Anda di halaman 1dari 62

Reaksi kusta tipe II

Erythema Nodosum
Leprosum
Ayu Nindyawati Mustika
16710178

Pembimbing: dr. Kurniati, Sp.KK


Laporan Kasus
Identitas Pasien
Nama : Ny. F
Umur : 38 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Gresik
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status pernikahan : Menikah
Agama : Islam
Tanggal MRS : 22 Mei 2017
No RM : 598287
Anamnesis
Keluhan Utama :

Nyeri seluruh tubuh

Keluhan tambahan:

• Panas seluruh tubuh


• keluar bercak-bercak kecoklatan
• nyeri terutama di kaki saat berdiri
• sakit kepala terasa cekot-cekot
Anamnesis
Riwayat
Riwayat Penyakit
Penyakit Riwayat
Riwayat
Sekarang:
Sekarang: Riwayat Riwayat pengobatan
Riwayat Riwayat pengobatan
Penyakit
Penyakit Penyakit
Penyakit
Pasien
Pasien
mengeluhkan
Dahulu
Dahulu Keluarga
Keluarga Pasien
Pasien
mengeluhkan nyeri nyeri
pada seluruh sudah
sudah
pada seluruh
badannya,
badannya, sejak
sejak 11 berhenti
berhenti
bulan yang lalu.
bulan yang lalu. Pasien
Pasien •• Riwayat
Riwayat pengobatan
pengobatan
Diawali
Diawali dengan memiliki keluhan MTDL
dengan memiliki keluhan MTDL sejak
sejak
munculnya
munculnya bercak-
bercak- riwayat yang
bercak riwayat yang sama:
sama: tanggal
tanggal 18-
18-
bercak merah dan
merah dan penyakit Disangkal 8-2015
coklat
coklat yang
yang terasa
terasa
penyakit Disangkal 8-2015 dan
dan
panas Morbus
Morbus Hansen
Hansen minum
minum
panas dan
dan nyeri
nyeri
pada
pada seluruh
seluruh tubuh.
tubuh. sejak Maret
sejak Maret •• Riwayat
Riwayat MTDL
MTDL
Muncul juga
Muncul juga 2015,
2015, dan
dan Asma:
Asma: kembali
kembali
benjolan
benjolan bernanah
bernanah pasien Disangkal sejak
pasien Disangkal sejak
pada
pada seluruh
seluruh tubuh
tubuh mengatakan tanggal
sejak mengatakan tanggal 17-
17-
sejak 1 minggu ini.
1 minggu ini. sudah
Pasien
Pasien juga
juga
sudah selesai
selesai •• Riwayat
Riwayat 9-2016
9-2016
mengeluhkan
mengeluhkan nyeri nyeri
menjalani
menjalani Rhinitis:
Rhinitis: karena
karena
kepala cekot-cekot
kepala cekot-cekot pengobatan
pengobatan Disangkal
Disangkal muncul
muncul
5
5 hari
hari ini.
ini. gejala
gejala lagi.
lagi.
Pemeriksaan fisik
Status generalis
KU : tampak kesakitan
GCS : 456

Vital sign:
Kepala : dbn
Tensi : Thorax : dbn
Wajah :
117/76 tedapat Abdoment: dbn
mmHg kelainan kulit)
Sistem
Nadi : Mata : dbn genetalia: dbn
80 x/menit
THT : dbn Ekstremitas
Suhu : sup: dbn
Mulut : dbn
38,5˚C Ekstremitas inf:
Git : dbn dbn
RR :
20 x/menit Leher : dbn
Status Dermatologis:
Regio universal tampak nodul erythematous berbatas
tegas dengan diameter bervariasi 2-5cm, anathesi (+),
nyeri pada perabaan dan teraba panas
MATA: Kanan Kiri
Lagopthalmus Ya / Tidak Ya / Tidak

Tangan:
Nyeri tekan ulnaris Ya / Tidak Ya / Tidak
Kekuatan otot:
Jari ke V K/ LT/ LG/ P K/ LT/ LG/ P
Ibu jari K/ LT/ LG/ P K/ LT/ LG/ P
Pergelangan K/ LT/ LG/ P K/ LT/ LG/ P
Rasa raba K/ LT/ LG/ P K/ LT/ LG/ P
teraba (+) teraba (+)

Kaki:
Nyeri tekan
Saraf pereneous Ya / Tidak Ya / tidak
Saraf tibialis
Ya / Tidak Ya / tidak
Kekuatan otot:
Pergelangan K/ LT/ LG/ P K/ LT/ LG/ P
Raba-raba Teraba (+) Teraba (+)
resume
Pasien datang ke poli kulit dengan mengeluhkan nyeri
pada seluruh badannya, sejak 1 bulan yang lalu. Diawali
dengan munculnya bercak-bercak merah dan coklat yang
terasa panas dan nyeri pada seluruh tubuh. Muncul juga
benjolan bernanah pada seluruh tubuh sejak 1 minggu ini.
Pasien juga mengeluhkan nyeri kepala cekot-cekot 5 hari
ini. Pasien memiliki riwayat penyakit Morbus Hansen sejak
Maret 2015, dan pasien mengatakan sudah selesai
menjalani pengobatan.
lanjutan
Pada pemeriksaan fisik didapatkan
keadaan umum: tampak kesakitan, Gcs:
456, serta didapatkan kelainan kulit Regio
universal tampak nodul erythematous
berbatas tegas dengan diameter
bervariasi 2-5cm, anathesi (+), nyeri
pada perabaan dan teraba panas.
Diagnosis Kerja :
Reaksi Kusta
Erythema Nodosum
Leprosum tipe II
Ulkus Nefrotikum +
Morbus Hansen
Release From
Treatment Rencana
Rencana
Penatalaksanaan:
Penatalaksanaan:
MRS
MRS
Inf.
Inf. RL
RL 1500cc/24
1500cc/24
Diagnosa
Diagnosa Banding:
Banding: jam
jam IV
IV
Inj.
Inj. Ceftriaxone
Ceftriaxone
•• Ptyriasis
Ptyriasis Versicolor
Versicolor 2x1
2x1 gg IV
IV
•• Ptyriasis
Ptyriasis Alba
Alba Inj.
Inj.
•• Psoriasis
Psoriasis Vulgaris
Vulgaris Methylprednisolon
Methylprednisolon
•• TB
TB cutis
cutis e
e 3x62,5
3x62,5 mgmg IV
IV
Rawat luka
Rawat luka

Rencana
Rencana Pemeriksaan
Pemeriksaan
Penunjang
Penunjang ::
DL,
DL, UL,
UL, RFT,
RFT, LFT,
LFT,
GDA, Albumin
GDA, Albumin
BTA
BTA
Pemeriksaan lab
HB 11,2
Leukosit 21.400
Tanggal
PCV
22/5/2017
34
Trombosit 31.000
LFT
Bili T 0,65
Billi D 0,32
SGOT 16,4
SGPT 10,3
RFT
BUN 7,8
s.Creatin 0,98
Uric acid 4,0
Albumin 3,15
Lemak Darah
Choles 147
TG 104
HDL 26
LDL 101
Elektrolit
Na 137
K 2,9
Ca 109
Cl 101
Hbs Ag negatif
Follow up
tanggal S O A P

22/5/2017 -masih terasa GCS: 456 Reaksi Kusta Inf. RL 1500cc/24


nyeri TD: 117/76 Erythema jam IV
-panas N: 107 x/menit Nodosum Inj. Ceftriaxone
-pusing T; 38,5 Leprosum tipe II 2x1 g IV
-bercak merah RR: 20x/menit Ulkus Nefrotikum Inj.
seluruh tubuh + Morbus Hansen Methylprednisolon
Release From e 3x125 mg IV
Treatment Rawat luka

23/5/2017 -nyeri mulai GCS: 456 Reaksi Kusta Inf. RL 1500cc/24


berkurang TD: 100/70 Erythema jam IV
-Bercak merah N: 80 x/menit Nodosum Inj. Ceftriaxone
mulai berkurang T; 36 Leprosum tipe II 2x1 g IV
-- pusing RR: 20x/menit Ulkus Nefrotikum Inj.
Ulkus +, erythem + Morbus Hansen Methylprednisolon
berkurang Release From e 3x125 mg IV
Lab terakhir Treatment Rawat luka
Leukoosit 21.400
tanggal s o a p
24-5-2017 -Bercak merah GCS: 456 Reaksi Kusta Inf. RL
semakin TD: 150/80 Erythema 1500cc/24 jam
berkurang N: 89 x/menit Nodosum IV
- Nyeri masih T; 36 Leprosum tipe Inj. Ceftriaxone
dirasakan di RR: 20x/menit II Ulkus 2x1 g IV
kaki Ulkus +, Nefrotikum + Inj.
- Pusing erythem Morbus Hansen Methylprednisol
- Panas berkurang Release From one 3x125 mg
- gatal Treatment IV
Rawat luka

25-5-2017 Bercak merah GCS: 456 Reaksi Kusta Inf. RL


semakin TD: 150/80 Erythema 1500cc/24 jam
berkurang N: 89 x/menit Nodosum IV
- Nyeri dirasa T; 36 Leprosum tipe Inj. Ceftriaxone
pada kaki RR: 20x/menit II Ulkus 2x1 g IV
- Gatal Ulkus +, Nefrotikum + Inj.
berkurang erythem Morbus Hansen Methylprednisol
- Pusing berkurang Release From one 3x125 mg
- panas Treatment IV
Rawat luka
TINJAUAN PUSTAKA

Reaksi Kusta
REAKSI KUSTA

Episode akut dalam perjalanan kronis penyakit kusta yang


merupakan suatu reaksi imunologis dengan akibat
merugikan penderita

Ada 2 tipe : reaksi tipe 1 ( reversal reaction ) dan reaksi


tipe 2 ( ENL = Eritema Nodosum Leprosum )

Reaksi tipe 1  imunitas seluler

Reaksi tipe 2  imunitas humoral


Batang, tahan
asam ( Ziehl
Nielsen ), ukuran
3-8  x 0,5 

Biasanya
Masa belah diri berkelompok tp ada
12-21 hari  masa ETIOLOGI yg tersebar satu-
satu
tunas 2-5 tahun

Belum dapat dibiakkan


di media artifisial 
jaringan yang dingin
( makrofag atau sel
Schwann )
Epidemiologi

Distribusi penyakit kusta dunia pada 2003.Di seluruh dunia, dua hingga tiga juta orang diperkirakan
menderita kusta.[4]India adalah negara dengan jumlah penderita terbesar, diikuti oleh Brasil dan
Myanmar. Pada 1999, insidensi penyakit kusta du dunia diperkirakan 640.000, pada 2000, 738.284
kasus ditemukan. Pada 1999, 108 kasus terjadi di Amerika Serikat. Pada 2000, WHO membuat
daftar 91 negara yang endemik kusta. 70% kasus dunia terdapat di India, Myanmar, dan Nepal.
Pada 2002, 763.917 kasus ditemukan di seluruh dunia, dan menurut WHO pada tahun itu, 90%
kasus kusta dunia terdapat di Brasil, Madagaskar,
Mozambik, Tanzania dan Nepal
• sebanyak 5 % penderita kusta • 12 % penderita kusta
mengalami reaksi kusta. mengalami reaksi tipe I
• Penderita tipe PB dapat mengalami selama masa pengobatan
reaksi kusta sebanyak 1 kali dan dan 1,6 % terjadi setelah
penderita tipe MB sebanyak 2 kali. penderita RFT.

Menurut
data kusta Pieter A.M
nasional Schreuder
tahun (1998)
2000

R. Bwire
Van Brakel
dan H.J.S
W.H
Kawuma
(1994)
(1993)
• frekuensi terjadinya reaksi tipe I adalah • reaksi kusta dapat terjadi
32 % dan frekuensi reaksi tipe II 37 % sebelum pengobatan
adalah 14,8 %, selama
pengobatan 80,5 % dan
setelah pengobatan 4,7
%.
Reaksi
kusta
Reaksi tipe II
kusta
tipe I
Reaksi kusta
Ag M.leprae yg mati 
limfosit T  perubahan
imunitas seluler yang
Reaksi hipersentivitas tipe cepat  perubahan
IV keseimbangan antara
imunitas seluler dan
M.leprae
Reaksi kusta tipe
I

Lesi kulit >> edema &


Paling sering pada kasus eritematosa, pembesaran
yang mendapat terapi dan saraf dapat disertai nyeri
pada tipe BB ( neuritis ), demam ±
Reaksi
Reaksi kusta
kusta Tipe
Tipe 1
1== Reaksi
Reaksi
Reversal
Reversal

saraf kulit
kuman
Sistem
Sistem Kekebalan
Kekebalan Tubuh
Tubuh kusta
Body’s
Body’simmune
immunesystem
system
(Respons seluler)
(Respons seluler)
“perang”
peradangan

serang
serang!!!!
Lymphocyt T

Kulit merah,
bengkak, panas
nyeri tekan dan
ggn fungsi saraf.
M.leprae yang mati 
Reaksi hipersensitivitas antibodi  kompleks Ag-
tipe III Ab  mengaktifkan
komplemen  ENL

Reaksi kusta tipe


II
Nodul eritematosa yang
nyeri, timbul mendadak,
Pada umumnya terjadi demam, dpt disertai gejala
pada akhir terapi serta lain ( neuritis, arthritis,
pada tipe BL dan LL limfadenitis, orkitis,
irdosiklitis, dan glaukoma )
Reaksi
Reaksi kusta
kusta tipe
tipe 22 == ENL
ENL

(eritema
(eritema nodosum
nodosum lepromatous)
lepromatous)
Aliran darah sistemik SARAF KULIT
Pecahan Kuman
Protein kuman masuk / ikut Globus /
mati
Kuman
Aliran darah sistemik hancur

Memacu respon kekebalan


tubuh ( Immuno kompleks ) Kuman patah-
 patah/hancur
 terurai
Deposit di jaringan dan sebabkan
peradangan di mana-mana
(di luar bercak kusta/saraf)
(respons humoral)
Mengeluarkan
Protein kuman

ENL : Nodul2 merah,panas,bengkak,nyeri,


disertai gangguan ke organ2 lain
Mekanisme imunopatologi ENL
kompleks
kompleks imun
imun akibat
akibat
reaksi
reaksi

penimbunan
penimbunan kompleks
kompleks antigen
antigen M.leprae
M.leprae +
+
imun
imun pada
pada pembuluh
pembuluh antibody
antibody (IgM, IgG)
(IgM, IgG) +
+
darah
darah dan
dan lesi
lesi merupakan
merupakan komplemen
komplemen
karakteristik
karakteristik reaksi
reaksi ENL
ENL

Komplemen
Komplemen akan
akan
menghasilkan
menghasilkan bergabung
bergabung dengan
dengan
polimorfonuklear
polimorfonuklear kompleks
kompleks imun
imun dan
dan
leukotaktik
leukotaktik factor
factor akhirnya
akhirnya akan membentuk
akan membentuk
endapan
endapan kompleks
kompleks imun
imun
BASIL KUSTA
Mycobacterium leprae
PENULARAN
1. Mukosa nasal (droplet
infection)
2. Inokulasi pada kulit yang
tidak utuh (suhu dingin)

Imunitas, kemampuan hidup&waktu regenerasi bakteri


WHO. (2002). Elimination of Leprosy as a Public Health
Problem.
LETAK SYARAF TEPI YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUSTA

N. Facialis
N. Auricularis magnus

N. Medianus
N. Radialis

N. Ulnaris

N. Peroneus Communis

N. Tibialis Posterior

CDC.
CDC. (2003).
(2003). Hansens's
Hansens's Disease
Disease
(Leprosy)
(Leprosy)
patogenesis
M.leprae
gangguan
gangguan imunitas
imunitas
sel
sel Schwann
Schwann
(jaringan
(jaringan Sel target
saraf)
saraf)
kuman
kuman
migrasi&aktivasi
migrasi&aktivasi
inokulasi reaksi tubuh (+)
kulit&droplet
makrofag
makrofag  
fagositosis
fagositosis  sel
 sel
epiteloid
epiteloid inaktif  sel
inaktif  sel
Datia Langhans
Datia Langhans
makrofag
makrofag
(lapisan
(lapisan
dermis)
dermis)
granuloma
granuloma

aktivitas
aktivitas
regenerasi
regenerasi saraf
saraf ↓

&
& kerusakan saraf
kerusakan saraf
progresif
progresif
Imuno-Patogenesis
M. leprae dari luar tubuh

Sistim pertahanan tubuh alami tidak


(Natural Immunity) sakit

Sistim pertahanan tubuh dapatan


tidak
(Acquired Immunity )
sakit

Sakit kusta
GEJALA KLINIK REAKSI KUSTA
TIPE I

adanya
adanya perubahan
perubahan Manifestasi
Manifestasi lesi
lesi
lesi
lesi kulit
kulit (lesi
(lesi pada
pada kulit
kulit dapat
dapat
hipopigmentasu
hipopigmentasu berupa
berupa warna
warna
menjadi
menjadi eritema,
eritema, kemerahan,
kemerahan,
lesi
lesi macula
macula menjadi
menjadi bengkak,
bengkak, nyeri
nyeri dan
dan
infiltrate)
infiltrate) maupun
maupun panas,
panas, sering
sering
saraf
saraf akibat
akibat muncul
muncul lesi
lesi kulit
kulit
peradangan
peradangan yang yang yang
yang baru dengan
baru dengan
terjadi,
terjadi, onset
onset nya
nya waktu
waktu yang
yang relative
relative
mendadak.
mendadak. singkat.
singkat.

ada
ada saraf
saraf dapat
dapat Hampir
Hampir tidak
tidak terjadi
terjadi
terjadi
terjadi neuritis
neuritis dan
dan peradangan
peradangan pada
pada
gangguan
gangguan fungsi
fungsi organ
organ lain.
lain. Reaksi
Reaksi
saraf.
saraf. Kadang
Kadang dapat
dapat kusta
kusta tipe
tipe II dapat
dapat
terjadi
terjadi gangguan
gangguan berlangsung
berlangsung 6-12
6-12
keadaan
keadaan umum
umum minggu
minggu atau
atau lebih
lebih
penderita
penderita (demam)
(demam)
Amirudin
Amirudin MD.
MD. Eritema
Eritema Nodosum
Nodosum Leprosum.
Leprosum.
Ilmu
Ilmu Penyakit
Penyakit Kusta.
Kusta. 2003.
2003.
REAKSI KUSTA TIPE I MENURUT
BERATNYA
GEJALA KLINIK REAKSI KUSTA TIPE II
(Erythema Nodosum Leprosum / ENL)

perubahan
perubahan lesi
lesi kulit
kulit daerah
daerah tungkai
tungkai
berupa nodul
berupa nodul bawah,
bawah, wajah,
wajah, lengan
lengan
kemerahan
kemerahan yangyang dan
dan paha,
paha, serta
serta dapat
dapat
multiple,
multiple, mengkilap,
mengkilap, pula
pula muncul
muncul didi
tampak
tampak berupa
berupa nodul
nodul hampir
hampir seluruh
seluruh
atau
atau plakat,
plakat, bagian
bagian tubuh
tubuh kecuali
kecuali
ukurannya
ukurannya pada
pada daerah
daerah kepala
kepala yang
yang
umumnya
umumnya kecil,
kecil, berambut,
berambut, aksila,
aksila,
terdistribusi
terdistribusi bilateral
bilateral lipatan
lipatan paha
paha dan
dan
dan
dan simetris
simetris daerah
daerah perineum
perineum

nyeri,
nyeri, pustulasi
pustulasi dan
dan
ulserasi juga
ulserasi juga disertai
disertai
gejala
gejala sistematik
sistematik Lama
Lama perjalanan
perjalanan ENL
ENL
seperti
seperti demam,
demam, dapat
dapat berlangsung
berlangsung 33
malaise,
malaise, nyeri
nyeri sendi,
sendi, minggu
minggu atau
atau lebih,
lebih,
nyeri
nyeri otot
otot dan
dan mata,
mata, kadang
kadang lebih
lebih lama
lama
neuritis,
neuritis, gangguan
gangguan
fungsi
fungsi saraf,
saraf,
gangguan
gangguan konstitusi
konstitusi
Amirudin
Amirudin MD.
MD. Eritema
Eritema Nodosum
Nodosum Leprosum.
Leprosum. Ilmu
Ilmu
Penyakit
Penyakit Kusta.
Kusta. 2003.
2003.
REAKSI KUSTA TIPE II MENURUT
BERATNYA ( dep.kes RI 2006)
Memiliki
sifat
4–A :
Anestesi
Anhidrosis
Akromia
Atrofi

BERCAK KUSTA YANG SPESIFIK


Lagophthalmus
Saddle Nose ( hidung pelana )
Kecacatan pada kusta
Claw Hand
Deformitas akibat kusta
PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN
BAKTERIOSKOPIK
BAKTERIOSKOPIK

PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN
HISTOPATOLOGI
HISTOPATOLOGI

PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN
SEROLOGI
SEROLOGI

PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Sediaan dibuat dari
kerokan jaringan
kulit atau usapan
dan kerokan mukosa
hidung

M. leprae tergolong
basil tahan asam PEMERIKSAAN pewarnaan Ziehl-
(BTA) akan tampak
merah pada sediaan BAKTERIOSKOPIK Neelsen

minimal 4-6 tempat,


yaitu kedua cuping
telinga bagian bawah
dan 2-4 lesi lain
yang paling aktif
(yang paling
eritematosa dan
infiltratif).
Adanya massa
epiteloid yang
berlebihan dikellingi
oleh limfosit yang
disebut tuberkel akan
menjadi penyebab
utama kerusakan
jaringan dan cacat.

tipe lepromatosa
Pada penderita
terdapat kelim sunyi
dengan sistem
subepidermal
(subepidermal clear
zone), yaitu suatu
PEMERIKSAAN imunitas selular
rendah atau lumpuh,
daerah langsung di
bawah epidermis
HISTOPATOLOGIK histiosit tidak dapat
menghancurkan M.
leprae yang sudah
yang jarinagnnya
ada di dalamnya
tidak patologik

tipe tuberkuloid
adalah tuberkel dan
kerusakan saraf yang
lebih nyata, tidak ada
basil atau hanya
sedikit dan nonsolid.
Uji ELISA

Uji MLPA
(M. leprae ML dipstick
Particle (M. leprae
Aglutination dipstick)
)

PEMERIKSAAN
SEROLOGI
Pemeriksaan penunjang pada ENL
Pada
Pada pemeriksaan
pemeriksaan
laboratorium,
laboratorium,
Pada
Pada pemeriksaan
pemeriksaan dilakukan
dilakukan
dengan
dengan pemeriksaan
pemeriksaan protein
protein
menggunakan
menggunakan dan
dan sel
sel darah
darah merah
merah
mikroskop,
mikroskop, dapat
dapat dalam
dalam urine
urine yang
yang
terlihat
terlihat kompleks
kompleks dapat
dapat menunjukkan
menunjukkan
imun
imun pada
pada terjadinya
terjadinya
glomerulus
glomerulus ginjal.
ginjal. glomerulonefritis
glomerulonefritis
akut.
akut.

Pada
Pada pemerksaan
pemerksaan Pemerikaan
Pemerikaan
hematologi
hematologi dapat
dapat histologi,
histologi, ENL
ENL akan
akan
ditemukan
ditemukan menunjukkan
menunjukkan
leukositosis
leukositosis PMN,
PMN, inflamasi
inflamasi akut
akut
trombositosis,
trombositosis, berupa
berupa lapisan
lapisan
peninggian
peninggian LED,
LED, infiltrat
infiltrat pada
pada
anemia
anemia normositik
normositik inflamasi
inflamasi
normokrom
normokrom dandan granulomatosa
granulomatosa yang yang
peninggian
peninggian kadar
kadar kronik
kronik dari
dari BL
BL dan
dan LL
LL
gammaglobulin
gammaglobulin
DIAGNOSIS
WHO (1997)  Cardinal sign
1.Kelainan kulit hipopigmentasi atau
eritematosa dengan anastesi yang
jelas
2.Kelainan saraf tepi berupa penebalan
saraf dengan anastesi
3.Hapusan kulit: BTA+
• Penghentian pemberian obat
• Kontrol klinis dan
Release From bakterioskopis (MB: 1x
Treatment (RFT) setahun selama 5 tahun, PB:
1x setahun selama 2 tahun)

• Bebas dari pengamatan

Release From • Lesi baru (-), BTA (-)


Control (RFC)
PENATALAKSANAAN
1. PENGOBATAN KAUSAL : MDT-WHO
Penatalaksanaan reaksi kusta berdasarkan
manifestasi dan berat ringannya penyakit.

berat

ENL
ringan
analgesik / antipiretik
seperti Aspirin atau berobat jalan
Asetaminofen

ringan

reaksi kusta ringan yang


tidak membaik setelah
istirahat di rumah pengobatan 6 minggu
harus diobati sebagai
reaksi kusta berat.
Manajemen
Manajemen dengan
dengan klofazimin
klofazimin dan
dan kortikosteroid:
kortikosteroid:
1.Indikasinya pada
1.Indikasinya pada kasus
kasus ENL
ENL berat
berat yang
yang tidak
tidak berespon
berespon dengan
dengan
pengobatan
pengobatan kortikosteroid
kortikosteroid atau
atau dimana
dimana risiko
risiko toksisitas
toksisitas dengan
dengan
kortikosteroid
kortikosteroid yang
yang tinggi.
tinggi.
Manajemen dengan kortikosteroid:
Manajemen dengan kortikosteroid: 2.
2. Jika masih dalam pengobatan anti lepra,
Jika masih dalam pengobatan anti lepra, lanjutkan
lanjutkan pemberian
pemberian
1. MDT.
1. Jika
Jika masih dalam pengobatan
masih dalam pengobatan anti
anti lepra,
lepra, lanjutkan
lanjutkan pemberian
pemberian MDT.
MDT.
MDT. 3.
3. Gunakan
Gunakan analgesik
analgesik dengan
dengan dosis
dosis adekuat
adekuat untuk
untuk mengatasi
mengatasi
2.Gunakan demam
demam dan
dan nyeri.
2.Gunakan analgesik
analgesik dengan
dengan dosis
dosis adekuat
adekuat untuk
untuk mengatasi
mengatasi demam
demam nyeri.
dan
dan nyeri.
nyeri. 4.
4. Gunakan
Gunakan prednisolon
prednisolon dengan
dengan dosis
dosis per
per hari
hari tidak
tidak melebihi
melebihi
3. 1mg/KgBB.
3. Gunakan
Gunakan prednisolon
prednisolon dengan
dengan dosis
dosis per
per hari
hari tidak
tidak melebihi
melebihi 1mg/KgBB.
1mg/KgBB
1mg/KgBB dengan
dengan total
total durasi
durasi pemberian
pemberian 12 12 minggu.
minggu. 5.
5. Mulai
Mulai pemberian
pemberian klofazimin
klofazimin 100mg
100mg 3xsehari
3xsehari selama
selama maksimum
maksimum
12
12 minggu.
minggu.
6.
6. Teruskan
Teruskan terapi
terapi standar
standar prednisolon.
prednisolon. Dilanjutkan
Dilanjutkan dengan
dengan
pemberian
pemberian klofazimin
klofazimin

berat

Manajemen dengan klofazimin


Manajemen dengan klofazimin saja:
saja:
1.Indikasinya
1.Indikasinya pada
pada kasus
kasus ENL
ENL berat
berat dimana
dimana terdapat
terdapat
kontraindikasi
kontraindikasi penggunaan
penggunaan kortikosteroid.
kortikosteroid. Pengobatan
Pengobatan reaksi
reaksi kusta
kusta tipe
tipe II
II berulang
berulang selain
selain
2.Jika
2.Jika masih
masih dalam
dalam pengobatan
pengobatan anti
anti lepra,
lepra, lanjutkan
lanjutkan pemberian
pemberian prednison,
prednison, perlu ditambahkan clofazimin dengan
perlu ditambahkan clofazimin dengan
MDT.
Gunakan
MDT. dosis
dosis dewasa
dewasa :: Selama
Selama 22 bulan
bulan 33XX 100
100 mgmg // hari
hari
Gunakan analgesik
analgesik dengan
dengan dosis
dosis adekuat
adekuat untuk
untuk mengatasi
mengatasi demam
demam ,, Selama
dan
dan nyeri.
nyeri. Selama 2 bulan 2 X 100 mg / hari Selama 2
2 bulan 2 X 100 mg / hari Selama 2
3.Mulai
3.Mulai pemberian
pemberian klofazimin
klofazimin 100mg
100mg 3xsehari
3xsehari selama
selama maksimum
maksimum
bulan
bulan 11XX 100
100 mg
mg // hari
hari2..
2

12
12 minggu.
minggu.
4.Kurangi
4.Kurangi dosis
dosis klofazimin
klofazimin sampai
sampai 100mg
100mg 2xsehari
2xsehari selama
selama 12
12
minggu
minggu dan
dan kemudian
kemudian 100mg
100mg 11x x sehari
sehari selama
selama 12-24
12-24 minggu.
minggu.
2. PENGOBATAN SIMTOMATIS :
 pengobatan ulkus
 pengobatan reaksi

3. PERBAIKAN GIZI

4. REHABILITASI MEDIK

5. EDUKASI :
 keteraturan berobat
 pencegahan kecacatan
DIAGNOSIS BANDING
Click icon to add picture
PENTINGNYA PENEMUAN PENDERITA KUSTA
SECARA DINI

Pengobatan
secara dini
menghilang
kan sumber Pengobatan secara
penularan di dini menghilangkan
masyarakat sumber penularan di
masyarakat
Daftar pustaka
 WHO. 2013. Global leprosy: Update on the 2012 Situation, Weekly Epidemiological Record (WER), vol.
88, no. 35, Agustus, pp. 365–380.
 Josep, G. dan Rao, S. 1999. Impact of leprosy on the quality of life, World Health Organization, vol. 7, no.
6, pp. 515–517.
 CDC. (2003). Hansens's Disease (Leprosy). Page last reviewed: February 10, 2017 
 Kosasih, A, Wisnu,M, Sjamsoe,E, dkk. Kusta. Buku Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
FKUI, edisi kelima. 2007. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Hlm.73-88.
 Amirudin MD. Eritema Nodosum Leprosum. Ilmu Penyakit Kusta. 2003. Makassar :
Hassanudin University Press. Hlm. 83-99.
 Freedbeg IM, Eizen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA. Fitzpatrick’s Dermatology
in General Medicine. 6th ed. 2003, New York: McGraw Hill. Hlm. 1962-1971.
 World Health Organization. WHO Expert Committee on Leprosy Six Report.
WorldHealth Organization, Geneva. 1988

Anda mungkin juga menyukai