Kusta
Kusta atau penyakit lepra merupakan penyakit infeksi yang kronik, dan penyebabnya ialah
Mycobacterium leprae yang bersifat intraselular obligat. Saraf perifer sebagai afinitas pertama,
lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke organ lain kecuali
susunan saraf pusat. Tanda kardinal pada penyakit kusta dikenal dengan 5A: Anestesia, Akromia,
Anhidrosis, Alopesia, dan Atrofi.
Kelainan kulit pada penyakit kusta tanpa komplikasi dapat hanya berbentuk makula saja,
infiltrat saja , atau keduanya. Kalau secara inspeksi mirip penyakit lain, ada tidaknya anestesia
sangat membantu penentuan diagnosis, meskipun tidak selalu jelas. Hal ini mudah dilakukan
dengan menggunakan jarum terhadap rasa nyeri, kapas terhadap rasa raba dan kalau masih belum
jelas dengan kedua cara tersebut barulah pengujian terhadapa rasa suhu, yaitu panas dan dingin
dengan menggunakan 2 tabung reaksi. Dehidrasi diperhatikan di daerah lesi yang dapat jelas dan
dapat pula tidak, dipertegas dengan menggunakan pensil tinta (tanda Gunawan). Cara
mengoresnya mulai dari tengah lesi kearah kulit normal. Diperhatikan juga ada atau tidak
alopesia di daerah lesi. Pada pemeriksaan saraf perifer diperhatikan apakah ada pembesaran,
konsistensi, dan nyeri atau tidak. Hanya beberapa saraf superficial yang dapat dan perlu
diperiksa yaitu, N. Fasialis, N. Arikulus magnus, N. Ulnaris, N. Medianus, N. Radialis, N.
Tibialis posterior dan N Poplitea lateralis. Bagi tipe lepromataso, kelainan saraf biasanya
bilateral dan menyeluruh sedangkan bagi tipe tuberkuloid , kelainan sarafnya lebih terlokalisasi
mengikut tempat lesinya.
Menurut WHO (1981), lepra dibagi menjadi multibasilar (MB) dan pausibasilar (PB). Yang
termasuk multibasilar adalah tipe LL,BL dan BB pada klasifikasi Ridley-Jopling dengan indeks
bakteri (IB) lebih dari 2+, sedangkan pausibasilar adalah tipe I, TT dan BT dengan IB kurang
dari 2+.
1
PB MB
Lesi kulit ( makula datar, - 1-5 lesi - >5 lesi
papul yang meninggi, nodus) - Hipopigmentasi/ - Distribusi yang
eritema simetris
- Distribusi yang tidak - Hilangnya sensasi
simetris kurang jelas
- Hilangnya sensasi
yang jelas
Kerusakan saraf - Hanya satu cabang - Banyak cabang saraf
( menyebabkan hilangnya saraf
sensasi/kelemahan otot yang
dipersarafi oleh saraf yang
terkena)
2
Data riwayat keluarga:
1. Identitas Pasien
a. Nama : Ny. C
b. Umur : 52 tahun
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
e. Pendidikan : SMP
f. Alamat : Desa Dawuan
g. Telepon :-
3. Psikologis Keluarga
a. Kebiasaan buruk : Suami merokok 2 bungkus/hari
b. Pengambilan keputusan : Suami
c. Ketergantungan obat : tidak ada
d. Tempat mencari pelayanan kesehatan : puskesmas Cikampek
e. Pola rekreasi : kurang
4. Keadaan rumah/lingkungan
a. Jenis bangunan : permanen
b. Lantai rumah : semen
3
c. Luas rumah : 76 m2
d. Penerangan : kurang
e. Kebersihan : kurang
f. Ventilasi : kurang
g. Dapur : ada
h. Jamban keluarga : ada
i. Sumber air minum : air sumur
j. Sumber pencemaran air : tidak ada
k. Pemanfaatan perkarangan : ada
l. Sistem pembuangan air limbah : tidak ada
m. Tempat pembuangan sampah : ada
n. Sanitasi lingkungan : cukup baik
5. Spiritual Keluarga
a. Ketaatan beribadah : cukup
b. Keyakinan tentang kesehatan : cukup
7. Kultural Keluarga
Adat yang berpengaruh : tidak adat yang berpengaruh
4
Terakhir
12. Riwayat penyakit dahulu : Belum pernah mengalami penyakit dan keluhan seperti ini
5
a. Promotif
Penyuluhan tentang definisi kusta, gejala kusta, faktor-faktor risiko terjadinya kusta dan
pencegahan kusta misal dengan penyuluhan tentang pencahayaan ruangan, makan-
makanan bergizi, dan hidup sehat.
b. Preventif
Mencari adanya anggota keluarga lain serta tetangga yang memiliki keluhan serupa
untuk diberikan pengobatan.
c. Kuratif
Jika ditemukan kasus, dapat dilakukan pengobatan dini agar penyakit tersebut tidak
menjadi parah. Terapi yang dapat diberikan adalah Dapson/DDS 100mg dan
Rifampisin 600mg per bulannya, dan diteruskan dengan dapson/DDS 100mg per
harinya pada tipe PB. Sedangkan untuk tipe MB, regimen bulanan ditambahkan
lamprene 300mg.
d. Rehabilitatif
Pada pasien perlu dilakukan tindakan rehabilitatif yakni melatih kembal apabila ada
anggota tubuh yang melemah diakibatkan penyakit kusta.
18. Prognosis
a. Penyakit : Jika pasien teratur menjalani pengobatan kusta dengan baik maka
prognosis penyakit pasien adalah baik (dubia et bonam).
b. Keluarga :Adanya hubungan yang baik antar anggota keluarga serta mendukung
kesehatan pasien dapat membuat suasana keluarga yang sehat jasmani
dan rohani dan prognosisnya baik untuk pasien juga keluarganya.
c. Masyarakat :Untuk masyarakat sekitar pasien tinggal, karena kusta yang
diderita pasien menular tetapi pasien telah melakukan pengobatan lebih
dari 2 minggu , maka prognosisnya dubia ad bonam.
Lampiran :
6
7