Anda di halaman 1dari 58

Pemeriksaan Fisik THT-KL

Disusun oleh : Daberto Andrias

Pembimbing : Dr. dr. Fatah Satya Wibawa, Sp. THT-KL

Kepaniteraan Klinik THT


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Rumah Sakit Bhayangkara Polda Bandar Lampung
Periode 24 Juli 2023 – 26 Agustus 2023
Alat-alat yang digunakan untuk pemeriksaan THT
Posisi pasien dengan pemeriksa
Pemeriksaan
Telinga
Menyiapkan alat :
1. Lampu kepala
2. Corong telinga
3. Otoskop
4. Garpu tala
5. Pelilit kapas
6. Pengait serumen
7. Pinset telinga
1. Daun telinga (auricula)

Menilai :
1. Bentuk
2. Infeksi (ada/tidak)
3. Trauma (ada/tidak)
4. Tumor (ada/tidak)
2. Pre auricula

 Menilai :
1. Fistel (ada/tidak)
2. Auricular assecoris (ada/tidak)
3. Abses (ada/tidak)
4. Sikatrik (ada/tidak)
3. Retro auricula

Menilai :

1. Pembengkakan (ada/tidak)
2. Abses (ada/tidak)
3. Fistel (ada/tidak)
4. Sikatrik (ada/tidak)
5. Nyeri tekan
4. Infra auricula

Menilai :
Kelenjar Parotis
5. Liang Telinga
Cara :
⮚Memakai lampu kepala
⮚Tarik daun telinga kearah atas dan belakang sehingga posisi liang telinga menjadi lurus.

Penilaian :
1. Liang telinga (lapang/sempit/atresia)
2. Warna epidermis (merah muda/hiperemis/pucat)
3. Sekret (ada/tidak, warnanya, mukus/epitel, banyak/sedikit, bau/tidak)
4. Serumen (ada/tidak, banyak/sedikit)
5. Kelainan lain (laserasi,vesikel,bula,tumor,kolesteatoma,korpus alienum,polip)
6. Membran Timpani

Menilai :
1. Utuh/tidak
2. Warna (putih keabuan seperti mutiara/ suram/ hiperemis/biru kehitaman/ perkapuran/transparan)
3. Refleks cahaya (ada/tidak, penuh/terputus/ arah berubah)
4. Posisi (retraksi/bombans)
5. Perforasi (sentral/marginal/atik)
6. Kelainan lain (jaringan granulasi,polip,kolesteatoma, tumor)
Tes Pendengaran
● Tes Berbisik
● Tes Rinne
● Tes Weber
● Tes Schwabach
Tes Berbisik

● Tujuan : menentukan derajat ketulian secara kasar


● Orang normal daat mendengar bisikan dari jarak 6-10 meter
● Cara pemeriksaan:

○ Ruangan cukup tenang, dengan panjang 6 meter

○ Telinga yang tidak diperiksa ditutup, orang yang diperiksa tidak boleh melihat
pemeriksa (pemeriksa berdiri di sisi telinga yang diperiksa)

○ Berbisik pada akhir ekspirasi

○ Dimulai dari jarak 6 meter dan makin lama makin mendekat, maju tiap satu meter
sampai pasien dapat mengulangi tiap kata dengan benar
● Interpretasi :

○ Normal : 5/6 sampai 6/6

○ Tuli ringan bila suara bisik 4 meter

○ Tuli sedang bila suara bisik antara 2 - 3 meter

○ Tuli berat bila suara bisik antara 0 - 1 meter


Tes Rinne

● Tujuan: membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran melalui


tulang
● Cara pemeriksaan:

○ Penala digetarkan

○ Dasar penala diletakan pada prosesus mastoideus telinga yang akan


diperiksa

○ Jika pasien tidak mendengar bunyi lagi, penala di pindahkan ke


depan liang telinga, ± 2,5 cm dari liang telinga
Tes Rinne
 Interpretasi :

 Normal = AC : BC = 2:1

 Rinne (+) : hantaran udara terdengar lebih lama di bandingkan


hantaran tulang. Umumnya dianggap bermakna jika durasi
hantaran udara dua kali lebih lama di bandingkan konduksi tulang
= Telinga normal atau tuli saraf

 Rinne (-) : hantaran udara terdengar lebih singkat dibandingkan


hantaran tulang. Saat pemeriksa menggeser garpu tala ke meatus
auditorius externus, suara tidak terdengar = Tuli Konduktif
Tes Weber

● Tujuan : membandingkan hantaran tulang telinga kiri dengan telinga


kanan
● Cara pemeriksaan:
○ Penala digetarkan

○ Dasar penala diletakkan pada garis tengah kepala : ubun-ubun, glabella,


dagu, pertengahan gigi seri
Tes Weber
 Interpretasi :

 Tak ada lateralisasi = normal

 Lateralisasi ke telinga yang sakit = telinga tsb tuli


konduktif

 Lateralisasi ke telinga yang sehat = telinga yang sakit tuli


sensorineural
Tes Schwabach
● Tujuan : membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa dengan pemeriksa
yang pendengarannya normal
● Cara pemeriksaan :

○ Penala digetarkan

○ Dasarnya diletakkan ada prosesus mastoideus pasien

○ Bila sudah tidak didengar lagi, penala dipindahkan pada proc.mastoideus


pemeriksa

○ Bila masih terdengar, kesan: pendengaran pasien memendek

○ Bila pemeriksa juga tidak mendengar, ulangi tes kembali.

○ Penala digetarkan kembali dan diletakkan di proc.mastoideus pemeriksa terlebih


dahulu, bila sudah tidak terdengar lagi pindahkan pada pasien
 Interpretasi :

 Normal apabila BC op = BC pemeriksa

 Bila BC pasien < pemeriksa = Schwabach memendek,


telinga pasien yang diperiksa tuli sensorineural

 Bila BC pasien > pemeriksa = Schwabach memanjang,


telinga pasien yang diperiksa tuli konduktif
22 Dix-Hallpike Test

 Dengan tangan pemeriksa pada kedua sisi kepala penderita, penderita


direbahkan sampai kepala tergantung pada ujung tempat periksa
 Perhatikan munculnya nistagmus dan keluhan vertigo, posisi tersebut
dipertahankan selama 10-15 detik.
 Kembalikan ke posisi duduk, nistagmus bisa terlihat dalam arah yang
berlawanan dan penderita mengeluhkan kamar berputar kearah
berlawanan.
 Berikutnya manuver tersebut diulang dengan kepala menoleh ke sisi kiri
450 dan seterusnya.
23 Dix-Hallpike Tes
Pemeriksaan Hidung
Menyiapkan alat :
1. Lampu kepala
2. Spekulum hidung
3. Cermin nasofaring
4. Nasal foreign body remover
5. Forcep bayonet
Headlamp
Cara Memakai Lampu Kepala
 Pasang lampu kepala, sehingga
tabung lampu berada diantara kedua
mata
 Letakkan telapak tangan kanan
berjarak 30 cm lalu difokuskan besar
kecilnya cahaya
 Usahakan agar sudut yang dibentuk
oleh jatuhnya sumber cahaya kearah
objek yang berjarak kurang lebih 30
cm dengan akis bola mata sebesar 15
derajat.
Spekulum Hidung

• Digunakan untuk membantu pemeriksaan rhinoskopi


anterior
• Cara menggunakan :
- Dipegang menggunakan jari ke 3,4,5
- Jempol ditaruh di persilangan speculum
- Jari ke 2 ditaruh pada bagian apex nasi sebagai fiksasi
- Masukan ke nares nasi dalam keadaan tertutup.
- Keluarkan dari nares nasi dalam keadaan semi tertutup
agar tidak menjepit bulu hidung.
Nasal Foreign Body Remover

 Digunakan untuk membantu


mengeluarkan benda asing
hidung.
 Terdapat 2 sisi (seperti ring dan
seperti kuret)
Forsep Bayonet

 Digunakan untuk membantu


pemasangan tampon anterior
hidung.
● Menilai bentuk hidung dari luar :

Inspeksi, perhatikan :
■ Kerangka dorsum nasi:
● Lebar (polip nasi)
● Miring (fraktur)
● “saddle nose”
● “lorgnet nose”
■ Luka-luka, warna, edema (kulit ujung hidung jadi mengkilap), ulkus nasolabialis.
■ Pada vestibulum : furunkel, fisura, krusta, massa.
Palpasi : Perhatikan :
■ Dorsum nasi : krepitasi, deformitas (tanda fraktur os nasalis)
■ Alae nasi : sangat sakit pada furunkel festibulum nasi
■ Regio frontalis untuk sinus frontalis :
● Menekan lantai sinus frontalis dengan ibu jari tekan ke arah mediosuperior, dengan
tenaga yang optimal dan simetris
● Menekan dinding muka sinus frontalis, dengan ibu jari tekan ke arah media dengan
tenaga yang optimal dan simetris, pada tempat yang simetris dan tidak boleh pada
foramen supraorbitalis sebab disana ada nervus supraorbitalis
● Nilai : mempunyai nilai bila ada perbedaan reaksi, sinus yang lebih sakit ialah sinus
yang patologis
Rinoskopi Anterior
Rhinoskopi Anterior
Memeriksa vestibulum nasi

 Pemeriksaan pendahuluan, perhatikan:

 Bibir atas: maserasi (terutama pada anak)

 Pinggir-pinggir lubang hidung : kruste, merah

 Posisi septum nasi: dorong ujung hidung dengan ibu jari dokter

 Pemeriksaan dengan spekulum :

 Bagian vestibulum sisi lateral dengan mendorong spekulum ke lateral, sisi


medial dengan mendorongnya ke medial, sisi superior dengan
mendorongnya ke atas, dan sisi inferior dengan mendorongnya ke
bawah.

 Perhatikan : apakah ada sekret, krusta, bisul-bisul, raghaden


Memeriksa kavum nasi bagian bawah

 Arahkan cahaya lampu ke kavum nasi sehingga sejajar dengan konkha inferior,
perhatikan :

 Warna mukosa dan konkha inferior hiperemia, edema, livid

 Besarnya lumen kavum nasi 🡪 lapang / sempit

 Septum deviasi, bentuk krista atau spina

 Sekret

 Benda asing
Memeriksa kavum nasi bagian atas

 Arahkan cahaya lampu ke kavum nasi bagian atas (kepala ditengadahkan)

 Perhatikan :

 Kaput dari konkha media

 Meatus medius : pus, polip

 Septum bagian atas: mukosa, posisi (deviasi sampai menekan konkha


media)

 Fisura olfaktoria

 Memeriksa septum nasi

 Septum deviasi berbetuk spina septi, krista septi, huruf “s”.


Hasil Pemeriksaan
 Bentuk

 Normal

 Saddle Nose

 Hidung betet
Hasil Pemeriksaan
 Tanda peradangan

 Kalor

 Rubor

 Dolor

 Functio laesa

 Tumor

 Daerah sinus frontalis dan


maxillaris

 Nyeri tekan

 Nyeri ketuk
Hasil Pemeriksaan
 Vestibulum

 Ulkus

 Bulu hidung

 Sekret

 Tanda radang
 Cavum nasi

 Bentuk

 Mukosa pucat

 Mukosa hiperemis
Hasil Pemeriksaan

 Konka inferior

 Edema

 Hiperemis

 Mukosa pucat

 benjolan
 Meatus nasi inferior

 Sekret

 Edema

 Mukosa hiperemis/pucat
Hasil Pemeriksaan

 Konka medius

 Edema

 Hiperemis

 Benjolan
 Meatus nasi medius

 Sekret

 Edema

 Mukosa hiperemis/pucat
Hasil Pemeriksaan

 Septum nasi

 Deviasi

 Perdarahan

 Ulkus
Rinoskopi Posterior
● Melihat rongga hidung dari belakang dengan memakai kaca nasofaring yang sudah
dipanaskan.
● Cara :

⮚ Pasien membuka mulut dan nafas melalui hidung


⮚ Menekan lidah dengan tongue spatel
⮚ Kaca nasofaring yang telah dipanaskan dimasukkan dari mulut terus kebelakang
melalui samping uvula dan diletakkan dibelakang hidung dengan posisi kaca
menghadap ke arah atas.
Rinoskopi posterior
● Menilai :
1. Konka superior, medial dan inferior (lapang/sempit)
2. Mukosa (hiperemis/tidak)
3. Muara Tuba Eustachius (terbuka/tertutup)
4. Adenoid (ada/tidak)
5. Post nasal drip (ada/tidak)
6. Polip (ada/tidak)
7. Tumor (ada/tidak)
Nasal Swab
1. Masukkan lidi kapas steril yang
telah dibasahi dengan aquadest
steril atau larutan garam fisiologis
steril ke dalam lubang hidung
sampai terasa ada tahanan pada
daerah turbinat (kurang lebih 1,5
cm masuk ke dalam lubang
hidung).
2. Putar lidi kapas secara perlahan-
lahan pada permukaan selaput
lendir hidung.
3. Lidi kapas ditarik keluar secara
perlahan, jangan sampai
menyentuh area cavum nasi yang
lain.
4. Dengan lidi kapas yang lain, ulangi
cara seperti diatas pada lubang
hidung kontralateral.
Nasopharyngeal Swab
1. Penderita diminta untuk menengadahkan kepala kurang lebih
70o supaya hidung- nasofaring berada dalam satu garis lurus
sehingga insersi swab lebih mudah.
2. Gunakan ibu jari untuk mengangkat/mendorong ujung hidung
penderitake atas.
3. Masukkan swab steril dari kapas/dacron/calcium alginate yang
terdapat pada kawat lentur (sebelumnya dibasahi terlebih
dahulu menggunakan aquadest steril atau larutan garam
fisiologis steril) secara perlahan dan hati-hati melewati lubang
hidung (nares).
4. Arahkanswab tersebut masuk ke dalam rongga hidung pada sisi
medial sepanjang septum nasi sampai terasa adanya tahanan,
dengan demikian ujung swab akan menyentuh dinding
posterior pharynx.
5. Pada orang dewasa, masuknya swab sampai nasofaring
kurang lebih sedalam 4 cm (Pada anak-anak, kedalaman
masuknya swab kurang dari itu).
6. Swab diputar secara perlahan.
7. Swab ditarik keluar dari lubang hidung secara hati-hati.
Pemeriksaan Transiluminasi

● Transiluminasi sinus maksilaris :

⮚ Memasukkan senter kecil ke rongga mulut


⮚ Meminta pasien mengatupkan bibir sehingga sumber cahaya tidak tampak lagi
⮚ Hasil normal : bila terlihat gambaran bulan sabit di daerah infra orbita

● Transiluminasi sinus frontalis :

⮚ Meletakkan lampu senter kecil di bawah sinus frontalis dekat kantus medius
⮚ Hasil normal : bila terlihat cahaya terang di daerah sinus frontalis
PF mulut dan faring
Alat yang di butuhkan pada pemeriksaan mulut
dan faring:

Lampu Kepala Spatel


01 02

Cermin Xylocaine Spray


03 Nasofaring 04
PF rongga mulut
Prosedur pemeriksaan:
• Pasien membuka mulut,
cahaya lampu di
arahkan ke mulut
pasien
• Pemeriksa menginspeksi
keadaan bibir, mukosa
rongga mulut, lidah dan
gerakan lidah
PF rongga mulut
1) Inspeksi
• Trismus

• Mukosa dan gingiva

• Gigi-geligi: karies,
berlubang

• Lidah

• Pergerakan palatum
molle

• Palatum durum

• Uvula: posisi tengan atau


tidak, hiperemis +/-,
edema +/-, memanjang
PF tonsil dan faring
• Pasien menjulurkan
lidahnya, kemudian
pemeriksa
menggunakan spatel
menekan lidah ke
bawah, kemudian
daerah faring dan
tonsil dapat di evaluasi.
• Pasien diminta
bernapas dan santai
• Pasien tidak boleh
menahan napas, tidak
boleh bernapas keras
PF tonsil dan faring
Inspeksi:
1) Tonsil
• Warna tonsil normal=merah muda

• Tonsil meradang/ infeksi

• Derajat pembesaran tonsil:


• T0: tonsil telah diangkat
• T1: tonsil masih berada dalam fossa tonsilaris
• T2: tonsil melewati arcus posterior hingga mencapai linea paramedia
• T3: tonsil melewati linea paramediana hingga mencapai linea mediana
• T4: tonsil melewati linea mediana

• Mobilitas tonsil

• Permukaan tonsil

• Kripta melebar +/-, detritus +/-

• Pembesaran simetris atau tidak


2) Faring
• Warna mukosa
PF Laring
Alat yang di butuhkan pada pemeriksaan mulut
dan faring:

Lampu Kepala Spatel


01 02

Cermin Xylocaine Spray


03 Nasofaring 04
Pemeriksaan Laringoskopi Indirek
• Pemeriksaan tenggorokan
dilakukan secara tidak langsung
(indirek) dengan cermin dan
lampu.
Pemeriksaan Laringoskopi Direk
• Laringoskopi adalah prosedur
pemeriksaan yang dilakukan
oleh dokter untuk melihat
bagian belakang tenggorokan,
kotak suara (laring), dan pita
suara.
• Alat yang dibutuhkan:
nasoendoskopi, xylocain spray
Beberapa gambaran patologi pada laring
 Radang:
• Laringitis akut

• Laringitis kronik
 Ulkus:
• Laringitis TBC

• Epiglotitis

• karsinoma
 Edema: radang, alergi, tumor
 Cairan:
• Sputum hemoragis

• Tumpukan saliva di sinus


pyriformis
 Tumor:
Palpasi Kelenjar Limfe
• Prosedur: pemeriksa berdiri
dibelakang pasien dan
meraba dengan kedua
tangan seluruh daerah leher
dari atas ke bawah
• Jika teraba benjolan/massa
maka lakukan penilaian
berikut:
1. Lokasi benjolan
2. Jumlah benjolan
3. Ukuran benjolan
4. Konsistensi
5. Nyeri tekan
6. Apakah terfiksir dengan
jaringan sekitarnya
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai