Anda di halaman 1dari 19

TONSILITIS KRONIS

EKSASERBASI AKUT Charlos Rohy -


102017052
PADA ANAK 8 TAHUN
SKENARIO 4
SEORANG ANAK BERUSIA 8 TAHUN DIBAWA
KEDOKTER DENGAN KELUHAN NYERI TENGGOROK

Identifikasi istilah

• -

Rumusan masalah

• Anak usia 8 tahun dengan keluhan nyeri tenggorok

Hipotesis

• Anak tersebut menderita tonsillitis kronis eksaserbasi akut


Anamnesis,
PF, WD, DD
MIND
Anatomi
MAP
Pencegahan,
Faring dan
Prognosis
Tonsil

RM

Tatalaksana Epidemiologi

Klasifikasi
ANAMNESIS
 Allo anamnesis
 Identitas
 Keluhan utama, RPS, RPD, RPK, RP Sosial

Dalam kasus pasien datang dengan keluhan rasa nyeri tenggorokan sejak 3 hari
yang lalu. Dimana nyeri yang dirasakan hilang timbul terutama saat menelan.
Terdapat demam dan batuk. Pasien juga merasa mendengkur saat tidur.
Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang

• Keadaan umum : tampak sakit sedang 1. Pemeriksaan darah


• Kesadaran : compos mentis lengkap
• TTV : normal, kecuali suhu 37,50C

• PF THT 2. Histopatologi
-Telinga dan hidung : normal (ditemukan ringan- sedang
-Tenggorokan : Tonsil T3-T3 hiperemis. infiltrasi limfosit, adanya
Dendrites +/+ berisi kriptus Ugra’s abses dan infitrasi
limfosit yang difus)

TO : tonsil masuk di dalam fossa atau sudah diangkat


T1 : <25% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
T2 : 25-50% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
T3 : 50-75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
T4 : > 75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
ANATOMI FARING

Faring terletak dibelakang cavum nasi, mulut,


dan laring. Bentuknya mirip corong dengan
bagian atasnya yang lebar terletak di bawah
cranium dan bagian bawahnya yang sempit
dilanjutkan sebagai eosophagus setinggi vertebra
cervicalis enam. Dinding faring terdiri atas tiga
lapis yaitu mukosa, fibrosa, dan muscular.

Berdasarkan letak, faring dibagi atas tiga bagian


yaitu : nasofaring, orofaring, dan laringofaring.
WORKING DIAGNOSE
Tonsilisitis kronis
eksaserbasi akut

Bermula dari tonsilisitis akut yaitu terjadi peradangan pada tonsil palatina yang
merupakan bagian dari cincin waldeyer. Tonsilitis Kronis adalah peradangan kronis
Tonsil setelah serangan akut yang terjadi berulang-ulang atau infeksi subklinis.
Tonsilisitis kronis eksaserbasi akut ditandai dengan gejala nyeri tenggorokan sejak 3 hari
yang lalu, pelebaran tonsil T3-T3 hiperemis dan kriptus yang terisi oleh dendritus beserta
keluhan tidur yang mendengkur.
DIFFERENTIAL DIAGNOSE
Tonsilisitis akut berulang terutama terjadi pada anak-anak dan diantara serangan tidak
jarang tonsil tampak sehat. Tetapi tidak jarang keadaan tonsil diluar serangan terlihat
membesar disertai dengan hiperemi ringan yang mengenai pilar anterior dan apabila
tonsil ditekan keluar detritus.

Tonsilisitis akut berulang


PERBEDAAN TONSILISITIS AKUT, KRONIS
DAN KRONIS EKSASERBASI AKUT
Tonsilitis Akut Tonsilitis Kronis Tonsilitis Kronis
Eksaserbasi akut

Hiperemis dan edema Hiperemis dan edema Memebesar/ mengecil tapi tidak
hiperemis

Kripte tak melebar Kripte melebar Kripte melebar

Detritus (+ / -) Detritus (+) Detritus (+)

Perlengketan (-) Perlengketan (+) Perlengketan (+)

Antibiotika, analgetika, Sembuhkan radangnya, Jika perlu lakukan Bila mengganggu lakukan
obat kumur tonsilektomi 2 – 6 minggu setelah peradangan tenang Tonsilektomi
Tonsilitis viral Tonsilisitis bakteri Tonsilisitis difteri Tonsilisitis kronik Abses peritonsil
Gejala -menyerupai common -nyeri tenggorok -umum: kenaikan suhu -tonsil membesar -odinofagia(nyeri
cold/flu -nyeri waktu menelan tubuh, nyeri kepala, tidak -kriptus melebar menelan)
-nyeri tenggorok -demam nafsu makan , badan lelah -rasa mengganjal di -nyeri telinga (otalgia)
-suhu tubuh tinggi -local: tonsil bengkak dan tenggorok -muntah(regurgitasi)
-lesu diangkat mudah berdarah, -rasa kering tenggorok -mulut berbau
-nyeri sendi bull neck -napas berbau -hipersalivasi
-tidak nafsu makan -akibat eksotoxin: -suara bergumam
-nyeri telinga (otalgia) miokarditis pada jantung, -sukar membuka mulut
kena saraf jadi kelumpuhan (trismus)
saraf, dan ke ginjal jadi -pembengkakakn kel.
albuminuria submandibula dan nyeri
tekan

Etiologi Epstein Barr virus Kuman grup A Streptokokus Coryne bacterium Epstein Barr virus dan Komplikasi tonsilisitis
beta hemolitikus (strept throat, diphteriae kuman golongan gram Kelenjar mucus weber di
pneumokokus, streptokokus Kuman yang termasuk negatif kutub atas tonsil
viridian, dan streptokokus gram positif Kuman aerob dan
piogenes) anaerob

Terapi -istirahat -antibiotka spectrum lebar -ADS 20.000-100.000 U Lokal: higiene mulut dengan Stad infiltrasi: antibiotika
-minum cukup (penisilin, eritromisin) -Antibiotika berkumur atau obat isap gol penisilin atau
-analgetika -antipiretik penisilin/eritromisin 25- klindamisin, obat
-antivirus (gejala berat) -obat kumur mengandung 50mg simptomatik, kumur
desinfektan –Kortikosteroid 1,2 mg dengan cairan hangat dan
-Antipiretik untuk kompres dingin
simptomatis Abses: pungsi, insisi,
-istirahat 2-3 minggu tonsilektomi
ETIOLOGI

Penyebaran infeksi dapat melalui udara (air bone droplets), tangan dan ciuman.
Serangan tonsilisitis akut berulang
Streptokokus pyogenes, Streptokokus grup B, C, Adenovirus, Epstein Barr Streptokokus
beta hemolitikus grup A (SBHGA)
Bakteri gram positif penyebab tersering Tonsilofaringitis Kronis yaitu Streptokokus alfa,
Stafilokokus aureus, Streptokokus beta hemolitikus grup A, Stafilokokus epidermidis dan
kuman gram negatif berupa Enterobakter, Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella dan E. coli
Faktor predisposisi timbulnya tonsillitis kronis adalah rangsangan menahun dari rokok,
beberapa jenis makanan, hygine mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik dan
pengobatan tonsillitis akut yang tidak adekuat
EPIDEMIOLOGI
Data epidemiologi penyakit THT di tujuh provinsi di Indonesia, prevalensi tonsilitis
kronis sebesar 3,8% tertinggi setelah nasofaringitis akut 4,6%.
Pada anak-anak dan dewasa menunjukkan total penyakit pada telinga hidung dan
tenggorokan berjumlah 190-230 per 1.000 penduduk dan didapati 38,4% diantaranya
merupakan penderita penyakit tonsilitis kronis.
Data medical record tahun 2010 di RSUP dr M. Djamil Padang bagian THTKL
subbagian laring faring, ditemukan tonsilitis sebanyak 465 dari 1110 kunjungan di
Poliklinik subbagian laring faring dan yang menjalani tonsilektomi sebanyak 163 kasus.
Sedangkan insiden tonsilitis kronis di RSUP dr Kariadi Semarang 23,36% sebagian
besar diantaranya pada usia 6-15 tahun.
MANIFESTASI KLINIS

Nyeri tenggorokan yang berulang atau menetap dan obstruksi pada saluran cerna dan saluran napas

Gejala demam, namun tidak mencolok

Tonsil membesar permukaan tidak rata

Kriptus melebar dan beberapa kripti terisi oleh dedritus

Rasa ada yang mengganjal di tenggorok

Napas berbau
Penularan lewat
droplet Pembendungan Proses radang
P
Kuman invasi
Epitel terkikis radang
Infiltrasi PMN
berulang

lapisan epitel Epitel mukosa&


jaringan limfoid

Diganti oleh
jaringan parut

Patofisiologi
Infeksi berulang pengerutan
di tonsil
Kripti melebar
Fungsi pertahanan diisi dedritus
tubuh berubah

Timbul Menembus kapsul


Sarang infeksi perlengketan dgn
jaringan sekitar
TATALAKSANA
•Terapi suportif

•Antibiotik (Penicillin/Eritromisin)

Penisilin tab 500 mg (3x/hari)

Eritromisin tab 500 mg (3x/hari)

Untuk anak: 40mg/kg/BB/hari

•Kortikosteroid
INDIKASI TONSILEKTOMI
1. Serangan tonsilitis lebih dari 3 kali per tahun walaupun telah mendapat terapi yang
adekuat
2. Tonsil hipertrofi yang menimbulkan maloklusi gigi dan menyebabkan gangguan
pertumbuhan orofasial
3. Sumbatan jalan napas yang berupa hipertrofi tonsil dengan sumbatan jalan napas, sleep
apnea, gangguan menelan, gangguan bicara dan cor pulmonale
4. Rinitis dan sinusitis kronis, peritonsilitis, abses peritonsil yang tidak hilang dengan
pengobatan
5. Napas bau yang tidak berhasil dengan pengobatan
6. Tonsilitis berulang karena bakteri grup A Streptococcus β hemolitikus
7. Hipertrofi tonsil yang dicurigai keganasan
8. Otitis media efusi/otitis media supuratif
Komplikasi akibat
Streptokokus :
Pencegahan
 Demam Reumatik Komplikasi
•Melakukan pemeriksaan
 Glomerulonefritis
kesehatan rutin Daerah sekitarnya : rhinitis
•Mencari tahu faktor resiko & kronik, sinusitis atau otitis
menghindarinya media secara perkontinuitatum
•Menjaga higiene mulut Komplikasi jauh : secara
•Menghindari paparan asap hematogen atau limfogen
sehingga mencegah terjadinya (endokarditis, artritis, myositis,
ISPA nefritis uveitis, iridosiklitis,
•Menggunakan masker apabila dermatitis, pruritus, urtikaria,
kontak dengan penderita atau Prognosis dan furunkolosis)
berada di lingkungan yang
berasap
Baik, jika penanganan cepat dan
istirahat cukup
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik anak tersebut didiagnosis menderita

Thankyou
tonsilitis kronis eksaserbasi akut. Ditandai dengan nyeri tenggorokan yang dirasakan
saat menelan, mendengkur saat tidur, dan demam sejak 3 hari yang lalu. Ditemukan
pembesaran tonsil T3-T3 hiperemis dan terdapat dendritus di dalam kripta. Terapi pada
pasien ini adalah dilakukannya tonsilektomi untuk mencegah komplikasi lebih lanjut
dan prognosisnya baik jika dilakukan penanganan yang tepat.

Hipotesis diterima

Anda mungkin juga menyukai