Anda di halaman 1dari 22

RANGKUMAN STASE THT-KL o Kumur dengan air hangat

o Analgetik dan antipiretik bila perlu


LARING-FARING o Antibiotik → jika disebabkan oleh bakteri
1. Faringitis Akut ▪ Penicillin G Benzatin 50.000 u/kgBB
- Merupakan radang akut pada dinding faring yang bisa IM dosis tunggal, atau
disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, trauma, dan ▪ Amoksisilin 50 mg/kgBB/hari (3x
toksin pemberian) selama 10 hari, atau
- Trias : Demam, Rasa tidak nyaman di ▪ Erithromycin 4 x 500 mg/hari
tenggorokan, inflamasi di faring - Komplikasi yang mungkin terjadi:
- Penyebab : o Epiglotitis
o Virus : Rhinovirus, Influenza, Epstein Barr, o Otitis media
Adenovirus, Cytomegalovirus o Sinusitis
o Bakteri : Streptococcus Beta Hemolitikus o Acute rheumatic fever
Grup A (Streptococcus pyogenes) o Post-Streptococcal Glomerulonephritis
- Faringitis sebenarnya lebih sering disebabkan oleh (GNAPS)
virus dibandingkan dengan bakteri
- Mekanisme patofisiologi dari faringitis sampai saat ini 2. Tonsilitis Akut
masih belum jelas - Merupakan radang akut pada tonsila palatina yang
- Faringitis yang disebabkan oleh virus → gejala klinis disebabkan oleh infeksi bakteri ataupun virus
lebih ringan dan biasanya disertai rinorea
- Faringitis yang disebabkan oleh bakteri → Gejala
klinis lebih berat
- Infeksi Ringan :
o Rasa tidak nyaman di tenggorokan
o Lemas
o Sedikit demam
o Faring kongesti dan hiperemis
o Tidak ada limfadenopati
- Infeksi Sedang-Berat:
o Nyeri tenggorokan - Bakteri : Streptococcus beta hemolitikus grup A
o Nyeri kepala (penyebab utama)
o Malaise - Virus : Epstein Barr Virus, Influenza
o Demam tinggi - Gejala klinis :
o Terdapat eksudat o Demam
o Pembesaran tonsil dan kelenjar limfoid pada o Nyeri tenggorokan
dinding posterior faring o Sulit menelan
o Pembesaran kelenjar limfe o Nyeri alih ke telinga
- Jika dilakukan faringoskopi → mukosa faring o Gejala konstitusional : nyeri seluruh tubuh,
hiperemis dan edema sakit kepala, malaise
- Pemeriksaan Fisik :
o Tonsil terlihat hiperemis dan edema disertai
detritus
o Pembesaran kelenjar limfe submandibula
disertai nyeri tekan
*Detritus → kumpulan leukosit, bakteri yang mati,
dan epitel yang mengalami deskuamasi. Detritus
mengisi kripte tonsil dan tampak sebagai bercak
kuning*
- Bisa dilakukan kultur dan swab tenggorokan untuk
menentukan etiologi pasti
- Faringitis akut sebenarnya merupakan self-limited
disease yang bisa sembuh dalam waktu 2 minggu
- Terapi :
o Istirahat
o Minum air yang cukup
atmisatyawati
o Kripte melebar → akibat proses penyembuhan
jaringan limfoid yang diganti oleh jaringan
parut
- Terapi operatif → Tonsilektomi

*Indikasi Tonsilektomi menurut American Academy of


Otolaryngology*
- Serangan tonsilitis >3 kali/tahun walaupun telah
mendapatkan terapi adekuat
- Hipertrofi tonsil yang menyebabkan maloklusi
gigi dan gangguan pertumbuhan orofasial
- Sumbatan jalan napas yang berupa hipertofi tonsil,
sleep apnea, gangguan menelan, gangguan
berbicara, cor pulmonale
- Rhinitis dan sinusitis kronis, peritonsilitis, abses
peritonsil yang tidak berhasil hilang dengan
pengobatan
- Tata Laksana : - Napas bau yang tidak berhasil dengan pengobatan
o Istirahat dan pemberian cairan yang adekuat - Tonsilitis berulang yang disebabkan oleh bakteri
o Berkumur menggunakan air garam hangat atau grup A Streptococcus B hemolyticus
obat kumur yang mengandung disinfektan - Otitis media efusi/ otitis media supuratif
o Analgesik dan antipiretik
o Antibiotik spektrum luas → penicillin *Indikasi Absolut
(amoxicillin, ampicillin) dan macrolide - Hiperplasia tonsil yang menyebabkan gangguan
(erithromycin) tidur (sleep apnea) yang terkait dengan cor
o Kortikosteroid → dipertimbangkan pada pulomal
pasien dengan gejala yang berat (tapering off - Hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya keganasan
setiap 3 hari) (hipertrofi tonsil yang unilateral)
- Komplikasi : - Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam
o Abses peritonsilar - Perdarahan tonsil yang persisten dan rekuren
o Abses parafaring *Indikasi Relatif
o Otitis media akut - Serangan tonsilitis >3 kali/tahun
o Tonsilitis Kronik - Abses peritonsilar
o Sinusitis - Tonsilitis kronik dengan sakit tenggorokan yang
o Rheumatic Fever persisten, halitosis, adenitis cervical
o Obstructive Sleep Apnea Syndrome - Sulit menelan
o GNAPS - Tonsillolithiasis
- Gangguan pada orofacial atau gigi
3. Tonsilitis Kronik - Carrier streptococcus tidak berespon terhadap
- Radang kronik dari tonsila palatina terapi
- Faktor predisposisi: - Otitis media rekuren atau kronik
o Iritasi menahun oleh rokok
o Hygiene mulut yang buruk 4. Tonsilitis Membranosa (Difteri)
o Pengaruh cuaca - Radang pada tonsil yang disebabkan oleh bakteri
o Kelelahan fisik Corynebacterium diphteriae
o Pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat - Sering ditemukan pada anak usia <10 tahun
- Gejala klinis - Gejala umum : demam, nyeri kepala, penurunan
o Disfagia nafsu makan, nyeri menelan
o Tenggorokan kering - Gejala lokal :
o Napas berbau o Tonsil membengkak ditutupi bercak putih
- Pemeriksaan Fisik : kotor yang makin lama makin meluas dan
o Tonsil membesar dengan permukaan tidak bersatu membentuk pseudomembran
rata (berbenjol-benjol) dan kripte melebar o Pseudomembran ini melekat erat pada
o Kripte terisi oleh detritus dasarnya sehingga jika diangkat akan
mudah berdarah
atmisatyawati
o Bila infeksi menetap → terjadi pembesaran 6. Benda Asing pada Laring
kelenjar limfe → gambaran bull neck
Etiologi :
- organic (biji-bijian, tulang, ataupun sisa
makanan)
- anorganic (paku, jarum, mur, silet, plastic, kawat,
magnet)
Gejala klinisnya sangat bervariasi sehingga sering terjadi
keterlambatan dalam diagnosis yang bisa menimbulkan
- Gejala akibat eksotoksin: berbagai komplikasi
o Jantung : miokarditis, dekompensasi Biasanya terjadi saat menelan makanan
kordis Faktor risiko :
o Saraf : kelumpuhan otot palatum, otot - sering terjadi pada orang yang suka minum
diafragma alkohol
o Ginjal : Albuminuria - Bicara saat makan
- Terapi : - Tidak mengunyah dengan baik
o Serum anti difteri → 20.000-100.000 unit - Menelan objek kecil
tergantung umur dan berat penyakit Diagnosis ditentukan dengan melakukan anamnesis,
o Antibiotik : penisilin atau eritromisin pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan radiologi
o Kortikosteroid → 1,2 mg/kgBB/hari Anamnesis
o Antipiretik
- Yang paling khas adalah adanya riwayat
o Pasien harus diisolasi tersedak atau teraspirasi (choking)
o Istirahat selama 2-3 minggu
- Tanyakan kepada saksi yang ada, berapa lama
durasi dari pertama kali pasien ditemukan sampai
5. Singer’s Nodule
mencari bantuan
- Tanyakan juga duplikat atau contoh benda asing
- Disebut juga dengan Vocal nodule
- Disebabkan karena penyalahgunaan suara dalam yang diduga teraspirasi
waktu yang lama dan berulang → biasanya pada Signs and Symptoms
guru dan penyanyi - Obstruksi parsial :
- Gejala : suara parau, suara serak, kadang-kadang o batuk yang paroksismal
disertai batuk o rasa tercekik
- Temuan pada laringoskopi → terdapat nodul di o sesak (dyspnea)
pita suara, predileksinya di 1/3 anterior dan 1/3 o suara serak
medial pita suara (plica vocalis) o tarikan otot dinding dada (chest
retraction)
o stridor
- Obstruksi total :
o Pasien tampak memegang lehernya →
universal choking sign

- Nodul biasanya bilateral dan banyak dijumpai


pada wanita dewasa muda
- Tata laksana :
o Voice rest
o Voice therapy
o Tindakan bedah mikro laring → jika ada
kecurigaan keganasan atau lesi fibrotik o pasien tidak ada suaranya (aphonia)
o anoxia
o penurunan kesadaran
atmisatyawati
Management o jika sudah tidak ada tanda kegawatan
- Pada kondisi prehospital ataupun pada fasilitas napas (pasien stabil), benda asing dapat
layanan kesehatan dengan fasilitas yang kurang dikeluarkan dengan bantuan indirect
lengkap → yang pertama dilakukan adalah laringoscopy
menentukan diagnosis pasien dengan anamnesis,
pemeriksaan fisik, radiografi 7. Obstruksi/ Sumbatan pada Laring
- Jika terjadi obstruksi parsial :
o Ditandai dengan pasien yang masih bisa Dapat disebabkan oleh :
batuk, nangis, bicara, ada stridor dan - Radang akut atau radang kronis
wheezing → artinya udara masih bisa - Benda asing (corpus alienum)\
keluar dan masuk - Trauma akibat kecelakaan, perkelahian, percobaan
o Jangan lakukan intervensi yang bunuh diri dengan senjata tajam
berlebihan → Do No Harm ! - Trauma akibat tindakan medik
o Cukup lakukan stabilisasi dengan - Tumor laring baik jinak maupun ganas
pemberian oksigen nasal cannula dan - Kelumpuhan nervus rekuren bilateral
rujuk ke rumah sakit yang fasilitasnya Gejala dan Tanda :
lengkap - Suara serak sampai afoni (tidak ada suara)
- Kalau obstruksi total : - Sesak napas (dyspnea)
o <1 tahun : - Stridor (napas berbunyi) yang terdengar waktu
▪ back blow inspirasi
- Gelisah
- Cekungan/retraksi suprasternal, epigastrium,
supraklavikula, dan interkostal pada waktu
inspirasi
- Warna muka pucat dan lama lama sianosis karena
hipoksia
*Jackson Stadium on Laryngeal Obstruction*
- Stadium 1 :
▪ chest trust o pasien masih dalam keadaan sadar dan
▪ head down position tenang
o > 1 tahun : o ada inspiratoric stridor
▪ Heimlich maneuver, o retraksi otot suprasternal
o bisa diterapi dengan medikamentosa
(antiinflamasi, antialergi, antibiotik)
dengan observasi ketat di ruang intensif
(pemberian oksigen)
- Stadium 2 :
o pasien mulai gelisah
o ada inspiratoric stridor
o ada retraksi otot suprasternal dan
epigastrial
o terapi : persiapkan tracheostomy (elective
tracheostomy)
- Stadium 3 :
o Pasien mulai lelah (air hunger) dan sesak
napas (dyspnea)
o Ada stridor biphasic (stridor yang
▪ finger sweep maneuver → pada terdengar saat inspirasi dan ekspirasi)
pasien yang tidak sadar o retraksi otot suprasternal, epigastrial,
o rujuk ke rumah sakit untuk dilakukan infraclavicula, dan intercostal
endoscopy ataupun surgery jika o terapi : lakukan emergency tracheostomy
diperlukan (pembukaan dan insisi terhadap cincin
o jika manuver di atas gagal, harus trakea ke-2 dan ke-3, lalu dipasang
dilakukan krikotiroidotomi atau tracheostomy tube pada trakea nya)
trakeostomi darurat
atmisatyawati
o Sering terjadi pada anak dan dewasa muda
o Penyebab terbanyak nya adalah karena
trauma
o Perdarahan nya biasanya bersifat ringan
dan dapat terkontrol dengan penekanan
dan tampon anterior
- Epistaksis Posterior :
o di bagian dinding nasal lateral atau di
bagian posterosuperior dari cavum nasi,
bisa juga di bagian nasofaring
- Stadium 4 : o mengenai arteri etmoid posterior dan
o Pasien tampak sangat kelelahan dan cabang arteri sfenopalatina posterior
sianosis o biasanya terjadi pada usia >40 tahun
o terjadi penurunan kesadaran o penyebabnya karena hipertensi dan
o Jika keadaan ini berlangsung terus maka aterosklerosis
pasien akan kehabisan tenaga → pusat o perdarahannya bersifat berat,
pernapasan mengalami paralitik akibat penanganannya menggunakan tampon
hiperkapnia → pasien lemah dan pingsan posterior dan membutuhkan perawatan
→ meninggal karena asfiksia RS
o Terapi : sebelum melakukan tindakan
tracheostomy bisa dilakukan PENYEBAB
cricothyroidotomy (membuka membrane Lokal :
cricoid dengan menggunakan jarum untuk - Trauma : ringan (misalnya ngupil :v) ataupun
mendapatkan akses napas) yang berat (terpukul atau kecelakaan)
- Bisa juga karena iritasi gas, benda asing, ataupun
trauma pembedahan
- Infeksi hidung dan sinus paranasal
- Neoplasma jinak dan ganas
- Kelainan kongenital
- Rhinolith → merupakan benda asing yang masuk
ke hidung lalu diam dan tertinggal dalam jangka
waktu yang lama

o Tindakan krikotiroidotomi merupakan


kontraindikasi pada anak di bawah 12
tahun, pada tumor laring yang sudah
meluas ke subglotik, dan terdapat
laringitis

RINOLOGI
1. Epistaksis Sistemik
Merupakan perdarahan yang bersifat akut yang keluar - Penyakit kardiovaskuler : hipertensi dan kelainan
dari lubang hidung, rongga hidung, dan nasofaring
pembuluh darah seperti arteriosklerotik, nefritik
Pembagian berdasarkan letak :
kronis, sirosis hepatis, sifilis, DM
- Epistaksis Anterior : - Kelainan darah : trombositopenia, hemofilia,
o di bagian anterior konka inferior leukemia
o sering terjadi pada bagian anterior septum
- Infeksi sistemik : demam berdarah, tifoid, morbili
(Pleksus Kiesselbach/Little’s area), yang
- Perubahan tekanan atmosfer : Caisson disease
merupakan anastomosis dari a.etmoidalis
anterior, a.sfenopalatina, a.labialis - Gangguan endokrin, misalnya pada wanita hamil,
superor, a.palatina mayor menopause, ataupun menarche
o ataupun di bagian anterior dinding lateral
cavum nasi
o sering terjadi (90-95%)
atmisatyawati
PENANGANAN - Pinset bayonet
Prinsip Penanganan nya : - Lampu kepala
- Kita harus menghentikan dulu perdarahan yang
terjadi
- Mencegah komplikasi, baik itu karena perdarahan
yang massif, akibat tindakan, ataupun karena
dampak dari pemasangan tampon
- Mencegah terulangnya epistaksis pada pasien,
jangan sampai menjadi habitual epistaxis
1. MENGHENTIKAN PERDARAHAN
Darah yang ada di kavum nasi dibersihkan terlebih
dahulu → lalu identifikasi sumber perdarahan/bleeding
point dengan memasukkan tampon lidokain
adrenalin/lidokain efedrin selama 5 menit
Setelah 5 menit, angkat tampon nya lalu tentukan
bleeding point nya di mana → setelah ditentukan lalu titik - Tampon ini dapat dipertahankan selama 2 hari
perdarahan dikaustik dengan AgNO3 20-30%, atau - Bila perdarahan belum berhenti, dapat dilakukan
dengan elektrokauter ataupun asam triklorasetat 10% → pemasangan tampon posterior (Bellock
kemudian observasi apakah masih ada perdarahan atau tampon)
tidak → jika perdarahan masih aktif dapat dilanjutkan - Bila perdarahan masih berlanjut, dapat dilakukan
dengan pemasangan tampon anterior ligasi arteri sphenopalatine
- Tampon balon → dimasukkan ke cavum nasi
lalu diberi udara lewat spuite → hati-hati Alat yang diperlukan untuk Tampon Posterior
menggunakan ini, jangan sampai pengembangan - Tampon Bellock
balon nya itu terlalu besar sampai menekan - Lampu kepala
septum, takutnya bisa terjadi nekrosis pada - Spekulum hidung
septum nya - Spatula lidah
- Tampon Merocell→ dimasukkan ke bleeding - Pinset bayonet
spot nya lalu dibiarkan 2x24 jam atau maksimal - Kateter Foley
3x24 jam → setelah kita angkat dia akan
membesar
- Tampon Bellocq → tampon ini akan kita
diamkan di daerah nasofaring dan dia akan
menutup nares posterior atau koana

- Pertama, masukkan dulu kateter melalui hidung


sampai muncul di rongga mulut kemudian tarik
menggunakan pinset bayonet
- Setelah itu ikat tampon Bellocq pada ujung
kateter
- Dan masukkan lagi dengan menggunakan
Alat yang diperlukan untuk Tampon Anterior
bantuan jari telunjuk/jari tengah sampai dia
- Tampon Pita yang sebelumnya sudah diolesi
mencapai nasofaring
dengan boorzalf vaseline sebagai pelicin atau bisa
- Nanti ujung kateter nya ditempel di bagian pipi,
kita berikan antibiotika (penicethin karena dia oil-
dan ujung lagi satunya ditutup dengan kasa di
based)
nares anterior
- Spekulum disesuaikan dengan golongan usia
atmisatyawati
- Bila perdarahan nya masih terjadi, selain perdarahan nya masih, kita bisa lanjutkan untuk
memasang tampon posterior kita bisa pakaikan memasang tampon posterior
juga tampon anterior dalam kavum nasi Jika dengan tampon posterior juga masih terjadi
Indikasi Pemasangan Tampon Posterior : perdarahan, kita bisa lakukan surgery
- Jika perdarahan posterior tidak bisa dikontrol
dengan tampon anterior 2. Sinusitis
- Terjadi perdarahan dari nasofaring, misalnya Definisi -> peradangan pada mukosa sinus paranasal
karena fraktur basis kranii, tumor, post operasi Penamaan nya sesuai dengan sinus yang terkena
adenoidektomi Menurut sumber infeksi :
2. MENCEGAH KOMPLIKASI - Rhinogen : berasal dari kelainan hidung
- Akibat Langsung : - Dentogen : berasal dari kelainan gigi
o Anemia diatasi dengan transfusi darah SINUSITIS RHINOGEN
(tentunya perlu dilakukan pengecekan - Ostium sinus di middle meatus itu sangat sempit,
golongan darah dan rhesus terlebih kalau ada edema -> mukosa saling bertemu ->
dahulu) silia tidak bisa bergerak -> lendir tidak dapat
o Jika terjadi syok, dapat diatasi dengan dialirkan
pemberian cairan/ Intravenous Fluid - Terjadi gangguan drainase
Drops (IVFD) - Sinus maksila merupakan sinus yang paling
- Akibat Pemasangan Tampon sering terkena infeksi
o Seperti sinusitis, otitis media, septikemi - Sedangkan yang paling jarang adalah sinus
o Perlu pemberian antibiotic profilaksis frontal, karena ostium sinus terletak di bagian
3. MENCEGAH TERJADINYA EPISTAKSIS bawah dan sinus frontal terbentuk paling akhir,
- Kita harus ingat bahwa epistaksis itu sebenarnya bahkan pada beberapa orang sinus frontal tidak
hanya merupakan gejala dari suatu penyakit → berkembang
sehingga penyakitnya harus kita lacak dan atasi Faktor Predisposisi
untuk bisa mencegah berulangnya epistaksis - Obstruksi mekanik -> adanya kelainan anatomi
- Terapi sesuai dengan etiologinya seperti deviasi septum, hipertrofi konka
ALGORITMA EPISTAKSIS - Rinitis alergika : edema mukosa dan secret yang
banyak merupakan media yang baik untuk
tumbuhnya bakteri
- Polusi lingkungan : dapat terjadi perubahan
mukosa dan kerusakan silia
SINUSITIS AKUT
- Peradangan pada hidung dan sinus paranasal
dengan lama penyakit 7 hari-12 minggu, episode
serangan <4 setahun, setelah terapi optimal
mukosa kembali normal
- Gejala klinis
o Rhinorrhea purulent 7 hari-12 minggu
o Post nasal drip, batuk
o Obstruksi nasi
- Pemeriksaan fisik -> rinoskopi anterior
o Mukosa hidung hiperemi dan edema
o Sekret mukopurulen di meatus nasi media
dan superior
- Epistaksis itu harus ditangani bersama dengan tim o Rinoskopi posterior -> dari mulut dan
- Ada yang bertugas untuk mengukur tensi, ada menggunakan cermin -> akan terdapat
yang menyiapkan alat, ada yang mencatat post nasal drip pada dinding belakang
medical record pasien, dsb faring
- Jika bleeding pointnya tidak bisa terlihat → kita - Pemeriksaan penunjang
harus pasang tampon anterior, jika bisa terkendali o Transiluminasi → sinus yang terinfeksi
pasien harus kita MRS kan untuk mengantisipasi akan berwarna suram atau gelap.
kemungkinan terjadinya komplikasi. Namun jika Pemeriksaan ini bermakna hanya bila satu
sisi sinus yang terinfeksi sehingga daerah
atmisatyawati
tersebut akan tampak lebih suram o Mukolitik
dibandingkan daerah normal o Antihistamin
- Indikasi pemeriksaan radiologis o Kortikosteroid oral/topical
o Sinusitis akut dengan tanda dan gejala o Cuci hidung dengan NaCl 0.9%
yang berat - Tindakan operatif, indikasinya :
o Tidak ada perbaikan dengan terapi yang o Medikamentosa tidak berhasil
adekuat o Adanya kelainan mukosa yang bersifat
o Kecurigaan adanya cairan dan jaringan menetap
patologis dalam rongga sinus o Jenis tindakan
o Persiapan tindakan operasi ▪ Caldwell-Luc : membuat lubang
- Terapi : di gusi
o Antibiotik 1 st line : amoksisilin, ▪ BSEF (Bedah Sinus Endoskopik
kotrimoksasol atau kombinasi Fungsional)/FESS
amoxicillin-clavulanat → Diberikan 10- o Mengatasi faktor predisposisi, misalnya
14 hari, bila tidak ada perbaikan klinis, deviasi septum, hipertrofi adenoid
perlu pemeriksaan foto polos SINUSITIS MAKSILA DENTOGEN
- Terapi tambahan - Dapat terjadi adanya akumulasi pus yang berasal
o Dekongestan dari adanya kelainan gigi
o Antihistamin - Kelainan gigi dapat berupa :
o Mukolitik o Sisa akar
o Cuci hidung dengan larutan NaCl 0,9% o Karies gingivitis
atau larutan garam o Kesalahan pemasangan implant
SINUSITIS KRONIS o Pencabutan gigi yang tidak sempurna
- Peradangan mukosa hidung dan sinus paranasal - sinus maksilaris disebut juga antrum highmore
>12 minggu karena letaknya dekat dengan akar gigi rahang
- Umumnya susah sembuh dengan terapi atas, sehingga infeksi gigi akan lebih mudah
medikamentosa menyebar ke sinus → menyebabkan sinusitis
- Keluhan: maksila dentogen
o Rinorrhea kental dan lama - Gigi yang paling dekat jaraknya dengan dasar
o Obstruksi nasi sinus adalah M1, gigi lainnya adalah
o Post nasal drip, batuk M2,P2,M3,P1 atas
o Pendengaran terganggu - Dapat terjadi bila
o Gejala sistemik tidak jelas o Jarak antara dasar sinus dengan akar gigi
- Rinoskopi anterior sangat dekat, sehingga sekret gampag
o Sekret purulent di kavum nasi terakumulasi ke daerah sinus
o Kadang disertai polip o Semua gigi sudah mengalami erupsi
o Adanya faktor predisposisi o Pada anak walaupun kariesnya banyak
- Pemeriksaan penunjang insiden sinusitis dentogen nya sangat
o Water’s photo : terlihat perselubungan rendah -> karena pada anak belum semua
atau adanya air fluid level di sinus giginya mengalami erupsi dasar sinus dan
maksila,ethmoid, frontal akar gigi yang sudah erupsi jaraknya jauh
o Skull lateral soft tissue -> untuk melihat - Keluhan :
sinus sphenoid dan hipertropi adenoid o Pada kasus akut -> hidung berbau
o CT scan coronal : untuk mengetahui terutama pada waktu bangun tidur, tanpa
adanya perluasa penyakit atau tidak didahului oleh pilek -> sebenarnya
- Terapi medikamentosa : untuk mengurangi akumulasinya itu waktu tidur
peradangan o Pada kasus kronis -> penderita sering
o Antibiotik : untuk terapi awal datang dengan komplikasi, misalnya
o Pada kasus yang murni sinusitis tanpa datang ke bagian mata, ternyata sumber
adanya faktor predisposisi dapat infeksinya berasal dari sinus
diberikan antibiotic clarithromisin selama - Pemeriksaan -> ada secret purulent pada hidung
10 hari dilanjutkan dengan ½ dosis selama atau tenggorokan (post nasal drip)
3 bulan - Pemeriksaan penunjang
o Dekongestan oral/topical
atmisatyawati
o Akut -> pada water’s photo, terlihat sinus 3. Polip Hidung
yang terkena radioopaque, sedangkan - Merupakan massa lunak yang mengandung
sinus yang lain normal banyak cairan di dalam rongga hidung, berwarna
o Kronis -> CT Scan posisi koronal dan putih keabu-abuan, yang terjadi akibat inflamasi
aksial setelah terapi medikamentosa mukosa
selama 2 minggu
- Sekret purulent nya berbau seperti telur busuk,
tapi tidak ada lendirnya
- Dari sinus etmoid bisa menyebar ke orbita
- Tata laksana
o Tangani dulu kelainan giginya
o Pada kasus akut -> irigasi sinus maksila
o Kalau lebih dari 3 bulan (kronis) :
▪ Antibiotik sebagai persiapan
operasi
▪ Operasi Caldwell Luc untuk
membersihkan sinus maksila dan - Etiologi dari polip hidung ini masih belum
sinus lain yang terkena diketahui secara pasti, namun diduga karena
- Komplikasi faktor alergi dan radang kronis
o Osteomyelitis dan abses subperiostal - Patofisiologi : faktor alergi/radang yang
o Otitis media -> terjadi penjelaran infeksi berulang-ulang dan lama akan menimbulkan
ke telinga tengah degenerasi mukosa, vena, dan pembuluh limfe →
o Fistel oroantral menyebabkan aliran balik dari cairan interstitial
- Penyebaran ke daerah orbita -> dapat terjadi terhambat → timbul kongesti pasif → terjadi
secara perkontinuitatum atau thrombophlebitis edema yang berlangsung lama → timbul
- Penyebaran perkontinuitatum biasanya dari sinus penonjolan mukosa yang makin lama makin
ethmoid melalui lamina papirasea yang tipis, panjang dan bertangkai → polip
gangguan di mata dapat berupa - Bentuknya bisa soliter atau multipel
o Edema palpebra - Gejala dan tanda klinis:
o Selulitis orbita o Hidung tersumbat, bisa parsial/total,
o Abses orbita tergantung besarnya polip
- Kelainan intracranial o Rinorea/pilek yang terus menerus →
o Thrombosis sinus kavernosus sekret yang keluar bisa jernih atau purulen
o Meningitis o Hiposmia atau anosmia
o Abses otak o Bila disertai infeksi sekunder → post
- Kelainan paru nasal drip + rinorea purulen
o Bronkitis kronis o Bersin-bersin, nyeri hidung, sakit kepala
o Bronchiectasis daerah frontal
Rhinogen vs Dentogen o Gejala sekunder : bernapas melalui mulut,
• rhinogen -> hidung tersumbat pada 2 sisi, tidak suara sengau, gangguan tidur, penurunan
mengeluhkan ingus bau, hiperemi pada 2 sisi kualitas hidup, halitosis (bau mulut)
mukosa, sekretnya mukoid karena bakteri - Pemeriksaan Fisik :
penyebab rhinogen itu hanya sampai memakan o Dari rinoskopi anterior → polip tampak
mukosanya saja sebagai massa bertangkai dengan
• dentogen -> hidung tersumbat satu sisi, tapi tidak permukaan licin, bentuk bulat atau
menutup kemungkinan 2 sisi, hidungnya berbau , lonjong, warna putih keabu-abuan,
bakteri nya biasanya bisa memakan sampai ke lobular, mudah digerakkan, tidak terasa
tulangnya sehingga dia bisa menembus sampai ke nyeri
dasar sinus maksila, sekretnya biasanya purulent. o Polip bisa berwarna kemerahan bila
Ditemukan adanya infeksi akar gigi yang tersisa terjadi iritasi kronis atau proses
terutama di gigi molar 1 dan 2, gigi yang bolong peradangan
o Polip terutama tumbuh dari kompleks
ostiomeatal di meatus medius dan sinus
etmoid

atmisatyawati
- Stadium Polip menurut Mackay and Lund - Terapi :
(1997) o Jika terdapat abses → lakukan aspirasi
o Stadium 1 : polip masih terbatas di meatus steril untuk mengeluarkan nanah
medius o Jika dinding furunkel tebal → lakukan
o Stadium 2 : polip sudah keluar dari insisi dan pasang drainage
meatus medius, tampak di rongga hidung o Terapi topikal
tapi belum memenuhi rongga hidung ▪ Antibiotik : salep polymixin B
o Stadium 3 : polip yang masif atau bacitracin
- Tata laksana : ▪ Antiseptik : asam asetat 2-5%
o Medikamentosa → kortikosteroid dalam alkohol
topikal atau sistemik o Analgetik
o Jika polipnya masif atau tidak membaik Otitis Eksterna Difus
dengan terapi medikamentosa → - Peradangan yang mengenai kulit liang telinga 2/3
polipektomi dalam
- Sering disebut juga sebagai swimmer’s ears
OTOLOGI - Disebabkan oleh infeksi bakteri yang paling
1. Otitis Eksterna(OE) sering adalah Pseudomonas aeuroginosa
Merupakan radang pada liang telinga, bisa akut ataupun - Faktor predisposisi:
kronis yang disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, dan o Tidak adanya serumen
virus o Adanya air di liang telinga
Faktor predisposisi: o Cuaca yang panas dan lembap → keringat
- Perubahan pH kulit KAE yang biasanya asam berlebihan → pH kulit meatus berubah →
menjadi basa pertumbuhan bakteri patogen meningkat
- Perubahan lingkungan terutama gabungan o Trauma (pemakaian cotton buds, hearing
peningkatan suhu dan kelembapan aids, ear picking)
- suatu trauma ringan seringkali karena berenang o Immunocompromised condition
atau membersihkan telinga secara berlebihan - Stages
Otitis Eksterna Sirkumskripta/Localized
OE/Furuncle
- Dimulai karena adanya infeksi bakteri
Staphylococcus aureus terhadap folikel rambut
yang ada pada 1/3 luar KAE (pars
cartilagenous) = tipe furunkel

o Pre inflammatory
o Mild → gatal, nyeri nya ringan
o Moderate → nyeri nya sedang, mulai
tampak edema
o Severe → lebih berat dan menyebar ke
jaringan sekitar sampai menimbulkan
respons dari lymph node
- Keluhan: - Gambaran klinis
o Nyeri yang hebat, tidak sesuai dengan o Tampak kulit liang telinga hiperemis
besar bisul disertai edema yang tidak jelas batasnya
o Nyeri timbul saat tragus ditekan, aurikula o Membran timpani kadang tidak terlihat
ditarik, dan gerakan mandibula waktu karena tertutup edema
membuka mulut o Nyeri tekan tragus
o Bila furunkel besar dan menyumbat KAE o Liang telinga sangat sempit
→ tuli konduktif o Kadang KGB regional membesar disertai
o Rasa penuh pada telinga nyeri tekan (ipsilateral lymphadenopathy)
o Nyeri dan pembesaran kelenjar o Terdapat sekret yang berbau
periaurikuler o Pendengaran normal atau sedikit
berkurang

atmisatyawati
- Tata laksana : o Pemakaian topikal antibiotik dalam
o Membersihkan liang telinga dengan jangka waktu yang panjang
aplikator kapas secara perlahan o Chronic suppurative otitis media (OMSK)
o Memasukkan tampon yang - Keluhan :
mengandung antibiotik ke liang telinga o Gatal → keluhan utama
→ jika dalam waktu 5 hari pemberian o Rasa penuh di telinga akibat adanya
antibiotik ini tidak mempan, maka minta mycotic plug
pasien untuk kontrol lagi dan jangan o Nyeri
diteruskan → mencegah antibiotik o Hearing loss
menimbulkan efek ototoxic - Pemeriksaan fisik
o Antibiotik sistemik → jika diperlukan
(seperti demam, limfadenitis, edema
auricula), tidak selalu semua kasus
diberikan antibiotik sistemik
o Analgetik
Otitis Eksterna Maligna
- Infeksi difus di liang telinga luar dan struktur lain
di sekitarnya dan biasanya terjadi pada orang tua
dengan penyakit Diabetes Mellitus
- Penyebab : Pseudomonas aeruginosa
- Patofisiologi : pada penderita DM, pH serumen o Mycotic plug → ada gambaran serat
lebih tinggi daripada pH serumen non diabetes → kapas yang menandakan jamur
lebih rentan terkena OE → karena mikroangiopati o Eritema dan edema pada KAE
dan faktor immunocompromised, bisa berlanjut o Tampak hiperemi dan sekret yang
menjadi OE maligna → meluas ke jaringan tampak putih kental seperti susu
subkutis, tulang rawan, dan tulang sekitarnya → - Kalau terjadi infeksi sekunder dengan bakteri akan
timbul kondritis, osteitis, osteomyelitis yang memberikan edema dan nyeri yang lebih hebat
menghancurkan tulang temporal - Terapi :
- Gambaran klinis : o Bersihkan sekret dan jamur nya dengan
o Rasa gatal di telinga cara dispooling dengan karbol gliserin
o Nyeri hebat atau dengan air hangat → setelah itu
o Keluar cairan dari telinga oleskan dengan alkohol 70% untuk
o Jika terkena N.VII → kelumpuhan pada mencegah jamurnya tumbuh lagi
wajah o Evaluasi 1 minggu, setelah itu minta
o Edema KAE kontrol → kalau udah gak ada berarti udah
o KAE tertutup jaringan granulasi sembuh → tapi kalau masih, minta kontrol
o Dari CT Scan potongan axial → bisa lagi 1 minggu → jika setelah 2 minggu itu
tampak destruksi os temporal juga masih ada, bisa kita berikan
- Tata Laksana : antifungal topikal
o Antibiotik dosis tinggi yang efektif untuk o Antifungal cream 3-4 kali sehari
pseudomonas aeruinosa lanjutkan sampai 2 minggu setelah gejala
o Pada keadaan lebih berat → antibiotik nya hilang
parenteral kombinasi dengan antibiotik ▪ Miconazole
golongan aminoglikosida yang diberikan ▪ Ketoconazole
selama 6-8 minggu ▪ Clotrimazole
o Tindakan pembersihan luka o Hindari menggunakan ear drops karena
(debridement) bisa meningkatkan kelembapan dari EAC
Otomycosis Herpes Zoster Oticus
- Merupakan infeksi jamur pada liang telinga - Disebabkan oleh reaktivasi VZV yang
- Pathogen tersering adalah aspergillus niger dan sebelumnya dorman pada geniculate ganglion
candida albicans N.VII dan mungkin juga mengenai N.VIII, jadi
- Ada 3 kondisi yang memudahkan pertumbuhan ini bukan suatu infeksi primer
jamur → lembap, hangat, gelap - Ramsay-Hunt Syndrome → herpes zoster oticus
- Faktor predisposisi : yang disertai dengan N.VII ipsilateral paresis

atmisatyawati
- Risk factors : o Vesikelnya itu bisa rupture dan menjadi
o Decreased in cellular immunity krusta
o Kondisi imunospuresi → infeksi HIV, o Kulit dan mukosa yang terkena, biasanya
malignancy, usia tua (>60 tahun) akan terasa sangat nyeri → tersentuh oleh
rambut atau pakaian aja sakit
- Patogenesis o LMN ipsilateral facial paralysis →
o VZV akan memasuki N.VII pada saat ramsay hunt syndrome
infeksi primer nya (chickenpox) dan
berjalan menuju ke geniculate ganglion
nya dan dorman di sana
o Jika ada kondisi yang menyebabkan
imunitas pasien menurun, dia akan
reaktivasi lagi kemudian dia akan
bermigrasi kembali secara retrograde dari
geniculate ganglia sepanjang saraf sensori
menuju ke kulit di sekitar telinga dan
oropharynx
o Reaktivasi ini akan menyebabkan
inflamasi dan destruksi nervus VII → dan o Keterlibatan CN VIII akan menyebabkan
ini menyebabkan kelumpuhan wajah pada vertigo, tinnitus, tuli sensorineural
penderitanya - Ramsay Hunt Syndrome Herpete
o Ada nya kelumpuhan pada wajah yang
bersifat perifer tapi tidak disertai dengan
tanda tanda khas dari herpes zoster oticus
o Tapi kalau diperiksa laboratoriumnya,
akan didapatkan peningkatan antibody
terhadap VZV
o Atau kalau dilakukan PCR, akan
didapatkan VZV DNA pada kulit, cairan
telinga tengah, atau blood mononuclear
cells
- Diagnosis : cukup anamnesis dan pemeriksaan
- Manifestasi klinis fisik
o Awalnya disertai dengan flu like - Pemeriksaan penunjang:
symptoms, kemudian disusul dengan o Tzank test
nyeri yang bersifat tumpul dan dalam o PCR → untuk mendeteksi DNA nya
yang semakin lama akan berubah menjadi o Kalau udah ada kelumpuhan wajah →
nyeri yang bersifat tajam (seperti ditusuk house-brackmann paralysis scale
jarum) o Gustatory test → kalau ada gangguan
pengecapan
o Balance and hearing test → jika dicurigai
adanya keterlibatan CN.VIII
o CT Scan → untuk menyingkirkan
penyebab lain
- Terapi :
o Analgetics → NSAID, opioid,
gabapentin, carbamazepine
o Antivirus
▪ Acyclovir (5x800 mg selama 10
hari)
o Akan muncul kemerahan dan vesikel ▪ Famciclovir (3x500 mg selama 7
kecil pada telinga, 2/3 anterior lidah pada hari)
sisi yang sama dengan telinga yang ▪ Valacyclovir (3 x 1 gr selama 7
terkena, dan hard palatum ahri)

atmisatyawati
o Corticosteroid → diberikan pada kasus - Bisa disebabkan oleh bakteri atau virus → untuk
Ramsay Hunt Syndrome membedakan, lakukan aspirasi/myringosintesis
o Temporary tarsorraphy → kelopak cairan nya dan lanjut kultur
matanya akan diplester, ini untuk - Biasanya, dari gejala itu virus lebih ringan
mencegah exposure keratopathy - Dan yang disebabkan oleh virus biasanya lebih
o Physical therapy cepat sembuh
- Complications - Fase 1 → berlangsung 1-2 hari, mengalami
o Permanent facial paresis/paralysis demam, lemas, rewel, merasa telinga nya nyeri,
o Permanent hearing loss ada pembengkakan
o Keratopathy - Fase 2 → nyeri dan demam nya mulai menurun,
o Post herpetic neuralgia berlangsung dalam 3-8 hari, terjadi perforasi
o Meningitis membrane timpani dan keluar cairan (otorrhea)
o Encephalitis - Fase 3 → fase penyembuhan, biasanya dalam 2-4
minggu
2. Otitis Media - OMA sebenarnya bisa sembuh spontan, tapi
- Inflamasi yang terjadi pada telinga tengah tergantung lagi dari sistem imun si anak
- Lebih sering terjadi pada bayi dan anak-anak, karena 2. Sub acute/ sub chronic → Berlangsung dalam 4-
secara anatomi Eustachian tube nya lebih mendatar 8 minggu
dan lebih pendek, sehingga memudahkan terjadinya 3. Chronic → Berlangsung >8 minggu
reflux dari faring, sleain itu anak-anak juga lebih Patofisiologi
sering mengalami ISPA - Dimulai dari terjadinya ISPA → menyebabkan
Penyebab : terjadinya kongesti pada hidung dan swelling
- S.pneumoniae → ini yang paling sering pada tuba eustachius → Tuba Eustachius menjadi
- H.influenza → spesifik pada otitis akut pada anak oklusi/tertutup → menyebabkan tekanan negatif
- Moraxella catarrhalis → lebih sering pada yang dalam telinga tengah meningkat → terjadi
kronis akumulasi cairan di telinga tengah → memicu
- RSV, influenza A, adenovirus, dsb infeksi sekunder dari virus atau bakteri → OMA
Faktor-faktor yang berpengaruh :
- usia 2 tahun
- Lebih sering terjadi pada laki-laki
- Kelainan congenital → pada faring dan palatum
ada otot levator veli palatini yang mengatur
pembukaan dan penutupan Eustachian tube, jadi
kalau ada kelainan anatomis di faring dan
palatum itu bisa menyebabkan gangguan pada
otot tersebut - Jika cairan yang terakumulasi di dalam telinga
Gejala dan tanda : tengah terlalu banyak → meningkatkan tekanan
- Crying negatif → menyebabkan perforasi dari membran
- Irritability timpani → suppurative otitis media (ditandai
- Otorrhea dengan otorrhea) → jika berlangsung lama bisa
- Rhinitis menjadi OMSK (Otitis Media Supuratif
- Cough Kronis)
- Ear pain - Terkadang Otitis Media Supuratif bisa juga
- Hearing loss mengalami resolusi → akan ada cairan residu
Berdasarkan waktunya yang tertinggal di dalam rongga telinga → Otitis
1. Acute Media dengan Efusi (OME) → kondisi ini
- Berlangsung kurang dari 1 bulan biasanya asimtomatik dan bisa sembuh sendiri
dalam waktu 3 bulan → namun tetap saja bisa
- Lebih sering terjadi pada anak-anak dan bayi
berpotensi menjadi tempat tumbuhnya bakteri
- Bisa disertai dengan adanya cairan di telinga
tengah/cavum timpani
- Terjadi hiperemi dan swelling pada membrane
timpani

atmisatyawati
Stadium o Gejala : nyeri hebat, nadi dan suhu meningkat
- Stadium I (Oklusi Tuba) o Terapi :
▪ Antibiotik
▪ Miringotomi (insisi pada pars tensa
membran timpani agar terjadi drainase
sekret) bila membran timpani masih utuh
- Stadium IV (Perforasi)

o Ada gambaran retraksi membran timpani yang


ditandai dengan tulang pendengaran yang
terlihat lebih menonjol
o Kadang membran timpani tampak normal atau
berwarna keruh pucat
o Ada gangguan pendengaran berupa tuli
konduktif o Terjadi perforasi pada membran timpani
o Terapi : o Nanah mengalir keluar dari telinga tengah ke
▪ Obat tetes hidung HCl Efedrin 0,5% yang telinga luar
dilarutkan dalam NaCl o Keluhan nyeri berkurang, demam mulai turun
▪ Beri antibiotik bila penyebabnya infeksi o Terapi :
bakteri ▪ Obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5
- Stadium II (Hiperemis/Pre Supurasi) hari
▪ Antibiotik selama 7-10 hari → apabila
tetap tidak terjadi resolusi dan sekret
terlihat mengalir di liang telinga, lanjutkan
antibiotik hingga 3 minggu → jika setelah
3 minggu sekret tetap banyak
kemungkinan telah terjadi mastoiditis
- Stadium V (Resolusi)
o Tampak pembuluh darah yang melebar di o Bila daya tahan tubuh pasien baik → resolusi
membran timpani/ tampak hiperemis serta bisa terjadi secara spontan
edema o Bila sebelumnya membran timpani utuh →
o Terbentuk sekret yang bersifat eksudat tapi maka keadaan membran timpani akan menjadi
masih sulit dilihat normal kembali, tidak hiperemis
o Gejala : nyeri pada telinga, gangguan o Bila terjadi perforasi MT → sekret akan
pendengaran, tinnitus, disertai demam berkurang dan akhirnya kering
o Terapi : o Bila perforasi MT menetap dan sekret keluar
▪ Obat tetes hidung terus menerus atau hilang timbul → berlanjut
▪ Analgetik dan antipiretik jadi OMSK
▪ Antibiotik diberikan minimal 7 hari → o OMA juga bisa menimbulkan gejala sisa
Amoxicillin atau Azithromycin berubah otitis media dengan efusi bila sekret di
- Stadium III (Supurasi) kavum timpani menetap

NEUROTOLOGI
1. Noise-Induced Hearing Loss
- Merupakan gangguan pendengaran yang disebabkan
akibat terpajan bising yang cukup keras dalam
jangka waktu yang lama dan biasanya diakibatkan
oleh bising lingkungan kerja atau pemakaian headset
o Edema hebat pada mukosa telinga tengah dan - Tulinya bersifat tuli sensorineural bilateral
hancurnya sel epitel superfisial - Irreversible
o Terbentuk eksudat yang purulen di kavum Classification
timpani sehingga menyebabkan membran - Acute
timpani menonjol (bulging) ke areah liang
telinga luar
atmisatyawati
o Acoustic trauma → suara keras yang - Suara yang berlebihan bisa menyebabkan
terjadi sangat singkat (<1 detik), misalnya hypocia dari organ corti
pada letusan senjata atau kembang api - Terjadi perubahan vaskular → peningkatan
o Acute NIHL → suara keras tapi terjadi viskositas darah
dalam beberapa menit atau jam, misalnya - Setelah terpapar oleh suara yang sangat keras, sel
pada konser itu bisa mengalami gangguan yang bersifat
- Chronic sementara atau bahkan permanen
o Occupational - Recovery spontan terjadi pada 4 hari pertama
o Non-occupational Manifestasi Klinis
- Gejala : - Telinga rasanya penuh dan tersumbat
o Penurunan pendengaran yang dapat disertai - Gangguan mendengar
tinnitus, baik unilateral atau bilateral - Tinnitus yang kontinyus dan intense
o Kesulitan mengerti percakapan - Kalau lebih dari >165 db bisa menyebabkan
o Efek bising non auditorik → gangguan rupture membrane timpani
komunikasi, gelisah, gangguan tidur, Diagnostic test
peningkatan tekanan darah - Anamnesis dan pemeriksaan fisik (otoscopy,
- Anamnesis : riwayat bekerja atau sedang bekerja di biasanya gambarannya normal, kecuali kalau ada
lingkungan bising dalam jangka waktu yang cukup rupture membrane timepani)
lama - Garpu tala → akan ditemukan sensorineural HL
- Otoskopi → biasanya tidak ada kelainan - Audiometri
- Tes Penala : - OAE → untuk mendeteksi ada disfungsi koklea
o Rinne (+) Management
o Weber lateralisasi ke sisi yang sehat
- Harus bisa secepat mungkin
o Schwabach memendek
- Tujuan : mengkoreksi sirkulasi yang terganggu
- Audiometri → tuli sensorineural pada frekuensi
- Dilakukan hyperbaric oxygen
3000-6000 Hz
- Corticosteroid
- Tata Laksana :
- Rheologic agent → menurunkan viskositas darah
o Pindah kerja dari lingkungan bising → jika tidak
mungkin pindah, gunakan alat pelindung seperti - Neurotropic agent → mecobalamin
ear plug, helm - Kalau selama 2 minggu masih menetap →
o Pemasangan alat bantu dengar hearing aid atau implant
o Lip reading dan auditory training Prognosis
o Bahasa isyarat - Sebagian besar kasus gejala nya akan hilang dan
o Pemasangan implan koklea → untuk tuli total audiogram akan melihatkan nilai normal dalam
bilateral beberapa jam atau hari
- Pencegahan : Pencegahan
o Bising tempat kerja <85 dB - Edukasi efek berbahaya dari suara bising
o Peredam bising pada mesin - Hindari paparan terhadap kebisingan
o Atur shift kerja - Edukasi pasien untuk menggunakan alat
o Lakukan pemeriksaan audiometri berkala pada pelindung
pekerja yang berisiko
3. Sudden Sensorineural Hearing Loss (Tuli
2. Acute Acoustic Trauma (AAT) Mendadak)
- Trauma pada telinga akibat suatu suara yang terlalu - Ketulian sensorineural yang terjadi lebih dari
keras (dengan intensitas >140 dB) dalam waktu 30 dB yang ditemukan pada frekuensi lebih dari
yang sangat singkat yang menimbulkan kerusakan 3 kali dalam 3 hari, terjadi secara tiba-tiba dan
pada telinga bagian dalam biasanya mengenai satu telinga
- Biasanya disebabkan oleh suara seperti suara - Merupakan kasus yang emergensi
tembakan atau mesin pesawat jet - Etiologi : yang paling sering adalah infeksi virus
Patologi : (mumps, herpes zoster), atau meningitis, trauma
- Suara yang terlalu keras bisa menyebabkan rupturnya (trauma kepala, trauma bising, barotrauma),
basilar membrane sehingga terjadi pencampuran meniere disease, obat-obatan ototoksik, neuroma
antara cairan endolymph dengan perilymph akustik
- Kerusakan dari outer hair cells dan stereocilia
atmisatyawati
Manifestasi klinis - Baik → usia <60 tahun, durasi dari hearing loss
- Telinga terasa penuh nya 1-2 minggu
- Kehilangan pendengaran yang mendadak - Kurang baik → usia >60 tahun, durasinya > 3
- Dapat disertai dengan vertigo bulan, ada komorbiditas, ada vertigo
- Tinnitus Recovery
Diagnosis
- Anamnesis → dari kapan keluhannya, telinga
yang mana, apa ada infeksi sebelumnya, apa ada
mengonsumsi obat yang ototoxic, kejadiannya
kayak gimana pas baru bangun tidur atau karena
faktor lain
- Pemfis : vital signs, otoscopy (biasanya gambaran - Complete → jika setelah terapi atau tanpa terapi,
nya normal) terjadi perbaikan pendengaran di mana rata”
- Tes garpu tala → menunjukkan SNHL peningkatan perbaikan <25 db
- Audiometry (diagnosis pasti) → SNHL
- Tympanometry, OAE 4. Prebyscusis
- Jika ada keluhan vertigo dilanjutkan pemeriksaan - Gangguan pendengaran sensorineural yang
vestibular terjadi karena proses penuaan (usia >60 tahun)
- Laboratorium dan radiologi kalau ada keluhan - Bersifat progresif, simetris, bilateral hearing loss
infeksi dsb Faktor-Faktor
Management - Intrinsik : mutasi dna, hipertensi, diabetes,
- Harus segera didiagnosis dan dilakukan metabolic disease, penyakit sistemik lainnya
penanganan - Ekstrinsik : kebisingan, obat ototoxic
- Obati penyakit dasarnya Klasifikasi
- Tirah baring 1. Sensory presbycusis
- Kalau yang idiopathik → terapi empiris - yang mengalami masalah adalah di organ corti,
o Corticosteroid → prednison 4 x 10 mg (2 terjadi atropi di sana
tablet), tapering off tiap 3 hari (hati-hati - terjadi penurunan pada frekuensi suara yang
pada penderita DM) tinggi
o Vasodilators - tidak disertai dengan diskriminasi bicara → jadi
o Vitamin C 500 mg 1 x1, Vitamin E 1 x 1 dia tu masih bisa memahami kata-kata
o Neurobion 3 x 1 - kalau neural → itu masalahnya di neuron nya →
o Diet rendah garam dan kolesterol jadi pusat otak itu tidak bisa memahami kata-kata
o Inhalasi oksigen 4 x 15 menit 2. Neural/Central
o Obat antivirus sesuai penyebab - Audiogram nya serupa dengan yang sensory
o Hyperbaric oxygen - Disertai dengan gangguan diskriminasi bicara
o Kalau terjadi perilymph fistula → lakukan 3. Metabolic (Stria)
oeprasi - Stria vascularis itu berperan dalam
- Kalau tidak terjadi perbaikan → bisa diberikan mempertahankan fungsi metabolic di koklear
hearing aids, cochlear implant - Jadi kalau terjadi atropi di stria vascularis →
terjadi gangguan pendengaran di semua frekuensi
suara
4. Mechanical
- Terjadi penebalan atau kekakuan dari basilar
membrane dari koklea
- Basilar membrane itu menunjang organ corti, dan
dia juga berperan dalam proses transduksi
- Terjadi penurunan secara bertahap
5. Mixed
- Merupakan campuran dari beberapa tipe
presbikusis yang disebutkan di atas
6. Indeterminate
- Merupakan prebiskusis yang tidak memenuhi
Prognosis semua tipe di atas
atmisatyawati
- Tidak ada kesesuaian antara audiometri dengan - Ingestan → makanan/minuman yang
patologi di koklea nya menyebabkan hipersensitivitas bagi seseorang.
Contoh : susu, udang, telur, kacang-kacangan
Etiologi - Injektan → obat-obat yang disuntikkan,
- Berhubungan dengan faktor genetic misalnya injeksi antibiotik
- Kerusakan mitokondria - Kontaktan → barang-baarang yang menyentuh
- Defisiensi dari insulin-like growth factor permukaan kulit yang bisa menyebabkan
mempengaruhi stria vascularis hipersensitivitas. Contoh : anting, gelang, jam
- Faktor lingkungan tangan
- DM menyebabkan atherosclerosis sehingga Patofisiologi
menyebabkan berkurangnya perfusi dan - Ketika alergen masuk ke dalam hidung, alergen
oksigenasi ke koklea → koklea tidak bisa tersebut akan dietrima oleh Dendritic Cells,
berfungsi dengan baik kemudian ini akan mengaktifkan sel limfosit T →
- DM juag menyebabkan proliferasi yang diffuse sel limfosit T yang aktif akan menghasilkan
dan hipertropi dari endothelium sitokin → jumlah sel T yang banyak akan
Gambaran Klinis merangsang sel limfosit B untuk menghasilkan
- Penurunan pendengaran secara bertahap IgE → IgE bisa masuk ke sirkulasi darah dan
- Kurang memahami suara dalam lingkungan yang berikatan dengan mast cells → menyebabkan
bising degranulasi dari mast cells → menghasilkan
- Disertai dengan tinnitus histamin
Diagnosis - Dikeluarkannya histamin dan serotonin akan
- History : hearing loss, tinnitus menyebabkan :
- Pemfis : biasanya normal, atau kadang ada o Dilatasi dan peningkatan permeabilitas
gambaran membrane timpani yang sclerotic kapiler
- Garpu tala → SNHL o Kontraksi otot polos
o Meningkatkan sekresi kelenjar mata,
- Audiometry → lebih sering yang tipe mixed
bronkus, saluran cerna
- Speech audiometry → terdapat diskriminasi
o Rasa gatal, keluar air mata, keluar ingus
bicara
Klasifikasi
Management
Berdasarkan waktu paparan dan jenis alergen
- Pemberian alat bantu dengar untuk
- Musiman/Seasonal → timbulnya sesuai dengan
memperbaiki komunikasi pasien→ tapi sebelum
datangnya musim tertentu
menentukan jenis alat bantu dengar yang dipake,
- Sepanjang tahun/Perenial → timbulnya
itu harus dilakukan pemeriksaan audiometri
sepanjang tahun dan tidak tergantung musim
- Lip reading dan auditory training
Berdasarkan atas lamanya gejala (Menurut WHO 2007)
- Cochlear implants → masih sangat jarang
- Intermitten → gejala <4 hari/minggu atau <4
dilakukan untuk kasus prebiskusis, biasanya ini
minggu
dilakukan untuk anak-anak yang mengalami
- Persisten → gejala >4 hari/minggu dan >4
ketulian kongenital
minggu
Prevention
Berdasarkan beratnya gejala (penting untuk menentukan
- Menghindari paparan suara bising
kapan kita bisa mulai memberikan terapi)
- Mengkontrol penyakit komorbid
- Ringan → bila tidak terdapat hal-hal seperti:
o Gangguan tidur
ALERGI-IMUNOLOGI
o Gangguan aktivitas sehari-hari
1. Rhinitis Alergi
o Gangguan pekerjaan atau sekolah
Merupakan reaksi inflamasi mukosa hidung yang
o Gejala dirasakan tak mengganggu
diperantarai IgE
- Sedang-Berat → bila didapatkan hal-hal di atas
Dikenal juga dengan istilah Hay Fever
Anamnesis
Disebabkan karena ada reaksi Hipersensitivitas Tipe 1
(melibatkan IgE, eosinofil, mast cells) terhadap suatu - Serangan bersin berulang
alergen spesifik - Rinorea encer dan banyak
Etiologi - Hidung tersumbat
- Inhalan → yang masuk lewat inhalasi, seperti - Hidung dan mata gatal dan kadang disertai
debu rumah, tepung sari, bulu binatang,dll lakrimasi

atmisatyawati
Pemeriksaan Fisik Contoh : Chlorpheniramine,
- Dari rinoskopi anterior → mukosa edema, ketotifen, promethazine
basah, berwarna pucat atau livid, disertai adanya ▪ Generasi 2 : tidak menembus
sekret encer yang banyak Blood-Brain Barrier sehingga
- Allergic salute → karena terasa gatal, penderita tidak akan menyebabkan kantuk,
akan menggosok-gosok hidung dengan punggung sedasi, dsb. Contoh : Cetirizine,
tangannya Loratadine, Levocetirizine
- Allergic shiner → adanya bayangan gelap di o Decongestan → kalau hidungnya sudah
bawah mata yang terjadi karena stasis vena tersumbat perlu diberikan decongestan
sekunder akibat obstruksi hidung untuk mengecilkan konka yang sedang
- Allergic crease → timbulnya garis melintang di mengalami kongesti
dorsum nasi sepertiga bagian bawah akibat o Anthistamin + decongestan
digosok-gosok tadi o Kortikosteroid → bisa diberikan pada
- Adenoid facies saat fase aktif, kalau ada pasien dengan
komorbid DM bisa diberikan yang topikal
- Imunoterapi → diberikan saat kita sudah
memberikan medikamentosa, namun pasiennya
masih uncontrolled/gejalanya masih muncul
terus. Sebelum dilakukan imunoterapi, harus
dilakukan Tes Alergi berupa skin prick test
- Meningkatkan kondisi tubuh dengan olahraga,
makanan bergizi, dan cukup istirahat
- Tidak rutin memberikan antibiotik, kecuali
sudah ada komplikasi k arah sinusitis dan keluhan
sekret kekuningan
- Jangan menjanjikan sembuh total!! Karena
Pemeriksaan Penunjang bisa saja kambuh di saat imunitas pasien
- Uji Kulit menurun
o Skin End-Point Titration
o Skin Prick Test (Uji Cukit) → ini yang 2. Rhinitis Akut
sering dilakukan, karena bisa mengetahui Disebabkan karena infeksi virus pada hidung
alergen spesifiknya (Rhinovirus)
o Skin Scratch Test (Uji Gores) Disebut juga sebagai common cold, flu, selesma
- Pemeriksaan sitologi hidung terhadap adanya Faktor predisposisi: tidak adanya kekebalan atau
sel-sel eosinofil menurunnya daya tahan tubuh akibat kelelahan, penyakit
- RAST (Radioallergosorbent Test) → menahun
pemeriksaan darah menggunakan Gambaran klinis :
radioimmunoassay untuk mendeteksi antibodi - Stadium prodromal : rasa panas, kering, dan gatal
IgE spesifik dalam hidung → bisa berlangsung beberapa jam
- Foto sinus paranasalis → posisi Water’s → - Bersin berulang, hidung tersumbat
dilakukan jika ada curiga komplikasi - Sekret hidung mula-mula encer dan banyak,
- Diet eliminasi dan tes provokasi → untuk alergi kemudian menjadi mukoid, lebih kental, dan
makanan lengket
Penatalaksanaan - Demam dan nyeri kepala
- Avoidance → menghindari kontak dengan - Mukosa hidung tampak merah/hiperemis dan
alergen penyebab edema
- Medikamentosa - Jika terdapat infeksi sekunder oleh bakteri →
o Antihistamin → untuk menurunkan sekret nya menjadi mukopurulen
jumlah IgE Tata Laksana :
▪ `Generasi 1 : menembus Blood- - Istirahat
Brain Barrier sehingga - Obat simtomatis → analgetik, antipiretik, obat
menyebabkan sedasi, mengantuk, dekongestan
kelelahan, gangguan konsentrasi. - Antibiotik → diberikan bila ada infeksi sekunder
oleh bakteri
atmisatyawati
Komplikasi : 4. Rhinitis Medikamentosa
- Sinusitis Disebabkan karena pemakaian vasokonstriktor topikal
- Faringitis (obat tetes atau semprot hidung) dalam waktu yang lama
- Tonsilitis dan berlebihan → Drug Abuse
- Otitis media
Pemakaian obat tetes atau semprot hidung pada fase awal
3. Rhinitis Vasomotor memang akan menyebabkan vasokonstriksi → namun
Merupakan suatu gangguan fisiologik lapisan mukosa jika digunakan terlalu lama akan menyebabkan
hidung yang disebabkan oleh bertambahnya aktivitas vasodilatasi berulang (rebound dilatation) → timbul
parasimpatis obstruksi nasi
Patologi :
Penyebab yang pasti belum diketahui
- pH hidung berubah
Ada beberapa faktor pencetus:
- Aktivitas silia terganggu
- Pengaruh keadaan lingkungan, seperti - Pembuluh darah melebar
kelembapan udara dan suhu udara yang dingin
- Membran basal menebal
- Faktor psikis → cemas, stres, tegang, emosi - Hipersekresi kelenjar mukus
→sindrom ini banyak diderita oleh pasien yang - Lapisan submukosa menebal
memiliki kejiwaan yang labil Anamnesis
- Hormonal - Mengeluh hidung tersumbat terus menerus dan
- Obat-obatan, khususnya yang melumpuhkan berair
saraf simpatis, seperti antihipertensi - Ada riwayat penggunaan obat vasokonstriktor
Gejala Klinis : dalam waktu lama dan berlebihan
- Hidung tersumbat bergantian kanan dan kiri Pemeriksaan Fisik
- Bersin-bersin disertai pilek encer - Tampak edema/hipertrofi pada konka → dimana
- Di mana gejala tersebut biasanya kambuh waktu edema konka ini tidak berkurang dengan
pemberian tampon adrenalin
pagi (dingin), minum air es, mandi dengan air
Tatalaksana
dingin, atau pada waktu mendung (kelembapan
- Hentikan pemakaian obat tetes/semprot hidung
tinggi) - Kortikosteroid oral dosis tinggi jangka pendek
Rinoskopi Anterior → konka tampak edema, agak (yang kemudian dosisinya diturunkan secara
kemerahan, sekret encer bertahap/tappering off) atau kortikosteroid
Dari hasil pemeriksaan akan didapatkan sel eosinofil dan topikal minimal 2 minggu untuk
IgE Normal mengembalikan proses fisiologik mukosa hidung
Skin prick test akan menunjukkan hasil negatif → karena - Dekongestan oral → biasanya mengandung
memang tidak disebabkan oleh paparan alergen pseudoefedrin
Komplikasi : Sebaiknya, obat vasokonstriktor topikal digunakan tidak
- Sinusitis paranasalis lebih dari 1 minggu dan sebaiknya pilih yang bersifat
- Polip nasi isotonik untuk mencegah terjadinya rinitis
medikamentosa
- Otitis media
Penatalaksanaan :
BRONKOESOFAGOLOGI
- Terapi kausal tidak ada 1. Benda Asing
- Hindari faktor pencetus Sering disebut sebagai central airway obstruction →
- Terapi simtomatik kalau ditambah dengan sumbatan di laring, itu disebut
- Kombinasi dekongestan + anti histamin dengan upper airway obstruction
- Kortikosteroid topikal → flutikason propionat Bisa terjadi pada semua usia, tapi risiko paling tinggi
- Antikolinergik topikal → ipratropium bromida adalah pada usia <3 tahun. Kenapa?
- Olahraga untuk meningkatkan kondisi badan
- Pada kasus yang berat dapat dilakukan Vidian - Karena di usia itu, anak memiliki kecenderungan
melakukan eksplorasi terhadap lingkungan
Neurectomy (prosedur pemotongan saraf
dengan memasukkan barang ke mulutnya
vidianus yang bertanggung jawab mengelola
- Karena gigi geligi belakang belum tumbuh
persarafan otonom dalam lapisan mukosa hidung)
dengan baik

atmisatyawati
- Refleks sensori nya juga belum berkembang - Kalau penyebabnya benda anorganik → akan
secara utuh lebih mudah diidentifikasi → karena dia bersifat
radiopaque
Etiology :
- Kalau penyebabnya benda organic → akan lebih
- Organic susah diidentifikasi, karena dia radioluscent →
- Anorganic untuk itu kita bisa mengidentifikasi nya dengan
- Jika sumbatan nya disebabkan oleh kacang- melihat dampak sekunder yang disebabkan oleh
kacangan, itu perlu mendapatkan perhatian benda asing tersebut terhadap jaringan paru,
khusus → karena kejadiannya paling sering dan seperti emfisema, atelectasis, pneumonia,
ini bisa berubah dari obstruksi parsial ke total mediastinal shift
dalam waktu yang cepat, karena dia bersifat
hygroscopic (menarik air) sehingga volumenya
bisa bertambah besar
Signs and Symptoms
- Partial obstruction :
o paroxysmal cough
o palpatory thud (pada saat palpasi terasa
hentakan pada dinding dada dan leher saat
pasien batuk) → ini khas untuk benda
asing yang ada pada trakea - CT scan dan MRI dilakukan pada kasus tertentu
o audible slep (akan terdengar hentakan atau yang sulit
pada dinding dada dan leher pada saat kita Management
lakukan auskultasi ) → ini tanda khas juga
terjadinya sumbatan di trakea - Tentukan diagnosisnya dulu dengan melakukan
o stridor anamnesis, pemeriksaan fisik, dan radiologi
o ashmatoid wheeze saat ekspirasi → Kalau - Stabilisasi kondisi pasien dengan suplementasi
unilateral, sumbatannya terjadi pada salah oksigen dengan nasal cannula dan do no harm
satu bronkus → Kalau bilateral, sumbatan - Rujuk ke rumah sakit dengan fasilitas yang lebih
terjadi di trakea. lengkap → biasanya akan dilakukan rigid
o Terjadi penurunan suara napas, bisa bronchoscopy dengan general anesthesia untuk
unilateral ataupun bilateral mengambil benda asing itu (gold standard)
- Total obstruction :
o terjadi hilangnya suara napas
(unilateral, bilateral)
o anoxia
o penurunan kesadaran
Imaging Studies
- Rontgen soft tissue cervical (AP dan lateral) →
ini yang paling sering dilakukan

Complication
- Pneumonia
- Atelectasis
- Emphysema
- Lung abscess
- Sepsis
- Fistula
- Chest radiography (PA dan lateral)

atmisatyawati
2. Disfagia Anamnesis :
- Disfagia merupakan kondisi di mana penderita - Tanyakan onsetnya, karena bisa mengarahkan ke
mengalami kesulitan untuk menelan makanan atau penyebab dari disfagia
minuman o Onset mendadak —> bisa jadi karena
- Odinofagia : nyeri saat menelan infeksi, trauma, stroke
- Secara anatomis, menelan dibagi menjadi 3 fase : o Onset gradual/bertahap —> bisa karena
o Fase Oral : pada saat makanan dikunyah dan tumor atau penyakit degeneratif
diubah menjadi bolus lalu bolus tersebut didorong - Tanyakan kebiasaan makan nya, apakah
menuju ke orofaring makanannya harus diperhalus strukturnya
▪ Prepatory : pada saat mendapat rangsangan
menelan (sebelum makanan masuk) Pemeriksaan fisik biasanya tidak terlalu menunjukkan
▪ Maktikasi : proses mengunyah kelainan yang spesifik
▪ Protrusi oral : lidah bagian depan akan Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan, seperti :
mendorong bolus ke lidah bagian belakang, - Cervical AP/Lateral X-Ray
sehingga lidah bagian belakang menjadi - Esofagografi
landai dan palatum mole menyentuh dinding - Video fluoroscopy
belakang faring - Esofagoskopi
o Fase Pharyngeal : pada fase ini merupakan - Flexible Endoscopic Evaluation of Swallowing
setengah volunteer, setengah involunteer. Terjadi → untuk menilai disfagia orofaring
elevasi laring, dan epiglotis akan mengalami Penatalaksanaan
retrofleksi agar bisa mengarahkan bolus ke - Nilai kondisi umum → apakah ada tanda-tanda
saluran cerna dan menutup plica vocalis dehidrasi, infeksi, dan lihat apakah ada penurunan
o Fase Esofageal : bagian lower sphincter dari kesadaran
esofagus mengalami relaksasi agar bisa - IV Line
menerima bolus dan membawa nya ke dalam - Puasakan pasien
lambung
- Bisa pasang NGT pada pasien stroke atau
Klasifikasi
alzheimer
Berdasarkan penyebabnya :
- Modifikasi diet dan rehabilitasi medik
- Mekanik : karena adanya kelainan struktural
- Gastrotomi
anatomi, paling sering akibat : tumor, inflamasi,
trauma, benda asing
ONKOLOGI
- Motorik : kelainan fungsi (neuromuskuler) —>
Karsinoma Nasofaring (KNF)
anatominya normal, namun fungsinya terganggu.
- Merupakan tumor ganas yang menyerang daerah
Biasanya pada : pasien stroke, cedera kepala,
cerebral palsy, Alzheimer, Parkinson, multiple nasofaring
sclerosis, myasthenia gravis - Tumor ganas pada kepala dan leher yang paling
banyak terjadi (urutan pertama)
- Akibat Gangguan Emosi (Globus-Histerikus) :
Etiologi dan Faktor Risiko :
anatomi dan fungsinya normal, namun tetap
mengeluh adanya kesulitan menelan —> - Epstein-Barr Virus (EBV) → EBV menginfeksi
biasanya pasa pasien dengan gangguan kejiwaan dan menghancurkan sel B serta sel epitel. EBV
Berdasarkan fase/lokasi : dapat aktif kembali pada waktu tertentu dan dapat
- Orofaring : gangguan nya pada saat akan beralih dari fase laten ke fase litik. Aktivasi EBV
menelan atau mendorong makanan ke belakang, akan memicu peningkatan respon imun, yang
menimbulkan lonjakan antibodi yang tinggi
bisa terjadi aspirasi ke saluran napas
terhadap antigen spesifik seperti early antigen
- Esofageal : gangguan nya dirasakan segera
dan viral capsid antigen
setelah menelan, biasanya pasien bisa menelan
tapi merasa agak nyangkut atau bisa juga pasien - Lingkungan
o Konsumsi ikan asin → mengandung
memuntahkan makanannya.
nitrosamin yang bersifat karsinogenik
Untuk memastikan disfagia orofaring —> bisa dilakukan o Asap rokok → mengandung senyawa
Barium Swallow karsinogenik dan menghasilkan agen
reaktif yang bisa menimbulkan kerusakan
DNA
o Paparan kerja → formaldehyde, debu
kayu, asap, dan bahan kimia dapat
atmisatyawati
menyebabkan peradangan kronis pada o CT-Scan : mengetahui ukuran, posisi,
nasofaring bentuk tumor dan untuk menentukan
stadium
- Genetik o MRI : bisa mengetahui adanya metastasis
o Paling tinggi pada ras Mongoloid ke otot dan kelenjar getah bening
(Indonesia termasuk ras Mongoloid o PET Scan : untuk mengetahui adanya
sehingga kasusnya cukup tinggi di metastasis ke organ yang jauh
Indonesia) o Bone survey : mengetahui adanya
o Polimorfisme gen metastasis ke tulang
Anamnesis : - Nasofaringoskopi → akan tampak massa
- Gejala awal : epistaksis dan hidung tersumbat nasofaring, dan biasanya muncul dari area fossa
- Gejala pada hidung : of Rosenmuller
o Hidung tersumbat atau terasa penuh - Histopatologi dengan biopsi tumor →
o Ingus berdarah merupakan gold standard , dapat digunakan
o Post nasal drip untuk menentukan apakah terdapat sel kanker
o Denasalisasi suara atau tidak serta untuk menentukan tipe dari
o Cacosmia kanker nya
- Gejala pada telinga :
o Tuli konduktif World Health Organization (WHO) mengklasifikasikan
o Rasa penuh pada telinga KNF menjadi 3 kategori berdasarkan gambaran
o Tinnitus histopatologinya,
- Gejala neurologis : - keratinizing squamous cell carcinoma (tipe I),
o Paling sering mengenai saraf kranialis VI - non-keratinizing squamous cell carcinoma (tipe
(Abducens) → menimbulkan keluhan II),
diplopia o Undifferentiated
Pemeriksaan Fisik o Differentiated
- Akan ditemukan pembesaran pada Kelenjar - basaloid squamous cell carcinoma (tipe III)
Getah Bening → paling sering di level II Digby Score
- Benjolan biasanya terasa tidak nyeri dan Gejala Nilai
terfiksir
Massa terlihat pada nasofaring 25

Gejala di hidung 15

Gejala otologis 15

Sakit kepala unilateral atau bilateral 5

Gangguan neurologis saraf otak 5

Eksoftalmus 5

Limfadenopati leher 25
Pemeriksaan Penunjang
- Laboratorium → tes fungsi hati (SGOT/SGPT) Jika Skor >50 maka bisa memperkuat kecurigaan ke arah
dan ginjal (BUN/SC) KNF
- Serologis → pemeriksaan antibodi EBV, seperti
Tatalaksana
VCA-IgA, EA-IgA, dan EBNA1-IgA
- Stadium I : Radioterapi
- Radiologi
o X-Ray toraks : untuk mengetahui apakah - Stadium II-IV : Radioterapi + Kemoterapi
ada penyebaran ke paru-paru - Pembedahan → jarang dilakukan, kecuali ada
o USG Liver : untuk mengetahui apakah benjolan di leher yang tidak menghilang dengan
ada penyebaran ke liver radioterapi atau timbul kembali setelah
radioterapi dengan syarat tumor induknya sudah
hilang

atmisatyawati

Anda mungkin juga menyukai