Pembimbing:
dr. H. Muh Danial Umar, Sp.KJ., M.Kes
Oleh :
Charlos I.J Rohy - 112022209
Detak jantung seketika sebagai respons terhadap gangguan fisiologis sering menunjukkan
pergerakan yang luar biasa pada pengukuran waktu ganda. Pergerakan ini dimediasi oleh sistem
saraf otonom (SSO) melalui persarafan parasimpatis dan simpatik yang dikenal sebagai
"variabilitas detak jantung" (HRV). Analisis HRV telah memberikan alat yang berguna dan tidak
invasif dalam penelitian klinis untuk menilai fungsi SSO, dan telah menghasilkan perhatian yang
cukup besar selama lebih dari dua dekade karena harganya yang relatif murah dan
ketersediaannya meluas. Hilangnya kontrol SSO yang normal dari dinamika jantung merupakan
faktor risiko penting untuk kejadian kardiovaskular yang merugikan. HRV digunakan untuk
mengukur risiko kardiovaskular dalam berbagai macam penyakit medis termasuk hipertensi,
infark miokard, gagal jantung, stroke, diabetes, dan gagal ginjal 1. Aplikasi analisis HRV yang
paling penting dan divalidasi adalah stratifikasi risiko infark miokard. Pengurangan HRV secara
signifikan berhubungan dengan peningkatan risiko mortalitas pada pasien pasca infark miokard
Menariknya, perasaan emosi sering dirujuk secara harfiah ke hati, seperti "patah hati"
untuk perasaan sedih, atau "hati berdebar" karena perasaan melihat orang yang dicintai.
Memang, penelitian tentang penyakit kardiovaskular telah menemukan bahwa faktor risiko
psikososial (misalnya, depresi atau permusuhan) berhubungan dengan disregulasi SSO 3. Karena
status mental juga berdampak pada SSO secara signifikan, analisis HRV dalam sakit mental
dapat menjelaskan psikobiologi gangguan psikiatri dalam kaitannya dengan fisiologi
kardiovaskular. Dalam artikel ini, kami meninjau prinsip teknik HRV dan aplikasinya terhadap
gangguan psikiatri. Kami juga menyoroti pendekatan baru analisis HRV untuk mempelajari
neurobiologi gangguan psikiatri dalam konteks kesimpulan genetik dan fisiologi tidur.
B. Metode
Metode analisis pada variabilitas detak jantung (HRV) mencakup berbagai pendekatan
untuk memahami pola dan perubahan dalam interval antar detak jantung. Berikut adalah
beberapa metode umum yang digunakan dalam analisis HRV:
1. Domain Waktu:
SDNN (Standar Deviasi dari Interval R-R): Mengukur variabilitas detak jantung
dalam interval waktu tertentu.
RMSSD (Akar Kuadrat dari Mean Squared Differences):Mengukur variabilitas detak
jantung yang disebabkan oleh perbedaan antara interval detak jantung yang berurutan.
2. Domain Frekuensi:
Komponen Nizam Rendah (LF): Mewakili variabilitas detak jantung pada rentang
frekuensi rendah, terkait dengan pengaturan simpatik dan parasimpatik.
Komponen Nizam Tinggi (HF): Mewakili variabilitas detak jantung pada rentang
frekuensi tinggi, terutama terkait dengan pengaturan parasimpatik.
LF/HF Ratio: Menunjukkan keseimbangan antara aktivitas simpatik dan
parasimpatik.
3. Analisis Nonlinier:
Poincaré Plot: Merepresentasikan variabilitas detak jantung dalam plot dua dimensi,
memberikan gambaran visual tentang kompleksitas HRV.
Fraktal Analysis: Menggunakan konsep fraktal untuk memahami pola yang kompleks
dalam HRV.
4. Analisis Spektral:
Analisis Daya Spektral: Mengukur distribusi energi detak jantung dalam berbagai
rentang frekuensi.
Transformasi Wavelet: Memungkinkan analisis frekuensi yang lebih baik pada
interval waktu tertentu.
Metode-metode ini sering digunakan bersama-sama atau secara terpisah tergantung pada
tujuan penelitian dan jenis data yang dikumpulkan. Analisis HRV dapat memberikan wawasan
tentang fungsi otonom, respons terhadap stres, dan kondisi kesehatan umum seseorang.
a) SDNN (Standar Deviasi dari Interval R-R): SDNN mengukur variabilitas detak
jantung dalam interval waktu tertentu, memberikan gambaran umum tentang fluktuasi
detak jantung.
b) RMSSD (Akar Kuadrat dari Mean Squared Differences): RMSSD mengukur
variabilitas detak jantung yang disebabkan oleh perbedaan antara interval detak jantung
yang berurutan, memberikan informasi khusus tentang aktivitas parasimpatik.
c) NN50 (Jumlah pasangan interval R-R yang berbeda lebih dari 50 ms):Menunjukkan
jumlah pasangan interval detak jantung yang berbeda lebih dari 50 milidetik, memberikan
gambaran tentang aktivitas parasimpatik yang lebih tinggi.
d) pNN50 (Proporsi NN50 terhadap semua interval detak jantung): Menunjukkan
proporsi NN50 terhadap jumlah total interval detak jantung, memberikan persentase
aktivitas parasimpatik dalam rentang waktu tertentu.
e) Histogram Interval RR: Distribusi frekuensi dari interval detak jantung, memberikan
gambaran tentang pola detak jantung dalam domain waktu.
Pengukuran dalam domain waktu ini memberikan informasi yang penting tentang
fluktuasi detak jantung pada tingkat detik atau menit. Analisis ini berguna untuk memahami
aktivitas otonom dan mengidentifikasi perubahan yang terjadi dalam respons terhadap stimulus
tertentu. Parameter-parameter ini dapat memberikan wawasan tentang kesehatan kardiovaskular,
tingkat stres, dan regulasi otonom seseorang.
Analisis dasar ritme dalam domain frekuensi ini memberikan wawasan tentang kontribusi
relatif dari sistem saraf simpatik dan parasimpatis dalam mengatur variabilitas detak jantung.
Sebagai contoh, rasio LF/HF sering digunakan untuk mengevaluasi keseimbangan aktivitas
antara sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Pengukuran dalam domain frekuensi membantu
memahami perubahan dinamika detak jantung dalam konteks respons terhadap stimulus atau
kondisi tertentu.
3. Metode Nonlinear9-11
Metode nonlinier dalam analisis Variabilitas Detak Jantung (HRV) melibatkan
pendekatan yang lebih canggih untuk memahami pola detak jantung yang kompleks dan
hubungan nonlinier antara interval antar detak jantung. Dua aspek utama dari metode nonlinier
yang sering digunakan adalah analisis kompleksitas dan kemiripan. Berikut adalah penjelasan
singkat mengenai keduanya:
a) Analisis Kompleksitas:
Poincaré Plot: Merepresentasikan variabilitas detak jantung dalam plot dua
dimensi. Poincaré plot membantu mengidentifikasi pola yang kompleks dan dapat
memberikan wawasan tentang fluktuasi detak jantung yang tidak terdeteksi
dengan mudah dalam analisis linier.
Fraktal Analysis: Menggunakan konsep fraktal untuk memahami struktur
geometris yang kompleks dalam HRV. Ini dapat memberikan informasi tentang
kompleksitas dan pola yang berulang dalam data detak jantung.
b) Analisis Kemiripan:
Kemiripan Detak Jantung (Heart Rate Similarity): Melibatkan perbandingan
pola detak jantung selama periode waktu tertentu untuk mengidentifikasi
kesamaan atau perubahan dalam struktur detak jantung. Ini dapat memberikan
wawasan tentang respons fisiologis dan emosional terhadap stimulus tertentu.
Analisis Keteraturan: Mengukur tingkat keteraturan atau keacakan dalam pola
detak jantung. Salah satu metode yang umum digunakan adalah Approximate
Entropy (ApEn), yang memberikan indikasi tentang sejauh mana keteraturan
dalam interval antar detak jantung.
a) Prosedur Dasar:
Detrending: Data deret waktu HRV sering kali memiliki tren atau pola umum
yang harus dihilangkan sebelum analisis lebih lanjut. Prosedur detrending dalam
DFA bertujuan untuk menghapus tren atau pola linier dari data.
b) Langkah-langkah Analisis:
Divisi Data: Data HRV dibagi menjadi segmen-segmen non-overlapping atau
jendela waktu yang lebih kecil.
Detrending: Menghilangkan tren atau pola linier dari setiap segmen data.
Rata-rata Kuadrat Deviasi: Menghitung rata-rata kuadrat deviasi dari fluktuasi
setelah detrending untuk setiap skala panjang.
Regresi Log-log: Menganalisis hubungan antara skala panjang dan rata-rata
kuadrat deviasi dalam skala log-log.
Analisis fluktuasi Detrended memberikan wawasan tentang struktur temporal dan skala
panjang dalam HRV. Ini digunakan untuk mengevaluasi apakah fluktuasi dalam HRV bersifat
persisten, acak, atau mengikuti pola tertentu pada berbagai skala waktu.
5. Entropi Multiskala
Entropi Multiskala (Multiscale Entropy atau MSE) adalah metode analisis yang
digunakan untuk mengevaluasi kompleksitas sinyal pada berbagai skala waktu. Teknik ini
digunakan dalam berbagai bidang, termasuk analisis Variabilitas Detak Jantung (HRV), untuk
mengukur sejauh mana fluktuasi sinyal bervariasi pada skala waktu yang berbeda. Berikut adalah
beberapa poin utama terkait dengan Entropi Multiskala:
b) Langkah-langkah Analisis:
Divisi Data: Sinyal HRV dibagi menjadi segmen-segmen non-overlapping pada
berbagai skala waktu.
Perhitungan Entropi: Entropi dihitung untuk setiap segmen sinyal pada masing-
masing skala waktu. Entropi dapat dihitung menggunakan metrik entropi seperti
Aproximate Entropy (ApEn) untuk setiap skala.
Rata-rata Entropi: Rata-rata entropi dihitung untuk semua skala waktu yang
dievaluasi.
c) Interpretasi Hasil:
Entropi yang Tinggi: Menunjukkan kompleksitas yang tinggi pada skala waktu
tertentu, di mana fluktuasi sinyal bervariasi secara signifikan.
Entropi yang Rendah: Menunjukkan struktur yang lebih teratur atau kurang
kompleks pada skala waktu tertentu.
1. Gangguan Depresi19
Penelitian yang mencari hubungan antara depresi dan disregulasi SSO sedag marak
menjadi perhatian dalam beberapa tahun terakhir. Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa
depresi merupakan risiko independen dari morbiditas dan mortalitas kardiovaskular. Pasien yang
menderita penyakit kardiovaskuler (contoh; infark miokard atau penyakit jantung coroner) yang
komorbid dengan depresi, diketahui memiliki pengurangan nilai HRV jangka pendek dan jangka
panjang . Penelitian lebih lanjut lainnya menunjukkan bhwa pengurangan nilai HRV pada pasien
dengan penyakit jantung iskemik dan depresi dapat diterapi dengan menggunakan anti depressan.
Dalam mempelajari nilai HRV pada depresi sendiri, hasil kontra didapatkan, tetapi banyak
artikel publikasi menunjukkan bahwa depresi sendiri berhubungan dengan pengurangan HRV.
Walaupun demikian, laporan terbaru menjelaskan bahwa penggunaan antidepressant dapat
berkontribusi pada pengurangan nilai HRV pada orang depresi.
2. Gangguan Cemas16,22,23
Gangguan cemas adalah penyakit mental khas lainnya yang biasa memiliki gangguan
pada SSO. Gangguan cemas biasanya dihubungkan dengan peningkatan mortalitas
kardiovaskular. Pasien dengan gangguan panik atau kecemasan fobia memiliki risiko tinggi
dalam penyakit kardiovaskular dibandingkan dengan subjek kontrol. Stress diketahui dapat
mengubah keseimbangan simpatofagal terutama pada saraf simpatis. Penelitian terbaru
menggunakan analisis HRV menunjukkan penurunan fungsi fagal jantung dan fungsi simpatis
yang relatif meningkat pada pasien dengan gangguan cemas. Penelitian lainnya juga menjelaskan
hubungan antara kecemasan dengan disfungsi SSO menggunakan analisis HRV. Palpitasi,
sebuah symptom khas pada serangan panik, berhubungan pada penurunan aktivitas parasimpatis
pusat, merujuk pada peningkatan denyut jantung selama serangan panik.
3. Skizofrenia24-26
Tanda neurologis ‘halus’ seperti disfungsi otonom terkait dalam skizofrenia karena
sistem limbik dan bagian otak subkortikal yang terkait terlibat dalam urutan kontrol tertinggi
pada SSO. Pasien skizofrenia tanpa pengobatan medis menunjukkan penurunan RMSSD,
pNN50, dan daya spektrum frekuensi tinggi dibandingkan dengan subjek kontrol yang sehat,
menunjukkan penurunan modulasi vagal. Penelitian lain telah mengamati hubungan antara
penurunan tonus vagal pada pasien skizofrenia dan peningkatan keparahan gejala psikosis. Obat
antipsikotik tertentu diketahui memiliki efek buruk pada fungsi SSO. Pasien yang diobati dengan
obat antipsikotik, terutama clozapine, menunjukkan disregulasi ANS dan repolarisasi jantung
abnormal. Data-data tersebut menunjukkan bahwa baik penyakit skizofrenia dan pengobatannya
dapat mempengaruhi peningkatan risiko komorbiditas kardiovaskular. Hubungan antara
penggunaan antipsikotik dan kejadian kardiovaskular yang buruk masih belum sepenuhnya
dipahami. Amisulprida diketahui dapat melindungi fungsi SSO dibandingkan olanzapine setelah
obat pasien dialihkan dari obat anti-psikotik generasi pertama.
4. Gangguan Psikiatri Lainnya27,29
Karakter kepribadian tertentu seperti kebencian, diketahui berhubungan dengan
disregulasi SSO. Pria dengan kebencian menunjukkan penurunan modulasi vagal
dan keunggulan simpatik yang diukur dengan indeks HRV spektral.
Disregulasi SSO terlibat dalam penyakit mental lainnya. Bukti terbatas
menunjukkan kemungkinan hubungan antara gangguan bipolar dan ANS
disregulasi tetapi hasil yang bertentangan juga dilaporkan. Pasien dengan kelainan
bipolar dapat diobati dengan obat antimanik seperti lithium, valproate atau
carbamazepine, yang tidak menunjukkan efek signifikan pada HRV. Sebuah
penelitian terbaru telah menemukan bahwa pasien bipolar dengan kompleksitas
penurunan denyut jantung memiliki gejala kejiwaan yang lebih parah,
menunjukkan bahwa disregulasi SSO dalam gangguan bipolar mungkin
tergantung pada fase penyakitnya.
HRV mungkin terlibat dalam Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas
(ADHD), karena tonus simpatik sangat penting untuk kewaspadaan dan motivasi.
Penelitian sebelumnya menemukan bahwa pasien ADHD memiliki nilai spektral
simpatik HRV terkait yang lebih rendah dibandingkan dengan subyek sehat. Tapi
satu studi terbaru menemukan hasil yang bertentangan, dan studi lain
menunjukkan tidak ada hubungan antara ADHD dan perubahan keseimbangan
simpatovagal.
Demensia adalah gangguan neuropsikiatri lain yang komorbid dengan disregulasi
SSO. Sebuah penelitian melaporkan temuan dari sebuah hubungan antara
pengurangan modulasi parasimpatis dan gangguan kognitif pada wanita lansia
yang cacat dan tinggal di komunitas. Kami juga menunjukkan bahwa sampel
lansia veteran yang tidak mengalami demensia yang telah mengalami penurunan
fungsi kognitif, terutama yang berkaitan dengan memori jangka pendek dan
perhatian, ditemukan berhubungan dengan penurunan indeks HRV parasimpatis,
menandakan patofisiologi umum yang mendasari disfungsi kognitif dan SSO.
Kesimpulan
Banyak area yang belum dipetakan dalam konteks fisiologi kardiovaskular dan penyakit
mental. Memahami hubungan antara gangguan kejiwaan dan kejadian kardiovaskular yang fatal,
kami dapat memberikan manajemen yang tepat pada pasien sakit mental untuk menurunkan
risiko penyakit kardiovaskular dan morbiditas dan mortalitas yang terkait. Selain itu,
melakukakan penelitian tentang kesimpulan genetik neuropsikiatrik pada dinamika jantung dapat
memberikan lebih banyak tilikan ke neurobiology dalam gangguan psikiatri. Kami memerlukan
studi prospektif dari disregulasi SSO dalam berbagai gangguan kejiwaan untuk mengevaluasi
psikopatologi yang berhubungan dengan komorbiditas kardiovaskular.
Daftar Pustaka