5
Monday, 28 November 2022
18:58
SKENARIO
Info 1
Seorang anak laki-laki 7 tahun datang diantar ibunya ke klinik pratama dengan keluhan nyeri
menelan, keluhan sudah dirasakan sejak 3 hari yang lalu, keluhan disertai dengan demam,
kata ibu pasien, pasien juga mengeluh tenggorokan terasa mengganjal, keluhan batuk dan
pilek disangkal. Pasien sering mengalami keluhan serupa hampir setiap 1-2 bulan sekali
dalam 1 tahun ini bahkan sering tidak berangkat sekolah karena keluhan tersebut. Sehari hari
menurut ibunya selama ini pasien agak kesulitan saat menelan dan selama 6 bulan terakhir ini
saat tidur pasien selalu mendengkur bahkan kadang seperti orang tersedak sesaat saat tidur.
Sebelumnya pasien telah diberi paracetamol oleh ibunya namun keluhan menetap. Ibu pasien
mengatakan tidak ada keluarga yang menderita keluhan yang serupa
KLARIFIKASI ISTILAH
Disfagia
Odinofagia
Globus
RUMUSAN MASALAH + BRAINSTORMING
1. Anamnesis kasus
o KU : disfagia + demam + globus
o RPS
Lokasi : tenggorokan > belum spesifik
Onset : 1 tahun setiap 1-2 bulan sekali
Kronologi : disfagia + demam + globus dirasakan sejak 1 tahun setiap
1-2 bulan sekali, dalam 6 bulan terakhir tidur selalu mendengkur
bahkan seperti tersedak
Kualitas : menganggu aktivitas > "sampai tidak berangkat sekolah
karena keluhan tsb"
Kuantitas : setiap hari terasa disfagia
Faktor + : belum dicantumkan
Faktor - : belum dicantumkan
KP : demam, globus, tidur mendengkur dan seperti tersedak > tidak
terdapat batuk + pilek
o RPD
Penyakit serupa : pernah dalam jangka waktu 1 tahun ini
Penyakit Sistemik : -
Riwayat pengobatan : paracetamol namun tidak ampuh
o RPK
Penyakit serupa : disangkal
Penyakit sistemik : -
Riwayat pengobatan : -
o RSE
Pola makan : belum dicantumkan
Aktivitas fisik : belum dicantumkan
Gaya hidup : belum dicantumkan
2. Anatomi dan Fisiologi Tonsilla
Tonsil adalah suatu massa dari jaringan limfoid yang berfungsi sebagai sistem imun tubuh
yang berlokasi di saluran pernapasan dan pencernaan.
Sebagai sistem imun, tonsil memiliki sistem imun yang kompleks terdiri atas sel M (sel
membran), makrofag, sel dendrit dan APC's (antigen presenting cells = berperan dalam
proses transportasi antigen ke sel limfosit sehingga terjadi sintesis Ig spesifik). Juga terdapat
sel limfosit B, limfosit T, sel plasma dan sel pembawa IgG.
Akibat dari lokasi tonsil yang berada di saluran pernapasan dan pencernaan, apabila terdapat
patogen yang terinhalasi atau termakan, tonsil akan menjadi organ pertama yang berfungsi
sebagai sistem pertahanan tubuh terhadap patogen tersebut (Shahid, 2022 dalam Kenhub
Anatomy of Tonsils)
Berdasarkan lokasinya tonsil dibagi menjadi :
1. Tonsilla lingualis > terletak di radix linguae
2. Tonsilla palatina (tonsil) > terleta di isthmus faucium antara arcus glossopalatinus dan
arcus glossopharingicus
3. Tonsilla pharingica (adenoid) > terletak pada dinding dorsal dari nasofaring
4. Tonsilla tubaria > terletak pada bagian lateral nasofaring di sekitar ostium tuba
auditiva
5. Plaques Peyer (tonsil perut) > terletak pada ileum
Dari kelima macam tonsil tersebut, tonsilla lingualis tonsilla palatina, tonsilla pharingica dan
tonsilla tubaria membentuk cincin yang dikenal dengan nama cincin Waldeyer
Penyakit tonsilitis yang dimaksudkan adalah peradangan pada tonsilla palatina. Lokasi
tonsilla palatina berada di kedua sudut orofaring dengan dibatasi pada pilar anterio dengan M.
palatoglossus dan pilar posterior dengan M. palatofaringeus (Nurfazlina, 2020)
3. Histologi Tonsil
Secara mikroskopik, tonsil mengandung 3 unsur utama:
Jaringan ikat/trabekula sebagai rangka penunjang pembuluh darah saraf
Folikel germinativum dan sebagai pusat pembentukan sel limfoid muda
Jaringan interfolikuler yang terdiri dari jaringan limfoid dalam berbagai stadium
3. Definisi dan Klasifikasi Tonsilitis
Tonsilitis merupakan peradangan pada tonsil palatina atau bahasa umumnya dikenal dengan
radang amandel. Tonsilitis dapat terjadi apabila tonsil tidak mampu melindungi tubuh,
maka akan timbul inflamasi dan akhirnya terjadi infeksi yaitu tonsilitis.
Klasifikasi Tonsilitis
o Tonsilitis akut
Tonsilitis viral : menyerupai demam disertai nyeri tenggorok, et
tersering : Epstein Barr virus
Tonsilitis bakterial : et > bakteri grup A Streptococcus beta hemoliticus
o Tonsilitis membranosa
Tonsilitis difteri : et > Corynebacterium diphteriae dan berada di
saluran napas atas (hidung, faring, laring)
Tonsiltis septik : et > Streptococcus hemoliticus yang berada di susu
sapi
Angina plout vincent : et > bakteri Spriochaeta atau Triponema yang
didapatkan pada penderita dengan hygiene mulut yang kurang dan
defisiensi vitamin C. Gejala : demam >39 derajat, sefalgia, malaise,
kadang gangguan pencernaan
Penyakit kelainan darah : leukemia akut, angina agranulositosis,
infeksi mononucleosis
o Tonsilitis kronis
Faktor risiko : aktivitas merokok berlebih, hygiene mulut yang buruk,
pengaruh cuaca, imunitas lemah, pengobatan tonsilitis yang inadekuat
DEF Tonsilitis Kronis : Tonsilitis kronis umumnya terjadi akibat
komplikasi tonsilitis akut, terutama yang tidak mendapat terapi adekuat
dan terjadi berulang-ulang atau infeksi subklinis
(Zuhdi et al., 2020)
4. Patomekanisme Tonsilitis dan Tonsilitis Kronis
Mendengkur : hipertrofi tonsil > obstruksi saluran nafas atas yang dapat menyebabkan
hipoventilasi alveoli > hiperkapnia dan dapat menyebabkan kor polmunale. Obstruksi
yang berat menyebabkan apnea waktu tidur > mendengkur
Disfagia mekanik : disfagia karena penyempitan lumen esofagus karena adanya
pembengkakan tonsilla palatina > akibat sulit menelan > makanan regurgitasi
(anoreksia) > malaise (badan 3L) > kandungan nutrisi terganggu dalam tubuh
Penjelasan Patomekanisme tambahan :
1. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel > epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial
mengadakan reaksi
2. Terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit PMN > proses ini secara
klinik tampak pada korpus tonsil yang berisi bercak kuning yang disebut detritus.
3. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel yang terlepas. Suatu
tonsillitis akut dengan detritus disebut tonsillitis lakunaris, bila bercak detritus
berdekatan menjadi satu maka terjadi tonsillitis lakonaris. Bila bercak melebar, lebih
besar lagi sehingga terbentuk membran semu (Pseudomembran)
4. Pada tonsillitis kronik terjadi karena proses radang berulang > akibatnya epitel
mukosa dan jaringan limfoid terkikis > proses penyembuhan menyebabkan jaringan
limfoid diganti jaringan parut > Jaringan ini akan mengkerut > ruang antara kelompok
melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus > proses ini meluas sehingga
menembus kapsul dan akhirnya timbul perlengketan dengan jaringan sekitar fosa
tonsilaris (ada anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfe
submandibula) (Lipton, 2002).
5. Pemeriksaan Fisik
o Pemeriksaan Tonsil
i. Dapat terlihat butiran pus kekuningan pada permukaan medial tonsil
ii. Bila dilakukan penekanan pada plika anterior dapat keluar pus atau
material menyerupai keju
iii. Warna kemerahan pada plika anterior bila dibanding mukosa faring
(hiperemis) > tanda penting untuk penegakkan diagnosis infeksi kronis
pada tonsil
iv. Bengkak pada tonsil
v. Adanya kripte yang melebar menyebabkan makanan menyangkut >
ditemukan sisa-sisa makanan
vi. Tanda klinis pada tonsilitis kronis : kripte melebar, pembesaran
kelenjar limfe submandibula, tonsil mengalami perlengketan (apabila
dua hal tersebut ditemukan > dapat ditegakkan diagnosis TKEA)
SASARAN BELAJAR
1. Perbedaan tonsilitis kronis dan tonsilitis kronis eksaserbasi akut (gejala dan tanda
klinis)
2. Pemeriksaan penunjang yang lebih lengkap
3. DD dari TKEA