Anda di halaman 1dari 4

Kelainan Sinus Paranasal

Dr Bagus

Pendahuluan

1. Anatomi, fisiologi sinus paranasal


A. Rongga yang dibatasi tulang yg berisi udara
B. Sinus paranasal dibagi jad 4:
a. Sinus frontal: terdapat di dahi/os frontal
b. Sinus sphenoid: terdapat di bag paling belakang
c. Sinus ethmoid: berada di antara kedua mata. Dibagi 2: anterior (sal lubang lebih kecil
shg mudah tersumbat), posterior. Antara anterior & posterior ada lamina basalis
d. Sinus maksila: paling sering terkena sinusitis krn muara di atas shg discharge lebih
mudah tergenang, dekat gigi (caries dentis bisa menyebabkan sinusitis), sinus besar
C. Perkembangan sinus paranasal

Sinus Umur terbentuk Gambar radiologi Terbentuk sempurna


Ethmoid Segera setelah
Intrauterin 15-18th
Maksila lahir
Frontal 4-6th 18th
<1th th
Spenoid 4 12-15th
D. Muara-muara sinus paranasal
a. Sinus maxilla, etmoid anterior, frontal mengarah ke meatus media
b. Sinus spenoid & etmoid posterior mengarah ke meatus superior
c. Osteomeatal kompleks:
a) Pertemuan tulang dr pembentuk sinus yg merupakan pembentuk meatus media
b) Terdiri dari: proc uncinatus, infundibulum etmoid, sel etmoid anterior, osteum sinus
etmoid anterior, sinus maxilla, ostium sinus frontal
c) Fungsi: unit drainase fungsional yg celahnya sempit, jika ada ggn/sumbatan
drainase akan rentan terjadi sinusitis
E. Fungsi sinus paranasal:
Air conditioning (melembabkan udara), termal insulator, bantu keseimbangan kepala
(memperingan kepala), peredam perub tek udara, bantu produksi mucus (olh sel goblet)
F. Sistem mukosiliar
a. Terdiri dr sel epitel respirasi, sel goblet, dan palut lendir sbg sis mekanisme pertahanan
b. Mucociliary transport:
a) Mekanisme mukosa hidung dg cara angkat partikel2 asing yg terperangkap pd palut
lendir ke arah nasofaring
b) Aliran:
Sinus meatus media/superiorcavum nasi conchanasofaring gaster
G. Mucus blanket/palut lendir:
a. 2 lap: lap superficial (lendir lebih kental), lap perisiliar (lebih tipis&kurang lengket)
b. Fungsi:
a) Tangkap partiker terinhalasi&dikeluarkan olh gerakan mukosiliar, menelan/bersin
b) Pelindung pd temperature dingin & menjaga kelembaban (mukosa kering jd iritasi)
c) Menginaktifkan virus yg terperangkap(virus dinonaktifkan di gaster olh as lambung)

Sinusitis/Rhinosinusitis

2. Definisi:
Inflamasi mukosa yg melapisi hidung & sinus paranasal. Biasa disertai rhinitisrinosinusitis
3. Etiologi: infeksi virus yg mjd infeksi bacterial, infeksi jamur, infeksi gigi, fraktur, tumor (jarang)
4. Gejala:
a. Gejala major: hidung tesumbat, post nasal drip (keluar lendir ke bag belakang
hidung/tenggorokan)/rinorea (keluar lendir ke bag depan hidung), hyposmia/anosmia
b. Gejala major tambahan: wajah (nyeri/tertekan/penuh), demam (rhinosinusitis akut)
c. Gejala minor: nyeri kepala, demam (sinusitis rekuren/demam), halitosis (bau napas tdk
enak), lemlah, nyeri gigi, batuk, telinga (nyeri/tertekan/penuh)
d. Interpretasi: ≥ 2 mayor atau 1 mayor + ≥ 2 minor atau sekret purulent di PF nasal
5. Pathogenesis & siklus sinusitis
A. Kelainan/obstruksi kompleks ostiomeatal, bakteri dlm rongga sinus, ada faktor predisposisi
(deviasi nasal septum, bula etmoid, alergi, ggn mukosiliar, imunosupresi)  siklus sinusitis
B. Siklus sinusitis
Infeksi bakteri pd rongga sinus penebalan mukosa ostium tetutup kongesti mukosa/
obstruksi anatomic aliran udara & drainase berhenti sekret terbendung sekret kental
 perub metab gas mukosa kerusakan silia & epitel  perubahan lingkungan shg baik
utk pertumbuhan bakteri di rongga tertutup sekret tertimbun inflamasi jaringan
6. PF hidung rinoskopi (struktur sering tertutup concha media)
A. Rinoskopi anterior: patognomonis: sekret purulent di meatus media/superior
B. Rinoskopi posterior: sekret purulent di nasofaring/post nasal drip
7. PP:
A. Nasoendoskopik:
a. Polip, sekret mukopurulen primer dr meatus media &/edema/obstruksi mukosa
terutama di meatus media
b. Gambar: atas (sekret purulent + polip), bawah (pus di meatus media. sekret purulent)
B. Foto polos sinus paranasal:

Posisi SPN yg terlihat Interpretasi


Water Maxilla, frontal, spenoid Warna sinus
s opak (N:
AP Ethmoid, frontal luscen/hitam
Lateral Frontak, etmoid post ant, spenoid )
C.
CT scan (pot axial & coronal): perubahan mukosa di osteomeatal kompleks &/sinus.
a. Terlihat sinus yg isodens/abu2 (normal: hipodens/hitam)
b. Gambar: pansinusitis (semua SPN sinusitis). Klo beberapa sinus: multisinusitis1
c. Gambaran air fluid level: garis yg membatasi udara di atasnya & cairan di bawahnya
8. Durasi:
A. Akut: ≤12 mgg dg resolusi komplit karena blm tjd kerusakan silia
B. Kronis: >12mgg tanpa resolusi komplit krn tjd silia damaged & lendir lebih tebal. Terjadi pd
pengobatan yg tdk tuntas, tingkat virulensi berat & punya faktor predisposisi lain
9. Penyebab: rinogenik (berasal dr dlm hidung), dentogenik (infeksi pd gigi)
10. Tipe rinosinusitis: akut, kronik tanpa polip, kronik dg polip, jamur
11. Rhinosinusitis akut
A. Penyebab: S. pneumonia, H. influenza, M. catarrhalis, rhinovirus (common cold. <10 hari)
B. Etiologi:
a. Infeksi hidung:
Menyebar lewat perkontinuitatum. Penyebab: virus lalu diikuti invasi bakteri
b. Berenang & menyelam: air yg terinfeksi dpt masuk ke sinus lewat ostium sinus. Selain
itu, klorin pd kolam renang jg menyebabkan peradangan mukosa
c. Trauma: patah tulang, luka tembus pd sinus dpt berisiko infeksi langsung mukosa sinus
d. Infeksi gigi: infeksi/ekstraksi dr gigi molar/premolar dpt diikuti olh sinusitis akut
(terutama sinus maksilaris krn berbatasan langsung dg gigi)
12. Rhinosinusitis kronis tanpa polip
A. Epidemiologi: 15.5% populasi USA sering disebut “sinus trouble”. Paling banyak dentogenik
B. Etiologi: S aureus (36%), Staphy koagulasi (-), S pneumoniae, bakteri anaerob
C. Tatlak rhinosinusitis akut & kronik tanpa polip: 1
a. Antibiotik lini 1: gol penisilin, gol sulfa selama 1-2 minggu
b. Antibiotik lini 2:amox clauvulanat/ampicillin sulbactam/sefalosporin/makrolid 10-14hari
c. Dekongestan oral/topikal:pseudoefedrin 60mg 3x/hari atau 120mg 2x/hari (↓kongesti)
d. Mukolitik utk mengencerkan sekret. Cth: bromhexine 1 tab (8mg) 3x sehari
e. Analgetik/antipiretik: paracetamol 500mg/1000mg/x dberi tiap 4-6 jam
f. Antihistamin&kortikosteroid topikal (pasien atopic): fluticasone furoat 27.5mg/spray
13. Rinosinsitis kronis dg polip hidung (banyak tjd pd pasien asma)
A. Polip tjd krn ada peradangan kronik yg berulang di mukosa hidung & sinus, ggn
keseimbangan vasomotor (hipersekresi & kongesti mukosa), ↑tek cairan intersisial &
edema mukosa hidung
B. Fenomena Bernoulli:
a. Udara mengalir lewat tempat sempit akan menyebabkan tek (-) pd daerah sekitarjar
lemak akan terhisap olh tek (-)mengakibatkan edema mukosa & menybabkan polip
b. Sering tjd di meatus media, hiatus semilunar, infundibulum etmoid (celah sempit)
C. HistoPA:
a. Epitel pd polip: epitel kolumner pseudokompleks (sama dg mukosa hidung). Membran
basal tebal, stroma edema, sel2 dr campuran limfosit, sel plasma, eosinophil, makrofag
b. Tipe:

Tipe Polip Sel dominan


I Alergik Eosinophil
II Fibroinflamatorik Neutrofil
III Hyperplasia kel seromusinosa
IV Stroma atipik
D. Diagnosis menggunakan nasal endoskopi (polip kecil tdk terlihat di rinoskopi). Harus bisa
membedakan hipertrofi konka-polip
a. Polip: lebih putih & pucat (pemb darah sedikit) & mengkilat, di sebelah medial dr konka
b. Hipertrofi konka: lebih merah muda/kemerahan
E. Faktor2 yg berhub dg rhinosinusitis kronis dg polip hidung (penyebab rhinogenik): rhinitis
alergi, asma, sensitif thd aspirin, genetik, faktor lingkungan (polusi, rokok)
F. 4 stadium: 0 tdk ada polip di meatus media, 1 polip kecil, 2 mengisi semua meatus media, 3
mengisi meatus media+tutup concha inferior, 4 cavum nasal & regio speno-etmoid
G. Tatlak: antihistamin dan kortikosteroid topikal (degrading agar gradenya turun shg hasil
operasi lebih baik & pengobatan post op), pembedahan
14. Rhinosinusitis jamur
A. Infeksi jamur pd SPN (jarang & biasanya tjd pd ggn sis imun. Cth: DM, neutropenia, AIDS)
B. Kejadian ↑ krn penggunaan antibiotik tdk terkontrol, kortikosteroid jangka panjang (>2
minggu setiap hari), imunosupresan
C. Jenis jamur yg paling sering dijumlai: Aspergilus sp., Rhizopus sp., Mucor
D. Dibedakan jd 2:
a. Invasif: akut invasif/fulminant, granulomatous invasif, chronic invasive
b. Non invasif: saprophytic fungal infestation, fungal ball, fungus-related eosinophilic
E. Tatlak:
a. Invasif (sifat merusak shg menyebabkan osteodestruksi): debridement jar nekrotik,
operatif (rekonstruksi), post OP diberi antijamur
b. Noninvasif (sering mengenai seluruh bag):
Operatif (mengangkat gumpalan jamur, sering dlm bentuk fungus ball), cuci hidung dg
salin rutin utk bantu angkat krusta, tdk perlu antijamur
F. Pembedahan
a. Radikal: sinus maksila dg operasi Cad-well-luc, sinus etmoid dg etmoidektomi
b. Nonradical: bedah sinus endoskopik fungsional (BSEF/FESS) (perdarahan lebih dikit)
15. Prinsip tatlak
A. Cegah infeksi,perbaiki ostium&fx mukosilier, menekan proses inflamasi pd mukosa sal napas
B. Pada kasus kronis/rekuren penting utk menyingkirkan fakor2 predisposisi. Cth: ekstraksi gigi
yg caries, tatlak deviasi nasal septum
16. Komplikasi rhinosinusitis:
A. Mucocele: cairan yg berkapsul spt kista di sinus paranasal
B. Orbita: selulitis orbita, abses orbita (kebanyakan pd anak2. Krn sinusitis etmoidal)
C. Intracranial(krn sinus & kranial hanya dibatasi 1 tulang): meningitis, abses subdural/otak
D. Infeksi ke organ sekitar: otitis media (tuba eustachius), pharyngitis, tonsilitis (krn post nasal
drip yg ada kumannya shg mjd infeksi faring dan tonsil)

Daftar Pustaka: 1Medical Mini Notes Ear Nose Throat

Anda mungkin juga menyukai