Erythema Nodosum
Leprosum
Ayu Nindyawati Mustika
16710178
Keluhan tambahan:
Vital sign:
Kepala : dbn
Tensi : Thorax : dbn
Wajah :
117/76 tedapat Abdoment: dbn
mmHg kelainan kulit)
Sistem
Nadi : Mata : dbn genetalia: dbn
80 x/menit
THT : dbn Ekstremitas
Suhu : sup: dbn
Mulut : dbn
38,5˚C Ekstremitas inf:
Git : dbn dbn
RR :
20 x/menit Leher : dbn
Status Dermatologis:
Regio universal tampak nodul erythematous berbatas
tegas dengan diameter bervariasi 2-5cm, anathesi (+),
nyeri pada perabaan dan teraba panas
MATA: Kanan Kiri
Lagopthalmus Ya / Tidak Ya / Tidak
Tangan:
Nyeri tekan ulnaris Ya / Tidak Ya / Tidak
Kekuatan otot:
Jari ke V K/ LT/ LG/ P K/ LT/ LG/ P
Ibu jari K/ LT/ LG/ P K/ LT/ LG/ P
Pergelangan K/ LT/ LG/ P K/ LT/ LG/ P
Rasa raba K/ LT/ LG/ P K/ LT/ LG/ P
teraba (+) teraba (+)
Kaki:
Nyeri tekan
Saraf pereneous Ya / Tidak Ya / tidak
Saraf tibialis
Ya / Tidak Ya / tidak
Kekuatan otot:
Pergelangan K/ LT/ LG/ P K/ LT/ LG/ P
Raba-raba Teraba (+) Teraba (+)
resume
Pasien datang ke poli kulit dengan mengeluhkan nyeri
pada seluruh badannya, sejak 1 bulan yang lalu. Diawali
dengan munculnya bercak-bercak merah dan coklat yang
terasa panas dan nyeri pada seluruh tubuh. Muncul juga
benjolan bernanah pada seluruh tubuh sejak 1 minggu ini.
Pasien juga mengeluhkan nyeri kepala cekot-cekot 5 hari
ini. Pasien memiliki riwayat penyakit Morbus Hansen sejak
Maret 2015, dan pasien mengatakan sudah selesai
menjalani pengobatan.
lanjutan
Pada pemeriksaan fisik didapatkan
keadaan umum: tampak kesakitan, Gcs:
456, serta didapatkan kelainan kulit Regio
universal tampak nodul erythematous
berbatas tegas dengan diameter
bervariasi 2-5cm, anathesi (+), nyeri
pada perabaan dan teraba panas.
Diagnosis Kerja :
Reaksi Kusta
Erythema Nodosum
Leprosum tipe II
Ulkus Nefrotikum +
Morbus Hansen
Release From
Treatment Rencana
Rencana
Penatalaksanaan:
Penatalaksanaan:
MRS
MRS
Inf.
Inf. RL
RL 1500cc/24
1500cc/24
Diagnosa
Diagnosa Banding:
Banding: jam
jam IV
IV
Inj.
Inj. Ceftriaxone
Ceftriaxone
•• Ptyriasis
Ptyriasis Versicolor
Versicolor 2x1
2x1 gg IV
IV
•• Ptyriasis
Ptyriasis Alba
Alba Inj.
Inj.
•• Psoriasis
Psoriasis Vulgaris
Vulgaris Methylprednisolon
Methylprednisolon
•• TB
TB cutis
cutis e
e 3x62,5
3x62,5 mgmg IV
IV
Rawat luka
Rawat luka
Rencana
Rencana Pemeriksaan
Pemeriksaan
Penunjang
Penunjang ::
DL,
DL, UL,
UL, RFT,
RFT, LFT,
LFT,
GDA, Albumin
GDA, Albumin
BTA
BTA
Pemeriksaan lab
HB 11,2
Leukosit 21.400
Tanggal
PCV
22/5/2017
34
Trombosit 31.000
LFT
Bili T 0,65
Billi D 0,32
SGOT 16,4
SGPT 10,3
RFT
BUN 7,8
s.Creatin 0,98
Uric acid 4,0
Albumin 3,15
Lemak Darah
Choles 147
TG 104
HDL 26
LDL 101
Elektrolit
Na 137
K 2,9
Ca 109
Cl 101
Hbs Ag negatif
Follow up
tanggal S O A P
Reaksi Kusta
REAKSI KUSTA
Biasanya
Masa belah diri berkelompok tp ada
12-21 hari masa ETIOLOGI yg tersebar satu-
satu
tunas 2-5 tahun
Distribusi penyakit kusta dunia pada 2003.Di seluruh dunia, dua hingga tiga juta orang diperkirakan
menderita kusta.[4]India adalah negara dengan jumlah penderita terbesar, diikuti oleh Brasil dan
Myanmar. Pada 1999, insidensi penyakit kusta du dunia diperkirakan 640.000, pada 2000, 738.284
kasus ditemukan. Pada 1999, 108 kasus terjadi di Amerika Serikat. Pada 2000, WHO membuat
daftar 91 negara yang endemik kusta. 70% kasus dunia terdapat di India, Myanmar, dan Nepal.
Pada 2002, 763.917 kasus ditemukan di seluruh dunia, dan menurut WHO pada tahun itu, 90%
kasus kusta dunia terdapat di Brasil, Madagaskar,
Mozambik, Tanzania dan Nepal
• sebanyak 5 % penderita kusta • 12 % penderita kusta
mengalami reaksi kusta. mengalami reaksi tipe I
• Penderita tipe PB dapat mengalami selama masa pengobatan
reaksi kusta sebanyak 1 kali dan dan 1,6 % terjadi setelah
penderita tipe MB sebanyak 2 kali. penderita RFT.
Menurut
data kusta Pieter A.M
nasional Schreuder
tahun (1998)
2000
R. Bwire
Van Brakel
dan H.J.S
W.H
Kawuma
(1994)
(1993)
• frekuensi terjadinya reaksi tipe I adalah • reaksi kusta dapat terjadi
32 % dan frekuensi reaksi tipe II 37 % sebelum pengobatan
adalah 14,8 %, selama
pengobatan 80,5 % dan
setelah pengobatan 4,7
%.
Reaksi
kusta
Reaksi tipe II
kusta
tipe I
Reaksi kusta
Ag M.leprae yg mati
limfosit T perubahan
imunitas seluler yang
Reaksi hipersentivitas tipe cepat perubahan
IV keseimbangan antara
imunitas seluler dan
M.leprae
Reaksi kusta tipe
I
saraf kulit
kuman
Sistem
Sistem Kekebalan
Kekebalan Tubuh
Tubuh kusta
Body’s
Body’simmune
immunesystem
system
(Respons seluler)
(Respons seluler)
“perang”
peradangan
serang
serang!!!!
Lymphocyt T
Kulit merah,
bengkak, panas
nyeri tekan dan
ggn fungsi saraf.
M.leprae yang mati
Reaksi hipersensitivitas antibodi kompleks Ag-
tipe III Ab mengaktifkan
komplemen ENL
(eritema
(eritema nodosum
nodosum lepromatous)
lepromatous)
Aliran darah sistemik SARAF KULIT
Pecahan Kuman
Protein kuman masuk / ikut Globus /
mati
Kuman
Aliran darah sistemik hancur
penimbunan
penimbunan kompleks
kompleks antigen
antigen M.leprae
M.leprae +
+
imun
imun pada
pada pembuluh
pembuluh antibody
antibody (IgM, IgG)
(IgM, IgG) +
+
darah
darah dan
dan lesi
lesi merupakan
merupakan komplemen
komplemen
karakteristik
karakteristik reaksi
reaksi ENL
ENL
Komplemen
Komplemen akan
akan
menghasilkan
menghasilkan bergabung
bergabung dengan
dengan
polimorfonuklear
polimorfonuklear kompleks
kompleks imun
imun dan
dan
leukotaktik
leukotaktik factor
factor akhirnya
akhirnya akan membentuk
akan membentuk
endapan
endapan kompleks
kompleks imun
imun
BASIL KUSTA
Mycobacterium leprae
PENULARAN
1. Mukosa nasal (droplet
infection)
2. Inokulasi pada kulit yang
tidak utuh (suhu dingin)
N. Facialis
N. Auricularis magnus
N. Medianus
N. Radialis
N. Ulnaris
N. Peroneus Communis
N. Tibialis Posterior
CDC.
CDC. (2003).
(2003). Hansens's
Hansens's Disease
Disease
(Leprosy)
(Leprosy)
patogenesis
M.leprae
gangguan
gangguan imunitas
imunitas
sel
sel Schwann
Schwann
(jaringan
(jaringan Sel target
saraf)
saraf)
kuman
kuman
migrasi&aktivasi
migrasi&aktivasi
inokulasi reaksi tubuh (+)
kulit&droplet
makrofag
makrofag
fagositosis
fagositosis sel
sel
epiteloid
epiteloid inaktif sel
inaktif sel
Datia Langhans
Datia Langhans
makrofag
makrofag
(lapisan
(lapisan
dermis)
dermis)
granuloma
granuloma
aktivitas
aktivitas
regenerasi
regenerasi saraf
saraf ↓
↓
&
& kerusakan saraf
kerusakan saraf
progresif
progresif
Imuno-Patogenesis
M. leprae dari luar tubuh
Sakit kusta
GEJALA KLINIK REAKSI KUSTA
TIPE I
adanya
adanya perubahan
perubahan Manifestasi
Manifestasi lesi
lesi
lesi
lesi kulit
kulit (lesi
(lesi pada
pada kulit
kulit dapat
dapat
hipopigmentasu
hipopigmentasu berupa
berupa warna
warna
menjadi
menjadi eritema,
eritema, kemerahan,
kemerahan,
lesi
lesi macula
macula menjadi
menjadi bengkak,
bengkak, nyeri
nyeri dan
dan
infiltrate)
infiltrate) maupun
maupun panas,
panas, sering
sering
saraf
saraf akibat
akibat muncul
muncul lesi
lesi kulit
kulit
peradangan
peradangan yang yang yang
yang baru dengan
baru dengan
terjadi,
terjadi, onset
onset nya
nya waktu
waktu yang
yang relative
relative
mendadak.
mendadak. singkat.
singkat.
ada
ada saraf
saraf dapat
dapat Hampir
Hampir tidak
tidak terjadi
terjadi
terjadi
terjadi neuritis
neuritis dan
dan peradangan
peradangan pada
pada
gangguan
gangguan fungsi
fungsi organ
organ lain.
lain. Reaksi
Reaksi
saraf.
saraf. Kadang
Kadang dapat
dapat kusta
kusta tipe
tipe II dapat
dapat
terjadi
terjadi gangguan
gangguan berlangsung
berlangsung 6-12
6-12
keadaan
keadaan umum
umum minggu
minggu atau
atau lebih
lebih
penderita
penderita (demam)
(demam)
Amirudin
Amirudin MD.
MD. Eritema
Eritema Nodosum
Nodosum Leprosum.
Leprosum.
Ilmu
Ilmu Penyakit
Penyakit Kusta.
Kusta. 2003.
2003.
REAKSI KUSTA TIPE I MENURUT
BERATNYA
GEJALA KLINIK REAKSI KUSTA TIPE II
(Erythema Nodosum Leprosum / ENL)
perubahan
perubahan lesi
lesi kulit
kulit daerah
daerah tungkai
tungkai
berupa nodul
berupa nodul bawah,
bawah, wajah,
wajah, lengan
lengan
kemerahan
kemerahan yangyang dan
dan paha,
paha, serta
serta dapat
dapat
multiple,
multiple, mengkilap,
mengkilap, pula
pula muncul
muncul didi
tampak
tampak berupa
berupa nodul
nodul hampir
hampir seluruh
seluruh
atau
atau plakat,
plakat, bagian
bagian tubuh
tubuh kecuali
kecuali
ukurannya
ukurannya pada
pada daerah
daerah kepala
kepala yang
yang
umumnya
umumnya kecil,
kecil, berambut,
berambut, aksila,
aksila,
terdistribusi
terdistribusi bilateral
bilateral lipatan
lipatan paha
paha dan
dan
dan
dan simetris
simetris daerah
daerah perineum
perineum
nyeri,
nyeri, pustulasi
pustulasi dan
dan
ulserasi juga
ulserasi juga disertai
disertai
gejala
gejala sistematik
sistematik Lama
Lama perjalanan
perjalanan ENL
ENL
seperti
seperti demam,
demam, dapat
dapat berlangsung
berlangsung 33
malaise,
malaise, nyeri
nyeri sendi,
sendi, minggu
minggu atau
atau lebih,
lebih,
nyeri
nyeri otot
otot dan
dan mata,
mata, kadang
kadang lebih
lebih lama
lama
neuritis,
neuritis, gangguan
gangguan
fungsi
fungsi saraf,
saraf,
gangguan
gangguan konstitusi
konstitusi
Amirudin
Amirudin MD.
MD. Eritema
Eritema Nodosum
Nodosum Leprosum.
Leprosum. Ilmu
Ilmu
Penyakit
Penyakit Kusta.
Kusta. 2003.
2003.
REAKSI KUSTA TIPE II MENURUT
BERATNYA ( dep.kes RI 2006)
Memiliki
sifat
4–A :
Anestesi
Anhidrosis
Akromia
Atrofi
PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN
HISTOPATOLOGI
HISTOPATOLOGI
PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN
SEROLOGI
SEROLOGI
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Sediaan dibuat dari
kerokan jaringan
kulit atau usapan
dan kerokan mukosa
hidung
M. leprae tergolong
basil tahan asam PEMERIKSAAN pewarnaan Ziehl-
(BTA) akan tampak
merah pada sediaan BAKTERIOSKOPIK Neelsen
tipe lepromatosa
Pada penderita
terdapat kelim sunyi
dengan sistem
subepidermal
(subepidermal clear
zone), yaitu suatu
PEMERIKSAAN imunitas selular
rendah atau lumpuh,
daerah langsung di
bawah epidermis
HISTOPATOLOGIK histiosit tidak dapat
menghancurkan M.
leprae yang sudah
yang jarinagnnya
ada di dalamnya
tidak patologik
tipe tuberkuloid
adalah tuberkel dan
kerusakan saraf yang
lebih nyata, tidak ada
basil atau hanya
sedikit dan nonsolid.
Uji ELISA
Uji MLPA
(M. leprae ML dipstick
Particle (M. leprae
Aglutination dipstick)
)
PEMERIKSAAN
SEROLOGI
Pemeriksaan penunjang pada ENL
Pada
Pada pemeriksaan
pemeriksaan
laboratorium,
laboratorium,
Pada
Pada pemeriksaan
pemeriksaan dilakukan
dilakukan
dengan
dengan pemeriksaan
pemeriksaan protein
protein
menggunakan
menggunakan dan
dan sel
sel darah
darah merah
merah
mikroskop,
mikroskop, dapat
dapat dalam
dalam urine
urine yang
yang
terlihat
terlihat kompleks
kompleks dapat
dapat menunjukkan
menunjukkan
imun
imun pada
pada terjadinya
terjadinya
glomerulus
glomerulus ginjal.
ginjal. glomerulonefritis
glomerulonefritis
akut.
akut.
Pada
Pada pemerksaan
pemerksaan Pemerikaan
Pemerikaan
hematologi
hematologi dapat
dapat histologi,
histologi, ENL
ENL akan
akan
ditemukan
ditemukan menunjukkan
menunjukkan
leukositosis
leukositosis PMN,
PMN, inflamasi
inflamasi akut
akut
trombositosis,
trombositosis, berupa
berupa lapisan
lapisan
peninggian
peninggian LED,
LED, infiltrat
infiltrat pada
pada
anemia
anemia normositik
normositik inflamasi
inflamasi
normokrom
normokrom dandan granulomatosa
granulomatosa yang yang
peninggian
peninggian kadar
kadar kronik
kronik dari
dari BL
BL dan
dan LL
LL
gammaglobulin
gammaglobulin
DIAGNOSIS
WHO (1997) Cardinal sign
1.Kelainan kulit hipopigmentasi atau
eritematosa dengan anastesi yang
jelas
2.Kelainan saraf tepi berupa penebalan
saraf dengan anastesi
3.Hapusan kulit: BTA+
• Penghentian pemberian obat
• Kontrol klinis dan
Release From bakterioskopis (MB: 1x
Treatment (RFT) setahun selama 5 tahun, PB:
1x setahun selama 2 tahun)
berat
ENL
ringan
analgesik / antipiretik
seperti Aspirin atau berobat jalan
Asetaminofen
ringan
berat
12
12 minggu.
minggu.
4.Kurangi
4.Kurangi dosis
dosis klofazimin
klofazimin sampai
sampai 100mg
100mg 2xsehari
2xsehari selama
selama 12
12
minggu
minggu dan
dan kemudian
kemudian 100mg
100mg 11x x sehari
sehari selama
selama 12-24
12-24 minggu.
minggu.
2. PENGOBATAN SIMTOMATIS :
pengobatan ulkus
pengobatan reaksi
3. PERBAIKAN GIZI
4. REHABILITASI MEDIK
5. EDUKASI :
keteraturan berobat
pencegahan kecacatan
DIAGNOSIS BANDING
Click icon to add picture
PENTINGNYA PENEMUAN PENDERITA KUSTA
SECARA DINI
Pengobatan
secara dini
menghilang
kan sumber Pengobatan secara
penularan di dini menghilangkan
masyarakat sumber penularan di
masyarakat
Daftar pustaka
WHO. 2013. Global leprosy: Update on the 2012 Situation, Weekly Epidemiological Record (WER), vol.
88, no. 35, Agustus, pp. 365–380.
Josep, G. dan Rao, S. 1999. Impact of leprosy on the quality of life, World Health Organization, vol. 7, no.
6, pp. 515–517.
CDC. (2003). Hansens's Disease (Leprosy). Page last reviewed: February 10, 2017
Kosasih, A, Wisnu,M, Sjamsoe,E, dkk. Kusta. Buku Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
FKUI, edisi kelima. 2007. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Hlm.73-88.
Amirudin MD. Eritema Nodosum Leprosum. Ilmu Penyakit Kusta. 2003. Makassar :
Hassanudin University Press. Hlm. 83-99.
Freedbeg IM, Eizen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA. Fitzpatrick’s Dermatology
in General Medicine. 6th ed. 2003, New York: McGraw Hill. Hlm. 1962-1971.
World Health Organization. WHO Expert Committee on Leprosy Six Report.
WorldHealth Organization, Geneva. 1988