Anda di halaman 1dari 17

referat

Kehamilan dengan Kondiloma Akuminata

Disusun oleh :

Prayoga Perdana Rivai

17360069

Pembimbing:

Dr. Bambang Kurniawan, Sp.OG

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI

RUMAH SAKIT PERTAMINA BINTANG AMIN BANDAR LAMPUNG

2017
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Referat :

Kehamilan dengan Kondiloma Akuminata

Bandar Lampung, 19 September 2017

Pembimbing, Penyaji,

dr. Bambang Kurniawan,Sp. OG Prayoga Perdana Rivai


BAB I

PENDAHULUAN

Kutil anogenital yang sering disebut kondiloma akuminata adalah penyakit


menular seksual yang disebabkan oleh Human Papilomavirus (HPV).1 Infeksi
HPV dapat menyebar melalui kontak langsung atau autoinokulasi. Masa inkubasi
bervariasi dari 1-12 bulan dengan rata rata 2-3 bulan. Infeksi HPV pada genital
diduga subklinis sampai 70% dan tidak disadari oleh pasien tetapi terdeteksi
dengan pemeriksaan klinis lengkap, histopatologis dan sitologis atau analisis
molekular.1,2

Kondiloma akuminata memiliki infektivitas yang tinggi, dimana


permukaan mukosa yang lebih tipis akan lebih rentan terhadap inokulasi virus
dibandingkan kulit yang memiliki keratin tebal. Infektivitas HPV genital dari ibu
sehubungan dengan papiloma pada anak tampaknya rendah, namun risiko
penularan dari ibu ke anak dengan perkembangan penyakit selanjutnya pada anak
diperkirakan 1 antara 80 dan 1 antara 1500.2

Selama kehamilan, kondiloma akuminata dapat berproliferasi dengan


cepat karena perubahan imunitas dan peningkatan suplai darah, dan kelainan ini
dapat muncul dalam bentuk klinis atau subklinis (laten). Bentuk klinis lebih
menyebabkan gangguan emosional dan fisik pada pasien karena ibu harus
melahirkan secara sectio caesaria dan jika melahirkan secara spontan akan
terdapat kemungkinan resiko kontaminasi HPV pada bayi.

Modalitas terapi utama untuk kondiloma akuminata adalah terapi


destruktif, seperti kauterisasi, krioterapi dengan nitrogen cair, eksisi, tingtura
podofilin, podofilin resin, asam trikloroasetat (TCA), injeksi bleomisin sulfat,
krim imiquimod dan laser vaporisasi, tetapi tidak ada dari modalitas terapi ini
yang memberikan jaminan kesembuhan dan rekurensi bisa terjadi. Pada wanita
hamil tidak semuanya modalitas terapi di atas dapat digunakan, pilihan terapi
yang dapat diberikan antara lain krioterapi, elektrokauterisasi, terapi laser dan
asam trikloroaset.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Kondiloma Akuminata
2.1.1. Definisi
Kondiloma akuminata adalah kelainan kulit berbentuk vegetasi
bertangkai dengan permukaan berjongjot dan disebabkan oleh virus yaitu
human papilloma virus (HPV) jenis tertentu. Menurut Zubier (2003) pada
pasien kondiloma akuminata terjadi kelainan berupa fibroepitelioma pada
kulit dan mukosa.1,3
2.1.2. Etiologi
Etiologi penyakit ini adalah virus golongan paposa (HPV). HPV
adalah virus DNA yang merupakan virus epiteliotropik (menginfeksi
epitel) dan tergolong dalam famili Papovaviridae.2,3
Menurut Zubier (2003) sampai sekarang ini telah diisolasi lebih
dari 120 tipe HPV. Tapi tidak seluruhnya menyebabkan kondiloma
akuminata, dari semua tipe tersebut yang sering dijumpai pada kondiloma
akuminata adalah tipe 6, 11, 16 dan 18.
2.1.3. Epidemiologi
Frekuensi terjadinya kondiloma akuminata pada pria dan wanita
sama, penyebarannya kosmopolit, dan transmisinya bisa melalui kontak
kulit langsung maupun hubungan seksual.
Di Amerika Serikat cenderung meningkat 4-5 kali lipat dalam dua
dekade terakhir, insidensi tertinggi pada wanita usia 20-30 tahun. Setiap
tahun ada 500.000-1.000.000 kasus baru yang ditemukan di Amerika
Serikat.4 Laporan lain telah mencatat bahwa prevalensi penyakit ini empat
kali lebih tinggi dalam dua dekade terakhir ini. Laporan dari klinik
penyakit menular seksual (PMS) di Inggris, bahwa jumlah kasus baru
meningkat dua kali lipat dalam dekade terakhir ini. Di negara Hongkong
penyakit ini peringkat kedua PMS, dan akhir akhir ini insidensi penyakit
ini meningkat terus. Data rumah sakit di Indonesia menunjukkan bahwa
penyakit ini menduduki peringkat ketiga diantara penyakit menular
seksual,sesudah uretritis, gonore dan non gonore.3

2.1.4. Faktor risiko3


 Penggunaan kontrasepsi oral
 Penggunaan obat-obatan imunosupresan
 Partner seks yang lebih dari satu
 Riwayat koitus dini
 Riwayat kontak seksual dengan penderita kondiloma akuminata

2.1.5. Patogenesis

Kebanyakan infeksi HPV di daerah anogenital didapatkan melalui


hubungan seksual. Setelah akuisisi, HPV menginfeksi sel basal dari
anogenital epitelium. HPV beriplikasi dan berbentuk virion saat sel basal
berdiferensiasi dan tumbuh ke permukaan epitel. Sprektrum penyakit
tergantung pada tingkat mitosis dan penggantian epitel dengan sel basaloid
yang immature.3

Sel dari lapisan basal epidermis diinvasi oleh HPV. Hal ini
berpenetrasi melalui kulit dan menyebabkan mikro abrasi mukosa. Fase
virus laten dimulai dengan tidak tanda atau gejala dan dapat berakhir
hingga bulan dan tahun. Mengikuti fase laten, produksi DNA virus, kaspid
dan partikel dimulai. Sel host menjadi terinfeksi dan timbul atipikal
morfologis koilocytosis dari kondiloma akuminata. Area yang paling
sering terkena adalah penis, vulva, vagina, serviks, perineum dan perineal.
Lesi mukosa yang tidak biasa adalah di oropharynx, laring dan trakea telah
dilaporkan. Hpv-6 bahkan telah dilaporkan di area lain yang tidak biasa.
Lesi simultan multiple juga sering dan melibatkan keadaan subklinis
sebagaimana anatomi yang berdiferensiasi dengan baik. Infeksi subklinis
telah ditegakkan dalam membawa keadaan infeksi dan potensi akan
onkogenik.5
2.1.6. Gambaran klinis

Kondiloma akuminata terdiri dari papul atau nodul epidermal dan


dermal pada perineum, genitalia, lipatan paha, dan anus. Ukurannya
bervariasi dan dapat membentuk massa yang besar, eksofitik dan
menyerupai kembang kol (cauliflower like), terutama pada daerah yang
lembab dari perineum. Kutil dapat meluas secara internal ke vagina, uretra
dan epitelium perirektal. Kutil anogenital biasanya asimtomatik, tetapi
tergantung pada ukuran dan lokasi anatomik, dapat juga muncul rasa nyeri
ataupun gatal. Untuk kepentingan klinis maka kondiloma akuminata
dibagi dalam 3 bentuk, yaitu:1,4

1. Bentuk akuminata

Terutama dijumpai pada daerah lipatan dan lembab. Terlihat


vegetasi bertangkai dengan permukaan yang berjonjot-jonjot seperti jari.
Beberapa kutil dapat bersatu membentuk lesi yang lebih besar sehingga
tampak seperti kembang kol. Lesi yang besar ini sering dijumpai pada
wanita yang mengalami fluor albus dan pada wanita hamil, atau pada
keadaan imunitas terganggu.
2. Bentuk papul
Lesi bentuk papul biasanya didapati di daerah dengan keratinisasi
sempurna, seperti batang penis, vulva bagian lateral, daerah perianal dan
perineum. Kelainan berupa papul dengan permukaan yang halus dan licin
multipel dan tersebar secara diskret.
3. Bentuk datar
Secara klinis, lesi bentuk ini terlihat sebagai makula atau bahkan
sama sekali tidak tampak dengan mata telanjang (infeksi subklinis), dan
baru terlihat setelah dilakukan tes asam asetat.
4. Bentuk keratotik
Bentuk ini memiliki tampilan seperti krusta tebal, dapat tampak
seperti kutil biasa atau keratosis seboroik. Selain bentuk klinis diatas,
dijumpai pula bentuk klinis lain yang telah diketahui berhubungan dengan
keganasan pada genitalia, yaitu:
1. Giant condyloma Buschke-Lowenstein
Bentuk ini diklasifikasikan sebagai karsinoma sel skuamosa
dengan keganasan derajat rendah. Hubungan KA dengan giant condyloma
diketahui dengan ditemukannya HPV tipe 6 dan tipe 11. Lokasi lesi yang
paling sering adalah pada penis dan kadang-kadang vulva dan anus. Klinis
tampak sebagai kondiloma yang besar, bersifat invasif lokal dan tidak
bermetastasis. Secara histologis giant condyloma tidak berbeda dengan
kondiloma akuminata. Giant condyloma ini umumnya refrakter terhadap
pengobatan
2. Papulosis Bowenoid
Secara klinis berupa papul likenoid berwarna coklat kemerahan
dan dapat berkonfluens menjadi plakat. Ada pula lesi yang berbentuk
makula eritematosa dan lesi yang mirip leukoplakia atau lesi subklinis.
Umumnya lesi multipel dan kadangkadang berpigmentasi. Berbeda dengan
KA, permukaan lesi papulosis Bowenoid biasanya halus atau hanya sedikit
papilomatosa. Papulosis Bowenoid secara histologis adalah lesi intraepitel
skuamosa derajat tinggi atau sebuah karsinoma in situ.

Gambar 1. Kondiloma akuminata


2.1.7. Pemeriksaan Penunjang
Meskipun gejala klinis sangat khas akan tetapi masih perlu
dilakukan pemeriksaan penunjang dengan.1,4
1. Uji asam asetat. Dengan membutuhkan asam asetat 5% dengan lidi kapas
pada lesi yang dicurigai. Dalam beberapa menit lesi akan berubah warna
menjadi putih.
2. Kolposkopi (stereoscopic microscopy) hal ini sangat berguna untuk
mengidentifikas lesi servikal, dimana diidentifikasikan dengan lebih baik
dengan menggunakan asam asetat.
3. Pemeriksaan histopatologi yang menunjukkan gambaran papilomatosis,
akantosis, “rete ridges” yang memanjang dan menebal, parakeratosis dan
koilositosis.

2.1.8. Diagnosis banding

1. Kondiloma lata
2. Veruka vulgaris
3. Karsinoma sel skuamosa

2.1.9. Penatalaksanaan

Pemilihan cara pengobatan yang dipakai tergantung pada besar,


lokalisasi, jenis dan jumlah lesi, serta keterampilan dokter yang melakukan
pengobatan. Ada beberapa cara pengobatan KA yaitu.1,5,6

1. Kemoterapi
a. Tingtur podofilin
Yang dimaksud tingtur podofilin 15-25%. Setelah melindungi kulit
di sekitar lesi dengan vaselin agar tidak terjadi iritasi., oleskan tingtur
podofilin pada lesi dan biarkan sampai 4-6 jam, kemudian cuci. Bila belum
terjadi penyembuhan boleh diulang setelah 3 hari. Pemberian obat
dilakukan seminggu dua kali. Setiap pemberian tidak boleh melebihi 0,5 cc
karena diserap dan bersifat toksik. Gejala toksisitas adalah mual, muntah,
nyeri abdomen, gangguan alat nafas, dan berkeringat yang disertai kulit
dingin. Dapat pula terjadi kompresi sumsum tulang yang disertai
trombositopenia dan leukopenia. Tidak boleh diberikan pada wanita hamil
karena dapat menyebabkan kematia fetus. Cara pengobatan dengan
pedofilin ini sering dipakai. Hasilnya baik pada lesi yag baru, tetapi kurang
memuaskan pada lesi yang hiperkeratotik, lama atau yang berbentuk pipih.
b. podofilotoksin 0,5% (podofiloks)
bahan ini merupakan zat aktif yang terdapat dalam podofilin.
Setelah pemakaian podofoloks, dalam beberapa hari akan terjadi destruksi
pada jaringan kondiloma akuminata. Reaksi iritasi pada pemakaian
podofiloks lebih jarang terjadi dibandingkan dengan podofilin dan reaksi
sistemik belum pernah dilaporkan. Obat ini dapat dioleskan sendiri oleh
penderita sebanyak 2 kali sehari selama 3 hari berturut turut.
c. Asam trikloroasetat
Digunakan larutan dengan konsentrasi 50%, dioleskan setiap
minggu. Pemberiannya harus hati hati karena dapat menimbulkan ulkus
yang dalam. Dapat diberikan pada wanita hamil
d. 5-Flourourasil
konsentrasinya antara 1-5% dalam krim. Obat ini terutamauntuk
kondiloma akuminata yang lesinya terletak pada meatus uretra atau dia
atas meatus uretra. Pemberiannya setiap hari sampai lesi hilang.
Sebaliknya penderitanya tidak miksi selama 2 jam setelah pengobatan
2. Tidakan bedah
a. Bedah skapel(eksisi)
b. Bedah listrik(elektrokauterisasi)
c. Bedah beku (N2 cair,N2O cair), banyak menolong untuk
pengobatan kondiloma akuminata pada wanita hamil dengan lesi
yang banyak dan basah.
d. Bedah laser (CO2 laser)
3. Interferon4
Pemberian dalam bentuk suntikan, bentuk krim dan dapat
diberikan bersama pengobatan yang lain. Secara klinis terbukti
interferon alfa, beta, gama bermanfaat dalam pengobatan infeksi HPV.
Interferon alfa diberikan dengan dosis 406 mU IM selama 6 minggu.
Interferon beta diberikan dengan dosis 2x106 unit secara im atau 2
kali 10 mega IU secara im selama 10 hari berturut turut.
4. Imunoterapi
Pada penderita dengan lesi yang luas dan resisten terhadap
pengobatan dapat diberikan pengobatan bersama imunostimulator.

2.1.10. Pencegahan

Secara garis besar, upaya pencegahan terhadap penularan HPV


dapat dilakukan dengan:
a. Menghindari kontak fisik dengan pasangan seksual yang terinfeksi
b. Anjurkan penggunaan kondom
c. Menghentikan aktivitas seksual selama pengobatan
d. Memeriksakan diri secara teratur termasuk pula memeriksakan
pasangan seksualnya
e. Pap smear secara teratur pada wanita usia lebih dari 18 tahun
f. Pemeriksaan HIV-AIDS
g. Vaksinasi HPV
2.1. 11. Komplikasi
Kondiloma akuminata memiliki resiko berkembang menjadi
kanker yang invasif. Bagaimanapun, individu dengan kondiloma
akuminata biasanya memiliki faktor resiko HPV tipe onkogenik yang
menyebabkan CIN dan anal intraepitelial neoplasia. Kondiloma akuminata
dapat berfoliferasi dan membesar selama kehamilan dan dapat menyumbat
panggul saat proses persalinan pervaginam. Pada anak yang lahir dari ibu
penderita kondiloma akuminata bisa terjadi respiratori papillomatosis
berulang tapi kejadiaannya sangat jarang. Kutil berkembang di
tenggorokan bayi, biasanya di pita suara, menyebabkan hoarseness dan
stridor. Kutil tersebut biasanya dibuang dengan cata bedah laser untuk
menghindari kemungkinan kegagaan bernafas. Karena prevalensi
terjadinya respiratori papillomatosis berulang rendah, proses persalinan
secara seksio sesarea biasanya tidak disarankan bagi wanita yang
menderita kondiloma akuminata. Tetapi jika terjadi pertumbuhan kutil
yang sangat besar, baik di dalam vagina maupun vulva sehingga
menghambat turunnya kepala atau menyebabkan pendarahan yang banyak
maka dianjurkan melakukan seksio sesarea5.
2.1.12. Prognosis
Walaupun sering mengalami residif, prognosisnya baik. Faktor
predisposisi dicari, misalnya hygiene, adanya flour albus, atau kelembaban
pada pria akibat tidak di sirkumsisi.5

2. 2 Kondiloma Akuminata pada kehamilan


2.2.1 Kondiloma dalam kehamilan
Secara global, infeksi human papiloma virus (HPV) adalah infeksi
menular seksual paling umum terjadi . Gambaran klinis yang tampak
berupa gambaran seperti kembang kol pada daerah genital. Selama
kehamilan, prevalensi kondiloma meningkat dari pertama sampai
trimester ketiga dan menurun secara signifikan pada periode
postpartum. Resiko kondiloma akuminata pada kehamilan adalah dua
kali lipat. Lesi HPV yang berupa kondiloma dapat terjadi pada daerah
servik (kondiloma serviks). atau condyloma avulva cenderung
berkembang dalam ukuran dan vaskularitas selama kehamilan karena
adanya perubahan anatomi termasuk vaskularisasi selama kehamilan
dan adanya penurunan kekebalan alami serta pengaruh hormonal.
Keadaan ini dapat menghalangi saluran reproduksi dan dapat berakibat
terjadinya perdarahan banyak persalinan.2,5 kehamilan dan obat-obata
kontrasepsi oral merangsang pertumbuhan kondiloma akuminata,
karena peningkatan hormin estrogen saat itu. Demikian juga pada
pemakaian obat-obata imunosupresif yang menekan imunitas untuk
melawan virus, dapat mempersukar berhasilnya penatalaksanaan.
Prevalensi yang tinggi pada usia produktif membuat infeksi HPV
dapat terjadi pada saat kehamilan. Kondiloma akuminata tumbuh lebih
cepat pada wanita yang sedang hamil. Kondiloma akuminata pada
wanita hamil dapat meluas pada serviks, vulva, dan dapat begitu
luasnya sehingga menutupi jalan lahir. Penyebab perluasan lesi ini
masih belum diketahui dengan pasti tetapi memang terjadi penurunan
kekebalan yang dihantarkan sel selama kehamilan. Hal lain yang perlu
diperhatikan adalah pertumbuhan lesi yang sangat cepat dengan
kemungkinan terjadinya CIN dan paparan pada fetus.4,5

2.2.2 Resiko penularan kondiloma akuminata kepada neonatal


Neonatus terkena penularan infeksi virus terutama selama
perjalanan melalui jalan lahir. Transmisi bahkan dapat terjadi tanpa
adanya lesi klonis jelas. Meskipun modus klasik penularan HPV pada
bayi baru lahir adalah selama perjalanan jani melalui jalan lahir dan
mengalami kontak dengan ibu yang terinfeksi. Namun, dalam kasus
tertentu, bayi baru lahir dapat mengalami infeksi kongenital intra
uterine, walaupun dengan kelahiran melalui sectio caesaria, dan itu
dapat disebabkan oleh infeksi ascending dari saluran vagina setelah
terjadinya transmisi intra uterine melalui sperma yang membawa HPV
carrier atau infeksi transplasenta.6
Paparan pada fetus dapat berakibat terjadinya papilomatosi larings
juvenil, yang biasanya manifestasinya pada usia 5 tahun. Insidensi
papilomatosis larings juvenil tidak tinggi dan patogenesisnya masih
belum jelas, tetapi penyakit ini dapat menimbulkan distres pernafasan
akibat terjadinya obstruksi saluran pernafasan karena edema pada
larings serta memiliki tingkat rekurensi yang tinggi. Pada ibu dengan
riwayat kondiloma akuminata didapatkan 50% bayi yang menderita
papilomatosis laring juvenil. Meski demikian, resiko untuk terjadinya
papilomatosis laring juvenil pada janin yang dilahirkan oleh ibu yang
menderita kondiloma akuminata belum dapat ditentukan, ada yang
mengungkapkan bahwa jumlahnya terlalu kecil. 3,4
2.2.3 Terapi kondiloma akuminata pada ibu hamil
Pengobatan saat hamil sangat mengganggu penderita dan
bagusnnya lesi ini biasanya menghilang setelah persalinan. Saat
kehamilan dianjurkan untuk sering mencuci dan membersihkan vulva
ditambah membersihkan vagina dengan irigasi dan menjaga daerah
vulva ditambah membersihkan vagina dengan irigasi dan menjaga
daerah itu tetap kering dan hal ini akan menghambat proliferasi kutil itu
dan menjaga daerah itu tetap kering dan hal ini akan menghambat
proliferasi kutil itu dan mengurangi ketidak nyamanan yang ada. Pada
umumnya bila tidak begitu penting dan tidak begitu mengganggu maka
tidak perlu memberikan pengobatan pada saat kehamilan karena akan
menghilang setelah persalinan. Tetapi ditunjukan untuk mengurangi
keluhan dan memilih pengobatan yang tidak toksik terhadap ibu dan
anak dan mengurangi ukuran kutil. Beberapa obat pilihan yang ada
dibatasi untuk tidak dipergunakan pada wanita hamil. Pemilihan cara
pengobatan tergantung pada besar, lokalisasi, jenis dan jumlah lesi serta
fasilitas pelayanan yang tersedia1,2
Pengobatan kondiloma akuminata waktu hamil tidak begitu
memuaskan. Pencucian lokal genitalia eksterna, plus pembersihan
vagina dengan douching secara hati hati dan kemudian mengeringkan
dengan seksama genitalia eksterna, paling sedikit satu kali sehari, dapat
menghambat proliferasi kutil tersebut, dan mengurangi rasa sakit.5
Penatalaksanaan kondiloma akuminata pada wanita hamil
merupakan hal yang sulit. Pemberian podofilin, yang merupakan drug
of choice, tidak dapat dilakukan karena akan beresiko terjadinya
absopsi podofilin yang bersifat toksik. Podofilin mengakibatkan spasme
vaskularisasi lokal, iskemik dan nekrosis jaringan. Pada kehamilan, lesi
sangat profuse dan vaskularisasinya banyak sehingga memudahkan
untuk absorpsi sistemik podofilin. Pemakaian agen ini pada ibu hamil
dapat menyebabkan IUFD dan neuropati maternal.2,5
Krioterapi, elektrokauterisasi, terapi laser, dan asam trikloasetat
adalah pilihan terapi kondiloma akuminata yang dapat digunakan untuk
wanita hamil. Penatalaksanaan kondiloma akuminata pada ibu hamil
secara eksisi lesi dengan kauter harus dilakukan dengan hati hati agar
tidak menyebabkan skar yang ekstensif atau melukai
jaringan.penggunaan laser sampai 90%. Laser juga meminimalkan
kerusakan jaringan sekitar lesi tetapi terapi ini sangat mahal dan
membutuhkan anestesi lokal. Namun, laser CO2 dan elektrokauterisasi
dapat menyebabkan perdarahan yang sangat berat pada 33% pasien bila
dilakukan pada kehamilan, serta dapat menimbulkan infeksi dan
nekrosis jaringan yang berat. Sedangkan laser yang menembus lebih
dalam dapat memberikan hasil yang lebih baik tetapi sangat mahal dan
tidak tersedia di setiap rumah sakit.3,4,5
Agen kimia alternatif lainnya adalah asam trikloroasetat 50% yang
digunakan setiap minggu seperti halnya podofilin. Agen ini tidak perlu
dicuci setelah penggunaannya tetapi rasa terbakarnya dapat bertahan 5-
30 menit. Asam trikloroasetat (TCA) merupakan zat yang bersifat
kaustik dan dapat mengikis kulit dan membrana mukosa. Mekanisme
kerja TCA adalah dengan cara koagulasi protein yang menyebabkan
terjadi kekeringan sel dan jaringan sehingga dapat mengakibatkan
terjadinya destruksi yang berat pada kondiloma. Asam triloroasetat
dinyatakan aman digunakan pada kehamilan karena tidak diabsorbsi
secara sistemik. Zat ini dapat diaplikasikan langsung ke permukaan lesi
dengan lidi/ kapas lidi aplikator setiap minggu. Tingkat keberhasiln
TCA untuk terapi kondiloma 56-81% dengan tingkat rekurensi 36%.2
Interferon ditemukan oleh Isaacs dan lindeman pada tahun 1957,
didapatkan bahwa pada biakan sel yang terinfeksi virus menghasilkan
protein yang bisa menyebabkan resistensi terhadap berbagai macam
virus, dengan cara menghambat replikasi viral. Interferon diberikan
secara parenteral, yaitu dengan injeksi intra muscular, subkutan atau
intradermal pada lesi. Ada dua jenis interferon yang dapat digunakan
dalam terapi kondiloma akuminata yaitu interferon alfa-2b (intron A)
dan interferon alfa-n3 (Alferon N injection).
Cara pemberian interferon dengan (1) injeksi intralesi 1 juta IU
perlesi 3 kali seminggu selama 3 minggu (Intron A), (2) injeksi
intraalesi 250.000 IU 2 kali seminggu selama 8 minggu (Alferon N
injection), (3) injeksi subkutan atau intradermal 1 juta sampai 3 juta
IU/m3 5 kali seminggu selama 2 minggu, diikuti 3 kali seminggu selama
4 minggu. Beberapa penelitian menunjukkan terapi kondiloma
akuminata dengan interferon cukup efektif dan aman pada ibu hamil.
Cara pemberiannya tidak mempengaruhi hasil kesembuhan.2
Daftar Pustaka

1. Sarwono P, Hanifa W. Ilmu Kandungan. Ed 4. PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo. Jakarta.2008.
2. Laporan kasus: Kondiloma Akuminata Pada Wanita Hamil: Salah Satu
Modalitas Terapi. Satya W, Rahmah H. Avaiblable at:
http:/jurnal.fk.unand.ac.id. accessed on 9 september 2017.
3. Koutsky LA, Kivat NB. Genital Human Papillomavirus. In Holmes: Sexually
Transmitted Diseases. New york : McGraw Hill. 2002; 3; chapter 25; p 347-
356.
4. Brandt AM, Jones DS. Historical Perspectives on Sexually Transmitted
Diseases : Challenges for Prevention and Control. In Holmes: Sexually
Transmitted. New York : McGraw. Hill. 2002;3 chapter 2;p 15-20.
5. Chap. Kondiloma Akuminatum. Available at:
http;//repository.usu.ac.id/bitstream/12345678/4/Chapter%2011.pdf. Accessed
on:9 september 2017.
6. Obgynmag: Kondiloma skuminata. Available at: obgynmag: Kondiloma
Akuminata obgynmag.blogspot.com. Accessed on: 9 September 2017

Anda mungkin juga menyukai