Dr Anton
1. Otitis media: Inflamasi pada telinga tengah. Dibagi 3: otitis media akut, otitis media efusi,
otitis media supuratif kronik
2. Otitis Media Akut
A. Inflamasi telinga tengah akut yang berlangsung <3 minggu
B. Kejadian pada anak >dewasa (pd balita 2.5x) karena:tuba eustachius lebih pendek,
mendatar, & muara lebih lebar shg mikroorganisme dr nasofaring mudah masuk ke cavum
timpani. Diperparah dg menyusu ASI dlm posisi sejajar(baiknya kepala lebih tinggi dr badan)
C. Etiologi
a. Virus: 40-90% ditemukan virus di sekret napas, 20-48% di cairan telinga tengah. Virus:
parainfluenza, rinovirus, adenovirus, COVID 19
b. Bakteri: hanya 30% ditemukan pada anak menderita OMA. S pneumonia, H influenza,
M catarrhalis, Strep grup A, S aureus
D. Patofisiologi & stadium OMA
a. Scr anatomi ada tuba eustachius u/ menghubkan nasofaring dg cavum timpani. Fx tuba:
a) Ventilasi: menyamakan tekanan udara dr telinga luar dan tengah
b) Proteksi: mencegah masuk MO dari nasofaring ke cavum timpani
c) Drainase: mengalirkan cairan dr cavum timpani ke nasofaring
b. Infeksi virus di sal napas atasggn respon imunMO msk dr tuba ke cavum timpani
ggn fx tuba eustachius:
a) Ggn ventilasi: tek udara jd (-) shg tek udara cavum timpani menjadi tinggi
membran timpani tertarik ke cavum timpani retraksi membran timpani= Stadium
oklusi tuba
b) Ggn proteksi: MO masuk ke telinga tengah infeksi & inflamasi nyeri (dolor),
demam (kalor), & membran timpani hiperemis (Stad hiperremis/pre supurasi)
c) Ggn drainase: tjd transudasi akut cairan krn inflamasi cairan mengalir ke tempat
rendah tp tdk ke tuba krn ada edema shg cairan menumpuk di cavum timpani
a> Cairan mendorong cavum timpani ke depan cavum timpani buldging/
menonjol (Stadium supurasi)
b> Cairan menekan saraf di membran timpani shg menimbulkan nyeri
c> Menekan pemb darah di membran timpani pars tensa pemb darah nekrosis
membran timpani rupture (Stadium perforasi)
c. Stadium resolusi: ketika imun tubuh baik resolusi tjd spontan. Membran timpani akan
kembali ke normal atau jika sudah perforasi, sekret sudah berkurang s/d kering
d. Komplikasi:
OMSK jika perforasi & sekret keluar trs, OME jika cairan ttp disitu tanpa inflamasi
E. Diagnosis.
a. Gejala: riwayat/sedang ISPA (batuk, pilek), telinga terasa penuh/tersumbat/tdk nyaman,
pendengaran berkurang, nyeri telinga (anak rewel krn nyeri), keluar cairan dr telinga,
b. PF: Kanan bawah bulging, kiri bawah perforasi, hiperemis (merah aja tdk menonjol)
F. Terapi:
a. Self limiting disease: simptopmatik (analgetic-antipireutik: paracetamol, diclofen)
b. Antibiotik:
a) Diberi pada bayi <6 bln, balita bln-2th dg diagnosis yg udh pasti
b) Pd usia 2th bisa langsung diberi (dilakukan di Amerika)/menunggu 3x24 diberi
simptomatik jika tdk membaik baru diberi antibiotik (dilakukan di Eropa)
c) Drug of choice: golongan penicillin:
a> Amoxicillin tablet atau amoxicillin-as klauvanat sirup
b> Dosis: 30-60mg/kgBB/hari dibagi jd 3 dosis atau pada OMA rekuren diberi
90mg/kgBB/hari dibagi jd 3 dosis
3. Otitis Media Efusi
A. Definisi
a. Akumulasi cairan di telinga tengah tanpa disertai tanda/gejala infeksi akut, tanpa
disertai perforasi membran timpani
b. Nama lain: non supuratif otitis media/glue ear/serous otitis/ mucoid. Sering tjd pd anak
B. Epidemiologi
a. 1-2 th 50%-60% anak mengalami OME. Meningkat pada:
a) Down sindrom: krn bentuk celah orofaring lebih sempit
b) Celah palatum (palatoschisis): fx proteksi tuba eustachius terhambat shg tuba
langsung berhub dg orofaring & MO lebih mudah masuk tuba eustachius
b. 0.6% pd dewasa. ± 2.2 juta episode OME pertahun (AS)
C. Faktor predisposisi: usia, rhinitis alergi, hipertrofi adenoid (adenoid sumbat tuba
eustachius), malformasi adenoid, rhinosinusitis, ISPA, sekolah penitipan anak, paparan asap
rokok, keganasan di nasofaring
D. Patofisiologi:
a. Disfungsi tuba (palatoschisis& malformasi kraniofasial), cedera epitel tuba (cth: perokok
pasif, virus, alergi), morfologi (lebar, patulence) obstruksi/disfungsi tuba eustachius
b. Perbedaan dg OMA: OMA dg inflamasi akut, OME hanya cairan yg menetap di cavum
timpani tanpa ada inflamasi akut
E. Diagnosis (sering tdk terdeteksi krn asimptomatik)
a. Anamnesis
Gejala: pendengaran berkurang, ggn perkembangan bicara, rasa tdk nyaman/penuh di
telinga, ggn performa, dewasa (telinga penuh, pendengaran berkurang)
b. PF dg otoskop:
a) Membran timpani intak, warna kekuningan krn ada cairan serous (shg
menghambat kerja penghantaran suara dr telinga luar ke telinga tengah)
b) Terdapat bubble/gelembung2 cairan krn membran timpani intak
c. PP:
a) Px audiometri: tuli konduksi ringan-sedang (hantaran tulang normal tp hantaran
udara turun & ada gap >10dB)
b) Garpu tala:
Rinne -, weber lateralisasi ke telinga yg sakit, scwabach memanjang tuli konduktif
c) Timpanometri: memberi tekanan udara utk menggerakkan membran timpani
a> Tipe A (normal): membran timpani bergerak lalu kembali ke posisinya lagi
b> Tipe B (datar): membran timpani tdk bisa bergerak
c> Tipe C: gelombang muncul tp bergeser krn ada ggn fx tuba eustachius
F. Tatlak: utk memperbaiki fx pendengaran
a. Nonbedah:
a) Lakukan tatlak 2 minggu, jika tdk membaik bisa merujuk ke SpTHT
b) Batasi peradangan kronis pd telinga, obeservasi ± 3bln (50% sembuh spontan)
c) Antibiotik: tdk direkomendasikan olh guideline terbaru
d) Steroid: jika ada alergi sistemik/topikal, mengurangi inflamasi lokal penyebab
disfungsi tuba, rhinitis alergi sbg faktor predisposisi, penggunaan jangka pendek
e) Agen mukokinetik:
Utk ↓produksi lendir & mempermudah ekskresi. Tdk direkomendasikan guideline
tp direkomendasikan di Jepang. Cth: asetilsistein, karbosistein
f) Antihistamin & dekongestan: tdk bermakna scr klinis. ESO capai 17% vs placebo 6%
b. Bedah:
a) Pemasangan pipa ventilasi (timpanostomi tube/TT):
a> Fx pipa utk menggantikan fx tuba eustachius utk memperbaiki dranase &
ventilasi. Pipa akan terlepas spontan dalam 6 bln
b> Pipa sangat kecil (d=1mm) shg hantaran suara masih baik
c> Komplikasi: otorrhea, perforasi membran timpani, TT migrasi ke cacvum
timpani, miringosklerosis (membran timpani menebal)
b) Adeniodektomi:
a> Menghilangkan obstruksi fisik tuba eustachius, mengembalikan drainase lendir
& menyeimbangkan tekanan di telinga tengah
b> ↑kan efektivitas klinis TT, ↓ risiko kekambuhan OME (40%)
G. Komplikasi:
a. Ketulian (cairan mjd kental shg bisa menempel di promontorium koklea)
b. Kerusakan membran timpani (atelectasis/membran retraksi, kolesteatoma)
c. Speech delay, ggn prilaku
4. Otitis Media Supuratif Kronik
A. Definisi: inflamasi kronik di telinga tengah dan kavitas mastoid yg disertai otore berulang/
otorea melalui perforasi membran timpani & berlangsung selama 2 mgg (>2 minggu: kronik)
B. OMSK ada 2 jenis
a. Tubotimpani/safe ear/without kolesteatoma/benigna: aktif (otorea +), inaktif (otorea -,
perforasi membran timpani menetap). Perforasi di pars tensa
b. Atikoantral/unsafe/dangerous/with kolesteatoma/maligna/bahaya:
a) Perforasi di pars flaccida. Bisa menyebabkan mortalitas & morbiditas ↑
b) Lebih parah dr TT krn letaknya di atas (pars tensa), ketika ada kolesteatom yg
menempel tulang pendengaran, gejala tuli akan lebih parah