Anda di halaman 1dari 32

KEPANITERAAN KLINIK

KSM ILMU KESEHATAN THT


RSUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

LAPORAN KASUS
TONSILITIS KRONIK
Disusun oleh :
ASNAN AZIS FATONI, S.Ked FAB 118 017
ANA NESA GLORIA, S.Ked FAB 118 030
WIDI CAHYA UTAMI,S.Ked FAB 118 015

Pembimbing klinis :
dr. Nunun Chatra Kristinae, Sp. THT-KL

1
PENDAHULUAN

TONSILITIS Data epidemiologi penyakit THT di


tujuh provinsi di indonesia 2012

prevalensi tertinggi tonsilitis kronik


TONSILITIS KRONIK yaitu sebesar 3,8%,

peradangan pada tonsil yang persisten

penyakit yang sering terjadi


pada usia 5-10 tahun dan
dewasa muda usia 15-25
tahun.

2
TINJAUAN PUSTAKA

3
ANATOMI
FARING
Bentuknya mirip
corong
Berdasarkan letak,
faring dibagi atas tiga
bagian yaitu :
1) nasofaring,
2) orofaring, dan
3) laringofaring

 Nasofaring Depan : Choana, Atas : Basis Sphenoid, Belakang: Cervical I & II, Bawah : Soft palate
(palatum mole)
 Orofaring  Depan : Cavum oris, Atas : Palatum mole, Belakang: Cervical II & III, Bawah : Epiglottis
 Laryngofaring Depan : aditus laring, Atas: epiglotis, Bawah : kartilago krikoid, Belakang : Vertebrae
servical 3,4,5,6

4
Waldeyer’s Ring
1. Satu tonsil adenoid
2. Dua tonsil tuba
3. Dua tonsil palatine
4. Satu tonsil lingual
TONSILITIS KRONIK
DEFINISI
Tonsilitis kronik merupakan penyakit yang paling sering terjadi
dari semua penyakit tenggorok yang berulang. Tonsilitis
kronik umumnya terjadi akibat tonsilitis akut, terutama yang
tidak mendapat terapi adekuat
ETIOLOGI
 faktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronik rangsangan yang
menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, higiene mulut yang
buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik dan pengobatan tonsilitis akut
yang tidak adekuat
TONSILITIS KRONIK
PATOFISIOLOGI
epitel mukosa dan jaringan limfoid
Radang berulang
terkikis

jaringan limfoid diganti jaringan parut

Jaringan mengkerut

ruang antara kriptus diisi oleh


detritus

meluas sehingga menembus kapsul dan


akhirnya timbul perlengketan dengan jaringan
sekitar fosa tonsilaris
7
TONSILITIS KRONIK

MANIFESTASI KLINIS
 Nyeri tenggorokan,
 Rasa gatal atau kering di tenggorokan
 Odinofagia (nyeri menelan)
 Demam,
DIAGNOSIS
TONSILITIS KRONIK

ANAMNESIS
 Datang dengan keluhan tonsillitis berulang berupa nyeri
tenggorokan berulang atau menetap, nyeri tenggorokan,
rasa gatal atau kering di tenggorokan, odinofagia (nyeri
menelan) , demam
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN FISIK
 Tonsil membesar
dengan permukaan
yang tidak rata,
kriptus melebar dan
beberapa kripti terisi
oleh detritus

Tonsillar hypertrophy grade-I tonsils. (B) Grade-II tonsils.


(C) Grade-III tonsils. (D) Grade-IV tonsils (“kissing tonsils”)
TATALAKSANA
MEDIKAMENTOSA
 antibiotik oral perlu diberikan selama sekurangnya 10 hari.
Golongan penisilin atau sulfonamida
 Pada anak dibawah 12 tahun, golongan sefalosporin menjadi
pilihan utama karena lebih efektif terhadap streptococcus
OPERATIF
TATALAKSANA
 Terapi pembedahan dilakukan dengan mengangkat tonsil (tonsilektomi).
Tonsilektomi dilakukan bila terapi konservatif gagal

INDIKASI TONSILEKTOMI INDIKASI RELATIF:


a) Tonsillitis akut yang berulang (Terjadi 3 episode
INDIKASI ABSOLUT: atau lebih infeksi tonsil per tahun).
a) Hiperplasia tonsil yang menyebabkan b) abses peritonsilar.
gangguan tidur (sleep apneu) c).Tonsillitis kronik dengan sakit tenggorkan yang
b) curiga keganasan (hipertropi tonsil yang persisten, halitosis, atau adenitiscervical.
unilateral). d). sulit menelan.
e). tonsillolithiasis.
c) Tonsilitis yang menimbulkan kejang
f). gangguan pada orofacial atau gigi
demam (yang memerlukan tonsilektomi (mengakibatkan saluran bagian atas sempit).
Quincy). g). Carrier streptococcus tidak beresponterhadap
d) perdarahan tonsil yang persisten dan terapi).
rekuren. h). otitis media recuren atau kronik.
TONSILITIS KRONIK
KOMPLIKASI
 Abses peritonsil.
 Abses parafaring.
 Abses intratonsilar.
 Tonsilolith (kalkulus tonsil).

PROGNOSIS

 Prognosis pada tonsillitis kronik baik jika dilakukan penanganan yang


sesuai. Antibiotika diberikan untuk mengatasi infeksi
14
IDENTITAS
• Nama penderita : An. KR
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Usia : 12 tahun
• Tanggal lahir : 08 April 2007
• Alamat : Ds. Tanjung Jawa, Buntok
• MRS : 12-04-2019
• Ruangan : Flamboyan
• Tgl Pemeriksaan : 15-04-2019
• No. Rekam Medik : 31.90.39

15
Anamnesis
Keluhan Utama :
• Nyeri menelan sejak ±3 bulan sebelum masuk rumah sakit.

Riwayat Penyakit Sekarang :


• Pasien datang dibawa oleh orang tuanya ke poliklinik THT RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya, dengan keluhan nyeri menelan sejak ±3 bulan
SMRS.
• Keluhan nyeri menelan semakin lama dirasakan semakin mengganggu,
sehingga pasien mengeluh sulit untuk makan dan minum.
• Selain itu pasien juga mengeluh rasa seperti adanya benda asing di
tenggorokan. Bila nyeri timbul pasien merasakan badannya mulai panas.
Keluhan nyeri menelan dirasakan semakin hebat bila pasien
mengonsumsi makanan pedas dan gorengan.
16
....Anamnesis
....Riwayat Penyakit Sekarang :
• Menurut orang tuanya, pasien saat tidur mengorok tetapi tidak sampai
terbangun. Pasien sering makan makanan pedas dan minum minuman
yang dingin.
• Keluhan demam (+) hilang timbul tanpa disertai menggigil. Batuk
berdahak (+), pilek (+).
• Pasien sudah pernah dibawa berobat ke dokter umum. Setelah berobat
keluhan nyeri menelan berkurang, keluhan demam dan batuk juga
berkurang. Namun terkadang rasa nyeri menelan terkadang masih hilang
timbul. Dalam sebulan, nyeri menelan bisa muncul sampai dua kali.
Namun pasien jarang berobat kembali ke dokter ataupun kontrol rutin.

17
....Anamnesis

Riwayat Penyakit Dahulu


• Nyeri menelan sejak 3 bulan yang lalu dan hilang
timbul.
• Riwayat alergi makanan (+) udang, riwayat asma(-),
riwayat operasi sebelumnya (-).

18
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
• Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
• Kesadaran : Kompos Mentis

• Tanda Vital
o Tekanan Darah : 100/60 mmHg
o Nadi : 88 x/m, kuat angkat , reguler
o Pernafasan : 20 x/m
o Suhu : 36,7 ‘C

19
PEMERIKSAAN FISIK
Kepala
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
Mata : Konjungtiva anemis -/- , Sklera tidak ikterik
Telinga : Serumen minimal, membran timpani intak, reflek cahaya +/+
Hidung : Mukosa konka inferior hiperemis (-), deviasi septum (-)
Mulut : Faring hiperemis, Tonsil T3-T3, kripta melebar

Leher
KGB tidak membesar, JVP tidak meningkat, tidak ada pembesaran tiroid

20
PEMERIKSAAN FISIK
Thoraks
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Dalam batas normal
Perkusi : Dalam batas normal
Auskultasi : Suara napas dasar : vesikuler (+/+)
Suara jantung : S1-S2 tunggal
Abdomen
Auskultasi : BU (+) Normal (8-10x/menit)
Inspeksi : Dalam batas normal
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Perkusi : Dalam batas normal

Ekstremitas
Akral hangat, capillary refill time < 2 detik
21
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jenis Pemeriksaan 11-04-2019 Nilai Rujukan
Hemoglobin (g/dL) 12,4 L: 13,5-18,0
Leukosit (/uL) 10.580 4.500-11.000
Laju Endap Darah (mm) 5 L:<10
Hitung Jenis:
- Eosinofil (%) 4 1-4
- Basofil (%) 0 0-1
- Neutrofil Stab (%) 3 2-5
- Neutrofil Segmen (%) 52 50-70
- Limfosit (%) 33 20-40
- Monosit (%) 5 1-5
Eritrosit (juta/mm3) 6,4 4-6
Trombosit (/uL) 265.000 150.000-400.000
Hematokrit (%) 37 37-48
Clotting Time (menit) 500 4-10
Bleeding Time (menit) 300 1-3
22
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Jenis Pemeriksaan 11-04-2019 Nilai Rujukan

Gula darah sewaktu (mg/dL) 79 <200

Ureum (mg/dL) 14 21-53


Kreatinin (mg/dL) 0,55 0,17-1,5
SGOT (U/L) 25 L:<37
SGPT (U/L) 18 L:<42
HbsAg (Antigen) Negatif Negatif

23
DIAGNOSA DAN TERAPI

DIAGNOSA
 Tonsilitis kronis

PLANNING TERAPI
 Inf. NaCl 0,9% 16 tetes/menit
 Rencana tonsilektomi
 Puasa
 Konsul anastesi

24
BAB IV
PEMBAHASAN
KASUS TEORI
• Nyeri menelan • nyeri tenggorokan
• Terdapat benda asing di • kesulitan menelan
tenggorokan • demam mendadak
• Demam, batuk dan pilek • rasa gatal atau kering di
tenggorokan
• Lesu
• odinofagia (nyeri menelan)
Kasus Teori
Pemeriksaan Fisik • tonsil membengkak, hiperemis.
• Tonsil T3-T3 • tonsil membesar dengan per-
• hipertrofi dan terlihat kripta mukaan yang tidak rata, kriptus
yang melebar melebar
• Faring hiperemis • Faring hiperemis
Kasus Teori
Tatalaksana • Antibiotik, golongan sefalosporin
• cefixime 2x250mg menjadi pilihan utama
• methylprednisolone 4mg • Antiinflamasi
Kasus Teori
• Pasien saat tidur mengorok Indikasi absolut
• Upper airway obstruction,
dysphagia dan obstructive sleep
apnoea.
• Peritonsillar abscess, yang tidak
respon terhadap medikamentosa
dan drainase.
• Recurrent tonsillitis yang disertai
dengan kejadian kejang demam
• Indikasi biopsy untuk memastikan
kecurigaan keganasan.
Kasus Teori
• Nyeri tenggorokan Indikasi relatif
• Sejak 3 bulan yang lalu • Sore throat karena tonsilitis.
pasien mengeluh sering • Lebih dari 3 kali kejadian tonsillitis
nyeri tenggorokan, sebanyak dalam setahun
lebih dari 3 kali. • Mempunyai gejala tonsillitis lebih dari
setahun.
• Periode dari keluhan Sore Throat,
mengganggu, sperti bau mulut yang
menetap, rasa tidak nyaman di lidah
karena tonsillitis.
• Tonsiitis yang tidak respon terhadap
antibiotic golongan beta-laktamase.
• Kecurigaan terhadap keganasan.
BAB V
KESIMPULAN
Telah dilaporkan an. K usia 12 tahun dengan keluhan
utama nyeri menelan sejak 3 bulan SMRS. Diagnosis tonsillitis
ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
Pada pasien prognosisnya baik, Tonsilitis biasanya
sembuh dalam beberapa hari dengan beristirahat dan
pengobatan suportif. Pada pasien dilakukan tonsilektomi
karena Pada pasien ditemukan indikasi tonsilektomi relative
dan absolut.
31
Daftar Pustaka
• Rusmarjono, Kartoesoediro S. Tonsilitis kronik. In: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher ed
Keenam. FKUI Jakarta: 2007.
• Christopher MD, David HD, Peter JK. Infectious Indications for Tonsillectomy. In: The Pediatric Clinics Of North America. 2003.
• Adnan D, Ionita E. Contributions To The Clinical, Histological, Histochimical and Microbiological Study Of Chronic Tonsillitis. .
• Richard SS. Pharinx. In: Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6. Jakarta:ECG, 2006.
• Boies AH. Rongga Mulut dan Faring. In: Boies Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta: ECG,1997.
• Amalia, Nina. Karakteristik Penderita Tonsilitis Kronis D RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009.
• Bailey BJ, Johnson JT, Newlands SD. Tonsillitis, Tonsillectomy, and Adenoidectomy. In: Head&Neck Surgery-Otolaryngology, 4th
edition. 2006.
• Indo Sakka, Raden Sedjawidada, Linda Kodrat, Sutji Pratiwi Rahardjo. Lapran Penelitian :Kadar Imunoglobulin A Sekretori Pada
Penderita Tonsilitis Kronik Sebelum Dan Setelah Tonsilektomi.
• Nelson WE, Behrman RE, Kliegman R, Arvin AM. Tonsil dan Adenoid. In: IlmuKesehatan Anak Edisi 15 Volum 2. Jakarta:
ECG,2000.
• Hassan R, Alatas H. Penyakit Tenggorokan. In: Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak jilid 2. Jakarta :FKUI, 2007.
• Pasha R. Pharyngeal And Adenotonsillar Disorder. In: Otolaryngology-Head and Neck Surgery.
• Andrews BT, Hoffman HT, Trask DK. Pharyngitis/Tonsillitis. In: Head and Neck Manifestations of Systemic Disease.
USA:2007.p493-508
• Harrison SE, Osborne E, Lee S. Home Care After Tonsillectomy and Adenoidectomy. In: Missisipi Ear, Nose, & Throat Surgical
Associates 601. pdf.
• Lalwani AK. Management of Adenotonsillar Disease: Introduction. In: Current Otolaryngology 2nd ed. McGraw-Hill:2007.
• Fariz, Muklis. Indikasi Tonsilektomi pada Laki‐Laki Usia 19 Tahun dengan Tonsilitis Kronis. Lampung: J Medila UNILA, 2016.
• Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Bagian Farmakologi FK UI.
• Widodo S. perbandingan antara Ketorolak dan Petidin Sebagai Obat Anti Nyeri Pasca Operasi. Surakarta: Digilib UNS, 2011.

Anda mungkin juga menyukai