Anda di halaman 1dari 33

Nama Jenis Kelamin TTL Umur Agama Alamat

: An. Rutqis Lebanna R.I : Perempuan : Bandung, 04 februari 2000 : 11 tahun : Katolik : Blok. Komando No.26 PUSDIK PASSUS Batujajar

Nama : Engel Bertus Iki Kitaro (Ayah) Jenis Kelamin: Laki-laki Umur : 37 tahun Agama : Katolik Alamat : Blok. Komando No.26 PUSDIK PASSUS Batujajar

Sejak 1 minggu SMRS pasien mengeluh nyeri menelan. Keluhan nyeri menelan ini dirasakan setelah pasien minum minuman dingin, makan makanan pedas, gorengan dan makanan ringan atau jika pasien kelelahan. Keluhan disertai dengan batuk, panas yang tidak terlalu tinggi, rasa mengganjal di tenggorokan dan mengorok pada saat tidur. Menurut Ibu pasien dalam 3 bulan terakhir ini keluhan mengorok pada saat tidur dirasakan hampir setiap malam dan kadang pasien sampai terbangun karena kesulitan bernapas.

Keluhan nyeri menelan pertama kali dirasakan pasien sejak 2 tahun yang lalu (tahun 2009). Karena keluhan tersebut ibu pasien membawa pasien berobat ke dokter dan dinyatakan menderita amandel. Saat itu pasien mengalami keluhan yang sama seperti batuk, panas yang tidak terlalu tinggi, rasa mengganjal di tenggorokan dan mengorok pada saat tidur. Keluhan serupa ini dirasakan hilang timbul 6 kali dalam 1 tahun.

Keluhan nyeri menelan tidak disertai rasa gatal di tenggorokan. Keluhan tidak didahului dengan tertelan atau tertusuk duri ikan. Keluhan tidak disertai dengan keluar cairan dari hidung (beringus dan hidung tersumbat) Keluhan tidak disertai sakit kepala saat bangun tidur, rasa penuh di wajah, sering tertelan lendir di tenggorokan.

Dirawat di RS.Dustira sejak tanggal 16-18 oktober 2011-10-18 16 oktober 2011 : dirawat di bangsal (perawatan pre operasi) 17 oktober 2011 : tindakan operasi 18 oktober 2011 : dirawat di bangsal (perawatan pasca operasi)

Keadaan Umum Kesadaran : Composmentis Tensi : 110/60 mmHg Nadi : 88 x/menit Respirasi : 22 x/menit Suhu : 36,50 C

Status Lokalis THT 1. ADS Pre aurecular : Normal Auricular : Normal CAE : kulit tenang +/+ , hiperemis - /- , oedem -/ Secret : (serous/mucoid/mucopurulent) -/- , bau (-), darah (-) Serumen : +/+ MT : intak +/+ , perforasi -/ RC : / RA : tenang +/+ , fistula + /+ , oedem - /- , NT -/ Tes pendengaran: Tes Rinne : +/+ (AC > BC) Tes Weber : N/N (tidak ada lateralisai) Tes Schwabach:N/N (hantaran tulang penderita =pemeriksa) Tes keseimbangan : Gait test : baik Romberg test : baik

2. CN Mukosa : tenang +/+ , hiperemis -/-, livide -/ Sekret : -/ SD : Normal Massa : -/ Concha: -/hipertrofi concha anterior PU : +/+ Transluminasi : tidak dilakukan pemeriksaan

3. OP Tonsil : T0/T0 Faring : mukosa hiperemis, granula (-) Laring : sulit dinilai 4. MF : simetris, parese N Cranialis (-) 5. Leher : Pembesaran KGB (-/-), massa (-)

DD : post tonsilektomi e.c tonsilitis kronis hipertrofi DK : post tonsilektomi e.c tonsilitis kronis hipertrofi

observasi T,N,R,S dan perdarahan Miring ke satu sisi Puasa sampai dengan BU (+) N Diet sesuai jadwal Cefadroxil 2x500 mg IV (skin prick test) Ranitidin

Quo ad vitam : ad bonam

Tonsilitis kronik
Faktor predisposisi timbulnya tonsilitis

kronik ialah rangsangan yang menahun


dari rokok, beberapa jenis makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat

proses radang berulang proses penyembuhan jaringan limfoid diganti oleh jaringan parut yang mengalami mengerutan kripta melebar terisi detritus menembus kapsul tonsil perlekatan dengan jaringan disekitar fosa tonsilaris.

Tonsil membesar dengan permukaan yang tidak rata Kriptus melebar dan beberapa kripta terisi oleh detritus Rasa ada yang mengganjalditenggorok Rasa kering di tenggorok Napas berbau

Terapi lokal higiene mulut dengan berkumur atau obat hisap

rinitis kronik Sinusitis atau otitis media secara perkontinuitatum.

Komplikasi jauh terjadi secara hematogen atau limfogen Endokarditis Artritis Miositis Nefritis Uveitis .

The American Academy of Otolaryngology Head and Neck Surgery Clinical Indicator Compendium tahun 1995 menetapkan : Serangan tonsilitis lebih dari 3x pertahun walaupun telah mendapatkan terapi yang adekuat. Tonsil hifertrofi yang menimbulkan maloklusi gigi dan , menyebabkan gangguan pertumbuhan orofasial.

Sumbatan jalan napas yang berupa hipertofi tonsil dengan sumbatan jalan napas, sleep apnea, gangguan menelan, gangguan berbicara dan cor pulmonale. Rinitis dan sinusitis yang kronik, peritonsilitis, abses peritonsil yang tidak berhasil hilang dengan pengobatan. Napas bau yang tidak berhasil dengan pengobatan Tonsilitis berulang yang disebabkan oleh bakteri grup A steptokokus hemolitikus.

Hipertrofi

tonsil yang dicurigai adanya keganasan. Otitis media efusa atau otitis media supuratif.

Gangguan perdarahan Risiko anestesi yang besar atau penyakit berat Anemia Infeksi akut yang berat

Cara Guillotine Cara diseksi Cryogenic tonsilectomy Electrosterilization of tonsil

Anda mungkin juga menyukai