Anda di halaman 1dari 2

Nama

: Agus Sholikin

NIM

: G99131001

Penguji

: dr. Suci Widhiati, M.Sc, Sp.KK

PR UJIAN TEORI
1. Penyebab penyakit varisela adalah varisela-zooster virus (VZV) termasuk dalam human
herpes virus. Penggolongannya merupakan virus DNA
2. Patogenesisnya:
VZV memasuki tubuh melalui mukosa pada saluran pernafasan atas dan orofaring.
Kemudian diikuti terjadinya proses replikasi lokal serta menginfeksi sel-T pada tonsil.
Maka oleh sel T yang terinfeksi, virus akan menyebar melalui darah saluran limfe. Tahap
ini disebut viremia primer. Selanjutnya VZV yang terbawa oleh sel T akan bereplikasi
dalam sel-sel dari sistem retikuloendotelial (SRE) kemudian terjadi viremia sekunder dan
berkembang merata ke kulit dan membran mukosa. VZV yang terlokalisir di stratum
basale akan mengalami replikasi, kemudian membuat terjadinya degenerasi balloning
pada sel epitel, dan akumulasi edema cairan.
Terjadinya varisela episode kedua bisa terjadi. Namun angka kejadiannya masih jarang.
Perlu diketahui bahwa selama perjalanan penyakit varisela, VZV menyerang saraf
sensori melalu lesi pada kulit, kemudian berjalan menuju ganglia sensori, dan terjadilah
infeksi latent.
3. Perjalanan penyakitnya:
Masa inkubasi penyakit ini sekitar 14-21 hari.
Gejala klinis diawali dengan gejala prodromal yaitu demam yang tidak terlalu tinggi,
malaise, dan nyeri kepala, yang dilanjutkan munculnya erupsi kulit berupa papul
eritematosa yang dalam beberapa jam akan berubah menjadi vesikel. Bentuk vesikelnya
khas yaitu berbentuk seperti tetesan embun (tear drop).
Vesikel-vesikel tersebut kemudian akan berubah menjadi pustul dan kemudian menjadi
krusta. Sementara proses ini berlangsung, timbul vesikel-vesikel yang baru sehingga
menimbulkan gambaran polimorfi.
Lesi awal berasal dari daerah badan kemudian menyebara secara sentrifugal ke muka dan
ekstrimitas, serta adapat menyerang selaput lendir mata, mulut, dan saluran nafas bagian
atas. Penyakit ini bisanya menimbulkan rasa gatal. Jika terjadi infeksi sekunder maka
akan menimbulkan pembesaran kelenjar limfe regional.
Pada varisela episode pertama yang tidak selesai secara komplit, maka VZV yang
bersembunyi

di

ganglion-ganglion

saraf

mengalami

reaktivasi

sehingga

bisa

menyebabkan terjadinya penyakit yang disebut Herpes-zooster. Atau dalam kondisi lain,

penderita juga bisa mengalami varisela episode kedua. Walaupun hal ini sangat jarang,
karena pasien varisela pada hari ketiga dalam perjalanan penyakitnya akan memperoleh
kekebalan humoral (antibodi) yang bisa melindungi penderita tersebut untuk mengalami
serangan varisela untuk kali kedua.

Daftar Pustaka:
1. Handoko RP (2007). Penyakit Virus. Dalam: Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin, Ed 5th. Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. pp. 110118.
2. Wolff K, Goldsmith L A, Katz S I, Gilchrest B A, Paller A S, Leffell D J (2008). Soft
Tissue Infections (STIs). In Fitzpatricks Colour Atlas & Synopsis of Clinical
Dermatology 6th ed. The McGraw-Hill Companies. pp. 831-836
3. Schmader KE, Oxman MN (2012). Varicella and Herpes Zoozter. In: Glodsmith LA, Katz
SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DI, Wolff K. Fitzpatricks Dermatology In General
Medicine. Ed 8th. Vol I. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc. p: 3889-3409.

Anda mungkin juga menyukai