Anda di halaman 1dari 33

Cegah Stunting, Anak Tumbuh

Optimal
Koran SINDO

Senin, 23 Februari 2015

DI SAMPING stimulasi dari lingkungan, asupan nutrisi yang tepat dan bermanfaat
merupakan faktor penting dalam mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak.

Jika tidak, anak akan berisiko menderita tubuh pendek atau stuntingyang pastinya akan
berdampak pada kesehatan dan kehidupannya kelak saat dewasa. Di Indonesia, data
terakhir menunjukkan, sekitar 36% anak mengalami stunting. Ini berarti, 3 di antara 10
anak mengalami tinggi badan yang kurang atau pendek.

Padahal, tinggi badan menjadi ukuran sebenarnya kualitas sumber daya manusia (SDM)
Indonesia. Ini dikuatkan dengan hasil penelitian South East Asia Nutritions Surveys
(SEANUTS), di mana dua temuan yang masih membutuhkan perhatian khusus adalah
stuntingdan defisiensi vitamin D.

Dari data tersebut terungkap, sekitar 24,1% anak laki-laki dan 24,3% anak prempuan
Indonesia mengalami stunting. Dua kasus ini cukup menjadi perhatian besar karena
menjadi salah satu faktor penghambat tumbuh kembang anak secara optimal. Sementara
menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, angka kasus stuntingdi 20 provinsi
menunjukkan rata-rata 37,2%.

Ahli Endokrin Peneliti Masalah Pertumbuhan dan Genetik Pendek DR Dr Aman Bhakti
Pulungan SpA (K) mengatakan, stuntingbukan hanya pertumbuhan terhambat (balita
pendek), tetapi ada bahaya mendasar yang harus diwaspadai.

Bahaya tersebut adalah terhambatnya perkembangan otak dan kapasitas kognitif anak.
Namun, tidak semua anak yang pendek itu stunting, ujarnya dalam acara media
workshop Diskusi Cerdas Frisian Flag bertema Tantangan Pencegahan Stunting dan
Pentingnya Peranan Vitamin D dalam Masa Tumbuh Kembang Anak yang Optimal di
Double Tree Hotel, Cikini, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.

Tubuh stunting umumnya bisa dikarenakan dua faktor. Pertama, karena masalah endokrin
atau hormonal. Kedua dan penyebab paling sering adalah nonendokrin, seperti infeksi
kronik, gangguan nutrisi, kelainan saluran pencernaan, penyakit jantung bawaan, dan
lainnya.

Perawakan pendek pada anak, tidak hanya menghambat perkembangan anak secara fisik,
juga berdampak negatif yang akan berlangsung di dalam kehidupan selanjutnya. Studi
menunjukkan, anakanak pendek menghadapi kemungkinan yang lebih besar untuk
tumbuh menjadi orang dewasa yang kurang percaya diri, kurang sehat, dan lebih rentan
terhadap penyakit tidak menular.

Selain isu stunting, fakta defisiensi vitamin D juga menjadi salah satu sorotan yang perlu
diupayakan solusinya. Masalah vitamin D sangat bergantung pada pola hidup. Menurut
Dr Fitrah Ernawati MSc, peneliti dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI),
pemenuhan vitamin D yang seimbang dapat membantu mengoptimalkan pertumbuhan
fisik anak. Selain itu, dapat menjaga sistem kekebalan tubuh sehingga mendukung anak
dalam melakukan berbagai aktivitas, tuturnya.

Mengenai asupan gizi, besaran kalori yang dibutuhkan untuk anak usia prasekolah usia
46 tahun yaitu sebesar 1.600 kkal dan anak usia sekolah dasar umur 712 tahun berkisar
antara 1.8002.200 kkal.

Pertumbuhan fisik dan tulang yang optimal tidak hanya diperoleh dari asupan makanan
yang dikonsumsi sehari-hari, juga dari intensitas sinar matahari yang diserap oleh tubuh,
sebut Fitrah.

Rendra hanggara

Penanganan Gangguan Pertumbuhan atau


Perawakan Pendek Pada Anak
Posted on April 8, 2012 by The Doctor Indonesia Tinggalkan komentar

Perawakan pendek atau short stature adalah tinggi badan yang berada di bawah
persentil 3 atau -2 SD pada kurva pertumbuhan yang berlaku pada populasi
tersebut atau kurva NCHS. Perawakan pendek dapat disebabkan karena berbagai
kelainan endokrin maupun non endokrin. Penyebab terbanyak adalah kelainan non
endokrin seperti penyakit infeksi kronik, gangguan nutrisi, kelainan
gastrointestinal, penyakit jantung bawaan dan lain lain. Pemantauan pertumbuhan
khususnya tinggi badan harus diulakukan sejak dini untuk menilai normal tidaknya
pertumbuhan anak. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan diperlukan untuk
pemberian terapi lebih awal, sehingga memberikan hasil yang lebih baik.

Menurut definisi, 2,5% dari populasi adalah pendek. Namun, jumlah anak dengan
pertumbuhan linier pada kelompok ekonomi rendah lebih tinggi diberikan frekuensi
penyakit kronis masa kanak-kanak. Orang tua sering menduga gangguan endokrin
(misalnya, GHD) sebagai penyebab utama perawakan pendek pada anak mereka. Bahkan,
Studi Pertumbuhan Utah menegaskan bahwa kebanyakan anak-anak (95%) dengan
pertumbuhan yang buruk (kecepatan <5 cm / th) tidak memiliki gangguan endokrin. Studi
Pertumbuhan Utah yang merupakan survei berbasis populasi terbesar pertumbuhan pada
anak-anak melaporkan bahwa anak dengan perawakan pendek (tinggi di bawah persentil
ketiga) dan laju pertumbuhan yang buruk (kecepatan pertumbuhan <5 cm per tahun),
hanya 5% memiliki gangguan endokrin. Selain itu, 48% anak dengan defisiensi hormon
pertumbuhan (GHD) atau sindrom Turner (TS) dalam kohort besar telah terdiagnosis atau
tidak diobati.

Stunting atau perawakan pendek dapat merupakan salah satu bentuk gizi kurang. Data
WHO menunjukkan tinggi anak Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan tinggi
anak dari negara-negara lain. Berdasarkan hasil Riskesdas 2010, prevalensi anak balita
pendek (stunting) 35,6 % atau turun 1,2 % dibandingkan 2007 (36,8 %);

Perawakan pendek atau short


stature adalah keadaan anak
dengan panjang badan/tinggi
badan di bawah persentil ke 3
(P) pada grafik pertumbuhan
NCHS (National Centre for
Health Statistics), atau -2 SD
dari rata-rata pada kurva
pertumbuhan yang berlaku pada
populasi tersebut. Perawakan cebol (dwarfism) adalah bentuk perawakan pendek yang
berat bila panjang/tinggi badan < 3 SD dari tinggi badan rata-rata.

Perawakan pendek dapat merupakan variasi normal, atau karena kelainan endokrin dan
non endokrin. Terbanyak perawakan pendek adalah familial, rasial atau genetik.
Perawakan pendek pathologis terjadi setelah malnutrisi, IUGR, dysmorphisme, masalah
psikososial, penyakit sistemik yang kronis.

Klasifikasi perawakan pendek :

Variasi normal. Familial short stature, Tanda : Pertumbuhan selalu dibawah


persentil 3, Kecepatan pertumbuhan normal, Umur tulang (bone age) normal,
Tinggi Badan kedua orangtua pendek, Tinggi akhir di bawah persentil 3
Constitutional delay of growth and puberty, Tanda : Perlambatan pertumbuhan
linier pada tiga tahun kehidupan, Pertumbuhan linier normal atau hampir normal
pada saat prapubertas dan selalu berada di bawah persentil 3, Bone age terlambat
(tapi masih sesuai dengan height age), Maturasi seksual terlambat, Tinggi akhir
pada umumnya normal, Pada umumnya terdapat riwayat pubertas terlambat dalam
keluarga
Primer/intrinsik (kelainan pada sel atau struktur dari growth plate)
Sekunder/eksternal (kelainan karena pengaruh luar dari growth plate)
Idiopatik (umumnya familial atau penyebabnya tidak diketahui)

Pada kelainan genetik (Sindroma Turner), seringkali tak jelas, kemungkinan pengaruh
psikososial yang dikaitkan dengan pengaruh lingkungan terhadap fungsi neurohormonal
yang disebut sebagai functional hypopituitarism dengan akibat kekurangan gizi pada
bayi/anak yang tidak tumbuh (failure to thrive).

Tanda dan gejala

Berat badan dan panjang badan lahir bisa normal, atau BBLR (Berat Bayi Lahir
Rendah) pada keterlambatan tumbuh intra uterine, umumnya tumbuh kejarnya
tidak sempurna.
Pertumbuhan melambat, batas bawah kecepatan tumbuh adalah 5 cm/tahun
desimal.
Pada kecepatan tumbuh tinggi badan < 4 cm/tahun kemungkinan ada kelainan
hormonal.
Umur tulang (Bone age) bisa normal atau terlambat untuk umurnya.
Tanda-tanda pubertas terlambat (payudara, menarche, rambut pubis, rambut
ketiak, panjangnya penis dan volume testis).
Wajah tampak lebih muda dari umurnya.
Pertumbuhan gigi yang terlambat.

Gejala dengan sistem organ memberikan petunjuk tambahan untuk etiologi yang
mendasari perawakan pendek.

Saluran Cerna : Diare, perut kembung, atau borborygmi (sering, tidak


menyenangkan, atau bahkan peristaltik terdengar) menyarankan malabsorpsi.
Muntah dapat menyarankan gangguan makan atau gangguan SSP (misalnya,
dysgerminoma). Pertimbangkan asupan makanan dan komposisi. Secara khusus,
bertanya tentang asupan minuman berkarbonasi, jus, dan asupan kasual lainnya.
Nyeri atau ketidaknyamanan perut menunjukkan gangguan IBS atau penyakit
radang usus. Buang air besdar di celana
Penyakit jantung: Tanda-tanda meliputi edema perifer, murmur, dan sianosis.
Infeksi kronis: penyembuhan luka yang buruk dan infeksi oportunistik adalah
tanda-tanda defisiensi imun potensial.
Paru apnea tidur dapat menjadi penyebab samar perawakan pendek. penyakit
kronis lain yang dapat mengakibatkan perawakan pendek termasuk asma parah
yang terkait dengan penggunaan steroid kronis dan cystic fibrosis (CF).
Persarafan: defisit neurologis bidang Visual sering pemberita neoplasma
hipofisis. Muntah, mual pagi hari, poliuria, polidipsia atau sering dikaitkan
dengan massa dari SSP.
ginjal Poliuria dan polidipsia adalah gejala penting dari gangguan hipotalamus
dan hipofisis. penyakit ginjal kronis adalah penyebab umum kegagalan
pertumbuhan (GF).
Sosial: Partisipasi dalam olahraga yang memerlukan pengendalian berat badan
(misalnya, gulat, kru, senam) mungkin berhubungan dengan anoreksia nervosa
atau bulimia diinduksi oleh pasien, teman sebaya, atau pelatih. Pertumbuhan
sering terganggu pada pengungsi dan pada anak-anak yang muncul dari anak asuh
atau pengaturan tertentu adopsi internasional. Pola pertumbuhan dengan gizi yang
memadai dalam lingkungan yang penuh kasih dari waktu ke waktu adalah penting
untuk membedakan GF patologis dari perawakan pendek varian normal pada
pasien tersebut.
Buang air besar/kecil dicelana, terlambat bicara, tempertantrum, insensitif
terhadap nyeri, dan berjalan dalam tidur (night wandering).
Keadaan keluarga/rumah kacau karena kurang pengetahuan maka terjadi
kegoncangan psikososial didalam keluarga. Yang dirisaukan adalah masalah
keturunan. Pada gangguan psikososial : polidipsia, poliuria, kebiasaan makan
abnormal, dari tempat sampah, sering muntah. Mencuri makanan, makan tanah,
makan dari WC.

Kriteria awal untuk melakukan pemeriksaan lanjutan lebih lengkap pada anak
dengan gangguan pertumbuhan
Tinggi Badan di bawah persentil 3 atau -2SD
Kecepatan pertumbuhan di bawah persentil 25 atau laju pertumbuhan <=
4cm/tahun (usia 3 12 tahun)

Perkiraan tinggi dewasa di bawah mid parental height.

Pemeriksaan dan diagnosis

Riwayat Antenatal, Natal dan Postnatal, adanya keterlambatan pertumbuhan dan


maturasi dalam keluarga (pendek, menarche), penyakit infeksi kongenital, KMK
(Kecil Masa Kehamilan), penyakit kronis pada organ-organ (saluran cerna,
kardiovaskuler, organ pernafasan dan ginjal).

Pengukuran tinggi badan, berat badan harus diukur dan dipantau berkala, minimal
pada waktu waktu berikut :

Umur < 1 tahun : saat lahir, 1,2,4,6,9,12 bulan


Umur 1 2 tahun : setiap 3 bulan
Umur > 3 21 tahun = Setiap 6 bulan

Interpretasi hasil pengukuran :

Penurunan kecepatan pertumbuhan anak antara umur 3 sampai 12 tahun


(memotong dua garis persentil) atau laju pertumbuhan <= 4 cm/tahun harus
dianggap patologis kecuali dibuktikan lain.
Berat badan menurut tinggi badan mempunyai nilai diagnostik dalam
menentukan etiologi.
Pada kelainan endokrin umumnya tidak menganggu BB sehingga anak terlihjat
gemuk
Kelainan sitemik umumnya lebih menganggu BB daripada TB sehingga anak
lebih kurus

Target height atau midparental height atau Taksiran Pertumbuhan sesuai Tinggi
Orang Tua
Laki laki = (TB ayah + (TB Ibu + 13)x 1/2

Perempuan = (TB Ibu + (TB Ayah 13)x 1/2

Pemeriksaan Penunjang

Pengukuran anthropometri (TB, BB, Lingkaran Kepala, Lingkaran dada, panjang


lengan, panjang kaki).
Pola grafik TB dan BB pada kurva pertumbuhan NCHS, dinilai menurut persentil
yang sesuai.
Ukururan TB dan BB ayah, ibu dan saudara-saudaranya.
Menghitung kecepatan tumbuh tinggi badan (growth velocity) pada pengukuran
ulang sedikitnya 3 bulan setelah pengukuran pertama.
Kelainan kongenital, kelainan saluran cerna, paru, kardiovaskuler, leher (webbed
neck) kelenjar tyroid, pertumbuhan gigi.
Tanda-tanda pubertas menggunakan pedoman (standard) dari Tanner.
Mata : Funduskopi, Lapang pandang (visual field)
X-Ray : Bone Age (umur tulang). Tengkorak kepala/Sella Tursica., Bila perlu
CT scan atau MRI
Laboratorium : Darah lengkap rutin, serologic urea dan elektrolit, calcium,
fosfatase dan alkali fosfatase, T4 dan TSH, GH (growth Hormone) atas indikasi.
Insulin-like growth factor-1 (IGF-1) dan IGF binding protein-3 (IGFBP-3)
Analisa DNA dan Analisa khromosom.
Endoskopi/Biopsi usus
Pemeriksaan psikologik/psikiatrik.

Diferensial Diagnosis

Keterlambatan konstitusional (Constitutional Delay) : Perlambatan pertumbuhan


linier pada 3 tahun pertama, Maturasi fisik terlambat dibandingkan kelompok
umur yang sama, Bone age sesuai dengan umur tingginya, Tinggi badan
maksimalnya normal.
Keluarga Pendek (familial) disebut juga sebagai variasi normal : Pemeriksaan
fisik normal. Kecepatan tumbuh > 4 Cm/tahun, sekitar P25. (masih dalam rentang
potensi genetik), Bone age sesuai umur khronologis, Maturasi pubertas normal.
Sindrom Turner : Didapatkan tanpa gejala yang klasik pada 60% kasus. Leher
pendek (webbed neck), jarak papilla mammae lebar, maturasi seks terlambat.
Setelah usia 9-10 tahun, FSH dan LH menunjukkan kegagalan ovarium.
Karyotyping untuk menetapkan diagnosa.
Defisiensi Hormon Pertumbuhan (Growth Hormone Deficiency) Kecepatan
tumbuh < 4 Cm/tahun. Fungsi Tyroid Normal, Bone age terlambat, Uji
stimulasi/provokasi untuk hormone pertumbuhan
Kelainan Tiroid: T4 rendah dan TSH meningkat kemungkinan : Thyroid binding
protein defisiensi, gangguan pituitaria sekunder, gangguan Hipothalamus tertier.
Penderita harus dirujuk untuk evaluasi lebih lanjut.
Komplikasi

Organis, metabolik
Psikologis terutama pada remaja (rendah diri)
Fungsional dalam memenuhi standard dimasyarakat (keterbatasan bidang
pekerjaan dsb.)
Pengobatan dengan hormon pertumbuhan walaupun sangat jarang terjadi perlu
diantisipasi dengan informed consent adanya pseudotumor cerebri, FT4 rendah
dan resistensi Insulin.

Penanganan

Penanganan tergantung pada penyebab perawakan pendek. Untuk anak-anak dengan


perawakan pendek varian normal, umumnya pengobatan tidak diperlukan. Sangat penting
bagi orangtua untuk memahami bahwa hormon pertumbuhan tidak efektif untuk
meningkatkan tinggi dewasa akhir pada anak dengan perawakan pendek yang normal
yaitu, mereka tidak memiliki penyakit.

Medikamentosa : Pengobatan dengan obat tergantung pada penyebab perawakan


pendek. Terapi penggantian hormon tiroid yang sederhana dan efektif untuk anak-
anak dengan hipotiroidisme. Rekombinan terapi hormon pertumbuhan manusia
(somatotropin dari rDNA asal) sangat efektif dan aman untuk kegagalan
pertumbuhan karena kekurangan hormon pertumbuhan dan disetujui FDA untuk
beberapa kondisi lain yang berhubungan dengan perawakan pendek. Namun,
hormon pertumbuhan tidak efektif untuk anak-anak normal dengan perawakan
pendek (yaitu, perawakan pendek familial). Hormon pertumbuhan harus diberikan
di bawah perawatan ahli endokrinologi pediatrik..
Hormonal (pada defisiensi hormon pertumbuhan, sindroma Turner,hipotyroid dan
lain-lainnya)
Mechanical/pembedahan (bone lengthening) pada skeletal dysplasia dan tumor.
Orang tua bertubuh pendek, kecepatan tumbuh anak normal, bone age sesuai
umur sesungguhnya anak akan tumbuh dewasa yang pendek, dan tidak perlu
pengobatan khusus hanya konseling untuk mencegah rasa rendah diri dan
hambatan perkembangan.
Kecepatan tumbuh normal, bone age terlambat akan tetapi sesuai dengan umur
tingginya, terdapat riwayat keterlambatan pubertas dalam keluarga. Anak akan
mengalami pubertas yang terlambat, akan tetapi akan mencapai tinggi badan yang
normal. Tidak memerlukan pengobatan khusus.
Kecepatan tumbuhnya subnormal, bone age terlambat, dibanding umur untuk
tingginya. Anak perlu diselidiki kemungkinan defisiensi hormon pertumbuhan,
hypotiroidi dan penyakit lain.
Anak dengan Perawakan Pendek
Sebagai orangtua pasti menginginkan pertumbuhan anaknya normal. Namun
ada kalanya orangtua khawatir tentang pertumbuhan atau tinggi badan anaknya,
normal atau tidak? Kadang orangtua mengkhawatirkan tinggi badan anaknya
pendek dibandingkan teman temannya, walaupun sebenarnya belum tentu
memang demikian, bisa jadi anaknya masih normal sesuai umurnya.

Sebagian besar anak akan mencapai tinggi badan yang sama dengan
orangtuanya. Namun ada sebagian anak yang pertumbuhannya terganggu,
sehingga tinggi badannya tidak sesuai umurnya, Proses pertumbuhan
dipengaruhi oleh faktor genetik, hormonal, nutrisi, kesehatan, dan lingkungan.

Perawakan pendek dapat disebabkan oleh hal dibawah ini :

Varian normal :

Familial short stature


Anak dengan familial short stature memiliki rata-rata pertumbuhan yang
normal meskipun di bawah persentil kelima. Mereka tidak mengalami
pertumbuhan tulang yang terhambat maupun gangguan pubertas. Tinggi
badan akhir sesuai dengan mid parental height. Kebanyakan anak-anak
ini mempunyai berat dan panjang badan yang normal saat lahir. Onset
pubertas sesuai usia kronologis. Hal ini dianggap sebagai perawakan
pendek genetik.
Constitutional in growth and development with delayed bone age
Perawakan pendek konstitutional merupakan suatu variasi normal pada
populasi yang ditandai dengan umur penulangan yang terlambat
dibandingkan umur kronologisnya, tetapi pemeriksaan laboratorium
normal, juga ditandai dengan perawakan pendek yang bersifat sedang
dan habitus kurus. Tinggi badan akhir biasanya lebih pendek
dibandingkan dengan mid parental height.
Patologis :
kelainan kromosom atau sindrom tertentu
penyakit kronis
gangguan gizi
gangguan psikososial
gangguan pertumbuhan tulang
intra uterine growth retardation (gangguan pertumbuhan janin)
kelainan endokrin, seperti defisiensi growth hormone, hipotiroidisme, dll.

Definisi perawakan pendek adalah

Tinggi badan < -2 SD (standar deviasi) yang sesuai untuk usia, jenis
kelamin, dan ras. Sekitar 80% anak dengan tinggi badan < 2SD
termasuk dalam kategori normal namun 80% anak dengan tinggi badan <
-3SD adalah patologis.
Kecepatan tumbuh < persentil ke 25 pada kurva kecepatan tumbuh atau
kurang dari 4 cm/ tahun
Prakiraan tinggi dewasa dibawah potensi tinggi genetiknya
Kecepatan tumbuh melambat setelah umur 3 tahun dan turun menyilang
garis persentilnya pada kurva panjang/ tinggi badan

Kecepatan pertumbuhan.

Normalnya panjang badan rerata saat lahir adalah 50 cm, mencapai 75 cm pada
usia 1 tahun dan 100 cm pada usia 4 tahun, serta 125 cm pada usia 8 tahun.

Tabel kecepatan pertumbuhan tinggi badan berdasarkan usia

Penatalaksanaan perawakan pendek

Secara klinis, membedakan perawakan pendek antara yang fisiologis dan


patologis dapat diperkirakan dari kecepatan tumbuh, ada tidaknya disproporsi
tubuh (ketidakseimbangan ukuran anggota badan), kelainan genetik dan
perbedaan bermakna tinggi badan saat pengukuran dibandingkan dengan tinggi
potensi genetik.

Langkah pertama yang dilakukan oleh dokter untuk mendiagnosis perawakan


pendek adalah dengan melakukan pengukuran yang tepat. Jika pada
pengukuran dipastikan bahwa kurva pertumbuhan anak tersebut dibawah
persentil 3 maka selanjutnya menentukan kecepatan pertumbuhan dan melihat
potensi genetiknya, setelah itu tentukan penyebabnya sesuai algoritma yang
ada.

Pemeriksaan penunjang

Malnutrisi dan penyakit kronik masih merupakan penyebab utama perawakan


pendek. pemeriksaan darah tepi lengkap, urin dan tinja, laju endap darah,
elektrolit serum, hormon tiroid, skrining TBC, foto rontgen untuk mengetahui
umur tulang. Jika diduga adanya kelainan hormon endokrin maka akan dilakukan
pemeriksaan GH (growth hormone) dan IGF 1 .

Terapi pada perawakan pendek

Pada perawakan pendek yang varian normal, tidak perlu dilakukan terapi
hormonal, cukup observasi saja.

Pada perawakan pendek yang disebabkan oleh kekurangan nutrisi, harus


diberikan nutrisi yang optimal, dan jika karena penyakit kronik seperti Tbc atau
gangguan tiroid dan lain lain harus diterapi peyakit utamanya.

Pemberian Growth hormone diindikasikan pada perawakan pendek yang


disebabkan oleh defisiensi GH, bayi kecil pada masa kehamilan,dll

Penulis,
Dr Dicky Pribadi SpA, M. Kes

PERAWAKAN PENDEK

PENGERTIAN
DAN BATASAN
Perawakan pendek
atau short stature
adalah keadaan anak dengan panjang badan/tinggi badan di bawah persentil ke 3 (P<3)
pada grafik pertumbuhan NCHS (National Centre for Health Statistics), atau -2 SD dari
rata-rata pada kurva pertumbuhan yang berlaku pada populasi tersebut. Perawakan cebol
(dwarfism) adalah bentuk perawakan pendek yang berat bila panjang/tinggi badan < 3 SD
dari tinggi badan rata-rata.

PATHOPHYSIOLOGI
Perawakan pendek dapat merupakan variasi normal, atau karena kelainan endokrin dan
non endokrin. Terbanyak perawakan pendek adalah familial, rasial atau genetik.
Perawakan pendek pathologis terjadi setelah malnutrisi, IUGR, dysmorphisme, masalah
psikososial, penyakit sistemik yang kronis.
Klasifikasi perawakan pendek sebagai berikut :

Variasi normal.

Primer/intrinsik (kelainan pada sel atau struktur dari growth plate)

Sekunder/eksternal (kelainan karena pengaruh luar dari growth plate)

Idiopatik (umumnya familial atau penyebabnya tidak diketahui)

Pada kelainan genetik (Sindroma Turner), seringkali tak jelas, kemungkinan pengaruh
psikososial yang dikaitkan dengan pengaruh lingkungan terhadap fungsi neurohormonal
yang disebut sebagai functional hypopituitarism dengan akibat kekurangan gizi pada
bayi/anak yang tidak tumbuh (failure to thrive).

GEJALA KLINIK/symptom
Berat badan dan panjang badan lahir bisa normal, atau BBLR (Berat Bayi
Lahir Rendah) pada keterlambatan tumbuh intra uterine, umumnya
tumbuh kejarnya tidak sempurna.
Pertumbuhan melambat, batas bawah kecepatan tumbuh adalah 5
cm/tahun desimal.
Pada kecepatan tumbuh tinggi badan < 4 cm/tahun kemungkinan ada
kelainan hormonal.
Umur tulang (Bone age) bisa normal atau terlambat untuk umurnya.
Tanda-tanda pubertas terlambat (payudara, menarche, rambut pubis,
rambut ketiak, panjangnya penis dan volume testis).
Wajah tampak lebih muda dari umurnya.
Pertumbuhan gigi yang terlambat.
Pada gangguan psikososial : polidipsia, poliuria, kebiasaan makan
abnormal, dari tempat sampah, sering muntah. Mencuri makanan, makan
tanah, makan dari WC.Buang air besar/kecil dicelana, terlambat bicara,
tempertantrum, insensitif terhadap nyeri, dan berjalan dalam tidur (night
wandering).
Keadaan keluarga/rumah kacau karena kurang pengetahuan maka terjadi
kegoncangan psikososial didalam keluarga.Yang dirisaukan adalah
masalah keturunan.

CARA PEMERIKSAAN/DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Antenatal, natal dan Postnatal, adanya keterlambatan pertumbuhan dan maturasi
dalam leluarga (pendek, menarhe) penyakit infeksi kongenital, KMK (Kecil Masa
Kehamilan), penyakit kronis pada organ-organ (saluran cerna, kardiovaskuler, organ
pernafasan dan ginjal).
2. Pemeriksaan
a. Pengukuran anthropometri (TB, BB, Lingkaran Kepala, Lingkaran dada, panjang
lengan, panjang kaki).
b. Plot TB dan BB pada kurva pertumbuhan NCHS, dinilai menurut persentil yang
sesuai.
c. Ukur TB dan BB ayah, ibu dan saudara-saudaranya.
d. Menghitung kecepatan tumbuh tinggi badan (growth velocity) pada pengukuran ulang
sedikitnya 3 bulan setelah pengukuran pertama.
e. Kelainan kongenital, kelainan saluran cerna, paru, kardiovaskuler, leher (webbed
neck) kelenjar tyroid, pertumbuhan gigi.
f. Tanda-tanda pubertas menggunakan pedoman (standard) dari Tanner.
g. Mata : Funduskopi, Lapang pandang (visual field)
h. X-Ray : - Bone Age (umur tulang)
- Tengkorak kepala/Sella Tursica.
- Bila perlu CT scan atau MRI
i. Laboratorium : Darah lengkap rutin, serologic urea dan elektrolit, calcium, fosfatase
dan alkali fosfatase, T4 dan TSH, GH (growth Hormone) atas indikasi.
j. Analisa khromosom.
k. Endoskopi/Biopsi usus
l. Pemeriksaan psikologik/psikiatrik.

DIFFERENSIAL DIAGNOSIS/KAUSA
I. Keterlambatan konstitusional (Constitutional Delay) :
- Perlambatan pertumbuhan linier pada 3 tahun pertama
- Maturasi fisik terlambat dibandingkan kelompok umur yang sama
- Bone age sesuai dengan umur tingginya
- Tinggi badan maksimalnya normal.
II. Keluarga Pendek (familial) disebut juga sebagai variasi normal :
- Pemeriksaan fisik normal.
- Kecepatan tumbuh > 4 Cm/tahun, sekitar P25. (masih dalam rentang potensi genetik)
- Bone age sesuai umur khronologis
- Maturasi pubertas normal.
III. Sindrom Turner :
- Didapatkan tanpa gejala yang klasik pada 60% kasus.
- Leher pendek (webbed neck), jarak papilla mammae lebar, maturasi seks terlambat.
- Setelah usia 9-10 tahun, FSH dan LH menunjukkan kegagalan ovarium.
- Karyotyping untuk menetapkan diagnosa.
IV. Defisiensi Hormon Pertumbuhan (Growth Hormone Deficiency)
- Kecepatan tumbuh < 4 Cm/tahun
- Fungsi Tyroid Normal
- Bone age terlambat
- Uji stimulasi/provokasi untuk hormone pertumbuhan
V. Kelainan Tiroid
- T4 rendah dan TSH meningkat kemungkinan : Thyroid binding protein defisiensi,
gangguan pituitaria sekunder, gangguan Hipothalamus tertier.
- Penderita harus dirujuk untuk evaluasi lebih lanjut.
PENYULIT
- Organis, metabolik
- Psikologis terutama pada remaja (rendah diri)
- Fungsional dalam memenuhi standard dimasyarakat (keterbatasan bidang pekerjaan
dsb.)
- Pengobatan dengan hormon pertumbuhan walaupun sangat jarang terjadi perlu
diantisipasi dengan informed consent adanya pseudotumor cerebri, FT 4 rendah dan
resistensi Insulin.

PENATALAKSANAAN
- Lihat Algoritma (Berman) lampiran
- Psikoanalisa (pada ahli psikologi)
- Medikamentosa
- Konseling (Genetika atau Psikiatri)
- Pemantauan (monitoring)

Medikamentosa :

Pengobatan anak dengan perawakan pendek harus sesuai dengan dasar etiologinya. Anak
dengan variasi normal perawakan pendek tidak memerlukan pengobatan, sedang dengan
kelainan patologis terapi sesuai dengan etiologinya, antara lain :
Nutrisi.
Organic disease .
Hormonal (pada defisiensi hormon pertumbuhan, sindroma Turner,hipotyroid dan
lain-lainnya)
Mechanical/pembedahan (bone lengthening) pada skeletal dysplasia dan tumor.

Implikasi :
1. Orang tua bertubuh pendek, kecepatan tumbuh anak normal, bone age sesuai umur
sesungguhnya anak akan tumbuh dewasa yang pendek, dan tidak perlu pengobatan
khusus hanya konseling untuk mencegah rasa rendah diri dan hambatan perkembangan.
2. Kecepatan tumbuh normal, bone age terlambat akan tetapi sesuai dengan umur
tingginya, terdapat riwayat keterlambatan pubertas dalam keluarga. Anak akan
mengalami pubertas yang terlambat, akan tetapi akan mencapai tinggi badan yang
normal. Tidak memerlukan pengobatan khusus.
3. Kecepatan tumbuhnya subnormal, bone age terlambat, dibanding umur untuk
tingginya. Anak perlu diselidiki kemungkinan defisiensi hormon pertumbuhan,
hypotiroidi dan penyakit lain.

DAFTAR PUSTAKA
1. IGN.Gde Ranuh, Moersintowarti B. Narendra, Hardjono Soeparto : Perawakan
Pendek (Short Stature), dalam buku Pedoman Diagnosis dan Terapi Lab./SMF Ilmu
Kesehatan Anak. Tahun 1994.
2. Kappy Michael S.: Short Stature dalam buku in Pediatric Decision Making, 2nd
editing by Berman; pp. 134 edisi 2, 1991.
3. Burg Frederic D. et al : Treatment of Infants, Children and Adolescent, W.B.
Saunders Company, 1990.
4. Behrman, R.E. et. Al : Nelson Textbook of Pediatrics, W.B. Saunders Company,
1987.
5. Lifshitz Fima, et.al : Disorders of Growth. Pediatric Endokrinology edited by Fima
Lifshitz, A clinical Guide, Marcel Dekker Inc. New York and Basel, 1985.
6. Yusuf Rukman : Perawakan Pendek, NAskah lengkap Pendidikan Tambahan Berkala
ke-XIII, FKUI, 1998.
7. Moersintowarti B.N., dkk : Masalah Gangguan Pertumbuhan Anak, Simposium
Nasional Perkembangan Mutakhir Endokrinologi Metabolisme, Surabaya 6-7 September
1991

Makalah Masalah Gizi penyebab


Stunting (Pendek)
Reply
Tugas Kuliah
8:30:00 AM
A+ A-
Print Email

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan masalah gizi di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu: Masalah
gizi yang secara public health sudah terkendali; Masalah yang belum dapat diselesaikan
(un-finished); dan Masalah gizi yang sudah meningkat dan mengancam kesehatan
masyarakat (emerging). Masalah gizi lain yang juga mulai teridentifikasi dan perlu
diperhatikan adalah defisiensi vitamin D.

Masalah gizi yang sudah dapat dikendalikan meliputi kekurangan Vitamin A pada anak
Balita, Gangguan Akibat Kurang Iodium dan Anemia Gizi pada anak 2-5 tahun.
Penanggulangan masalah Kurang Vitamin A (KVA) pada anak Balita sudah dilaksanakan
secara intensif sejak tahun 1970-an, melalui distribusi kapsul vitamin A setiap 6 bulan,
dan peningkatan promosi konsumsi makanan sumber vitamin A. Dua survei terakhir
tahun 2007 dan 2011 menunjukkan, secara nasional proporsi anak dengan serum retinol
kurang dari 20 ug sudah di bawah batas masalah kesehatan masyarakat, artinya masalah
kurang vitamin A secara nasional tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Penanggulangan GAKI dilakukan sejak tahun 1994 dengan mewajibkan semua garam
yang beredar harus mengandung iodium sekurangnya 30 ppm. Data status Iodium pada
anak sekolah sebagai indikator gangguan akibat kurang Iodium selama 10 tahun terakhir
menunjukkan hasil yang konsisten. Median Ekskresi Iodium dalam Urin (EIU) dari tiga
survai terakhir berkisar antara 200-230 g/L, dan proporsi anak dengan EIU <100 g/L di
bawah 20%. Secara nasional masalah gangguan akibat kekurangan Iodium tidak lagi
menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Masalah gizi ketiga yang sudah bisa dikendalikan adalah anemia gizi pada anak 2-5
tahun. Prevalensi anemia pada anak mengalami penurunan, yakni 51,5% (1995) menjadi
25,0% (2006) dan 17,6% (2011).
Masalah gizi yang belum selesai adalah masalah gizi kurang dan pendek (stunting). Pada
tahun 2010 prevalensi anak stunting 35.6 %, artinya 1 diantara tiga anak kita
kemungkinan besar pendek. Sementara prevalensi gizi kurang telah turun dari 31%
(1989), menjadi 17.9% (2010). Dengan capaian ini target MDGs sasaran 1 yaitu
menurunnya prevalensi gizi kurang menjadi 15.5% pada tahun 2015 diperkirakan dapat
dicapai.
Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa 35,6% anak Indonesia stunted. Sebagai akibatnya,
produktivitas individu menurun dan masyarakat harus hidup dengan penghasilan yang
rendah.Stunting atau penurunan tingkat pertumbuhan pada manusia utamanya disebabkan
oleh kekurangan gizi. Lebih jauh lagi, kekurangan gizi ini disebabkan oleh rusaknya
mukosa usus oleh bakteri fecal yang mengakibatkan terjadinya gangguan absorbsi zat
gizi. Dengan demikian, peningkatan cakupan sanitasi dan perilaku hygiene sebesar 99%
dapat membantu menurunkan insiden diare sebesar 30% dan menurunkan
prevalensi stuntingsebesar 2,4%.
Sudah bukan rahasia lagi bahwa sanitasi buruk mengakibatkan beragam dampak negatif,
baik bagi kesehatan, ekonomi maupun lingkungan. Saat ini, tantangan pembangunan
sanitasi semakin berat dengan adanya temuan bahwa sanitasi buruk mengakibatkan
sebagian besar generasi penerus bangsa terdiagnosa stunted. Sanitasi buruk dan air
minum yang terkontaminasi mengakibatkan diare yang mengganggu penyerapan zat-zat
gizi dalam tubuh. Akibatnya, anak-anak tidak mendapatkan zat gizi yang memadai
sehingga pertumbuhannya terhambat.

1.2. Rumusan Masalah


Bedasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah bagaimana cara
mencegah masalah stunting di pada anak balita.
1.3. Tujuan Penulisan
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk membrikan pengetahuan kepada sasaran mengenai cara mencegah stunting pada
balita.

1.3.2. Tujuan Khusus


Memberikan informasi mengenai stunting yang terdiri dari :
1. Defenisi Stunting
2. Penyebab stunting
3. Faktor yang mempengaruhi trjadinya stunting
4. Penilaian stunting secara antopometri
5. Dampak stuntig
6. Cara mencegah stunting
7. Zat gizi mikro yang berperan untuk menghindari stunting (pendek)
8. Pemfokusan tenaga kesehatan
9. Usaha pemerintah dalam masalah stunting

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Defenisi Stunting
Stunting merupakan istilah para nutrinis untuk penyebutan anak yang tumbuh tidak sesuai
dengan ukuran yang semestinya (bayi pendek). Stunting (tubuh pendek) adalah keadaan
tubuh yang sangat pendek hingga melampaui defisit 2 SD dibawah median panjang atau
tinggi badan populasi yang menjadi referensi internasional. Stunting adalah keadaan
dimana tinggi badan berdasarkan umur rendah, atau keadaan dimana tubuh anak lebih
pendek dibandingkan dengan anak anak lain seusianya (MCN, 2009). Stunted adalah
tinggi badan yang kurang menurut umur (<-2SD), ditandai dengan terlambatnya
pertumbuhan anak yang mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tinggi badan yang
normal dan sehat sesuai usia anak. Stunted merupakan kekurangan gizi kronis atau
kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan sebagai indikator jangka panjang
untuk gizi kurang pada anak.
Stunting dapat didiagnosis melalui indeks antropometrik tinggi badan menurut umur yang
mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan dengan
indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai dan atau
kesehatan. Stunting merupakan pertumbuhan linier yang gagal untuk mencapai potensi
genetic sebagai akibat dari pola makan yang buruk dan penyakit (ACC/SCN, 2000).
Stunting didefinisikan sebagai indikator status gizi TB/U sama dengan atau kurang dari
minus dua standar deviasi (-2 SD) dibawah rata-rata standar atau keadaan dimana tubuh
anak lebih pendek dibandingkan dengan anak anak lain seusianya (MCN, 2009) (WHO,
2006). Ini adalah indikator kesehatan anak yang kekurangan gizi kronis yang
memberikan gambaran gizi pada masa lalu dan yang dipengaruhi lingkungan dan keadaan
sosial ekonomi.

2.2. Penyebab Stunting


Menurut beberapa penelitian, kejadian stunted pada anak merupakan suatu proses
kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang siklus
kehidupan. Pada masa ini merupakan proses terjadinya stunted pada anak dan peluang
peningkatan stunted terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan.
Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak langsung yang
memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu hamil
dengan gizi kurang akan menyebabkan janin mengalami intrauterine growth retardation
(IUGR), sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan mengalami gangguan
pertumbuhan dan perkembangan.
Anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan disebabkan kurangnya asupan
makanan yang memadai dan penyakit infeksi yang berulang, dan meningkatnya
kebutuhan metabolic serta mengurangi nafsu makan, sehingga meningkatnya kekurangan
gizi pada anak. Keadaan ini semakin mempersulit untuk mengatasi gangguan
pertumbuhan yang akhirnya berpeluang terjadinya stunted (Allen and Gillespie, 2001).
Gizi buruk kronis (stunting) tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja seperti yang
telah dijelaskan diatas, tetapi disebabkan oleh banyak faktor, dimana faktor-faktor
tersebut saling berhubungan satu sama lainnnya. Terdapat tiga faktor utama penyebab
stunting yaitu sebagai berikut :
1. Asupan makanan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi dalam
makanan yaitu karbohidrat, protein,lemak, mineral, vitamin, dan air).
2. Riwayat berat badan lahir rendah (BBLR),
3. Riwayat penyakit.
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Stunting
Beberapa faktor yang terkait dengan kejadian stunted antara lain kekurangan energi dan
protein, sering mengalami penyakit kronis, praktek pemberian makan yang tidak sesuai
dan faktor kemiskinan. Prevalensi stunted meningkat dengan bertambahnya usia,
peningkatan terjadi dalam dua tahun pertama kehidupan, proses pertumbuhan anak masa
lalu mencerminkan standar gizi dan kesehatan.
Menurut laporan UNICEF (1998) beberapa fakta terkait stunted dan pengaruhnya antara
lain sebagai berikut :
1. Anak-anak yang mengalami stunted lebih awal yaitu sebelum usia enam bulan, akan
mengalami stunted lebih berat menjelang usia dua tahun. Stunted yang parah pada anak-
anak akan terjadi deficit jangka panjang dalam perkembangan fisik dan mental sehingga
tidak mampu untuk belajar secara optimal di sekolah, dibandingkan anak- anak dengan
tinggi badan normal. Anak-anak dengan stunted cenderung lebih lama masuk sekolah dan
lebih sering absen dari sekolah dibandingkan anak-anak dengan status gizi baik. Hal ini
memberikan konsekuensi terhadap kesuksesan anak dalam kehidupannya dimasa yang
akan datang.
2. Stunted akan sangat mempengaruhi kesehatan dan perkembanangan anak. Faktor dasar
yang menyebabkan stunted dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan
intelektual. Penyebab dari stunted adalah bayi berat lahir rendah, ASI yang tidak
memadai, makanan tambahan yang tidak sesuai, diare berulang, dan infeksi pernapasan.
Berdasarkan penelitian sebagian besar anak-anak dengan stunted mengkonsumsi
makanan yang berada di bawah ketentuan rekomendasi kadar gizi, berasal dari keluarga
miskin dengan jumlah keluarga banyak, bertempat tinggal di wilayah pinggiran kota dan
komunitas pedesaan.
3. Pengaruh gizi pada anak usia dini yang mengalami stunted dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan kognitif yang kurang. Anak stunted pada usia lima
tahun cenderung menetapsepanjang hidup, kegagalan pertumbuhan anak usia dini
berlanjut pada masa remaja dan kemudian tumbuh menjadi wanita dewasa yang stunted
dan mempengaruhi secara langsung pada kesehatan dan produktivitas, sehingga
meningkatkan peluang melahirkan anak dengan BBLR. Stunted terutama berbahaya pada
perempuan, karena lebih cenderung menghambat dalam proses pertumbuhan dan berisiko
lebih besar meninggal saat melahirkan.

2.4. Penilaian Stunting secara Antropometri


Untuk menentukan stunted pada anak dilakukan dengan cara pengukuran. Pengukuran
tinggi badan menurut umur dilakukan pada anak usia di atas 2 tahun. Antropometri
merupakan ukuran dari tubuh, sedangkan antropometri gizi adalah jenis pengukuran
dari beberapa bentuk tubuh dan komposisi tubuh menurut umur dan tingkatan gizi, yang
digunakan untuk mengetahui ketidakseimbangan protein dan energi. Antropometri
dilakukan untuk pengukuran pertumbuhan tinggi badan dan berat badan (Gibson, 2005).
Standar digunakan untuk standarisasi pengukuran berdasarkan rekomendasi NCHS dan
WHO. Standarisasi pengukuran ini membandingkan pengukuran anak dengan median,
dan standar deviasi atau Z-score untuk usia dan jenis kelamin yang sama pada anak-
anak. Z-score adalah unit standar deviasi untuk mengetahui perbedaan antara nilai
individu dan nilai tengah (median) populasi referent untuk usia/tinggi yang sama, dibagi
dengan standar deviasi dari nilai populasi rujukan. Beberapa keuntungan penggunaan Z-
score antara lain untuk mengiidentifikasi nilai yang tepat dalam distribusi perbedaan
indeks dan perbedaan usia, juga memberikan manfaat untuk menarik kesimpulan secara
statistik dari pengukuran antropometri.
Indikator antropometrik seperti tinggi badan menurut umur (stunted) adalah penting
dalam mengevaluasi kesehatan dan status gizi anak-anak pada wilayah dengan banyak
masalah gizi buruk. Dalam menentukan klasifikasi gizi kurang dengan stunted sesuai
dengan Cut off point, dengan penilaian Z-score, dan pengukuran pada anak balita
berdasarkan tinggi badan menurut Umur (TB/U) Standar baku WHO-NCHS berikut
(Sumber WHO 2006)

2.5. Dampak Stunting


Stunting dapat mengakibatkan
penurunan intelegensia (IQ),
sehingga prestasi belajar
menjadi rendah dan tidak dapat
melanjutkan sekolah. Bila mencari pekerjaan, peluang gagal tes wawancara pekerjaan
menjadi besar dan tidak mendapat pekerjaan yang baik, yang berakibat penghasilan
rendah (economic productivity hypothesis) dan tidak dapat mencukupi kebutuhan pangan.
Karena itu anak yang menderita stunting berdampak tidak hanya pada fisik yang lebih
pendek saja, tetapi juga pada kecerdasan, produktivitas dan prestasinya kelak setelah
dewasa, sehingga akan menjadi beban negara. Selain itu dari aspek estetika, seseorang
yang tumbuh proporsional akan kelihatan lebih menarik dari yang tubuhnya pendek.
Stunting yang terjadi pada masa anak merupakan faktor risiko meningkatnya angka
kematian, kemampuan kognitif, dan perkembangan motorik yang rendah serta fungsi-
fungsi tubuh yang tidak seimbang (Allen & Gillespie, 2001). Gagal tumbuh yang terjadi
akibat kurang gizi pada masa-masa emas ini akan berakibat buruk pada kehidupan
berikutnya dan sulit diperbaiki.
Masalah stunting menunjukkan ketidakcukupan gizi dalam jangka waktu panjang, yaitu
kurang energi dan protein, juga beberapa zat gizi mikro.

2.6. Cara Mencegah Stunting


1. Mencegah Stunting pada Balita
Berbagai upaya telah kita lakukan dalam mencegah dan menangani masalah gizi di
masyarakat. Memang ada hasilnya, tetapi kita masih harus bekerja keras untuk
menurunkan prevalensi balita pendek sebesar 2,9% agar target MDs tahun 2014 tercapai
yang berdampak pada turunnya prevalensi gizi kurang pada balita kita.
Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan bertambahnya umur,
namun pertambahan tinggi badan relatif kurang sensitif terhadap kurang gizi dalam waktu
singkat. Jika terjadi gangguan pertumbuhan tinggi badan pada balita, maka untuk
mengejar pertumbuhan tinggi badan optimalnya masih bisa diupayakan, sedangkan anak
usia sekolah sampai remaja relatif kecil kemungkinannya. Maka peluang besar untuk
mencegah stunting dilakukan sedini mungkin. dengan mencegah faktor resiko gizi kurang
baik pada remaja putri, wanita usia subur (WUS), ibu hamil maupun pada balita. Selain
itu, menangani balita yang dengan tinggi dan berat badan rendah yang beresiko terjadi
stunting, serta terhadap balita yang telah stunting agar tidak semakin berat.
Kejadian balita stunting dapat diputus mata rantainya sejak janin dalam kandungan
dengan cara melakukan pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil, artinya setiap ibu
hamil harus mendapatkan makanan yang cukup gizi, mendapatkan suplementasi zat gizi
(tablet Fe), dan terpantau kesehatannya. Selain itu setiap bayi baru lahir hanya mendapat
ASI saja sampai umur 6 bulan (eksklusif) dan setelah umur 6 bulan diberi makanan
pendamping ASI (MPASI) yang cukup jumlah dan kualitasnya. Ibu nifas selain mendapat
makanan cukup gizi, juga diberi suplementasi zat gizi berupa kapsul vitamin A.
Kejadian stunting pada balita yang bersifat kronis seharusnya dapat dipantau dan dicegah
apabila pemantauan pertumbuhan balita dilaksanakan secara rutin dan benar. Memantau
pertumbuhan balita di posyandu merupakan upaya yang sangat strategis untuk
mendeteksi dini terjadinya gangguan pertumbuhan, sehingga dapat dilakukan pencegahan
terjadinya balita stunting.
Bersama dengan sektor lain meningkatkan kualitas sanitasi lingkungan dan penyediaan
sarana prasarana dan akses keluarga terhadap sumber air terlindung, serta pemukiman
yang layak. Juga meningkatkan akses keluarga terhadap daya beli pangan dan biaya
berobat bila sakit melalui penyediaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan.
Peningkatan pendidikan ayah dan ibu yang berdampak pada pengetahuan dan
kemampuan dalam penerapan kesehatan dan gizi keluarganya, sehingga anak berada
dalam keadaan status gizi yang baik. Mempermudah akses keluarga terhadap informasi
dan penyediaan informasi tentang kesehatan dan gizi anak yang mudah dimengerti dan
dilaksanakan oleh setiap keluarga juga merupakan cara yang efektif dalam mencegah
terjadinya balita stunting.

2. Penanggulangan dan pencegahan Stunting pada Bayi


a. Penanggulangan stunting pada pertumbuhan bayi
Penanggulangan stunting yang paling efektif dilakukan pada seribu hari pertama
kehidupan, yaitu:
Pada ibu hamil
Memperbaiki gizi dan kesehatan Ibu hamil merupakan cara terbaik dalam mengatasi
stunting. Ibu hamil perlu mendapat makanan yang baik, sehingga apabila ibu hamil
dalam keadaan sangat kurus atau telah mengalami KurangEnergiKronis (KEK), maka
perlu diberikan makanan tambahan kepada ibu hamil tersebut. Setiap ibu hamil perlu
mendapat tablet tambah darah, minimal 90 tablet selama kehamilan. Kesehatan ibu harus
tetap dijaga agar ibu tidak mengalami sakit.
Pada saat bayi lahir
Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan begitu bayi lahir melakukan
Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Bayi sampai dengan usia 6 bulan diberi Air Susu Ibu (ASI)
saja (ASI Eksklusif).
Bayi berusia 6 bulan sampai dengan 2 tahun
Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi diberi Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).
Pemberian ASI terus dilakukan sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih. Bayi dan anak
memperoleh kapsul vitamin A, taburia, imunisasi dasar lengkap.
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) harus diupayakan oleh setiap rumah
tangga.
b. Pencegahan stunting pada pertumbuhan bayi
Kebutuhan gizi masa hamil
Pada Seorang wanita dewasa yang sedang hamil, kebutuhan gizinya dipergunakan untuk
kegiatan rutin dalam proses metabolisme tubuh, aktivitas fisik, serta menjaga
keseimbangan segala proses dalam tubuh. Di samping proses yang rutin juga diperlukan
energi dan gizi tambahan untuk pembentukan jaringan baru, yaitu janin, plasenta, uterus
serta kelenjar mamae. Ibu hamil dianjurkan makan secukupnya saja, bervariasi sehingga
kebutuhan akan aneka macam zat gizi bisa terpenuhi. Makanan yang diperlukan untuk
pertumbuhan adalah makanan yang mengandung zat pertumbuhan atau pembangun yaitu
protein, selama itu juga perlu tambahan vitamin dan mineral untuk membantu proses
pertumbuhan itu.
Kebutuhan Gizi Ibu saat Menyusui
Jumlah makanan untuk ibu yang sedang menyusui lebih besar dibanding dengan ibu
hamil, akan tetapi kualitasnya tetap sama. Pada ibu menyusui diharapkan mengkonsumsi
makanan yang bergizi dan berenergi tinggi, seperti diisarankan untuk minum susu sapi,
yang bermanfaat untuk mencegah kerusakan gigi serta tulang. Susu untuk memenuhi
kebutuhan kalsium dan flour dalam ASI. Jika kekurangan unsur ini maka terjadi
pembongkaran dari jaringan (deposit) dalam tubuh tadi, akibatnya ibu akan mengalami
kerusakan gigi. Kadar air dalam ASI sekitr 88 gr %. Maka ibu yang sedang menyusui
dianjurkan untuk minum sebanyak 22,5 liter (8-10 gelas) air sehari, di samping bisa juga
ditambah dengan minum air buah.
Kebutuhan Gizi Bayi 0 12 bulan
Pada usia 0 6 bulan sebaiknya bayi cukup diberi Air Susu Ibu (ASI). ASI adalah
makanan terbaik bagi bayi mulai dari lahir sampai kurang lebih umur 6 bulan. Menyusui
sebaiknya dilakukan sesegara mungkin setelah melahirkan. Pada usia ini sebaiknya bayi
disusui selama minimal 20 menit pada masing-masing payudara hingga payudara benar-
benar kosong. Apabila hal ini dilakukan tanpa membatasi waktu dan frekuensi
menyusui,maka payudara akan memproduksi ASI sebanyak 800 ml bahkan hingga 1,5
2 liter perhari.
Kebutuhan Gizi Anak 1 2 tahun
Ketika memasuki usia 1 tahun, laju pertumbuhan mulai melambat tetapi perkembangan
motorik meningkat, anak mulai mengeksplorasi lingkungan sekitar dengan cara berjalan
kesana kemari, lompat, lari dan sebagainya. Namun pada usia ini anak juga mulai sering
mengalami gangguan kesehatan dan rentan terhadap penyakit infeks seperti ISPA dan
diare sehingga anak butuh zat gizi tinggi dan gizi seimbang agar tumbuh kembangnya
optimal. Pada usia ini ASI tetap diberikan. Pada masa ini berikan juga makanan
keluarga secara bertahap sesuai kemampuan anak. Variasi makanan harus diperhatikan.
Makanan yang diberikan tidak menggunakan penyedap, bumbu yang tajam, zat pengawet
dan pewarna. dari asi karena saat ini hanya asi yang terbaik untuk buah hati anda tanpa
efek samping
2.7. Zat Gizi Mikro yang Berperan untuk Menghindari Stunting (Pendek)
a. Kalsium
Kalsium berfungsi dalam pembentukan tulang serta gigi, pembekuan darah dan kontraksi
otot. Bahan makanan sumber kalsium antara lain : ikan teri kering, belut, susu, keju,
kacang-kacangan.
b. Yodium
Yodium sangat berguna bagi hormon tiroid dimana hormon tiroid mengatur metabolisme,
pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Yodium juga penting untuk mencegah gondok
dan kekerdilan. Bahan makanan sumber yodium : ikan laut, udang, dan kerang.
c. Zink
Zink berfungsi dalam metabolisme tulang, penyembuhan luka, fungsi kekebalan dan
pengembangan fungsi reproduksi laki-laki. Bahan makanan sumber zink : hati, kerang,
telur dan kacang-kacangan.
d. Zat Besi
Zat besi berfungsi dalam sistem kekebalan tubuh, pertumbuhan otak, dan metabolisme
energi. Sumber zat besi antara lain: hati, telur, ikan, kacang-kacangan, sayuran hijau dan
buah-buahan.
e. Asam Folat
Asam folat terutama berfungsi pada periode pembelahan dan pertumbuhan sel,
memproduksi sel darah merah dan mencegah anemia. Sumber asam folat antara lain :
bayam, lobak, kacang-kacangan, serealia dan sayur-sayuran.

2.8. Pemfokusan Tenaga Kesehatan


Hal yang menjadi pemfokusan adalah menurunkan prevalensi pendek. Jika kita berhasil
menurunkan prevalensi pendek (TB/U) 1% akan diikuti penurunan prevalensi berat
kurang (BB/U) 0,5%, sehingga pada untuk tahun 2011-2014 dengan penurunan 4%
prevalensi balita pendek dapat menurunkan 2% prevalensi balita berat kurang. Artinya
pada tahun 2015, target MDGs prevalensi balita pendek sebesar 32% dapat tercapai,
karena kita berhasil menurunkan 35,6% menjadi 31,6%.

2.9. Usaha Pemerintah dalam Masalah Stunting


Selama ini pemerintah sudah berusaha mengurangi Gizi buruk, terutama pertumbuhan
yang terhambat, merupakan sebuah masalah kesehatan masyarakat yang utama di
Indonesia. Untuk mengatasi tantangan itu, UNICEF mendukung sejumlah inisiatif di
tahun 2012 untuk menciptakan lingkungan nasional yang kondusif untuk gizi. Ini
meliputi peluncuran Gerakan Sadar Gizi Nasional (Scaling Up Nutrition SUN) dan
mendukung pengembangan regulasi tentang pemberian ASI eksklusif, rencana nasional
untuk mengendalikan gangguan kekurangan iodine, panduan tentang pencegahan dan
pengendalian parasit intestinal dan panduan tentang suplementasi multi-nutrient
perempuan dan anak di Klaten, Jawa Tengah.
Manajemen masyarakat tentang gizi buruk akut dan pemberian makan bayi dan anak
menjelma menjadi sebuah paket holistic untuk menangani gizi buruk, sementara
pengendalian gizi anak dan malaria ditangani bersama untuk mencegah pertumbuhan
yang terhambat (stunting) (Laporan Tahuna Unicef Indonesia, 2012).

Untuk membantu pemerintah dalam melakukan perbaikan gizi pada


balita Stunting, menurut Unicef Indonesia perhatian khusus harus diberikan pada:

1. Penciptaan dan penguatan mekanisme koordinasi nasional dan


daerah untuk mengimplementasikan Rencana Aksi Nasional Pangan dan
Gizi, dan untuk melakukan koordinasi dengan sektor-sektor non-gizi.
2. Pengembangan, pemantauan dan penegakan peraturan nasional untuk
mengawasi pemasaran produk pengganti ASI.
3. Revisi standar minimal pelayanan kesehatan untuk mencakup aksi-aksi
dan sasaran gizi,seperti aksi-aksi yang berhubungan dengan konseling
gizi, makanan pendamping ASI dan gizi ibu.
4. Penguatan sistem informasi kesehatan untuk meningkatkan keandalan
data, promosi pengawasan suportif terhadap program kesehatan dan gizi,
dan promosi penggunaan data oleh petugas kesehatan secara terus-
menerus untuk meningkatkan dampak program.
5. Penguatan program fortifikasi pangan nasional dengan memperbarui
standar fortifikasiuntuk terigu, pengharusan fortifikasi minyak, dan
peningkatan penegakan legislasi yang ada; tentang iodisasi garam.
6. Implementasi langkah-langkah untuk merekrut, mengembangkan dan
mempertahankan ahli gizi yang memenuhi syarat, termasuk insentif bagi
mereka yang bekerja di daerah-daerah yang kurang terlayani.

BAB III
KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
Stunting adalah keadaan dimana tinggi badan berdasarkan umur rendah, atau keadaan
dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak anak lain seusianya (MCN,
2009).
Stunted adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (<-2SD), ditandai dengan
terlambatnya pertumbuhan anak yang mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tinggi
badan yang normal dan sehat sesuai usia anak. Stunted merupakan kekurangan gizi kronis
atau kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan sebagai indikator jangka panjang
untuk gizi kurang pada anak.
Stunting dapat didiagnosis melalui indeks antropometrik tinggi badan menurut umur yang
mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan dengan
indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai dan atau
kesehatan.
Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak langsung yang
memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu hamil
dengan gizi kurang akan menyebabkan janin mengalami intrauterine growth retardation
(IUGR), sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan mengalami gangguan
pertumbuhan dan perkembangan.Beberapa faktor yang terkait dengan kejadian stunted
antara lain kekurangan energi dan protein, sering mengalami penyakit kronis, praktek
pemberian makan yang tidak sesuai dan faktor kemiskinan.
Untuk menentukan stunted pada anak dilakukan dengan cara pengukuran. Pengukuran
tinggi badan menurut umur dilakukan pada anak usia di atas 2 tahun. Antropometri
merupakan ukuran dari tubuh, sedangkan antropometri gizi adalah jenis pengukuran
dari beberapa bentuk tubuh dan komposisi tubuh menurut umur dan tingkatan gizi, yang
digunakan untuk mengetahui ketidakseimbangan protein dan energi. Anak yang
menderita stunting berdampak tidak hanya pada fisik yang lebih pendek saja, tetapi juga
pada kecerdasan, produktivitas dan prestasinya kelak setelah dewasa, sehingga akan
menjadi beban negara. Selain itu dari aspek estetika, seseorang yang tumbuh proporsional
akan kelihatan lebih menarik dari yang tubuhnya pendek.
Kejadian balita stunting dapat diputus mata rantainya sejak janin dalam kandungan
dengan cara melakukan pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil, artinya setiap ibu
hamil harus mendapatkan makanan yang cukup gizi, mendapatkan suplementasi zat gizi
(tablet Fe), dan terpantau kesehatannya. Selain itu setiap bayi baru lahir hanya mendapat
ASI saja sampai umur 6 bulan (eksklusif) dan setelah umur 6 bulan diberi makanan
pendamping ASI (MPASI) yang cukup jumlah dan kualitasnya. Ibu nifas selain mendapat
makanan cukup gizi, juga diberi suplementasi zat gizi berupa kapsul vitamin A.

DAFTAR PUSTAKA

Laporan Tahuna Unicef Indonesia. 2012. Ringkasan Kajian Kesehatan Unicef


Indonesia.Oktober 2012.
Laporan Tahunan Indonesia. 2013. Penyajian Pokok-Pokok Hasil Riset Kesehatan Dasar
2013.
http://www.stbm-indonesia.org/dkconten.php?id=5433
http://kualitasnews.com/stunting-dan-dampak-kehidupannya-kedepan/
http://catatanseorangahligizi.wordpress.com/2012/01/06/stunting/

Faktor Penyebab dan Dampak Stunted Terhadap Kesehatan

03 April 2014 6047 Views


6

Menurut data yang


dilansir WHO, 178
juta anak di bawah
lima tahun
mengalami stunted.
Stunting (tubuh
pendek) adalah
keadaan tubuh yang
sangat pendek
hingga melampaui
defisit 2 SD dibawah
median panjang atau tinggi badan populasi yang menjadi referensi internasional. Definisi
dari sumber lain, Stunting adalah keadaan dimana tinggi badan berdasarkan umur
rendah, atau keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak anak
lain seusianya (MCN, 2009). Stunted adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (<-
2SD), ditandai dengan terlambatnya pertumbuhan anak yang mengakibatkan kegagalan
dalam mencapai tinggi badan yang normal dan sehat sesuai usia anak. Stunted merupakan
kekurangan gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan sebagai
indikator jangka panjang untuk gizi kurang pada anak.

Beberapa faktor yang terkait dengan kejadian stunted antara lain kekurangan energi dan
protein, sering mengalami penyakit kronis, praktek pemberian makan yang tidak sesuai
dan faktor kemiskinan. Prevalensi stunted meningkat dengan bertambahnya usia,
peningkatan terjadi dalam dua tahun pertama kehidupan, proses pertumbuhan anak masa
lalu mencerminkan standar gizi dan kesehatan.

Menurut laporan UNICEF (1998) beberapa fakta terkait stunted dan pengaruhnya antara
lain sebagai berikut :

Anak-anak yang mengalami stunted lebih awal yaitu sebelum usia enam bulan,
akan mengalami stunted lebih berat menjelang usia dua tahun. Stunted yang parah
pada anak-anak akan terjadi defisit jangka panjang dalam perkembangan fisik
dan mental sehingga tidak mampu untuk belajar secara optimal di sekolah,
dibandingkan anak- anak dengan tinggi badan normal. Anak-anak dengan stunted
cenderung lebih lama masuk sekolah dan lebih sering absen dari sekolah
dibandingkan anak-anak dengan status gizi baik. Hal ini memberikan
konsekuensi terhadap kesuksesan anak dalam kehidupannya dimasa yang akan
datang.
Stunted akan sangat mempengaruhi kesehatan dan perkembanangan anak. Faktor
dasar yang menyebabkan stunted dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan intelektual. Penyebab dari stunted adalah bayi berat lahir rendah,
ASI yang tidak memadai, makanan tambahan yang tidak sesuai, diare berulang,
dan infeksi pernapasan. Berdasarkan penelitian sebagian besar anak-anak dengan
stunted mengkonsumsi makanan yang berada di bawah ketentuan rekomendasi
kadar gizi, berasal dari keluarga miskin dengan jumlah keluarga banyak,
bertempat tinggal di wilayah pinggiran kota dan komunitas pedesaan.
Pengaruh gizi pada anak usia dini yang mengalami stunted dapat mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan kognitif yang kurang. Anak stunted pada usia
lima tahun cenderung menetapsepanjang hidup, kegagalan pertumbuhan anak usia
dini berlanjut pada masa remaja dan kemudian tumbuh menjadi wanita dewasa
yang stunted dan mempengaruhi secara langsung pada kesehatan dan
produktivitas, sehingga meningkatkan peluang melahirkan anak dengan BBLR.
Stunted terutama berbahaya pada perempuan, karena lebih cenderung
menghambat dalam proses pertumbuhan dan berisiko lebih besar meninggal saat
melahirkan.

Faktor Penyebab Stunted

Menurut beberapa penelitian, kejadian stunted pada anak merupakan suatu proses
kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang siklus
kehidupan. Pada masa ini merupakan proses terjadinya stunted pada anak dan peluang
peningkatan stunted terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan.

Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidaklangsung yang
memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu hamil
dengan gizi kurang akan menyebabkan janin mengalami intrauterine growth retardation
(IUGR), sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan mengalami gangguan
pertumbuhan dan perkembangan.

Anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan disebabkan kurangnya asupan


makanan yang memadai dan penyakit infeksi yang berulang, dan meningkatnya
kebutuhan metabolic serta mengurangi nafsu makan, sehingga meningkatnya kekurangan
gizi pada anak. Keadaan ini semakin mempersulit untuk mengatasi gangguan
pertumbuhan yang akhirnya berpeluang terjadinya stunted (Allen and Gillespie, 2001).

Penilaian Stunted secara Antropometri

Untuk menentukan stunted pada anak dilakukan dengan cara pengukuran. Pengukuran
tinggi badan menurut umur dilakukan pada anak usia di atas 2 tahun. Antropometri
merupakan ukuran dari tubuh, sedangkan antropometri gizi adalah jenis pengukuran
dari beberapa bentuk tubuh dan komposisi tubuh menurut umur dan tingkatan gizi, yang
digunakan untuk mengetahui ketidakseimbangan protein dan energi. Antropometri
dilakukan untuk pengukuran pertumbuhan tinggi badan dan berat badan (Gibson, 2005).

Standar digunakan untuk standarisasi pengukuran berdasarkan rekomendasi NCHS dan


WHO. Standarisasi pengukuran ini membandingkan pengukuran anak dengan median,
dan standar deviasi atau Z-score untuk usia dan jenis kelamin yang sama pada anak-
anak. Z-score adalah unit standar deviasi untuk mengetahui perbedaan antara nilai
individu dan nilai tengah (median) populasi referent untuk usia/tinggi yang sama, dibagi
dengan standar deviasi dari nilai populasi rujukan. Beberapa keuntungan penggunaan Z-
score antara lain untuk mengiidentifikasi nilai yang tepat dalam distribusi perbedaan
indeks dan perbedaan usia, juga memberikan manfaat untuk menarik kesimpulan secara
statistik dari pengukuran antropometri.

Indikator antropometrik seperti tinggi badan menurut umur (stunted) adalah penting
dalam mengevaluasi kesehatan dan status gizi anak-anak pada wilayah dengan banyak
masalah gizi buruk. Dalam menentukan klasifikasi gizi kurang dengan stunted sesuai
dengan Cut off point, dengan penilaian Z-score, dan pengukuran pada anak balita
berdasarkan tinggi badan menurut Umur (TB/U) Standar baku WHO-NCHS berikut
(Sumber WHO 2006) .

Kasus Balita pendek, atau stunting, ternyata masih tinggi jumlahnya. Kalau dibiarkan, tak
hanya berdampak pada kualitas fisik tapi juga kecerdasan anak ke depan.
CARA TEPAT CEGAH STUNTING

Stunting memang berdampak serius, tapi bukan berarti tidak dapat dicegah. Pencegahan
stunting sejatinya dapat dilakukan sedini mungkin dengan memperbaiki asupan gizi
mulai dari remaja putri, wanita usia subur, ibu hamil maupun pada Balita. Artinya,
sebelum hamil, kondisi si calon ibu harus sudah siap hamil. Tentunya dengan asupan
gizi yang cukup, berat badan memadai dan tidak anemia.

Kejadian Balita pendek juga dapat dicegah sejak janin dalam kandungan. Caranya dengan
memenuhi asupan gizi bagi ibu hamil, mulai dari pembuahan sampai dengan umur
kehamilan 20 minggu.

Di masa-masa tersebut, ibu hamil harus mendapatkan asupan gizi mikro (mikronutrien)
dan protein untuk membangun tinggi badan potensial dan pertumbuhan otak anak.
Asupan gizi mikro itu antara lain berupa mineral seperti zat besi (tablet Fe) maupun
vitamin-vitamin.

Jangan lupa, sang ibu juga perlu diperhatikan asupan kalorinya. Ibu hamil perlu 300-400
kalori ekstra setiap harinya, yang bisa diperoleh makanan-makanan sumber karbohidrat,
lemak nabati dan hewani, protein, sayuran dan buah. Asupan ini penting untuk
membangun berat badan potensial bayi dan Balita.

Nah, setelah lahir, bayi baru lahir cukup hanya mendapat ASI saja (ASI eksklusif) sampai
dengan umur 6 bulan. Umur 6 bulan sampai 2 tahun, barulah makanan pendamping ASI
(MP-ASI) bisa diberikan. Pemberian ASI tetap terus diberikan sampai usia 2 tahun.

Masa paling tepat untuk memperbaiki kondisi Balita pendek memang sampai Balita
berusia 2 tahun.

Masalah stunting ini erat hubungannya dengan faktor pengetahuan, sikap dan perilaku
masyarakat terhadap gizi. Menurutnya, masyarakat sudah cukup tahu apa dan bagaimana
dampak dari gizi buruk. Tapi, kalau bicara tentang gizi berimbang dan manfaat makanan
seperti lauk hewani, lauk nabati, sayuran, buah, dan juga ASI eksklusif, pengetahuan
masyarakat masih rendah.

Untuk itu, Kementerian Kesehatan tahun ini mulai menggelar Gerakan Nasional Sadar
Gizi. Tujuannya untuk menumbuhkan pengetahuan, sikap dan perilaku yang lebih
merefleksikan kesadaran gizi yang baik. Sekedar tahu gizi saja tidak cukup. Tapi juga
harus diikuti dengan perubahan perilaku, antara lain pola konsumsi makanan yang baik.

(SM/Sie Gizi

Anda mungkin juga menyukai