Anda di halaman 1dari 9

TUGAS ILMIAH KEPANITERAAN KLINIK FK UMS

CASE REPORT

SEORANG SEORANG WANITA 64 TAHUN DENGAN PENYAKIT PARU


OBSTRUKSI KRONIK (PPOK) DAN BEKAS TB

PENYUSUN:
Lintang Dwi Marti, S.Ked J510195024

PEMBIMBING:
dr. Novita Eva Sawitri, Sp.P.,M.Kes

PRODI PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
DESEMBER, 2019
HALAMAN PENGESAHAN
Tugas Ilmiah Kepaniteraan Klinik FK UMS
CASE REPORT
Prodi Profesi Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Judul : Seorang Wanita Usia 64 Tahun dengan Penyakit Paru Obstruksi Kronik dan
Bekas TB
Penyusun : Lintang Dwi Marti, S.Ked (J510195024)
Pembimbing : dr. Novita Eva Sawitri, Sp.P.,M.Kes

Surakarta, 9 Desember 2019

Penyusun

Lintang Dwi Marti, S.Ked

Menyetujui,
Pembimbing

dr. Novita Eva Sawitri, Sp.P.,M.Kes

Mengetahui
Kepala Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran UMS

dr. Iin Novita N.M., M.Sc., Sp.PD

ii
SEORANG WANITA 64 TAHUN DENGAN PENYAKIT PARU
OBSTRUKSI KRONIK (PPOK) DAN BEKAS TB : LAPORAN KASUS

A 64 YEARS WOMEN WITH CHRONIC OBSTRUCTIVE PULMONARY


DISEASE (PPOK) AND TB SCARS : A CASE REPORT

Marti, L. D.*, Novita, E. S.**


* Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta
** Bagian Ilmu Penyakit Paru Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat

ABSTRAK

Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) adalah penyakit paru obstruksi kronik yang
ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progressif
nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema
atau gabungan keduanya. Kebiasaan merokok merupakan satu - satunya penyebab kausal
yang terpenting, jauh lebih penting dari faktor penyebab lainnya. Faktor penyebab
lainnnya antara lain riwayat terpajan polusi udara di lingkungan dan tempat kerja,
hipereaktiviti bronkus, riwayat infeksi saluran napas bawah berulang, defisiensi
antitripsin alfa-1. Hal ini menyebabkan metaplasia sel goblet, inflamasi, hipertrofi otot
polos pernapasan serta fibrosis sehingga menyebabkan obstruksi jalan napas. Diagnosis
dapat ditegakan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Tujuan penatalaksanaan dari kasus PPOK adalah untuk mengurangi gejala, mencegah
eksaserbasi berulang, memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru dan meningkatkan
kualiti hidup penderita.
Kata kunci : PPOK

PENDAHULUAN disebabkan PPOK mencapai 3 juta


Secara definisi Penyakit Paru jiwa atau secara proporsi sekitar 6%
Obstruktif Kronis (PPOK) adalah dari angka seluruh kematian dunia.
penyakit pernafasan yang bersifat Selama tahun 2000, insiden PPOK di
kronis progresif. PPOK merupakan instalasi gawat darurat seluruh rumah
permasalahan global yang terjadi di sakit di Amerika mencapai 1,5 juta
masyarakat hingga sekarang yang kasus, 726.000 kasus diantaranya
disebabkan oleh karena angka memerlukan perawatan di rumah
kejadian serta angka kematian yang sakit dan 119.000 diantaranya
terus meningkat dari tahun ke tahun meninggal. 1
di seluruh dunia. PPOK saat ini Total estimasi biaya untuk
berada di urutan ke empat penyebab pengobatan penyakit PPOK sediri
kematian terbanyak di dunia setelah diperkirakan mencapai $ 24 milyar
penyakit jantung, kanker, serta per tahunnya. Di Indonesia, data
penyakit serebrovaskular, dan mengenai insiden dan prevalensi
memiliki potensi untuk naik ke PPOK secara akurat belum dapat
urutan ke tiga terbanyak pada tahun ditentukan, hal ini dikarenakan masih
2020 pada pria maupun wanita. Pada banyak penderita yang tidak tercatat
tahun 2012 angka kematian yang maupun tidak terdiagnosa

1
dikarenakan kurangnya fasilitas. faktor pemicu serangan akut tersebut.
3,4
Berdasarkan survei kesehatan rumah
tangga (SKRT) Depkes. RI tahun LAPORAN KASUS
2004 angka kejadian PPOK sebesar Seorang wanita berinisial Ny.
13 dari 1000 orang penduduk, S berusia 64 tahun datang ke IGD
dimana angka ini menempati urutan BBKPM Surakarta dengan keluhan
ke -5 terbesar sebagai penyebab sesak nafas sejak 1 bulan yg lalu dan
kesakitan dari 10 penyebab kesakitan memberat sudah 1 hari terakhir.
terbanyak. Menurut Riset Kesehatan Sesak diperberat oleh aktivitas
Dasar 2007, PPOK bersama asma ringan dan tidak berkurang dgn
bronkial menduduki peringkat ke istirahat. Keluhan lain batuk
enam sebagai penyakit penyebab berdahak warna bening dan encer
tersering kematian di Indonesia. 1,2 sudah 1 bulan terakhir. Riwayat
Secara global, angka kejadian batuk darah (-), nyeri dada (-),
PPOK akan terus meningkat setiap demam jika menjelang sore (+), mual
tahunnya dikarenakan tingginya (+), muntah (-), pusing (+) tetapi
peningkatan faktor risiko PPOK, jarang, penurunan nafsu makan (+),
diantaranya karena disebabkan penurunan BB (+) sekitar 3 kg dalam
meningkatnya jumlah perokok, 1 bulan terakhir.
perkembangan daerah industri dan Riwayat penyakit dahulu
polusi udara baik dari pabrik maupun antara lain riwayat sakit serupa
kendaraan bermotor, terutama di diakui 2 tahun yg lalu, riwayat
kota-kota besar dan lokasi industri trauma disangkal, riwayat
serta pertambangan. Selain itu, penggunaan obat disangkal, riwayat
peningkatan usia harapan hidup hipertensi diakui sudah 2 tahun dan
menyebabkan peningkatan jumlah tidak terkontrol, riwayat diabetes
penduduk usia tua yang ikut berperan melitus diakui sudah 5 tahun dan
terhadap peningkatan insiden PPOK. terkontrol, riwayat penggunaan OAT
3
diakui dan sudah berhenti pada tahun
Kejadian PPOK sendiri lebih 2017, riwayat sakit jantung
sering terjadi pada penduduk usia disangkal, riwayat kontak disangkal.
menengah hingga lanjut, lebih sering Riwayat penyakit keluarga antara
pada laki-laki dari pada perempuan, lain riwayat sakit serupa disangkal,
serta kondisi sosial ekonomi yang riwayat hipertensi disangkal, riwayat
rendah dan pemukiman yang padat. diabetes melitus disangkal. Dan
PPOK yang merupakan penyakit riwayat kebiasaan antara lain riwayat
kronis gangguan aliran udara merokok disangkal, riwayat terpajan
merupakan penyakit yang tidak bahan kimia diakui.
sepenuhnya dapat disembuhkan. Dari pemeriksaan fisik
Gangguan aliran udara ini umumnya ditemukan keadaan umum tampak
bersifat progresif dan persisten serta sesak, kesadaran compos mentis
berkaitan dengan respon radang yang (E4V5M6), Vital sign antara lain
tidak normal dari paru akibat gas tekanan darah 146/98 mmHg, suhu
atau partikel yang bersifat merusak. 37 °C di axillar, nadi 123 x/menit
Namun serangan akut PPOK dapat regular, respirasi rate 32 x/menit,
dicegah dengan menghindari faktor- saturasi 92 %. Pada status lokalis

2
menunjukan kepala normochepal, Pada pemeriksaan penunjang
tidak terdapat konjungtiva pucat labolaturium didapatkan peningkatan
ataupun sklera ikterik. Leher pada leukosit (11.300), SGOT (81),
peningkatan JVP (-), pembesaran SGPT (79), dan glukosa sewaktu
limfe (-). Pada pemeriksaan paru (154,26). Pada pemeriksaan EKG
ditemukan inspeksi bentuk dada didapatkan hasil :
kanan dan kiri simetris,
pengembangan dada kanan dan kiri
sama. Palpasi didapatkan fremitus
dada kanan sama dengan kiri. Pada
perkusi pada paru kanan sonor dan
paru kiri sonor serta mulai redup
pada batas jantung. Auskultasi paru
kanan dan kiri didapatkan suara
dasar vesikuler menurun, wheezing
+, rhonki +.
Pemeriksaan jantung pada (Rekam medis, 2019)
inspeksi ictus cordis tidak tampak,
pada palpasi ictus cordis tidak teraba
Irama : Sinus rhythm
kuat, perkusi batas jantung (batas Heart rate : 104 kali/menit
jantung kanan atas SIC II linea Axis : Normal
parasternalis dextra, batas atas Gelombang P & QRS : Normal
jantung kanan bawah SIC V linea Kesan : Normal Sinus Rhythm 104 kali /
parasternalis dextra, batas jantung menit
kiri atas SIC II linea parasternalis
sinistra, batas jantung kiri bawah SIC Serta dari pemeriksaan foto thorax
V linea midklavikularis sinistra. Dan didapatkan hasil :
pada Auskultasi bunyi jantung I-II
reguler, bising (-), gallop (-).
Pemeriksaan abdomen menunjukan
pada inspeksi distended (+), spider
navi (-), auskultasi peristaltik usus
(+) normal, pada perkusi timpani 9
region abdomen, dan pada palpasi
didapatkan supel, tidak terdapat
defans muscular, pembesaran hepar
dan lien (-), nyeri epigastrik (-). Pada
pemeriksaan extremitas atas
didapatkan edema (-/-), ruam (-/-),
akral dingin (-/-), CRT < 2 detik
(+/+). Dan pada extremitas bawah (Rekam medis, 2019)
didapatkan edema (+/+), ruam (-/-),
akral dingin (-/-), CRT < 2 detik Cor : bentuk dan ukuran normal
(+/+), kuku sendok (-). Pulmo : corakan bronkovascular
meningkat, tdk tampak infiltrat/nodul
Sinus pleura kanan kiri tajam

3
Diaphragma kanan kiri normal penyebab kesakitan terbanyak dari
Tulang-tulang : tulang belakang terkesan 10 penyebab kesakitan utama. SKRT
scoliosis Depkes RI 1992 menunjukkan angka
Pada pasien ini diberikan O2 3 lpm, kematian karena asma, bronkitis
nebul meptin + pulmicort 0,5 mg / 6 kronik dan emfisema menduduki
jam, RL 15 tpm, injeksi peringkat ke 6 dari 10 penyebab
metilprednisolon 62,5 mg / 12 jam, tersering kematian di Indonesia.
injeksi azivol 500 mg / 24 jam, Faktor yang berperan dalam
paracetamol 3 x 500 p.r.n, peningkatan penyakit tersebut yaitu
salbutamol 3x1 mg dan injeksi kebiasaan merokok yang masih
furosemid 1 amp / 24 jam. tinggi (laki-laki di atas 15 tahun 60-
70 %), pertambahan jumlah
DISKUSI
penduduk, meningkatnya usia rata-
PPOK adalah penyakit paru rata penduduk dari 54 tahun pada
obstruksi kronik yang ditandai oleh tahun 1960-an menjadi 63 tahun
hambatan aliran udara di saluran pada tahun 1990-an, industrialisasi,
napas yang bersifat progressif polusi udara terutama di kota besar,
nonreversibel atau reversibel parsial. di lokasi industri dan di
1,2
PPOK terdiri dari bronkitis kronik pertambangan.
dan emfisema atau gabungan Faktor resiko terjadinya PPOK
keduanya. Bronkitis kronik antara lain kebiasaan merokok yang
merupakan elainan saluran napas merupakan satu-satunya penyebab
yang ditandai oleh batuk kronik kausal yang terpenting, jauh lebih
berdahak minimal 3 bulan dalam penting dari faktor penyebab lainnya.
setahun, sekurang-kurangnya dua Dalam pencatatan riwayat merokok
tahun berturut-turut, tidak perlu diperhatikan riwayat merokok
disebabkan penyakit lainnya. (perokok aktif, perokok pasif, bekas
Sedangkan emfisema merupakan perokok), kemudian derajat berat
suatu kelainan anatomis paru yang merokok dengan Indeks Brinkman
ditandai oleh pelebaran rongga udara (IB), yaitu perkalian jumlah rata-rata
distal bronkiolus terminal, disertai batang rokok dihisap sehari dikalikan
kerusakan dinding alveoli. Pada lama merokok dalam tahun (Ringan :
prakteknya cukup banyak penderita 0-200, Sedang : 200-600, Berat :
bronkitis kronik juga >600), riwayat terpajan polusi udara
memperlihatkan tanda-tanda dilingkungan dan tempat kerja,
emfisema, termasuk penderita asma hipereaktiviti bronkus, riwayat
persisten berat dengan obstruksi infeksi saluran napas bawah
jalan napas yang tidak reversibel berulang, defisiensi antitripsin alfa-1,
penuh, dan memenuhi kriteria umumnya jarang terdapat di
PPOK. 1 Indonesia. Pada kasus ini, pasien
Di Indonesia tidak ada data memiliki faktor resiko berupa
yang akurat tentang kekerapan terdapat riwayat pajanan terhadap
PPOK. Pada Survai Kesehatan polusi dilingkungan atau tempat
Rumah Tangga (SKRT) 1986 asma, kerja. 3
bronkitis kronik dan emfisema Proses terjadinya PPOK
menduduki peringkat ke 5 sebagai diakibatkan karena terjadinya suatu

4
stress oksidative, ketidakseimbangan Gejala
protease dan antiprotease, inflamasi
sel dan mediator inflamasi serta Mmrc 0-1 CAT < Mmrc ≥ 2 CAT ≥
peribronkiolar dan fibrosis 10 10
interstitial. PPOK diklasifikasikan
menjadi derajat ringan (terapi dengan
bronkodilator saja), sedang (terapi (GOLD COPD, 2019).
dengan bronkodilator dan antibiotik Gejala dan tanda PPOK
dan atau kortikosteroid) dan berat sangat bervariasi, mulai dari tanpa
(pasien harus mondok).3,4 Adapun gejala, gejala ringan hingga berat.
penanganan yang didasarkan dari Pada pemeriksaan fisis tidak
ABCD assessment tool yaitu : ditemukan kelainan jelas dan tanda
inflasi paru. Diagnosis PPOK di
tegakkan berdasarkan anamnesis
Spirometri sbg
Assessment (keluhan, riwayat penyakit, faktor
konfirmasi dx predisposisi), pemeriksaan fisis,
pemeriksaan penunjang
Post bronkodilator FEV1/FVC < 0.7 (pemeriksaan rutin dan pemeriksaan
khusus). 4
Grade FEV1 (%) Manifestasi klinis pada
pasien PPOK dapat berupa Pursed -
GOLD 1 ≥80 lips breathing (mulut setengah
terkatup mencucu), barrel chest
GOLD 2 50-79 (diameter anteroposterior dan
transversal sebanding), penggunaan
GOLD 3 30-49 otot bantu napas, hipertropi otot
bantu napas, pelebaran sela iga, bila
GOLD 4 <30 telah terjadi gagal jantung kanan
terlihat denyut vena jugularis pada
leher dan edema tungkai. Pada
Riwayat eksaserbasi sedang dan pasien ditemukan gejala berupa pink
berat puffer atau blue bloater. Dan terdapat
rhonki, whezing, serta ekspirasi yang
≥ 2 atau ≥ 1 0 atau 1 kali memanjang pada pemeriksaan fisik
rawat inap rawat inap auskultasi. 5
Berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan dikonfirmasi
dengan pemeriksaan penunjang maka
C D kasus ini dapat di assestment sebagai
penyakit paru obstruksi kronik dan
bekas TB. Penatalaksaan dari
penyakit penyakit paru obstruksi
A B kronik sendiri memiliki tujuan yaitu
mengurangi gejala, mencegah
eksaserbasi berulang, mmperbaiki
dan mencegah penurunan faal paru,

5
serta meningkatkan kualitas hidup diberikan bila terbukti uji
penderita. Penatalaksanaan secara kortikosteroid positif yaitu terdapat
umum PPOK meliputi edukasi, obat- perbaikan VEP1 pascabronkodilator
obatan, terapi oksigen, ventilasi meningkat > 20% dan minimal 250
mekanik, nutrisi dan rehabilitasi. mg. 5,6,7
Terapi dengan medikamentosa Pemberian antibiotik dapat
mencakup bronkodilator yang dipertimbangkan tetapi diberikan bila
diberikan secara tunggal atau terdapat infeksi saja. Antibiotik
kombinasi dari ketiga jenis yang digunakan antara lain ini Iini I
bronkodilator dan disesuaikan (amoksisilin, makrolid) dan lini II
dengan klasifikasi derajat berat (amoksisilin dan asam klavulanat).
penyakit. Pemilihan bentuk obat Selain itu pemberian antioksidan
diutamakan inhalasi, nebuliser tidak yang dapat mengurangi eksaserbasi
dianjurkan pada penggunaan jangka dan memperbaiki kualiti hidup,
panjang. Pada derajat berat antioksidan yang digunakan adalah
diutamakan pemberian obat lepas N - asetilsistein. Dapat diberikan
lambat ( slow release ) atau obat pada PPOK dengan eksaserbasi yang
berefek panjang ( long acting ). sering, tidak dianjurkan sebagai
Macam - macam bronkodilator pemberian yang rutin. Mukolitik
antara lain golongan antikolinergik hanya diberikan terutama pada
yang digunakan pada derajat ringan eksaserbasi akut karena akan
sampai berat, disamping sebagai mempercepat perbaikan eksaserbasi,
bronkodilator juga mengurangi terutama pada bronkitis kronik
sekresi lendir ( maksimal 4 kali dengan sputum yang viscous,
perhari ). 5,6 mengurangi eksaserbasi pada PPOK
Golongan agonis beta-2 yang bronkitis kronik, tetapi tidak
merupakan bentuk inhaler digunakan dianjurkan sebagai pemberian rutin.
untuk mengatasi sesak, peningkatan Dan antitusif bisa dipertimbangkan
jumlah penggunaan dapat sebagai jika terdapat batuk yang sangat
monitor timbulnya eksaserbasi. mengganggu namun diberikan
Sebagai obat pemeliharaan sebaiknya dengan hati – hati. 6,7
digunakan bentuk tablet yang
berefek panjang. Bentuk nebuliser KESIMPULAN
dapat digunakan untuk mengatasi
eksaserbasi akut, tidak dianjurkan Penyakit paru obstruksi
untuk penggunaan jangka panjang. kronis (PPOK) merupakan penyakit
Serta bentuk injeksi subkutan atau paru obstruksi kronik yang ditandai
drip untuk mengatasi eksaserbasi oleh hambatan aliran udara di saluran
berat. Selain itu ada antiinflamasi napas yang bersifat progressif
yang igunakan bila terjadi nonreversibel atau reversibel parsial.
eksaserbasi akut dalam bentuk oral Kebiasaan merokok merupakan satu-
atau injeksi intravena, berfungsi satunya penyebab kausal yang
menekan inflamasi yang terjadi, terpenting, jauh lebih penting dari
dipilih golongan metilprednisolon faktor penyebab lainnya. Faktor
atau prednison. Bentuk inhalasi penyebab lainnnya antara lain
sebagai terapi jangka panjang riwayat terpajan polusi udara di

6
lingkungan dan tempat kerja, Diagnosis dan Penatalaksanaan di
hipereaktiviti bronkus, riwayat Indonesia. Jakarta: Tim Kelompok
infeksi saluran napas bawah Kerja PPOK; 2014.
berulang, defisiensi antitripsin alfa-1.
Pada kasus ini pasien memiliki faktor 5. Putra TR, Suega K, Artana B.
resiko berupa riwayat terpajan polusi Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu
udara di lingkungan dan tempat Penyakit Dalam. Denpasar: SMF
kerja. Hal ini menyebabkan Penyakit Dalam FK Unud; 2013.
terjadinya metaplasia sel goblet, 6. Reilly J, Silverman EK, Shapiro
inflamasi, hipertrofi otot polos SD. Chronic obstructive pulmonary
pernapasan serta fibrosis sehingga disease. In: Longo D, Fauci AS,
menyebabkan obstruksi jalan napas. Kasper D, Hauser SL, Jameson JL,
Diagnosis dapat ditegakan melalui editors. Harrison's principles of
anamnesis, pemeriksaan fisik dan internal medicine. 18th ed. New
pemeriksaan penunjang. Tujuan York: McGraw-Hill; 2016. pp.
penatalaksanaan dari kasus PPOK 2151–2159.
adalah untuk mengurangi gejala,
mencegah eksaserbasi berulang, 7. Kementerian Kesehatan RI.
memperbaiki dan mencegah Petunjuk teknis penerapan
penurunan faal paru dan pendekatan praktis kesehatan paru di
meningkatkan kualiti hidup Indonesia. Jakarta: Jenderal
penderita. Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan; 2015.
REFERENSI

1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,


Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi V.
Jakarta: Interna Publishing; 2009.
2. Lozano R, Naghavi M, Foreman
K, dkk. Global and regional
mortality from 235 causes of death
for 20 age groups in 1990 and 2010:
a systematic analysis for the Global
Burden of Disease Study 2010.
Lancet 2012; 380(9859): 2095-128.
3. GOLD. Pocket Guide to COPD
Diagnosis, Management and
Prevention: A Guide for Healthcare
Professionals. 2017 ed. Sydney:
Global Initiative for Chronic
Obstructive Lung Disease Inc.; 2019.
4. Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia. PPOK Pedoman

Anda mungkin juga menyukai