Anda di halaman 1dari 33

REFLEKSI KASUS

Tonsilitis
KHAIRUNISYA AUDIA SYAHPUTRI
20214010104

PEMBIMBING :

dr. Asti Widuri, Sp.THT-KL


IDENTITAS PASIEN
• Nama : Ny. A
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Usia : 20 tahun
• Pekerjaan : Mahasiswi
• No. RM : 312703
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Bengkak pada tenggorokan , dan nyeri telan

Riwayat penyakit sekarang Riwayat penyakit dahulu Riwayat penyakit


keluarga
Seorang perempuan, 20 tahun, datang ke poli THT
Keluhan serupa Keluhan serupa (-)
dengan keluhan tenggorokan bengkak dan sakit
berulang (+) ASMA(-)
untuk menelan sejak 1 hari yang lalu disertai
ASMA(-) ALERGI (-)
dengan demam pada malam harinya. Keluhan
ALERGI (-)
dirasakan berulang kali. Pasien belum pernah Riwayat sosial
meminum obat apapun untuk meredakan keluhan
tersebut. Keluhan batuk, pilek, maupun gangguan Pasien sering tidak
pendengaran disangkal. menjaga makanan, riw
merokok, alkohol
disangkal
PEMERIKSAAN FISIK
VITAL SIGN

Tekanan Darah : 103/64mmHg


Respirasi : 20x/menit
Nadi : 122x/menit
Suhu : 36,3 C

BB : 45
TB : 156
Lokalis Telinga
AURICULA DEXTRA AURICULA SINISTRA

DAUN TELINGA Normotia Normotia

Retroaurikular Nyeri Tekan (-) Nyeri Tekan (-)

CAE Serumen (-), edema (-), Serumen (-), edema (-),


hiperemis (-) hiperemis (-)

Sekret (-) (-)

Membran Timpani Cone of light (+), bulging (-), Cone of light (+), bulging (-),
perforasi (-) perforasi (-) 

Nyeri Tarik Telinga (-) (-)

Nyeri Tekan Tragus (-) (-)


Lokalis Hidung
  Dextra Sinistra

Deformitas (-) (-)

Nyeri tekan : (-) (-)


• Pangkal hidung (-) (-)
• Pipi (-) (-)
• Dahi (-) (-)
Vestibulum • Rambut (+) • Rambut (+)
• Mukosa hiperemis (-) • Mukosa hiperemis (-)
• Sekret (-) • Sekret (-)
• Massa (-) • Massa (-)
Deviasi Septum (-) (-)

Dasar hidung Sekret (-) Sekret (-)

Konka Edema (-), hiperemis (-) Edema (-), hiperemis (-)


Lokalis Tenggorokan
Arkus faring Simetris, massa (-)

Pilar anterior Simetris

Uvula Ukuran dan bentuk normal, letak lurus di tengah, deviasi (-)

Dinding faring Granula (-), hiperemis (-)

Tonsil T4-T3, Hiperemis (+), pelebaran kripta (+), detritus (+)

Gigi geligi Karies gigi (-), gigi tambalan (-), gigi berlubang (-)

Palatum durum Simetris, massa (-)

Palatum mole Simetris 


DIAGNOSIS
TATALAKSANA
Diagnosis banding :
• Faringitis Non medika mentosa : Edukasi
R/ CO PENICILIN TAB 500 MG
S 2 DD 1 • Memperbanyak minum
Diagnosis kerja : R/ PARACETAMOL TAB • Makan makanan hygienis, hindari
Tonsilitis Kronis Ekserbasi 500MG makanan pedas
Akut S 3 DD 1 PRN • Menjaga kebersihan mulut
Tinjauan Pustaka
Anatomi

Nasopharinx : batas paling atas dari basis


cranii sampai palatum mole
Oropharinx : palatum mole sampai tepi atas
epiglottis
Laryngopharinx : bagian atas epiglottis
sampai vertebra servical 6
Anatomi
Didalam faring : terdapat jaringan lomfoid  tonsil

Paryngeal (adenoid)  superior nasopharynx

Tubal  lateral nasopharynx


Tonsil
Palatina  lateral oropharynx

Sublingua  inferior oropharynx


Definisi

Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan


bagian dari cincin Waldeyer. Menurut Reeves tonsilitis
merupakan inflamasi atau pembengkakan akut pada tonsil atau
amandel.
Etiologi dan factor predisposisi
• Bakteri, virus, jamur 1. Rangsangan menahun (kronik)
• Pada penderita tonsilitis kronis jenis kuman yang paling rokok dan beberapa jenis
sering adalah Streptokokus beta hemolitikus grup A makanan
(SBHGA). Streptokokus grup A adalah flora normal pada 2. Higiene mulut yang buruk
orofaring dan nasofaring. Namun dapat menjadi pathogen 3. Pengaruh cuaca
infeksius yang memerlukan pengobatan. 4. Kelelahan fisik
• Selain itu infeksi juga dapat disebabkan Haemophilus 5. Pengobatan tonsillitis akut
influenzae, Staphylococcus aureus, S. Pneumoniae dan yang tidak adekuat
Morexella catarrhalis
Fisiologi

• Tonsila palatina adalah suatu jaringan limfoid yang terletak di fossa tonsilaris di kedua
sudut orofaring dan merupakan salah satu bagian dari cincin Waldeyer
• Dalam keadaan normal tonsil membantu mencegah terjadinya infeksi.
• Tonsil juga menstimulasi sistem imun untuk memproduksi antibodi untuk membantu
melawan infeksi.
• Aktivitas imunologi terbesar tonsil ditemukan pada usia 3 – 10 tahun
patofisiologi

• Tonsillitis berawal dari penularan yang terjadi melalui droplet dimana kuman
menginfiltrasi lapisan epitel Adanya infeksi berulang pada tonsil menyebabkan pada
suatu waktu tonsil tidak dapat membunuh semua kuman sehingga kuman kemudian
bersarang di tonsil fungsi pertahanan tubuh menjadi sarang infeksi  Bila epitel
terkikis maka jaringan limfoid superkistal bereaksi dimana terjadi pembendungan radang
dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear  jaringan limfoid diganti oleh jaringan parut
yang akan mengalami pengerutan sehingga kripti melebar  Proses berjalan terus
sehingga menembus kapsul tonsil dan akhirnya menimbulkan perlekatan dengan
jaringan di sekitar fossa tonsilaris
Klasifikasi Tonsilitis

Tonsilitis Tonsilitis Tonsilitis


akut membranosa kronis

Tonsilitis Tonsilitis Proses


Tonsilitis viral Infeksi jamur
bacterial difteri spesifik

Folikularis Lakunaris Sifilis Tuberkulosis


Tonsilitis kronis

• Tonsilitis kronik berlangsung dalam jangka waktu yang lama (bulan


atau tahun) dan dikenal sebagai penyakit menahun.
• Tonsilitis Kronis disebabkan oleh serangan ulangan dari Tonsilitis
Akut yang mengakibatkan kerusakan yang permanen pada tonsil.
Penegakan diagnosis

ANAMNESIS
Keluhan lokal : Terdapat rasa sakit didaerah tonsil/kerongkongan tetapi tidak sehebat
tonsilitis akut, penderita masih bisa makan, kadang-kadang ada rasa: ƒ
• Rasa mengganjal ƒ Rasa gatal pada mulut ƒ
• Rasa tak enak dalam mulut ƒ
• Bau busuk dalam mulut oleh karena detritus dari tonsil
Keluhan umum : ƒ
Terdapat subfebris atau kadang-kadang suhu tubuh normal. ƒ
• Malaise, anoreksia
Penegakan diagnosis
PEMERIKSAAN FISIK
• Tonsil umumnya membesar, pada serangan akut
(eksaserbasi akut), tonsil hiperemi ƒ
• Kripta melebar dan terisi detritus. Detritus keluar bila
tonsil ditekan ƒ
• Arkus anterior dan posterior merah ƒ
• Pada adenotonsilitis kronik, dapat terjadi “Adenoid face” ƒ
• Pada rinoskopi anterior, fenomena palatum mole negatif,
kadang tertutup sekret mukopurulen. 
Penegakan diagnosis
PEMERIKSAAN FISIK
• Tonsil umumnya membesar, pada serangan akut (eksaserbasi akut), tonsil hiperemi ƒ
• Kripta melebar dan terisi detritus. Detritus keluar bila tonsil ditekan ƒ
• Arkus anterior dan posterior merah ƒ
• Pada adenotonsilitis kronik, dapat terjadi “Adenoid face” ƒ
• Pada rinoskopi anterior, fenomena palatum mole negatif, kadang tertutup sekret
mukopurulen. 

PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Laboratorium : Kultur dan tes resistensi sediaan apus
• Histopatologi : Infiltrasi Limfosit ringan-sedang , Ugra’s abses, Ilfiltrasi limfosit difus
Grade
• T1 apabila besar tonsil 1/4 jarak arkus anterior
dan uvula, dimana tonsil tersembunyi di dalam
pilar tonsilar.
• T2 apabila besar tonsil 2/4 jarak arkus anterior
dan uvula, dimana tonsil membesar ke arah pilar
tonsilar.
• T3 apabila besar tonsil 3/4 jarak arkus anterior
dan uvula, atau terlihat mencapai luar pilar
tonsilar.
• T4 apabila besar tonsil mencapai arkus anterior
atau lebih, dimana tonsil mencapai garis tengahy
Tatalaksana
Non operatif Operatif

Terapi
Analgetik Antibiotik Tonsilektomi
supportif

Terapi
Obat kumur
Kortikosteroid suportif
antiseptic
lainnya
Tatalaksana
Analgesik
• untuk dewasa : Ibuprofen atau paracetamol merupakan pilihan utama ibuprofen terbukti lebih
efektif dalam mengurangi nyeri tenggorok disbanding paracetamol
• Untuk anak : Paracetamol merupakan pilihan utama sebagai analgetika pada anak. Ibuprofen
merupakan terapi alternatif dan tidak diberikan secara rutin pada anak dengan risiko dehidrasi

Kortikosteroid
Pemberian kortikosteroid pada anak dan dewasa dapat memberikan perbaikan yang signifikan terhadap
gejala dan memberikan efek samping yang minimal.Dosis kortikosteroid sebagai antiinflamasi 3x1 tablet
prednison selama 3 hari.
Tatalaksana
Obat kumur antiseptik
Chlorhexidine atau benzydamine memberikan hasil yang baik dalam mengurangi keluhan nyeri
tenggorok dan memperbaiki gejala.

Terapi suportif lainnya


Terapi suportif lainnya yang belum memiliki bukti antara lain analgetika dan anestetika topikal, berkumur
menggunakan air garam hangat, lozagen tenggorok, permen keras, maupun pencuci mulut yang beku,
makanan lembut dan cairan kental, seperti es krim, puding, serta pelembab. Steroid nasal dapat
mengurangi kebutuhan tindakan bedah pada kasus hipertrofi adenotonslier.
Tatalaksana
Tatatlaksana
Tonsilitis Tonsilitis Tonsilitis
akut difteri kronis
Bila etiologi virus : antivirus
metisoprinol (isoprenosine) Beri terapi simptomatik dan
dosis 60-100mg/kgBB obat kumur mengandung
4-6x/hari desinfektan.
Beri anti difteri serum dosis
Bila etiologi bakteri : beri 20.000-100.000 unit, Indikasi tonsilektomi
antibiotic Penicilin G 50.000 antibiotik penisilin atau dilakukan bila terjadi infeksi
IU/kgBB/IM dosis tunggal eritromisin 25-50 berulang atau kronik, gejala
atau Amoksisilin 3x500 mg mg/kgBB/hari. sumbatan, dan curiga
atau Eritromisin 4x500 keganasan.
mg/hari. Selain itu juga dapat
diberikan kortikosteroid untuk
menekan reaksi inflamasi.
Operatif
Tonsilektomi didefinisikan sebagai suatu tindakan bedah yang mengangkat keseluruhan jaringan tonsil
palatina, termasuk kapsulnya dengan melakukan diseksi ruang peritonsiler di antara kapsula tonsil dan
dinding muskuler tonsil. Tindakan ini dapat dilakukan dengan atau tanpa adenoidektomi.
Adenoidektomi juga dilakukan bersama tonsilektomi terutama apabila terdapat gangguan bernafas saat
tidur.
Indikasi tonsilektomi
Indonesia mengeluarkan rekomendasi pedoman klinik tonsilektomi dalam Health Technology Assesment
(HTA) Indonesia tahun 2004 yang telah disesuaikan dengan AAOHNS. (level bukti IV, derajat
rekomendasi C)
a) Indikasi absolut
• Hipertrofi tonsil yang menyebabkan: obstruksi saluran napas misal pada OSAS, disfagia berat yang
disebabkan obstruksi, gangguan tidur, komplikasi kardiopulmoner, gangguan pertumbuhan
dentofasial, gangguan bicara (hiponasal).
• Riwayat abses peritonsil yang tidak membaik dengan pengobatan medis dan drainase. -35-
• Tonsilitis yang membutuhkan biopsi untuk menentukan patologi anatomi terutama untuk hipertrofi
tonsil unilateral.
• Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam.
b) Indikasi relatif
• Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil tiap tahun dengan terapi antibiotik adekuat.
• Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak membaik dengan pemberian terapi medis.
• Tonsilitis kronik atau berulang pada karier streptokokus B-hemolitikus yang tidak membaik dengan
pemberian antibiotik resisten β-laktamase
Perngaruh tonsilektomi terhadap imun penderita

Tonsil palatina memproduksi antibodi melalui sel B. Pertumbuhan maksimum tonsil terjadi
pada usia 4 sampai 7 tahun, sedangkan involusi mulai terjadi pada usia 14 tahun yang
menyebabkan masih tersisanya sedikit jaringan limfoid hingga usia 60 tahun. Sekuele
imunologik pasca tindakan tonsilektomi pada anak-anak masih menjadi perdebatan diantara
para klinisi dan menjadi kekhawatiran tersendiri bagi orang tua. Hasil meta-analisis
menunjukkan hanya 4 studi (11,4%) yang melibatkan 406 (20,3%) pasien menunjukkan
bahwa tonsilektomi memberikan efek negatif pada sistem imun. Hasil lain dari meta-
analisis mengenai parameter humoral dan imunologi seluler (serum Ig total dan spesifik,
SecIgA, imunitas seluler, dan Ag spesifik IG) menunjukkan lebih banyak bukti yang
mendukung bahwa tonsilektomi tidak memiliki efek negatif terhadap sekuele klinis
maupun imunologik pada sistim imun.
DAFTAR PUSTAKA

• KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR


HK.01.07/MENKES/157/2018
• Windfuhr JP, Toepfner N, Steffen G, Waldfahrer F, Berner R. Clinical practice guideline:
tonsillitis I. Diagnostics and nonsurgical management. Eur Arch Otorhinolaryngol.
2016 Apr;273(4):973-87. doi: 10.1007/s00405-015-3872-6. Epub 2016 Jan 11. PMID:
26755048; PMCID: PMC7087627.
• Sundariyati, 2017 TONSILITIS KRONIS EKSASERBASI AKUT,
http://erepo.unud.ac.id/id/eprint/13041/1/ce84a52f23a3735f4ce7b202a8877d93.pdf
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai