Anda di halaman 1dari 7

Keluarga Binaan Pasien dengan Penyakit Kusta

Mellyana Fransisca Tamirin


11.2014.051
Dokter Muda Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta

Kusta
Kusta atau penyakit lepra merupakan penyakit infeksi yang kronik, dan penyebabnya ialah
Mycobacterium leprae yang bersifat intraselular obligat. Saraf perifer sebagai afinitas pertama,
lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke organ lain kecuali
susunan saraf pusat. Tanda kardinal pada penyakit kusta dikenal dengan 5A: Anestesia, Akromia,
Anhidrosis, Alopesia, dan Atrofi.
Kelainan kulit pada penyakit kusta tanpa komplikasi dapat hanya berbentuk makula saja,
infiltrat saja , atau keduanya. Kalau secara inspeksi mirip penyakit lain, ada tidaknya anestesia
sangat membantu penentuan diagnosis, meskipun tidak selalu jelas. Hal ini mudah dilakukan
dengan menggunakan jarum terhadap rasa nyeri, kapas terhadap rasa raba dan kalau masih belum
jelas dengan kedua cara tersebut barulah pengujian terhadapa rasa suhu, yaitu panas dan dingin
dengan menggunakan 2 tabung reaksi. Dehidrasi diperhatikan di daerah lesi yang dapat jelas dan
dapat pula tidak, dipertegas dengan menggunakan pensil tinta (tanda Gunawan). Cara
mengoresnya mulai dari tengah lesi kearah kulit normal. Diperhatikan juga ada atau tidak
alopesia di daerah lesi. Pada pemeriksaan saraf perifer diperhatikan apakah ada pembesaran,
konsistensi, dan nyeri atau tidak. Hanya beberapa saraf superficial yang dapat dan perlu
diperiksa yaitu, N. Fasialis, N. Arikulus magnus, N. Ulnaris, N. Medianus, N. Radialis, N.
Tibialis posterior dan N Poplitea lateralis. Bagi tipe lepromataso, kelainan saraf biasanya
bilateral dan menyeluruh sedangkan bagi tipe tuberkuloid , kelainan sarafnya lebih terlokalisasi
mengikut tempat lesinya.
Menurut WHO (1981), lepra dibagi menjadi multibasilar (MB) dan pausibasilar (PB). Yang
termasuk multibasilar adalah tipe LL,BL dan BB pada klasifikasi Ridley-Jopling dengan indeks
bakteri (IB) lebih dari 2+, sedangkan pausibasilar adalah tipe I, TT dan BT dengan IB kurang
dari 2+.

Tabel 1. Bagan diagnosis klinis menurut WHO (1995)

1
PB MB
Lesi kulit ( makula datar, - 1-5 lesi - >5 lesi
papul yang meninggi, nodus) - Hipopigmentasi/ - Distribusi yang
eritema simetris
- Distribusi yang tidak - Hilangnya sensasi
simetris kurang jelas
- Hilangnya sensasi
yang jelas
Kerusakan saraf - Hanya satu cabang - Banyak cabang saraf
( menyebabkan hilangnya saraf
sensasi/kelemahan otot yang
dipersarafi oleh saraf yang
terkena)

Hasil Anamnesis dan Pengamatan


Puskesmas : Puskesmas Cikampek

2
Data riwayat keluarga:
1. Identitas Pasien
a. Nama : Ny. C
b. Umur : 52 tahun
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
e. Pendidikan : SMP
f. Alamat : Desa Dawuan
g. Telepon :-

2. Riwayat Biologis Keluarga


a. Keadaan kesehatan sekarang : baik
b. Kebersihan perorangan : baik
c. Penyakit yang sering diderita : tidak ada
d. Penyakit keturunan : tidak ada
e. Penyakit kronis yang menular : tidak ada
f. Kecacatan anggota keluarga : tidak ada
g. Pola makan : cukup teratur
h. Pola istirahat : baik
i. Jumlah anggota keluarga : 3 orang

3. Psikologis Keluarga
a. Kebiasaan buruk : Suami merokok 2 bungkus/hari
b. Pengambilan keputusan : Suami
c. Ketergantungan obat : tidak ada
d. Tempat mencari pelayanan kesehatan : puskesmas Cikampek
e. Pola rekreasi : kurang

4. Keadaan rumah/lingkungan
a. Jenis bangunan : permanen
b. Lantai rumah : semen

3
c. Luas rumah : 76 m2
d. Penerangan : kurang
e. Kebersihan : kurang
f. Ventilasi : kurang
g. Dapur : ada
h. Jamban keluarga : ada
i. Sumber air minum : air sumur
j. Sumber pencemaran air : tidak ada
k. Pemanfaatan perkarangan : ada
l. Sistem pembuangan air limbah : tidak ada
m. Tempat pembuangan sampah : ada
n. Sanitasi lingkungan : cukup baik

5. Spiritual Keluarga
a. Ketaatan beribadah : cukup
b. Keyakinan tentang kesehatan : cukup

6. Keadaan Sosial Keluarga


a. Tingkat pendidikan : cukup
b. Hubungan antar anggota keluarga : baik
c. Hubungan dengan orang lain : baik
d. Kegiatan organisasi sosial : baik
e. Keadaan ekonomi : kurang

7. Kultural Keluarga
Adat yang berpengaruh : tidak adat yang berpengaruh

8. Daftar Anggota Keluarga


N Daftar Jenis Umu Pekerjaan Tingkat Hubungan
o Keluarga Kelamin r Pokok Pendidikan

4
Terakhir

1. Tn K L 56 th Petani SMP Suami


Ibu Rumah
2. Ny. C P 52 th SMP Istri
Tangga
3. An A L 18 th Pelajar SMP Anak

9. Keluhan utama : Bercak putih di telapak kanan dan punggung sejak


7 bulan yang lalu

10. Keluhan tambahan : Rasa baal di bercak


11. Riwayat penyakit sekarang
Bercak putih seperti panu muncul di siku kanan dan punggung sejak 7 bulan yang lalu.
Terasa baal pada bercak setelah 1 bulan sejak bercak muncul. Sebelumnya pasien
memberikan bedak dan salep canesten pada bercak di siku kanan dan punggung namun tidak
ada perbaikan sehingga dibawa berobat ke klinik praktek dokter. Setelah didiagnosis kusta,
pasien melanjutkan pengobatan di Puskesmas Cikampek hingga sekarang.

12. Riwayat penyakit dahulu : Belum pernah mengalami penyakit dan keluhan seperti ini

13. Pemeriksaan fisik : - frekuensi nadi 81 x/menit


- suhu 36.7 C
- frekunsi pernapasan 21 x / menit

14. Pemeriksaan penunjang : tidak ada


15. Diagnosis penyakit : kusta
16. Diagnosis keluarga : menurut keterangan pasien keluarga tidak ada yang menderita
cacat dan sakit kulit di rumah

17. Anjuran penatalaksanaan penyakit

5
a. Promotif
Penyuluhan tentang definisi kusta, gejala kusta, faktor-faktor risiko terjadinya kusta dan
pencegahan kusta misal dengan penyuluhan tentang pencahayaan ruangan, makan-
makanan bergizi, dan hidup sehat.
b. Preventif
Mencari adanya anggota keluarga lain serta tetangga yang memiliki keluhan serupa
untuk diberikan pengobatan.
c. Kuratif
Jika ditemukan kasus, dapat dilakukan pengobatan dini agar penyakit tersebut tidak
menjadi parah. Terapi yang dapat diberikan adalah Dapson/DDS 100mg dan
Rifampisin 600mg per bulannya, dan diteruskan dengan dapson/DDS 100mg per
harinya pada tipe PB. Sedangkan untuk tipe MB, regimen bulanan ditambahkan
lamprene 300mg.
d. Rehabilitatif
Pada pasien perlu dilakukan tindakan rehabilitatif yakni melatih kembal apabila ada
anggota tubuh yang melemah diakibatkan penyakit kusta.

18. Prognosis
a. Penyakit : Jika pasien teratur menjalani pengobatan kusta dengan baik maka
prognosis penyakit pasien adalah baik (dubia et bonam).
b. Keluarga :Adanya hubungan yang baik antar anggota keluarga serta mendukung
kesehatan pasien dapat membuat suasana keluarga yang sehat jasmani
dan rohani dan prognosisnya baik untuk pasien juga keluarganya.
c. Masyarakat :Untuk masyarakat sekitar pasien tinggal, karena kusta yang
diderita pasien menular tetapi pasien telah melakukan pengobatan lebih
dari 2 minggu , maka prognosisnya dubia ad bonam.

Lampiran :

6
7

Anda mungkin juga menyukai