkan pada indeks panjang badan dibanding umur (PB/U)
atau tinggi badan dibanding umur (TB/U) dengan batas (z-score) kurang dari -2
SD.(3)
Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi kejadian stunting di
Indonesia sebesar 37,2%, dimana dari jumlah presentase tersebut, 19,2% anak
pendek dan 18,0% sangat pendek.(4) Diketahui angka tertinggi ada pada provinsi
Nusa Tenggara Timur sebesar >50%, dan yang terendah pada provinsi Kepulauan
Riau, DI Yogyakarta, dan DKI Jakarta dan Kalimantan Timur, yaitu sebesar
<30%.(5)
Stunting berhubungan dengan meningkatnya risiko terjadinya kesakitan dan
kematian serta terhambatnya pertumbuhan mental dan motorik, sehingga perlu
adanya perhatian khusus pada balita dengan stunting.(6) Balita yang mengalami
stunting memiliki risiko terjadinya penurunan kemampuan intelektual,
produktivitas, dan penurunan kualitas hidup akibat meningkatnya risiko infeksi di
masa mendatang.(3)

Stunting dibagi menjadi 2, yaitu variasi normal dan patologis. Stunting variasi
normal terdiri dari familial short stature (perawakan pendek familial) dan
constitutional delay of growth and puberty (CDGP). Stunting variasi normal tidak
membutuhkan terapi hormon pertumbuhan, namun cukup observasi terhadap
keadaan gizi anak.(8)

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan RI. Kondisi Pencapaian Program Kesehatan Anak


Indonesia. 2014. Tersedia di
http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/infodat
in-anak.pdf . Diakses pada 13 Mei 2018.
2. Kementerian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Tersedia di
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2013.pdf. Diakses padda 13 Mei 2018.
3. Kusuma KE, Nuryanto. Faktor risiko kejadian stunting pada anak usia 2-3 tahun
(Studi di Kecamatan Semarang Timur). Journal of Nutrition College. 2013; 2(4):
523-30.
4. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. 2013. Tersedia di
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%20201
3.pdf. Diakses pada 13 Mei 2018.
5. Kementerian Kesehatan RI. Situasi Balita Pendek. 2016. Tersedia di
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/situasi-balita-
pendek-2016.pdf. Diakses pada 13 Mei 2018.
6. Purwandini K, Kartasurya MI. Pengaruh pemberian micronutrient sprinkle
terhadap perkembangan motorik anak stunting usia 12-36 bulan. Journal of
Nutrition College. 2013; 2(1): 50-9.
7. UNICEF. Global Nutrition Report: From Promise to Impact Ending Malnutrition
by 2030. 2016. Tersedia di https://data.unicef.org/wp-
content/uploads/2016/06/130565-1.pdf. Diakses pada 13 Mei 2018.
8. Batubara JRL, Susanto R, Cahyono HA. Pertumbuhan dan Gangguan
Pertumbuhan. Dalam: Buku Ajar Endokrinologi Anak. Edisi 1. Jakarta: UKK
Endokrinologi Anak dan Remaja IDAI; 2015:29-32.

17
9. Tridjaja B. Short Stature (Perawakan Pendek) Diagnosis dan Tata Laksana. Dalam:
Best Practices in Pediatrics. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang DKI
Jakarta; 2013:11-8.
10. Sevilla WMA. Nutritional Considerations in Pediatric Chronic Disease. Pediatr
Rev. 2017; 38(8):343-52.
11. Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED,
editor. Perawakan Pendek. Dalam: Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2009 243-9.
12. Batubara JRL. Adolescent Development (Perkembangan Remaja). Sari Pediatri.
2010; 12(1):21-9.
13. Pulungan AM. Pubertas dan Gangguannya. Dalam: Buku Ajar Endokrinologi
Anak. Edisi 1. Jakarta: UKK Endokrinologi Anak dan Remaja IDAI; 2015:89-94

18
Lampiran 1. Laju pertumbuhan normal (kecepatan tumbuh)

Lampiran 2. Alur pendekatan stunting

19
20

Anda mungkin juga menyukai