KARSINOMA BRONKOGENIK
Oleh :
Viton Surya Irlaks (1510312060)
Retno Putri Hafid (1740312256)
Sufhi Hamdan (1740312287)
Preseptor :
dr. Sabrina Ermayanti, Sp.P(K), FISR
Dr dr. Masrul Basyar, SpP (K) FISR
Perseptor
dr. Sabrina Ermayanti, Sp.P(K), FISR
Mengetahui
Ketua Bagian Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran
UNAND / KSM Paru RSUP Dr. M. Djamil
Padang
PENDAHULUAN
Karsinoma bronkogenik adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran
pernapasan bagian bawah, bersifat epitelia yang berasal dari mukosa percabangan bronkus
dan telah menjadi penyebab utama kematian akibat kanker pada laki-laki maupun perempuan.
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2012 , di seluruh dunia kematian
akibat kanker paru sendiri menempati urutan ke-7 setelah penyakit jantung iskemik, stroke,
infeksi saluran pernapasan bawah, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), diare dan human
bersama penyakit kanker trakea dan bronkus tercatat menyebabkan 7,6 juta kematian atau
sekitar 13% kematian di seluruh dunia pada tahun 2008. Di Indonesia sendiri, sistem
pencatatan angka kejadian penyakit ini sangat minim, data terakhir merujuk pada rentang
tahun 1993-2007, tercatat bahwa pada laki-laki, kanker trakea, bronkus dan paru-paru ada di
urutan pertama untuk kasus baru kanker yang terdiagnosis dengan angka 18,4% dan pada
wanita di urutan keempat setelah kanker payudara, serviks, dan ovarium di angka 7,68%.
Angka kematiannya sendiri pada laki-laki adalah 18,48% dan pada wanita adalah 5,52%
dengan beberapa faktor, salah satunya adalah keterlambatan dalam penegakkan diagnosis,
yang dapat terjadi akibat kurangnya kemampuan tenaga kesehatan dalam mendeteksi tanda
dan gejala yang mengarah kepada karsinoma bronkogenik, kemudian kurangnya fasilitas
ditemukan sudah dalam stadium lanjut. Hal ini akan menyebabkan penatalaksanaan pada
pasien menjadi tidak optimal oleh karena pada stadium lanjut pemilihan terapi menjadi
Sangat penting bagi tenaga kesehatan untuk mengenal tanda, gejala dan hal-hal yang
berkaitan dengan karsinoma bronkogenik agar tidak terjadi keterlambatan dalam penegakkan
diagnosis dan keterlambatan dalam melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut.
Karsinoma bronkogenik memiliki tanda dan gejala hampir serupa dengan gejala dari
beberapa penyakit paru lain diantaranya terdapat keluhan sesak nafas, batuk, atau nyeri dada
namun pada kasus karsinoma bronkogenik perlu diperhatikan durasi dan faktor resiko, karena
keluhan-keluhan pada kasus ini berlangsung lama bahkan tidak kunjung sembuh, selain itu
angka kejadian karsinoma bronkogenik ini tinggi pada pasien usia > 40 tahun dengan riwayat
merokok ≥30 tahun dan berhenti merokok dalam kurun waktu 15 tahun sebelum
pemeriksaan, atau pasien ≥50 tahun dengan riwayat merokok ≥20 tahun dan adanya minimal
satu faktor resiko lainnya diantaranya pajanan radiasi, riwayat kanker pada pasien atau
keluarga pasien, dan riwayat penyakit paru seperti PPOK atau fibrosis paru.
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Pekerjaan : Buruh
No. RM : 01044880
2. ANAMNESIS PASIEN
Keluhan Utama
- Nyeri dada meningkat sejak 1 minggu yang lalu. Nyeri tidak menjalar dan dirasakan
nyeri hilang timbul, terutama saat pasien batuk. Nyeri dada sudah dirasakan sejak 2
bulan ini. Awalnya, pasien dirawat di RSU Sungai Dareh. 1 bulan yang lalu dirawat,
dirawat selama 5 hari. Dilakukan pemeriksaan rontgen dada, pemeriksaan BTA (-).
Setelah itu, pasien dirujuk ke RSUD Solok, dirawat selama 7 hari, dilakukan
brokoskopi dengan hasil massa di lobus atas kiri dan dilakukan sikatan dan bilasan
bronkoskopi dengan hasil tidak tampak sel ganas dari hasil PA. Selanjutnya, pasien
dengan hasil tumor paru lobus atas kiri dan dilakukan biopsi forcep, sikatan dan
bilasan bronkus dengan hasil tidak tampak sel ganas dari hasil PA, kemudian pasien
- Sesak nafas meningkat sejak 1 minggu yang lalu, tidak menciut dan tidak meningkat
- Merokok mulai umur 20 th, 2 bungkus / hari, berhenti sejak 2 bulan ini. ( Perokok, IB
Berat)
3. PEMERIKSAAN FISIK
- Nadi : 80 x/menit
- Pernafasan : 22 x/menit
- Suhu : 36,5C
- Sianosis : (-)
- TB : 160 cm
- BB : 50 kg
- Edema : (-)
- Anemia : -/-
- Ikterus : -/-
- Kepala : normocephal
Jantung
Paru
Inspeksi :
Punggung
- Inspeksi :
Abdomen
Palpasi :
Perkusi : timpani
Genitalia :
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Gds : 96 g/dl
DC : 0/1/4/79/8/8
Ur/cr :32/0,8
Ca/Na/K/Cl : 93/133/4,4/92
Rontgen
5. DIAGNOSIS
Ca bronkogenik jenis sel belum diketahui T4NxMx min stage IIIb PS 70-80
6. PENATALAKSANAAN
O : Ku: sedang, Kes: CMC, TD: 120/70, Nd: 98, Nf: 22x/ menit, T: 36,5ºC
80
S : Nyeri dada (+), batuk berdahak (+), sesak nafas (+) berkurang
O : Ku: sedang, Kes: CMC, TD: 120/70, Nd: 80x/i, Nf: 23x/ menit, T: 36,5ºC
80
P :
S : Nyeri dada (+) berkurang, batuk berdahak (+), sesak nafas(+) berkurang
O : Ku: sedang, Kes: CMC, TD: 110/70, Nd: 90x/i, Nf: 24x/ menit, T: 36,8ºC
80
P :
80
P :
O : Ku: sedang, Kes: CMC, TD: 110/70, Nd: 84x/i, Nf: 22x/ menit, T: 37ºC
80
P :
O : Ku: sedang, Kes: CMC, TD: 110/70, Nd: 80x/i, Nf: 24x/ menit, T: 37ºC
80
P :
- Codein 3x10 mg PO
O : Ku: sedang, Kes: CMC, TD: 120/60, Nd: 96x/i, Nf: 21x/ menit, T: 36,5ºC
80
P :
- Codein 3x10 mg PO
O : Ku: sedang, Kes: CMC, TD: 120/60, Nd: 90x/i, Nf: 20x/ menit, T: 36,8ºC
80
P :
- Codein 3x10 mg PO
80
P :
- Codein 3x10 mg PO
S : Sesak Nafas (+) hilang timbul, Batuk (+) sesekali, Demam (-), mual (+),
muntah (-)
O : Ku: sedang, Kes: CMC, TD: 110/70, Nd: 84x/i, Nf: 20x/ menit, T: 36,8ºC
80
P :
- Codein 3x10 mg PO
O : Ku: sedang, Kes: CMC, TD: 110/70, Nd: 86x/i, Nf: 22x/ menit, T: 36,8ºC
80
P :
- Codein 3x10 mg PO
BAB 3
DISKUSI
penunjang, berdasarkan teori, pasien karsinoma bronkogenik memiliki gejala klinis dengan
keluhan utama berupa batuk kronik, batuk darah, sesak nafas, nyeri dada, sindroma pancoast
dan lain-lain. Selain itu juga terdapat tanda yang tidak khas seperti berat badan berkurang,
dada meningkat sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Nyeri tidak menjalar dan
dirasakan nyeri hilang timbul, terutama saat pasien batuk. Nyeri dada sudah dirasakan sejak 2
bulan sebelumnya. Nyeri dada adalah gejala yang umum terjadi yaitu sekitar 50% pasien
karsinoma bronkogenik pada saat diagnosis. Ketidaknyamanan sering tidak jelas dan hilang
timbul. Invasi dinding dada seringkali ditandai dengan nyeri pleuritis yang menetap. Nyeri
bukan merupakan hal normal dari kanker. Semua nyeri dapat diobati dan sebagian besar
nyeridapat dikontrol. Nyeri dada dapat dirasakan oleh penderita kanker paru, keadaan ini
disebabkan keterlibatan pleura parietal, tergantung luas dan lokasi tumor tersebut, nyeri ini
Tn S juga mengeluhkan adanya batuk dan sesak nafas. Batuk ialah gejala umum
kelainan paru dan juga merupakan gejala awal kanker paru, berbagai kepustakaan
menyatakan batuk merupakan manifestasi yang sering dikeluhkan oleh penderita kanker paru.
Patogenesis terjadinya batuk pada kanker paru diawali dengan berbagai rangsangan reseptor
batuk yang terletak di dalam rongga toraks, antara lain terdapat di bronkus. Reseptor di
bronkus utama lebih banyakdibandingkan bronkus kecil. Jika ada rangsangan di bronkus
melalui serabut aferen diteruskan ke medula oblongata melalui cabang nervus vagus,
kemudian melalui serabut eferen menuju ke efektor yang terdapat di dalam bronkus. Di
daerah efektor inilah mekanisme batuk terjadi. Bersamaan dengan siklus itu glotis tertutup
terjadi kontraksi otot-otot dada, abdomen dan relaksasi diafragma, keadaan itu menyebabkan
tekanan positif di dalam rongga dada yang tiba-tiba dilepaskan pada saat glotis terbuka, udara
keluar menggetarkan jaringan saluran napas termasuk pita suara, sehingga menimbulkan
batuk. (1)Sesak napas juga merupakan suatu gejala paru, ini bisa disebabkan oleh beberapa hal
antara lain; tumor di daiam saluran napas, tumor menekan saluran napas, kedua keadaan ini
dapat menyebabkan atelektasis dan penurunan faal paru yang berakhir dengan sesak napas.
Selain keadaan di atas efusi pleura juga menyebabkan sesak napas pada kanker paru. (1)
Tn S juga memiliki faktor resiko terjadinya kanker bronkogenik yaitu merokok, dengan
merokok risiko terkena penyakit makin besar seiring dengan banyaknya jumlah rokok yang
Karsinoma bronkogenik merupakan tumor primer paru yang berasal dari epithelium
bronkus maupun bronkiolus yang sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti namun
berbagai faktor mempengaruhi terjadinya kasus ini diantaranya riwayat paparan bahan dan
zat karsinogenik yang menyebabkan mutasi beberapa gen yang berkaitan erat dengan
kejadian karsinoma bronkogenik seperti proto oncogen, tumor supressor gene dan gene
encoding enzyme.
Peningkatan aktivitas onkogen dan penurunan kerja gen supressor tumor menjadi
onkogen bila terpapar karsinogen. Epidermal growth factor receptor (EGFR) berkembang dan
mengatur proliferasi sel, apoptosis, angiogenesis serta invasi tumor. Mutasi yang terjadi
menyebabkan terjadinya inaktivasi gen supresor tumor terutama gen p53 tumor supressor
pada kromosom 17p. Individu dengan gen polimorfik yang mengkode interleukin-1, sitokrom
tahun, riwayat kebiasaan merokok, riwayat keganasan pada organ lain dan riwayat keganasan
pada keluarga. Ny.S tidak memiliki kebiasaan merokok, tidak ada riwayat memasak kayu
Bila karsinoma tumbuh dan berkembang disekitar saluran napas, maka dapat
mengakibatkan obstruksi aliram udara dan menyebabkan nafas menjadi sesak. Obstruksi
menyebabkan akumulasi sekret dan menjadi media yang baik untuk pertumbuhan bakteri
sehingga rentan mengalami infeksi saluran nafas. Tumor juga dapat mengenai nervus
phrenikus sehingga terjadi paralisis diafragma baik lateral maupun bilateral dan
menyebabkan dispnea. Bila tumor menginvasi dinding dada maka pasien juga sering dengan
keluhan nyeri pleuritis yang menetap. Efusi pleura juga dapat menyertai dispnea, suara nafas
melemah dan pekak pada perkusi. Bila tumor membesar dan mengenai daerah esofagus maka
dapat menyebabkan keluhan nyeri dan sukar menelan. Bila mengenai vena cava superior
maka dapat menyebabkan sindrom vena cava superior seperti edema pada wajah, plethora
dan dilatasi vena pada tubuh bagian atas, bahu dan lengan,
terjadinya kerusakan pada paru dan menimbulkan keluhan penyakit paru dan respirasi pada
umumnya sehingga tanda dan gejala menjadi tidak khas seperti batuk, sesak atau nyeri dada.
Namun bila hal ini berlangsung dalam waktu yang lama atau tidak kunjung sembuh dengan
pengobatan biasa maka perlu dipertimbangkan kearah keganasan pada bagian paru dan
respirasi.
tromobosit serta fungi hati dan fungsi ginjal lalu ditambah dengan pemeriksaan patologi
Pemeriksaan pencitraan juga perlu dilakukan, sebagai tahap awal dalam penegakan diagnosis
maka perlu dilakukan rontgen toraks AP/lateral dalam penegakkan diagnosis dan mencari lesi
yang dicurigai, bila ditemukan lesi yang mencurgikan maka wajib dilakukam CT Scan toraks
Bila tenaga kesehatan telah melakukan tahapan dimulai dari anamnesis, pemeriksaan
fisik serta pemeriksaan penunjang secara rinci dan sistematis maka diharapkan kejadian
dalam keterlambatan penegakan diagnosis dapat dicegah sehingga angka kejadian dan
Daftar Pustaka
1. Taufik, Ahmad Hudoyo. Gejala Kanker Paru. SMF Paru RSUD Bekasi Departemen
Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI-RS Persahabatan. 2005. Jakarta.
2. Taufik, Elisna Syahruddin, dkk. Faktor Risiko, Gejala Klinis dan Diagnosis Kanker
Dr. M. Djamil, Padang Tahun 2005, Bagian Pulmonoli dan Ilmu Kedokteran