Anda di halaman 1dari 40

Managemen Kasus

TONSILITIS

Anida Shofiana

STATUS PASIEN

Identitas
Nama : An. Ab
Umur : 5 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Rejosari Kedawung, Sragen
No Rekam Medis : 410485
Keluhan Utama : rasa sakit menelan dan mengganjal
di tenggorokan (anamnesis diberikan oleh ibu pasien)


RPS
Pasien datang ke poliklinik THT RS Sragen dengan keluhan rasa sakit ketika
menelan dan mengganjal di tenggorok yang dirasakan sejak 1 tahun yang
lalu,
dirasakan terus menerus dan semakin berat sejak 1 bulan terakhir.
kering, dan gatal pada tenggorokan, batuk, pilek dan demam yang
dirasakan pasien terutama ketika serangan. Keluhan-keluhan tersebut
dirasakan hilang timbul sejak 1 tahun lalu, akan tetapi ketika pemeriksaan,
pasien tidak mengeluhkan hal-hal tersebut tadi.
Menurut penuturan ibu pasien, pasien juga mengeluhkan saat tidur
mendengkur (ngorok).
Dalam 1 tahun ini, pasien telah mengalami serangan 3-4 kali

Cont
Keluhan batuk, pilek, hidung tersumbat, demam, bersin-bersin dan sakit
kepala/ sakit didaerah wajah dan rasa adanya cairan yang mengalir di
tenggorokan disangkal oleh ibu pasien .
Keluhan nyeri pada telinga, telingga terasa mendengung dan rasa penuh di
telinga disangkal.
Keluhan gangguan suara/suara serak, sukar membuka mulut, sesak nafas
disangkal oleh ibu pasien.

RPD
Keluhan sudah dirasakan sejak 1 tahun yang
lalu
Riwayat alergi obat, makanan, debu/ udara
dingin disangkal.




Kanan Kiri
Bentuk Daun Telinga Normal
Deformitas (-)
Normal
Deformitas (-)
Kelainan Congenital Tidak ada Tidak ada
Radang, Tumor Tidak ada Tidak ada
Nyeri Tekan Tragus Tidak ada Tidak ada
Penarikan Daun Telinga Tidak ada Tidak ada
Kelainan pre-, infra-,
retroaurikuler
Tidak ada Tidak ada
Regio Mastoid Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Liang Telinga CAE lapang, serumen tidak
ada
CAE lapang, serumen tidak
ada
Valsava Test
Toyinbee Test
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Membran Timpani MT intak, hiperemis (-),
edema (-), refleks cahaya (+)
jam 5
MT intak, hiperemis (-),
edema (-), refleks cahaya (+)
jam 7


Keadaan Umum : Compos Mentis
Leher : Kelenjar limfonodi tidak teraba membesar
Status THT
TELINGA


HIDUNG DAN SINUS PARANASAL


Bentuk : Normal, tidak ada deformitas
Tanda peradangan : Hiperemis (-), Panas (-), Nyeri (-), Bengkak (-)
Vestibulum : Hiperemis -/-, sekret -/-
Cavum nasi : Lapang +/+, edema -/-, hiperemis -/-
Konka inferior : Eutrofi/eutrofi
Meatus nasi inferior : Eutrofi/eutrofi
Konka medius : Eutrofi/eutrofi
Meatus nasi medius : Sekret -/-
Septum nasi : Deviasi -/-
Daerah sinus frontalis : Tidak ada kelainan, nyeri tekan (-)
Daerah sinus maksilaris : Tidak ada kelainan, nyeri tekan (-)

TENGGOROK


PHARYNX

Dinding pharynx : merah muda, hiperemis (-), granular (-)
Arkus pharynx : simetris, hiperemis (-), edema (-)
Tonsil :
-T3/T3
- hiperemis +/+
- permukaan mukosa tidak rata
- Kripta melebar +/+
- Detritus -/-
- Perlengketan -/-
Uvula : letak di tengah, hiperemis (-)
Gigi : gigi geligi lengkap,caries (-)
Lain-lain : radang ginggiva (-),mukosa pharynx tenang,post nasal
drip (-)
Pemeriksaan

Pemeriksaan penala
Tes Rinne tidak
dilakukan pemeriksaan
Tes Weber tidak
dilakukan pemeriksaan
Tes Schwabah tidak
dilakukan pemeriksaan

Pemeriksaan Lanjutan
Pemeriksaan Laboratorium
darah
Hemoglobin :11,8 mg/dl
Hematokrit : 36,3 g%
Leukosit : 9,70/uL
Trombosit : 406.000/uL
Masa perdarahan : 230
Masa pembekuan : 200
Kesan: dalam batas normal

Resume

Dari anamnesis didapatkan :
Pasien, laki-laki usia 5 tahun datang dengan keluhan sakit
ketika menelan yang dirasakan sejak 2 bulan yang lalu,
dirasakan terus menerus dan semakin berat sejak 2 minggu
terakhir.
Dalam 1 tahun ini, pasien mengaku telah mengalami
serangan 3-4 kali per tahun,
keluhan-keluhan yang dirasakan saat serangan: rasa sakit di
tenggorok, nyeri menelan, rasa kering, dan gatal pada
tenggorokan, batuk, pilek dan demam. Keluhan tersebut
dirasakan hilang timbul sejak 1tahun lalu,
pasien saat tidur mendengkur (ngorok).
Dari pemeriksaan fisik ditemukan :
Pada pemeriksaan tenggorok didapatkan:
tonsil hipertrofi dengan ukuran T3/T3
tonsil hiperemis +/+
permukaan mukosa tidak rata
Kripta melebar +/+
Detritus -/-


DIAGNOSIS

Diagnosis Banding
Tonsilitis kronis
hipertrofi
Tonsilofaringitis
kronis

Diagnosis kerja
Tonsilitis kronis
Usulan Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan laboratorium berupa
kultur dan uji resistensi kuman dari
sediaan apusan tonsil untuk
mengetahui kuman penyebab.
Cont

Penatalaksanaan
Medikamentosa:
Antibiotik: Amoxicilin syr 3x
1,5 sendok teh
Anti inflamasi:
Dexametasone 3x0,5 mg
selama 5 hari
Analgetik: Paracetamol
3x250 mg selama 5 hari
Vitamin C 3x50 mg
Diberikan setelah pasien
menjalani operasi tonsilektomi
Operatif: Tonsilektomi
Anjuran
Setelah dilakukan operasi, pasien
disarankan untuk:
Jaga kebersihan mulut
Makan makanan lunak selama
kurang lebih 1 minggu
Makan makanan bergizi untuk
meninggkatkan daya tahan
tubuh dan mempercepat proses
penyembuhan
Hindari makanan pedas,
makanan berminyak dan
diharuskan minum minuman
dingin
Kontrol ke poliklinik THT
Anatomi Mulut
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tonsil

Tonsil merupakan suatu akumulasi dari limfonoduli
permanen yang letaknya di bawah epitel yang telah
terorganisir sebagai suatu organ. Pada tonsil terdapat
epitel permukaan yang ditunjang oleh jaringan ikat
retikuler dan kapsul jaringan ikat serta kriptus di
dalamnya.
Berdasarkan lokasinya, tonsil dibagi menjadi :
Tonsila lingualis.
Tonsila palatina (tonsil)
Tonsila faringica (adenoid)
Tonsilla tubaria
Plaques dari Peyer (tonsil perut) yang terletak pada ileum.

Anatomi Tonsil

Cincin Waldeyer merupakan jaringan limfoid yang
mengelilingi faring. Bagian terpentingnya adalah tonsil
palatina dan tonsil faringeal (adenoid). Unsur yang lain
adalah tonsil lingual, gugus limfoid lateral faring dan
kelenjar-kelenjar limfoid yang tersebar dalam fosa
Rosenmuller, di bawah mukosa dinding posterior faring dan
dekat orifisium tuba eustachius.
Fisiologi
Salah satu mekanisme pertahanan
tubuh
Dominasi limfosit
Mediasi perlindungan u saluran
cerna dan napas
Tonsil paling aktif usia 4-10 tahun
Vaskularisasi Tonsil

terdiri dari cabang-
cabang arteri
karotis eksterna
yaitu:
Arteri maksilaris
eksterna (arteri
fasialis)
arteri tonsilaris
arteri palatina
asenden.
Arteri maksilaris
interna
arteri palatina
desenden.
arteri lingualis
arteri lingualis
dorsal.
arteri faringeal
asenden.
Tonsilitis Kronik



DEFINISI
Tonsilitis kronik merupakan peradangan kronik pada tonsila palatina
setelah serangan akut yang terjadi berulang-ulang. Biasanya sering
didahului dengan peradangan pada bagian tubuh lain seperti sinusitis,
rhinitis, infeksi umum seperti morbili dan sebagainya.
EPIDEMIOLOGI
Tonsilitis paling sering terjadi pada anak-anak, namun jarang terjadi pada anak-
anak muda dengan usia lebih dari 2 tahun. Tonsilitis yang disebabkan oleh spesies
Streptococcus biasanya terjadi pada anak usia 5-15 tahun, sedangkan tonsilitis
virus lebih sering terjadi pada anak-anak muda. Data epidemiologi menunjukkan
bahwa penyakit tonsilitis kronis merupakan penyakit yang sering terjadi pada usia
5-10 tahun dan dewasa muda usia 15-25 tahun.

Epidemiologi
paling sering terjadi pada anak-anak
jarang terjadi pada anak<2 tahun
tonsilitis streptokokkal sering terjadi pada
usia 5-15 tahun
tonsilitis viral lebih sering terjadi pada
anak-anak yang lebih kecil
Peritonsilar abses biasanya terjadi pada
remaja atau dewasa muda tetapi bisa juga
muncul lebih awal
(Medscape, 2013).

Etiologi
Patofisiologi
proses
radang
berulang
Jaringan
akan
mengerut
Kripta
melebar
Epitel
mukosa dan
jaringan
limfoid
terkikis
Kripta terisi
oleh
detritus
Jar.limfoid
diganti
jaringan
parut
Proses
meluas
Perlengketa
n di fosa
tonsilaris
Menembus
kapsul
tonsil
Manifestasi Klinis
Nyeri tenggorokan
Demam
Ngorok
Kesulitan menelan (disfagia)
Nafsu makan turun
Otalgia (kadang)
Pembesaran kelenjar sub mandibular-nyeri tekan

Tonsilitis Akut Tonsilitis Kronis
Eksaserbasi akut
Tonsilitis Kronis
Hiperemis dan edema Hiperemis dan edema Memebesar/ mengecil tapi
tidak hiperemis
Kripte tak melebar Kripte melebar Kripte melebar
Detritus (+ / -) Detritus (+) Detritus (+)
Perlengketan (-) Perlengketan (+) Perlengketan (+)
Antibiotika, analgetika,
obat kumur
Sembuhkan radangnya, Jika perlu lakukan
tonsilektomi 2 6 minggu
setelah peradangan tenang
Bila mengganggu lakukan
Tonsilektomi
Tabel. Perbedaan tonsilitis
Diagnosis
Anamnesis
muncul gejala-gejala diatas
Px. Fisik
T0 : tonsil berada dalam fossa tonsil atau
telah diangkat
T1 : besar tonsil jarak arcus anterior
dan uvula
T2 : besar tonsil jarak arcus anterior
dengan uvula
T3 : besar tonsil jarak arcus anterior
dan uvula
T4 : jika besar tonsil mencapai arcus
anterior atau lebih (kissing tonsil )

Gambaran T0-T4
Px. Penunjang
Kultur Mikrobiologi
Gold standard pemeriksaan tonsil adalah kultur dari
permukaan tonsil.
Kuman terbanyak yang ditemukan yaitu Streptokokus
beta hemolitikus diikuti Stafilokokus aureus.


Histopatologi
tiga kriteria histopatologi yaitu ditemukan ringan -
sedang infiltrasi limfosit, adanya Ugras abcess dan
infitrasi limfosit yang difus. Kombinasi ketiga hal
tersebut ditambah temuan histopatologi lainnya
dapat dengan jelas menegakkan diagnosa tonsilitis
kronis.


DIAGNOSIS BANDING

1.Tonsillitis difteri
Tonsilitis yang disebabkan oleh
kuman Corynebacterium
diphteriae. Tonsillitis difteri
sering ditemukan pada anak
berusia kurang dari 10 tahun
dan frekuensi tertinggi pada usia
sampai 5 tahun.
Gejala klinik terbagi dalam 3
golongan yaitu umum, lokal, dan
gejala akibat eksotoksin.

2. Angina Plaut Vincent (Stomatitis
Ulseromembranosa)
Penyebab penyakit ini adalah bakteri
spirochaeta atau treponema.
Gejala pada penyakit ini berupa
demam sampai 30C, nyeri kepala,
badan lemah, rasa nyeri dimulut,
hipersalivasi, gigi dan gusi mudah
berdarah.
Pada pemeriksaan tampak mukosa
dan faring hiperemis, membran
putih keabuan diatas tonsil, mulut
berbau (foetor ex ore) dan kelenjar
submandibular membesar

Faringitis
Merupakan peradangan dinding laring yang dapat disebabkan oleh virus, bakteri,
alergi, trauma dan
Gejala klinis secara umum pada faringitis berupa demam, nyeri tenggorok, sulit
menelan dan nyeri kepala. Pada pemeriksaan fisik, tampak tonsil membesar, faring
dan tonsil hiperemis dan terdapat eksudat di permukaannya. Beberapa hari
kemudian timbul bercak petechiae pada palatum dan faring. Kelenjar limfa
anterior membesar, kenyal, dan nyeri pada penekanan
Terapi
Medikamentosa
1
st
line Antibiotik Spektrum luas > Penisilin
(amoksisilin dengan klavulanat)
2
nd
Klindamisin Kortikosteroid > anti
inflamasi


Terapi Bedah (Tonsilektomi)
Indikasi

Indikasi Absolut Indikasi Relatif
Pembengkakan tonsil yang
menyebabkan obstruksi saluran
napas, disfagia berat, gangguan tidur
dan komplikasi kardiopulmoner
Terjadi 3 episode atau lebih infeksi
tonsil per tahun dengan terapi
antibiotik adekuat.

Abses peritonsil yang tidak membaik
dengan pengobatan medis dan
drainase

Halitosis akibat tonsilitis kronik yang
tidak membaik dengan pemberian
terapi medis
Tonsilitis yang menimbulkan kejang
demam

Tonsilitis kronik atau berulang pada
karier streptokokus yang tidak
membaik dengan pemberian antibiotik
-laktamase resisten
Tonsilitis yang membutuhkan biopsi
untuk menentukan patologi anatomi

Hipertrofi tonsil unilateral yang
dicurigai merupakan suatu keganasan

Indikasi Tonsilektomi (1)
dengan atau tanpa
adenoidektomi (2)
Infeksi Obstruksi Misscelaneous
Recurrent tonsilitis (1) Hipertrofi dengan
obstruksi yang tidak
respon terhadap antibiotik
dengan atau tanpa apnea
obstruktif, disfagia berat,
dan gagal tumbuh.
Abses peritonsilar yang
kambuh-kambuhan atau
abses peritonsilar dengan
riwayat recurrent atau
pesrsisten tonsilitis
sebelumnya (1)
Persisten, kronik tonsilitis
(1)

Jika hanya pembesaran
to nsil (1)

Hipertropi tonsilar
unilateral (1)

Otitis media kambuhan
yang tidak respon
terhadap pengobatan (2)

Jika hanya pembesaran
adenoid (2)
Tonsilitis hemoragik (1)

Kronis/recurrent
nasofaringitis (2)

Jika tonsil dan adenoid
yang membesar (1,2)

Tonsilolithiasis kronik (1)

Kronik/recurrent sinusitis
(2)

Obstruksi nasal dengan
abnormalitas bicara,
orodental abnormalitas
(1)

Komplikasi
Non
Supuratif
Demam
Scarlet
Demam
Rematik Akut
Post
Streptokokal
GN
Supuratif
Abses
Peritonsilar
Abses
Parafaringeal
Abses
Retrofaringeal
PEMBAHASAN
Diagnosis kerja tonsilitis kronis diambil berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik yang didapatkan pada pasien.
Anamnesis:
Rasa mengganjal di tenggorok yg dirasakan akibat tonsil yang membesar
Selama 1tahun terakhir pasien telah mengalami keluhan-keluhan peradangan tonsil,
yang hilang timbul dengan frekuensi 3-4 kali per tahun.
nyeri menelan
rasa gatal di tenggorokan
kadang disertai batuk pilek dan demam
Tonsilotis Kronis: peradangan tonsil lebih dari 3 bulan, setelah serangan tonsilitis
akut yang berulang-ulang.
Riwayat kebiasaan: pasien suka mengkonsumsi makanan jajanan di
sekolahnya, makanan pedas dan minuman dingin (menjadi faktor
predisposisi timbulnya tonsilitis)
Dengan keluhan yang sama, riwayat pengobatan ke bidan desa, di
diagnosis sakit amandel, diberikan antibiotik namun pasien tidak teratur
meminumnya terapi tonsilitis tidak adekuat, menjadi faktor predisposisi
tonsilitis kronik).

Cont
Pada pemeriksaan fisik, pasien tampak tonsil membesar dengan
gradasi T3 disertai dengan pelebaran kripta. Pada pemeriksaan
tampak tonsil membesar dengan permukaan yang tidak rata, kripta
melebar.
Berdasarkan literatur, pada pemeriksaan tampak tonsil membesar
dengan permukaan yang tidak rata, kripta melebar. Pada umumnya,
terdapat dua

gambaran tonsil yang secara menyeluruh dimasukkan
ke dalam kategori tonsillitis kronik

berupa pembesaran tonsil karena
hipertrofi disertai perlekatan kejaringan sekitarnya,

kripta melebar
di atasnya tertutup oleh eksudat yang purulen dan tonsil tetap kecil,
biasanya

mengeriput, kadang-kadang seperti terpendam dalam
tonsil bed dengan bagian tepinya

hiperemis, kripta melebar dan
diatasnya tampak eksudat yang purulen.

Cont
Berdasarkan literatur, penatalaksanaan untuk tonsilitis
kronik terdiri atas terapi medikamentosa dan operatif.
Untuk medikamentosa, terapi ini ditujukan pada menjaga
higiene mulut dengan cara berkumur, pemberian antibiotik,
pembersihan kripta tonsil dengan alat irigasi gigi atau oral.

Untuk terapi pembedahan dilakukan dengan mengangkat
tonsil (tonsilektomi).
Untuk pasien ini dilakukan tonsilektomi atas indikasi yaitu
pembesaran tonsil yang menyebabkan pasien sering ngorok
ketika tidur, disfagia, rasa mengganjal di tenggorokan.
Prognosis pada pasien ini adalah bonam, karena dilakukan
pengobatan yang adekuat.

Anda mungkin juga menyukai