Anda di halaman 1dari 27

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

REFERAT
STUNTING
Ulfa Sari Al-Bahmi, S.ked
(105505403619)

Pembimbing
dr. Merlyn Meta Astari Sp.A
DEFINISI
Stunting merupakan kondisi kronis yang
menggambarkan terhambatnya pertumbuhan
karena malnutrisi jangka panjang. Balita pendek
(stunting) dapat diketahui bila seorang balita
telah diukur panjang atau tinggi badannya, lalu
dibandingkan dengan standar dan hasilnya berada
di bawah normal.
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama 1.000 hari pertama kehidupan
(HPK).1 Kondisi gagal tumbuh pada anak balita disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu lama serta terjadinya infeksi
berulang, dan kedua faktor penyebab ini dipengaruhi oleh pola asuh yang tidak memadai terutama dalam 1.000 HPK 2. Anak tergolong
stunting apabila panjang atau tinggi badan menurut umumnya lebih rendah dari standart nasional.

Gambar 1. Kurva tinggi badan menurut usia (TB/U) WHO


EPIDEMIOLOGI

Menurut provinsi, prevalensi


balita pendek terendah terjadi
di Kepulauan Riau (26,3%)

Sedangkan provinsi dengan


prevalensi balita pendek
tertinggi terjadi di Nusa
Tenggara Timur (51,7%),
ETIOLOGI

Constitutional delay of
Familial short stature growth and puberty
(perawakan pendek familial) (CDGP)
Adalah variasi normal dari perawakan Merupakan salah satu kategori dari
pendek yang ditandai dengan kecepatan pubertas terlambat yang paling sering
tumbuh normal, usia tulang normal, tinggi ditemui dalam praktek sehari-hari,
badan kedua orangtua pendek, dan tinggi didefinisikan sebagai tidak timbulnya
akhir anak dibawah persentil 3 atau z tanda- tanda seks sekunder pada usia 12
score dibawah -2 SD. tahun untuk anak perempuan dan pada
usia 14 tahun untuk anak laki-laki
PATOFISIOLOGI STUNTING AKIBAT PENYAKIT KRONIS
MANIFESTASI KLINIK
Familial short stature
(perawakan pendek familial)

pertumbuhan yang selalu


01. berada dibawah persentil
3 atau -2 SD

tinggi akhir dibawah


02. persentil 3 atau -2 SD

03. tinggi badan kedua atau


salah satu orangtua yang
pendek

04. usia tulang normal dan


kecepatan pertumbuhan
normal
MANIFESTASI KLINIK
Constitutional delay of growth and puberty
(CDGP)

perlambatan
01. pertumbuhan linear pada
3 tahun pertama
kehidupan
tinggi akhir biasanya
02. normal

03. pertumbuhan linear normal atau


hampir normal pada saat pra
pubertas dan selalu berada di
bawah persenti 3 atau -2 SD

04. usia tulang terlambat dan


maturase seksual
terlambat
PENEGAKAN DIAGNOSIS
ANAMNESIS
 Riwayat kelahiran dan persalinan, juga
meliputi BB dan PB lahir
 Pola pertumbuhan keluarga
 Riwayat penyakit kronik dan konsumsi
obat-obatan
 Riwayat asupan nutrisi ataupun penyakit
nutrisi sebelumnya
 Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
 Data antropometri sebelumnya
 Data antropometri kedua orangtua biologisnya
PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan antropometri Stigmata sindrom,


berat badan, tinggi badan, tampilan dismorfik, dan
dan lingkar kepala kelainan tulang

Disproporsi Tubuh Pemeriksaan tingkat


maturasi kelamin
(status pubertas)
Perkembangan status pubertas pada anak laki-laki
Pola pertumbuhan rambut pubis
Diagram perubahan fisik anak laki-laki selama masa
pubertas
Perkembangan status pubertas pada anak Perempuan
Pola pertumbuhan payudara dan rambut pubis
Diagram perubahan fisik anak Perempuan selama masa pubertas
Alur Pendekatan STUNTING

Sjarif DR. Simposium dan


Workshop Stunting. 2017
(dengan modifikasi)
Alur pendekatan STUNTING
Alur Pendekatan STUNTING
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Radiologi Skrining Penyakit Pemeriksaan


(pencitraan) Sistemik Lanjutan

Bone Age, CT • Darah perifer lengkap, urin rutin, • Fungsi tiroid


Scan dan MRI feses rutin • Analisis kromoson
• Laju endap darah (LED) • Uji stimulasi/ provokasi
• Kreatinin, natrium, kalium, analisis untuk hormon pertumbuhan
gas darah (kadar bikarbonat), kalsium,
fosfat, alkali fosfatase
TATALAKSANA
Pada varian normal stunting tidak perlu
dilakukan terapi hormonal, cukup
observasi saja bahwa diagnosisnya
merupakan fisiologis bukan patologis.
Akhir-akhir ini telah ada penelitian yang
menyatakan bahwa penggunaan aromatase
inhibitor sebagai terapi adjuvant atau
tunggal pada Familial Short Stature dan
Constitutional Delay of Growth and
Puberty melalui mekanisme menghambat
kerja estrogen pada lempeng pertumbuhan.
MANAJEMEN NUTRISI
LAMPIRAN

Laju pertumbuhan normal (kecepatan tumbuh)


KESIMPULAN
Stunting merupakan kondisi kronis yang menggambarkan terhambatnya pertumbuhan karena
malnutrisi jangka panjang. Stunting menurut WHO Child Growth Standart didasarkan pada indeks
panjang badan dibanding umur (PB/U) atau tinggi badan dibanding umur (TB/U) dengan batas (z-
score) kurang dari -2 SD.
Stunting berhubungan dengan meningkatnya risiko terjadinya kesakitan dan kematian serta
terhambatnya pertumbuhan mental dan motorik, sehingga perlu adanya perhatian khusus pada balita
dengan stunting. Balita yang mengalami stunting memiliki risiko terjadinya penurunan kemampuan
intelektual, produktivitas, dan penurunan kualitas hidup akibat meningkatnya risiko infeksi di masa
mendatang.

Stunting dibagi menjadi 2, yaitu variasi normal dan patologis. Stunting variasi normal terdiri dari
familial short stature (perawakan pendek familial) dan constitutional delay of growth and puberty
(CDGP). Stunting variasi normal tidak membutuhkan terapi hormon pertumbuhan, namun cukup
observasi terhadap keadaan gizi anak.
1. Kementerian Kesehatan RI. Kondisi
DAFTAR PUSTAKA
Pencapaian Program Kesehatan Anak Indonesia. 2014. Tersedia di http://www.depkes.go.id/download.php?
file=download/pusdatin/infodatin/infodat in-anak.pdf . Diakses pada 13 Mei 2018.
2. Kementerian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Tersedia di http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan- indonesia
/profil-kesehatan-indonesia-2013.pdf. Diakses padda 13 Mei 2018.
3. Kusuma KE, Nuryanto. Faktor risiko kejadian stunting pada anak usia 2-3 tahun (Studi di Kecamatan Semarang Timur). Journal of Nutrition College. 2013; 2(4): 523-30.
4. Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. 2013. Tersedia di
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%20201 3.pdf. Diakses pada 13 Mei 2018.
5. Kementerian Kesehatan RI. Situasi Balita Pendek. 2016. Tersedia di
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/situasi-balita- pendek-2016.pdf. Diakses pada 13 Mei 2018.
6. Purwandini K, Kartasurya MI. Pengaruh pemberian micronutrient sprinkle terhadap perkembangan motorik anak stunting usia 12-36 bulan. Journal of Nutrition College.
2013; 2(1): 50-9.
7. UNICEF. Global Nutrition Report: From Promise to Impact Ending Malnutrition by 2030. 2016. Tersedia di https://data.unicef.org/wp- content/uploads/2016/06/130565-
1.pdf. Diakses pada 13 Mei 2018.
8. Batubara JRL, Susanto R, Cahyono HA. Pertumbuhan dan Gangguan Pertumbuhan. Dalam: Buku Ajar Endokrinologi Anak. Edisi 1. Jakarta: UKK Endokrinologi Anak dan
Remaja IDAI; 2015:29-32.
9. Tridjaja B. Short Stature (Perawakan Pendek) Diagnosis dan Tata Laksana. Dalam: Best Practices in Pediatrics. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang DKI Jakarta;
2013:11-8.
10. Sevilla WMA. Nutritional Considerations in Pediatric Chronic Disease. Pediatr Rev. 2017; 38(8):343-52.
11. Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED, editor. Perawakan Pendek. Dalam: Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2009 243-9.
12. Batubara JRL. Adolescent Development (Perkembangan Remaja). Sari Pediatri. 2010; 12(1):21-9.
13. Pulungan AM. Pubertas dan Gangguannya. Dalam: Buku Ajar Endokrinologi Anak. Edisi 1. Jakarta: UKK Endokrinologi Anak dan Remaja IDAI; 2015:89-94.
Thanks!

CREDITS: This presentation template was created by


Slidesgo, including icons by Flaticon, and
infographics & images by Freepik.

Anda mungkin juga menyukai