estrogen beredar di aliran darah, mempengaruhi bagian-bagian lain dari tubuh, termasuk otak,
pembuluh darah, tulang, dan sel-sel lemak.
Pada menopause, yang dialami oleh wanita pada usia 40-an atau awal 50-an, secara
berangsur-angsur ovarie berhenti menghasilkan estrogen, menyebabkan penurunan tingkat
estrogen di dalam darah. Setelah lewat beberapa tahun, estrogen ini tidak lagi diproduksi yang
menyebabkan berbagai, perubahan dalam organ tubuh termasuk vagina, rahim, kandung kemih,
saluran kemih, payudara, tulang, hati, pembuluh darah, dan otak.
Permasalahannya sekarang adalah untuk menentukan apakah HRT harus diberikan secara
rutin atau berkala pada wanita menopause berisiko terhadap osteoporosis dan kardiovaskuler.
Sudah terbukti bahwa estrogen dapat mencegah osteoporosis pada menopause. Sebenarnya
proses osteoporosis mulai berlangsung beberapa tahun sebelum menopause, ketika kadar
estrogen dalam darah mulai berkurang yaitu umur 40-50 tahun yang ditandai dengan gangguan
haid. Dari hasil penelitian diketahui 10% kandungan mineral pada tulang wanita tersebut telah
menurun disbanding wanita yang haidnya masih teratur, dengan demikian dianjurkan supaya
HRT sudah dimulai 4-5 tahun sebelum menopause, bila gangguan jangka panjang seperti
osteoporosis dan penyakit kardiovaskuler hendak dicegah. Terapi ini harus berlangsung
bertahun-tahun yaitu 10-15 tahun sesudah menopause bahkan ada yang mengajnurkan seumur
hidup, karena dapat disangsikan daya cegah estrogen akan menghilangkan bila substitusinya
dihentikan dan proses pengeroposan tulang yang akan dilanjutkan.
Adapun strategi yang dilakukan sebagai berikut.
1. Terapi selama 2-3 tahun untuk menghilangkan gejala akut, sesudah itu dihentikan. Bila
gejala kembali kambuh terapi diulang dan diteruskan sampai tidak berulang lagi di bawah
pengawasan dokter.
2. Terapi jangka panjang paling sedikit selama 5 tahun mungkin sampai 10-15 tahun
ditujukan untuk mencegah gejala menahun menopause seperti osteoporosis dan penyakit
jantung koroner.
3. Untuk menghindari timbul kembali symptom yang akut, penghentian terapi dilakukan
secara bertahap yaitu dengan menurunkan dosisnya.
Kontra indikasi HRT :
Mutlak : tromboemoloisme (thrombosis), anemia sel sabit, penyakit serebro, hipertensi berat, uji
fungsi hati setelah hepatitis abnormal, gangguan enzim.
Relatif : penyakit kardiovaskuler, DM, penyakit ginjal, TBC, kanker payudara, fibroadenasis,
caendometrium, migraine dan epilepsy.
Efek samping umum HRT :
Mual, sakit kepala, perdarahan, depresi, perubahan emosi, nyeri tekanan pada payudara, perut
kembung, siklus menstruasi yang berkepanjangan, kegagalan untuk mengurangi gejala-gejala.
Efek samping HRT (estrogen) adalah kanker payudara, kanker endometrium, tromboplebitis,
perdarahan bercak.
Jika sediaan progesteron digunakan bersama dengan sediaan estrogen, sebagian besar akan
mengalami perdarahan bulanan sebagaimana layaknya siklus menstruasi. Efek sampingan yang
mungkin dialami para wanita pengguna terapi hormon di antaranya mual, payudara menjadi
lebih besar dan lebih lembut, puting payudara berdiri, dan menjadi lebih gemuk. Efek itu
mungkin akan semakin berkurang seiring dengan lamanya masa terapi. Sedangkan efek
sampingan yang agak jarang dijumpai, antara lain kekurangan dorongan untuk berhubungan
intim, depresi, perdarahan di tengah-tengah siklus menstruasi, sakit pada dada dan persendian
(kaki).
Petunjuk praktis penggunaan HRT
Setiap perempuan adalah unik. Ada yang secara alami mempunyai kadar hormon estrogen tinggi
dalam darahnya, ada pula yang rendah. Pemeriksaan kadar hormon dapat mendeteksi masalah
ini. Semua wanita yang akan menggunakan pengobatan HRT harus memahami dan mengerti
bahwa pemberian HRT bukan untuk memperlambat menopause melainkan untuk mengurangi
atau mencegah keluhan atau penyakit akibat kekurangan estrogen. Adapun wanita-wanita yang
direkomendasikan untuk diberi HRT adalah :
1. Semua wanita klimaterik, tanpa kecuali yang ingin menggunakan HRT untuk pencegahan
(meskipun tanpa keluhan)
2. Semua wanita yang memiliki risiko penyakit kardiovaskuler dan osteoporosis
3. Semua wanita dengan keluhan klimaterik
Penggunaan HRT sebagi pencegahan baru akan memiliki khasiat setelah 5 tahun. Anamnesis
yang dilakukan dengan baik dapat mempermudah dalam menegakkan diagnosis, indikasi serta
dapat memberikan informasi tentang risiko dan adanya kontraindikasi. untuk dapat menilai
keluhan klimaterik dapat digunakan Menopause Rating Scale (MRS) dari green yang biasa
dikenal dengan skala klimaterik green. Skala ini dapat mengukur 3 kelompok keluhan yaitu :
1. Keluhan psikologis berupa jantung berdebar, perasaan tegang atau tekanan, sulit tidur,
mudah tersingung, mudah panic, sulit berkonsentrasi, mudah lelah, hilang minat pada
banyak hal, perasaan tidak bahagia, dan mudah menangis.
2. Keluhan somatic berupa perasaan pusing, badan terasa tertekan, sebagaian tubuh terasa
tertusuk duri, sakit kepala nyeri otot atau persendian tangan atau kaki terasa gatal, dan
kesulitan bernafas.
3. Keluhan vasomotor, berupa gejolak panass (hot flushes) dan berkeringat di malam hari.
Tiap-tiap keluhan dinilai derajatnya sesuai dengan ringan beratnya keluhan dengan memakai 4
tolak ukur skala nilai yaitu:
1. Nilai 0 (tidak ada) : Bila tidak ada keluhan sama sekali
2. Nilai 1 (sedikit) : Bila keluhan yang timbul sekali-kali dan tidak mengganggu aktivitas
sehari-hari.
3. Nilai 2 (sedang) : Bila keluhan sering timbul tetapi belum mengganggu aktivitas seharihari
4.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Nilai 3 (berat) : Bila keluhan sering timbul dan sudah mengganggu aktivitas sehari-hari
Di Negara maju seperti Amerika, klien yang mendapatkan informasi yang baik dan komprehensif
akan lebih patuh terhadap instruksi dari tenaga kesehatan dari pada klien yang mendapat
informasi dari teman, keluarga atau media.
Menurut North American Menopause society (NAMS), mereka yang mau meneruskan HRT
adalah :
1. Wanita dengan hasil penghasilan tinggi
2. Wanita yang memiliki pola hdup sehat
3. Wanita yang telah diangkat rahimnya
4. Wanita yang memiliki resiko terhadap osteoporosis
5. Wanita yang telah mendapatkan banyak informasi tentang kerugian serta keuntungan dari
HRT
6. Wanita yang mempunyai hubungan yang baik dan dekat dengan tenaga kesehatan
7. Wanita yang mengerti tentang dampak positif dari HRT
8. Wanita yang berpendidikan tinggi dan memiliki pengetahuan tentang menopause
Kunci keberhasilan konseling pada HRT adalah bagaimana konseling tersebut dapat
berkesinambungan dan tidak hanya sekali pertemuan saja. Apabila klien telah menggunakan
HRT konseling dapat dimanfaatkan untuk menanyakan dampak serta efek samping yang dialami
oleh klien. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam konseling berkesinambungan yaitu :
1. Menanyakan keluhan dapat teratasi atau tidak
2. Memperhatikan tentang efek samping yang dialami oleh klien
3. Melakukan evaluasi terhadap klien
4. Bila perlu ganti pengobatan
5. Mendiskusikan lamanya pengobatan
6. Memberikan materi pendidikan yang mudah dimengerti
7. Tujuan informasi yang baru, bila memang ada