Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN

KASUS
TONSILITIS

Oleh:
Dr. Robby Alkausar

Pembimbing Dr. Firzalinda


Pendahuluan

 Tonsilitis merupakan peradangan pada


tonsil yang biasanya merupakan kelanjutan
dari infeksi akut berulang atau infeksi
subklinis dari tonsil.
 Tonsil  suatu akumulasi dari
limfonoduli permanen yang letaknya di
bawah epitel yang telah terorganisir
sebagai suatu organ.
 Berdasarkan lokasinya:
 Tonsilla lingualis yang terletak pada
radix linguae
 Tonsilla palatina yang terletak pada
ismus faucium antara arcus
glossopalatinus dan arcus
glossopharingicus
 Tonsilla pharingica (adenoid) yang
terletak pada dinding dorsal dari
nasofaring
 Tonsilla tubaria yang terletak pada
bagian lateral nasofaring di sekitar
ostium tuba auditiva
TONSILITIS

 Tonsilitis
adalah peradangan tonsil palatina
yang merupakan bagian dari cincin
Waldeyer.
TONSILITIS

 Tonsilitis merupakan radang pada tonsila


palatina.
 Kronis jika:
 Terjadi perubahan histologis pada tonsil 
didapatkannya mikroabses yang diselimuti
oleh dinding jaringan fibrotik dan terjadi
lebih dari 2 minggu dan sering relaps.
ETIOLOGI

 Tonsilitisdapat disebakan oleh bakteri


maupun virus
 Bakteri penyebab tonsilitis pada umumnya
yang paling sering adalah kuman gram
positif,grup A streptococcus beta
hemolitikus juga merupakan penyebab
radang tenggorokan.
PATOFISIOLOGI

 Terjadinya tonsilitis dimulai saat kuman masuk secara


aerogen ke tonsil melalui kripte-kriptenya,  Fungsi tonsil
sebagai pertahanan terhadap masuknya kuman ke tubuh 
Kuman yang masuk dihancurkan oleh makrofag, sel-sel
PMN.
 Jika tonsil berulang kali terkena infeksi maka pada suatu
waktu tonsil tidak bisa membunuh kuman-kuman semuanya
 kuman bersarang di tonsil  fungsi pertahanan tubuh
dari tonsil berubah menjadi sarang infeksi (tonsil sebagai
fokal infeksi disebut kripta melibar dan detritus).
MANIFESTASI KLINIS

 Ada penghalang/rasa mengganjal di tenggorokan


 Tenggorokan terasa kering
 Pernafasan berbau
 Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar dengan
permukaan yang tidak rata, kripte melebar dan berisi
detritus.
 Jika eksaserbasi  tanda-tanda infeksi (demam,
infeksi saluran nafas, nyeri menelan, lesu, tidak nafsu
makan, pada pemeriksaan tonsil terlihat hiperemi,
membengkak, ada kripte melebar, dan detritus)
TINGKAT PEMBESARAN
TONSIL
 T0 : tonsil masuk di dalam fossa atau sudah diangkat
 T1 : <25% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
 T2 : 25-50% volume tonsil dibandingkan dengan volume
orofaring
 T3 : 50-75% volume tonsil dibandingkan dengan volume
orofaring
 T4 : > 75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
TATALAKSANA

 Medikamentosa:
 Menekan radang: golongan steroid, menekan inflamasi
golongan antihistamin dan supportiv lain nya
 Tonsilektomi
Indikasi tonsilektomi menurut The American
Academy of Otolaryngology,Head and Neck
Surgery

 Indikasi absolut:
 Pembesaran tonsil yang menyebabkan sumbatan jalan
nafas atas, disfagia menetap, gangguan tidur atau
komplokasi kardiopulmunar.
 Tonsil hipertrofi yang menimbulkan maloklusi gigi dan
menyebabkan gangguan pertumbuhan orofacial
 Rhinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsilitis, abses
peritonsil yang tidak hilang dengan pengobatan. Otitis
media efusi atau otitis media supuratif.
 Tonsilitis yang menimbulkan febris dan konvulsi
 Biopsi untuk menentukan jaringan yang patologis
(dicurigai keganasan)
 Indikasi relatif :
 Penderita dengan infeksi tonsil yang kambuh 3 kali atau lebih
dalam setahun meskipun dengan terapi yang adekuat
 Bau mulut atau bau nafas yang menetap yang menandakan
tonsilitis kronis tidak responsif terhadap terapi media
 Tonsilitis kronis atau rekuren yang disebabkan kuman
streptococus yang resisten terhadap antibiotik betalaktamase
 Pembesaran tonsil unilateral yang diperkirakan neoplasma
KOMPLIKASI

 Radang kronik tonsil dapat menimbulkan


komplikasi ke daerah sekitarnya berupa
rhinitis kronik, sinusitis atau otitis media
secara perkontinuitatum. Komplikasi jauh
terjadi secara hematogen atau limfogen dan
dapat timbul endokarditis, arthritis,
miositis, nefritis, uveitis, iridosiklitis,
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN

 Nama pasien : An ”T”


 Umur : 9 tahun
 Jenis kelamin : perempuan
 Alamat : lampaya
 Tanggal Pemeriksaan : 14 oktober 2022
ANAMNESIS

 KU: sakit tenggorokan


 RPS : Pasien datang dengan keluhan merasa nyeri dan kesulitan
menelan sejak 1 minggu yang lalu. Orang tua pasien
mengatakan keluhan ini dirasakan hilang timbul sejak 2 tahun
yang lalu. Keluhan kambuh jika pasien minum es dan makan
makanan ringan. Dalam setahun pasien bisa mengalami
kekambuhan setiap bulan. Saat ini pasien juga mengeluhkan
demam (+), pilek (+) dan batuk (+). Tidak ada keluhan
mengorok saat tidur. Sesak (-). Selain itu, tidak ada keluhan lain.
 RPD
Pasien memiliki riwayat sakit tenggorokan dan susah menelan
yang cukup lama dan hilang timbul sejak 2 tahun terakhir
 RPK : (-)
 Riwayat pengobatan
tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK

 Keadaan umum : Baik


 Kesadaran : Compos mentis
 Tanda vital
 Tensi :-
 Nadi : 122 x/menit
 Respirasi : 24 x/menit
 Suhu : 37,5oC
PEMERIKSAAN HIDUNG
PEMERIKSAAN
TENGGOROK
 Pemeriksaan penunjang
Laboratorium:
 Diagnosis

Tonsilitis kronis
RENCANA TERAPI

 Obat-obatan
 Cefadroxil25 mg/kgBB/hari = 25 mg x 30 kg
= 750 mg/hari setiap 12 jam
 Paracetamol 3x1 tablet.
 Ambroxol 3x1/2 tablet.
 Klorfeniramin maleat 3x1/2 tablet
KIE PASIEN

 Untuk sementara hindari makanan yang berminyak, manis,


pedas, dan lainnya yang dapat mengiritasi tenggorokan. Begitu
pula dengan minuman dingin.
 Menjaga higiene mulut.
 Datang kembali untuk kontrol setelah 5 hari, untuk melihat
perkembangan penyembuhan.
 Sarankan keluarga untuk menjaga kesehatan pasien dan
mempertimbangkan untuk melakukan operasi pengangkatan
amandel atau tonsilektomi serta menjelaskan indikasi dan
komplikasinya.
PROGNOSIS

 Dubia ad bonam
REFERENSI

 Rubin MA, Gonzales R, Sande MA. 2005. Infections of the Upper Respiratory Tract. Harrison’s
Principle of Internal Medicine. 16th ed. New York, NY: McGraw Hill.
 Soepardi et all. 2007. Penyakit dan kelainan tonsil dan Faring. Buku Ajar Ilmu THT. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI
 Nave H, Gebert A, Pabst. 2001. Morphology and immunology of the human palatine tonsil. Anatomy
Embryology 2004: 367-373.
 Byron J., 2001. Laringology. Head and Neck Surgery-Otolaryngology 3rd Edition, New York :
Lippincott Williams and Wilkins (CD-ROM).
 Seeley, Stephens, Tate. 2004. Lymphatic System and Immunity. Anatomy and Physiology, Ch.22, 6th
Ed. The McGraw−Hill Companies, New York
 Nurjanna Z, 2011. Karakteristik Penderita Tonsilitis Kronis di RSUP H. Adam Malik Medan tahun
2007-2010. USU Institutonal Repository. Available at:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32582/4/Chapter%20II.pdf [accessed 5th June 2012]
 Amarudin, Tolkha et Anton Christanto. 2005. Kajian Manfaat Tonsilektomi, Cermin Dunia
Kedokteran. Available at : http://www.cerminduniakedoteran.com [accessed 5th June 2012]
 Dedya, et. Al. Tonsilitis Kronis Hipertrofi dan Obstructive Sleep Apnea (OSA) Pada Anak. Bagian/Smf
Ilmu Penyakit Tht Fk Unlam. 2009.
 Derake A, Carr MM. Tonsillectomy. Dalam : Godsmith AJ, Talavera F, Allen Ed.
EMedicine.com.inc.2002 : 1 – 10
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai