Anda di halaman 1dari 10

LONGCASE

FARINGITIS AKUT

Disusun untuk memenuhi syarat kelulusan kepanitraan klinik


Bagian THT RS PKU Muhammadiyah Gamping

Dokter Pembimbing:
dr. Hj. Asti Widuri, Sp.THT-KL, M.Kes.

Oleh:
Tiara Kusuma Dewi 20174011019

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN THT


RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017
A. IDENTITAS PASIEN
- Nama : An. A
- Usia : 11 tahun
- Jenis Kelamin : Perempuan
- Alamat : Wirobrajan, Yogyakarta
- Pekerjaan : Pelajar
- Agama : Islam
- Tanggal pemeriksaan : 3 November 2017

B. ANAMNESIS
- Keluhan Utama :
Sakit tenggorokan terutama saat menelan
- Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke poliklinik THT RS PKU Muhammadiyah Gamping dengan
keluhan sakit tenggorokan dan merasa nyeri saat menelan. Keluhan dirasakan
sejak 5 hari yang lalu. Pasien juga mengeluhkan demam serta merasa ada lendir di
bagian tenggorokan namun susah untuk dikeluarkan. Batuk (-), pilek (-), mual (-),
muntah (-). Pasien tidak memiliki riwayat alergi makanan dan tidak alergi obat.
- Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien sebelumnya beberapa kali merasakan keluhan yang sama namun hanya 1
atau 2 hari lalu sembuh dengan sendirinya. Tidak ada riwayat alergi obat maupun
makanan. Riwayat maag / gastritis disangkal.
- Riwayat Penyakit Keluarga :
Keluarga tidak mengeluhkan hal yang serupa. Ayah pasien adalah perokok aktif
sejak 15 tahun terakhir. Tidak ada riwayat hipertensi maupun DM.

C. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Berat Badan : 38 kg
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Vital Sign : Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Suhu : 36,8 0C
Nadi : 80x/menit
Frekuensi Napas : 20x/menit
Anamnesis sistem
Kepala : dbn
Leher : dbn
Thorax : dbn
Abdomen : dbn
Ekstremitas : dbn

Status Lokalis THT


Hidung
Kanan Kiri
Deformitas (-) (-)
Nyeri tekan
- Pangkal hidung (-) (-)
- Pipi (-) (-)
- Dahi (-) (-)
Vestibulum - Rambut (+) - Rambut (+)
- Mukosa hiperemis (-) - Mukosa hiperemis (-)
- Sekret kental (-) - Sekret kental (-)
- Massa (-) - Massa (-)
Konka Edem dan Hiperemis (-) Edem dan hiperemis (-)
Septum deviasi (-) (-)

Tenggorokan
Faring Hiperemis (+), eksudat (+), nyeri telan (+)
Uvula Ukuran dan bentuk normal, letak lurus ditengah, hiperemis (+)
Tonsil Hiperemis (+), edema (-)
Gigi Plak gigi (+), Caries gigi (-), tambalan (-)

Telinga

Kanan Kiri
Daun telinga Normal Normal
CAE Serumen (-), edema (-), Serumen (-), edema (-),
hiperemis (-) hiperemis (-)
Sekret (-) (-)
Membran timpani Cone of light (+), perforasi (-), Cone of light (+), perforasi (-),
hiperemis (-) hiperemis (-)
Nyeri tekan tragus (-) (-)
D. DIAGNOSIS
Faringitis Akut

E. PENATALAKSANAAN
1. Edukasi dengan menghindari makanan berminyak dan minuman dingin,
menghindari asap rokok/kendaraan/debu, memakai masker
2. Medikamentosa

R/ Tab Amoxicillin mg 500 no. X


∫ 3 dd tab 1
R/ Tab Ambroxol mg 30 no. X
∫ 2 dd tab 1
R/ Tab Dexametason mg 0.5 no. X
∫ 3 dd tab 1
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Faringitis akut adalah infeksi pada faring yang disebabkan oleh virus atau
bakteri, yang ditandai oleh adanya nyeri tenggorokan, faring eksudat dan hiperemis,
demam, pembesaran kelenjar getah bening leher dan malaise.

B. ETIOLOGI
Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang disebabkan oleh virus
(40−60%), bakteri (5−40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain.

C. KLASIFIKASI

1. Faringitis Akut
a. Faringitis viral
Dapat disebabkan oleh Rinovirus, Adenovirus, Epstein Barr Virus
(EBV), Virus influenza, Coxsachievirus, Cytomegalovirus dan lain-lain.
Gejala dan tanda biasanya terdapat demam disertai rinorea, mual, nyeri
tenggorok, sulit menelan. Pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil
hiperemis. Virus influenza, Coxsachievirus dan Cytomegalovirus tidak
menghasilkan eksudat. Coxsachievirus dapat menimbulkan lesi vesikular di
orofaring dan lesi kulit berupa maculopapular rash. Pada adenovirus juga
menimbulkan gejala konjungtivitis terutama pada anak. Epstein Bar Virus
menyebabkan faringitis yang disertai produksi eksudat pada faring yang
banyak. Terdapat pembesaran kelenjar limfa di seluruh tubuh terutama
retroservikal dan hepatosplenomegali.
b. Faringitis bakterial
Infeksi Streptococcus ß hemolyticus group A merupakan penyebab
faringitis akut pada orang dewasa (15%) dan pada anak (30%). Gejala dan
tanda biasanya penderita mengeluhkan nyeri kepala yang hebat, muntah,
kadang-kadang disertai demam dengan suhu yang tinggi, jarang disertai batuk.
Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar, faring dan tonsil hiperemis dan
terdapat eksudat dipermukaannya. Beberapa hari kemudian timbul bercak
petechiae pada palatum dan faring. Kelenjar limfa leher anterior membesar,
kenyal dan nyeri apabila ada penekanan.
Faringitis akibat infeksi bakteri Streptococcus ß hemolyticus group A
dapat diperkirakan dengan menggunakan Centor criteria, yaitu :
Demam
Anterior Cervical lymphadenopathy
Eksudat tonsil
Tidak adanya batuk
Tiap kriteria ini bila dijumpai di beri skor satu. Bila skor 0−1 maka
pasien tidak mengalami faringitis akibat infeksi Streptococcus ß hemolyticus
group A, bila skor 1-3 maka pasien memiliki kemungkinan 40% terinfeksi
Streptococcus ß hemolyticus group A dan bila skor 4 maka pasien memiliki
kemungkinan 50% terinfeksi Streptococcus ß hemolyticus group A
c. Faringitis fungal
Candida dapat tumbuh di mukosa rongga mulut dan faring. Gejalanya
biasanya terdapat keluhan nyeri tenggorok dan nyeri menelan. Pada
pemeriksaan tampak plak putih di orofaring dan mukosa faring lainnya
hiperemis.
d. Faringitis gonorea
Hanya terdapat pada pasien yang melakukan kontak orogenital.

2. Faringitis Kronis
a. Faringitis kronik hiperplastik
Pada faringitis kronik hiperplastik terjadi perubahan mukosa dinding
posterior faring. Tampak kelenjar limfa di bawah mukosa faring dan lateral
hiperplasi. Pada pemeriksaan tampak mukosa dinding posterior tidak rata,
bergranular. Gejala dan tanda biasanya pasien mengeluh mula-mula tenggorok
kering dan gatal dan akhirnya batuk.
b. Faringitis kronik atrofi
Faringitis kronik atrofi sering timbul bersamaan dengan rhinitis atrofi.
Pada rhinitis atrofi, udara pernafasan tidak diatur suhu serta kelembapannya
sehingga menimbulkan rangsangan serta infeksi pada faring. Gejala dan tanda
biasanya pasien mengeluhkan tenggorokan kering dan tebal serta mulut
berbau. Pada pemeriksaan tampak mukosa faring ditutupi oleh lendir yang
kental dan bila diangkat tampak mukosa kering.

3. Faringitis Spesifik
a. Faringitis tuberkulosis
Merupakan proses sekunder dari tuberkulosis paru. Cara infeksi
eksogen yaitu kontak dengan sputum yang mengandung kuman atau inhalasi
kuman melalui udara. Cara infeksi endogen yaitu penyebaran secara
hematogen maka tonsil dapat terkena pada kedua sisi dan lesi sering
ditemukan pada dinding posterior faring, arkus faring anterior, dinding lateral
hipofaring, palatum mole dan palatum durum.
b. Faringitis luetika
Disebabkan oleh Treponema pallidum (Syphilis). Gambaran klinik
tergantung stadium penyakitnya. Kelainan stadium primer terdapat pada lidah,
palatum mole, tonsil dan dinding posterior faring berbentuk bercak keputihan.
Apabila infeksi terus berlangsung akan timbul ulkus pada daerah faring seperti
ulkus pada genitalia yaitu tidak nyeri dan didapatkan pula pembesaran kelenjar
mandibula yang tidak nyeri tekan.
Kelainan stadium sekunder dapat terjadi eritema pada dinding faring
yang menjalar ke arah laring. Kelainan stadium tersier terdapat pada tonsil dan
palatum. Pada stadium tersier biasanya terdapat guma, guma pada dinding
posterior faring dapat meluas ke vertebra servikal dan apabila pecah akan
menyebabkan kematian. Guma yang terdapat di palatum mole, apabila sembuh
akan membentuk jaringan parut yang dapat menimbulkan gangguan fungsi
palatum secara permanen.

D. PATOFISIOLOGI
Pada faringitis yang disebabkan infeksi, bakteri ataupun virus dapat secara
langsung menginvasi mukosa faring dan akan menyebabkan respon inflamasi lokal.
Kuman akan menginfiltrasi lapisan epitel, lalu akan mengikis epitel sehingga jaringan
limfoid superfisial bereaksi dan akan terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi
leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat hiperemis, kemudian edema
dan sekresi yang meningkat. Pada awalnya eksudat bersifat serosa tapi menjadi
menebal dan kemudian cenderung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding
faring. Dengan keadaan hiperemis, pembuluh darah dinding faring akan melebar.
Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih atau abu-abu akan didapatkan di dalam
folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak pada
dinding faring posterior atau yang terletak lebih ke lateral akan menjadi meradang dan
membengkak.

E. PENEGAKAN DIAGNOSIS
F. PENATALAKSANAAN
1. Istirahat yang cukup
2. Minum air putih yang cukup
3. Berkumur dengan air yang hangat dan berkumur dengan obat kumur antiseptik untuk
menjaga kebersihan mulut
4. Untuk infeksi virus dapat diberikan anti virus Isoprinosin dengan dosis 60-100
mg/kgBB dibagi dalam 4-6 kali/hari pada orang dewasa dan pada anak<5 tahun
diberikan 50 mg/kgBB dibagi dalam 4-6 kali/hari
5. Untuk faringitis akibat bakteri terutama bila penyebabnya SBHGA maka diberikan
antibiotik Amoksisilin 50 mg/kgBB dosis dibagi 3 kali/hari selama 10 hari dan pada
dewasa 3x500 mg selama 6-10 hari atau eritromycin 4x500 mg/ hari.
6. Jika diperlukan dapat diberikan obat batuk antitusif atau ekspektoran
7. Analgetik-antipiretik
8. Selain antibiotik, kortikosteroid juga dapat diberikan untuk menekan inflamasi
sehingga mempercepat perbaikan klinis. Steroid yang dapat diberikan adalah
Dexametason 3x0,5 mg pada dewasa selama 3 hari dan pada anak 0,01 mg/kgBB/hari
dibagi dalam 3x/hari selama 3 hari.

Guideline untuk medikasi faringitis akut:

1. Kortikosteroid
- First line : Dexamethasone (Decadron)
- 2nd line : Prednisone (Deltasone, Orasone, Sterapred), konversi ke metabolit
aktif prednisolon mungkin gagal pada pasien dengan penyakit liver.
2. Antibiotik
First line : Amoxicillin, Penicillin as first choice jika terbukti tidak ada resistensi
2nd line : Azitromycin, cefdinir, cefpodoxime selama 5 hari (Sangat cocok diberikan
untuk pasien yang ada riwayat reaksi anafilaktik karena penisilin)

REFERENSI

Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. 2014

Regoli, M., Chiappini, E., Bonsignori, F., Galli, L., & de Martino, M. (2011). Update on the
management of acute pharyngitis in children. Italian journal of pediatrics, 37(1), 10.

Anda mungkin juga menyukai