Anda di halaman 1dari 22

CASE REPORT SESSION

KARSINOMA BRONKOGENIK

Oleh :
Viton Surya Irlaks (1510312060)
Retno Putri Hafid (1740312256)
Sufhi Hamdan (1740312287)

Preseptor :
dr. Sabrina Ermayanti, Sp.P(K), FISR
Dr dr. Masrul Basyar, SpP (K) FISR

BAGIAN PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI


RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Case Report Section “Ca Bronkogenik” telah dilaksanakan pada tanggal 26 April 2019 dan
telah diperbaiki

Perseptor
dr. Sabrina Ermayanti, Sp.P(K), FISR

Mengetahui
Ketua Bagian Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran
UNAND / KSM Paru RSUP Dr. M. Djamil
Padang

Dr dr. Masrul Basyar, SpP (K) FISR


NIP.196505182005011001

Bagian Pulmonologi Dan Kedokteran Respirasi


Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
RSUP Dr. M. Djamil Padang
2019
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karsinoma bronkogenik adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran

pernapasan bagian bawah, bersifat epitelia yang berasal dari mukosa percabangan bronkus

dan telah menjadi penyebab utama kematian akibat kanker pada laki-laki maupun perempuan.

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2012 , di seluruh dunia kematian

akibat kanker paru sendiri menempati urutan ke-7 setelah penyakit jantung iskemik, stroke,

infeksi saluran pernapasan bawah, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), diare dan human

immunodeficiency virus/acquired immunodeficiency syndrome (HIV/AIDS). Kanker paru,

bersama penyakit kanker trakea dan bronkus tercatat menyebabkan 7,6 juta kematian atau

sekitar 13% kematian di seluruh dunia pada tahun 2008. Di Indonesia sendiri, sistem

pencatatan angka kejadian penyakit ini sangat minim, data terakhir merujuk pada rentang

tahun 1993-2007, tercatat bahwa pada laki-laki, kanker trakea, bronkus dan paru-paru ada di

urutan pertama untuk kasus baru kanker yang terdiagnosis dengan angka 18,4% dan pada

wanita di urutan keempat setelah kanker payudara, serviks, dan ovarium di angka 7,68%.

Angka kematiannya sendiri pada laki-laki adalah 18,48% dan pada wanita adalah 5,52%

Peningkatan insiden karsinoma bronkogenik terjadi karena beberapa faktor seperti

peningkatan kebiasaan merokok di tengah masyarakat, peningkatan polusi udara, adanya

riwayat paparan radiasi dan zat-zat karsinogenik.

Peningkatan angka morbiditas dan mortalitas karsinoma bronkogenik berkaitan

dengan beberapa faktor, salah satunya adalah keterlambatan dalam penegakkan diagnosis,

yang dapat terjadi akibat kurangnya kemampuan tenaga kesehatan dalam mendeteksi tanda

dan gejala yang mengarah kepada karsinoma bronkogenik, kemudian kurangnya fasilitas

penunjang di layanan kesehatan dalam membantu penegakkan diagnosis serta rendahnya


kesadaran masyarakat dalam memeriksan kesehatan secara rutin, menyebabkan terjadinya

keterlambatan dalam penegakkan diagnosis sehingga banyak kasus karsinoma bronkogenik

ditemukan sudah dalam stadium lanjut. Hal ini akan menyebabkan penatalaksanaan pada

pasien menjadi tidak optimal oleh karena pada stadium lanjut pemilihan terapi menjadi

sempit serta respon terapi pada stadium lanjut juga rendah.

Sangat penting bagi tenaga kesehatan untuk mengenal tanda, gejala dan hal-hal yang

berkaitan dengan karsinoma bronkogenik agar tidak terjadi keterlambatan dalam penegakkan

diagnosis dan keterlambatan dalam melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut.

Karsinoma bronkogenik memiliki tanda dan gejala hampir serupa dengan gejala dari

beberapa penyakit paru lain diantaranya terdapat keluhan sesak nafas, batuk, atau nyeri dada

namun pada kasus karsinoma bronkogenik perlu diperhatikan durasi dan faktor resiko, karena

keluhan-keluhan pada kasus ini berlangsung lama bahkan tidak kunjung sembuh, selain itu

angka kejadian karsinoma bronkogenik ini tinggi pada pasien usia > 40 tahun dengan riwayat

merokok ≥30 tahun dan berhenti merokok dalam kurun waktu 15 tahun sebelum

pemeriksaan, atau pasien ≥50 tahun dengan riwayat merokok ≥20 tahun dan adanya minimal

satu faktor resiko lainnya diantaranya pajanan radiasi, riwayat kanker pada pasien atau

keluarga pasien, dan riwayat penyakit paru seperti PPOK atau fibrosis paru.

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan case report ini adalah untuk memahami dan menambah
pengetahuan mengenai definisi, epidemiologi, faktor resiko, patogenesis, diagnosis,
penatalaksanaan, komplikasi, dan prognosis Ca Bronkogenik
1.3 Batasan Masalah
Laporan kasus ini membahas mengenai Ca Bronkogenik degan komplikasi
1.4 Metode Penulisan
Laporan kasus ini dibuat dengan metode diskusi yang merujuk dari berbagai referensi.
BAB 2

LAPORAN KASUS

1. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. S

Umur/tgl lahir : 56 tahun / 6 Juni 1962

Jenis kelamin : Laki - Laki

Pekerjaan : Buruh

No. RM : 01044880

Alamat : Limau Manih, Padang

Status perkawinan : Menikah

Negeri asal : Padang

2. ANAMNESIS PASIEN

Keluhan Utama

Nyeri dada meningkat sejak 1 minggu yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang

- Nyeri dada meningkat sejak 1 minggu yang lalu. Nyeri tidak menjalar dan dirasakan

nyeri hilang timbul, terutama saat pasien batuk. Nyeri dada sudah dirasakan sejak 2

bulan ini. Awalnya, pasien dirawat di RSU Sungai Dareh. 1 bulan yang lalu dirawat,

dirawat selama 5 hari. Dilakukan pemeriksaan rontgen dada, pemeriksaan BTA (-).

Setelah itu, pasien dirujuk ke RSUD Solok, dirawat selama 7 hari, dilakukan

brokoskopi dengan hasil massa di lobus atas kiri dan dilakukan sikatan dan bilasan
bronkoskopi dengan hasil tidak tampak sel ganas dari hasil PA. Selanjutnya, pasien

dirujuk ke RSUP Dr. M. Djamil, dirawat selama 6 hari, dilakukan bronkoskopi

dengan hasil tumor paru lobus atas kiri dan dilakukan biopsi forcep, sikatan dan

bilasan bronkus dengan hasil tidak tampak sel ganas dari hasil PA, kemudian pasien

dirawat kembali di RSUP DR. M. Djamil untuk pemeriksaan diagnostik ulang.

- Sesak nafas meningkat sejak 1 minggu yang lalu, tidak menciut dan tidak meningkat

dengan aktifitas, sesak semakin dirasakan sejak 2 bulan ini.

- Batuk (+) tidak berdahak sejak 1 bulan yang lalu

- Batuk darah (-) riwayat batuk darah (-)

- Demam (-), Riwayat demam (-)

- Keringat Malam (-)

- Penurunan nafsu makan (+) sejak 2 bulan yang lalu

- Penurunan berat badan (+) 10 kg dalam 2 bulan terakhir

- BAB dan BAK tidak ada kelainan

Riwayat Penyakit Dahulu

- Riwayat minum OAT (-)

- Riwayat hipertensi (-)

- Riwayat diabetes melitus (-)

- Riwayat keganasan (-)

Riwayat Penyakit Keluarga

- Riwayat minum OAT dalam keluarga (-)

- Riwayat hipertensi dalam keluarga (-)

- Riwayat diabetes melitus dalam keluarga (-)


- Riwayat keganasan dalam keluarga (-)

Riwayat Sosial Ekonomi dan lain-lain

- Pasien seorang pekerja mengolah kayu

- Merokok mulai umur 20 th, 2 bungkus / hari, berhenti sejak 2 bulan ini. ( Perokok, IB

Berat)

3. PEMERIKSAAN FISIK

- Keadaan umum : Sedang

- Kesadaran : Komposmentis kooperatif

- Tekanan darah : 120/70 mmHg

- Nadi : 80 x/menit

- Pernafasan : 22 x/menit

- Suhu : 36,5C

- Sianosis : (-)

- TB : 160 cm

- BB : 50 kg

- BMI : 19,53 Kg/cm2 (Normoweight)

- Edema : (-)

- Anemia : -/-

- Ikterus : -/-

- Kulit : tampak warna putih multiple ukuran bervariasi

- KGB : tidak teraba pembesaran KGB

- Kepala : normocephal

- Rambut : tidak mudah rontok


- Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

- Telinga : tidak ada kelainan

- Hidung : tidak ada kelainan

- Tenggorokan : tidak ada kelainan

- Gigi dan mulut : caries (-)

- Leher : JVP 5-2 cmH2O

- Thorak : jantung dan paru dalam batas normal

 Jantung

Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : iktus kordis teraba 2 jari LMCS

Perkusi : dalam batas jantng normal

Auskultasi : irama teratur, bising (-)

 Paru

Inspeksi :

simetris, dada kanan = dada kiri (statis)

Pergerakan dadan kanan = kiri (dinamis)

Palpasi : fremitus kanan = kiri

Perkusi : kanan: sonor kiri: sonor

Auskultasi : kanan: SN bronkovesikuler, rh -/-, Wh -/-

kiri: suara nafas bronkovesikuler, rh -/-. Wh -/-

 Punggung

- Inspeksi :

simetris, dada kanan = dada kiri (statis)

Pergerakan dadan kanan = kiri (dinamis)

- Palpasi : fremitus kanan = kiri


- Perkusi : kanan: sonor kiri: sonor

- Auskultasi : kanan: SN bronkovesikuler, rh -/-, Wh -/-

- kiri: suara nafas bronkovesikuler, rh -/-. Wh -/-

 Abdomen

Inspeksi : perut tidak membuncit

Palpasi :

- Hepar dan lien tidak teraba

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus (+) normal

 Genitalia :

Tidak dilakukan pemeriksaan

 Ekstremitas : Edema -/-, clubbing finger -/-,

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium

Hb : 13,8 g/dl (Nilai rujukan: wanita 12-16 g/dl)

Ht : 45 % (Nilai rujukan: wanita 37-43%)

Leukosit : 9.870 /mm3 (Nilai rujukan: 5000-10000)

Trombosit : 199.000/mm3 (Nilai rujukan: 150000-400000)

Gds : 96 g/dl

Total Protein : 7,4

Alb/Glo : 4,2 / 3,2

DC : 0/1/4/79/8/8

Ur/cr :32/0,8

Ca/Na/K/Cl : 93/133/4,4/92

Bil tot/ bil direk/bil indirek : 1,1/0,5/0,6


SGOT/SGPT :23/23

KESAN: Neutrofilia shift to the right dan limfopeni, natrium , klorida ,

globulin , bil tot, bil direk, bil indirek meingkat

Rontgen

5. DIAGNOSIS

Ca bronkogenik jenis sel belum diketahui T4NxMx min stage IIIb PS 70-80

6. PENATALAKSANAAN

- IVFD NaCL 0,9 % 12 jam/kolf

- IVFD Velip + clinimix 1 kolf/24 jam

- Injeksi Ranitidin 2x1(IV)

- MST 2x10 mg tab

- Sucralfat syr 3x10 cc

- Domperidon 126mg 3x1 a.c

- Durogenic patch 12,5 mg/3 L


PERJALANAN PENYAKIT (follow up)

Tanggal 12 April 2019 Jam 10.00 WIB

S : Nyeri dada (+), batuk berdahak (+), sesak nafas (+)

O : Ku: sedang, Kes: CMC, TD: 120/70, Nd: 98, Nf: 22x/ menit, T: 36,5ºC

: Paru: Aus: Ka: suara nafas bronkovesikuler, rh -/-, wh -/-,

Ki: suara nafas bronkovesikuler, rh -/-, wh -/-

A : Ca bronkogenik jenis sel belum diketahui T4NxMx min stage IIIA PS 70 -

80

P : IVFD NaCL 0,9 % 12 jam/kolf

- IVFD Velip + clinimix 1 kolf/24 jam

- Injeksi Ranitidin 2x1(IV)

- MST 2x10 mg tab

- Sucralfat syr 3x10 cc

- Domperidon 126mg 3x1 a.c

- Durogenic patch 12,5 mg/3 L

Tanggal 13 April 2019 jam 7.00 WIB

S : Nyeri dada (+), batuk berdahak (+), sesak nafas (+) berkurang

O : Ku: sedang, Kes: CMC, TD: 120/70, Nd: 80x/i, Nf: 23x/ menit, T: 36,5ºC

: Paru: Aus: Ka: suara nafas bronkovesikuler, rh -/-, wh -/-,

Ki: suara nafas bronkovesikuler, rh -/-, wh -/-

A : Ca bronkogenik jenis sel belum diketahui T4NxMx min stage IIIA PS 70 -

80
P :

- IVFD Velip + clinimix 1 kolf/24 jam

- Injeksi Ranitidin 2x1(IV)

- MST 2x10 mg tab

- Sucralfat syr 3x10 cc

- Domperidon 126mg 3x1 a.c

- Durogenic patch 12,5 mg/3 L

Tanggal 14 April 2019 jam 09.00 WIB

S : Nyeri dada (+) berkurang, batuk berdahak (+), sesak nafas(+) berkurang

O : Ku: sedang, Kes: CMC, TD: 110/70, Nd: 90x/i, Nf: 24x/ menit, T: 36,8ºC

: Paru: Aus: Ka: suara nafas bronkovesikuler, rh -/-, wh -/-,

Ki: suara nafas bronkovesikuler, rh -/-, wh -/-

A : Ca bronkogenik jenis sel belum diketahui T4NxMx min stage IIIA PS 70 -

80

P :

- IVFD Velip + clinimix 1 kolf/24 jam

- Injeksi Ranitidin 2x1(IV)

- MST 2x10 mg tab

- Sucralfat syr 3x10 cc

- Domperidon 126mg 3x1 a.c

- Durogenic patch 12,5 mg/3 L

Tanggal 15 April 2019 jam 7:00 WIB

S : Nyeri dada (+) berkurang, batuk berdahak (+), mual (+)


O : Ku: sedang, Kes: CMC, TD: 120/80, Nd: 90x/i, Nf: 24x/ menit, T: 36,8ºC

: Paru: Aus: Ka: suara nafas bronkovesikuler, rh -/-, wh -/-,

Ki: suara nafas bronkovesikuler, rh -/-, wh -/-

A : Ca bronkogenik jenis sel belum diketahui T4NxMx min stage IIIA PS 70 -

80

P :

- IVFD Velip + clinimix 1 kolf/24 jam

- Injeksi Ranitidin 2x1(IV)

- MST 2x10 mg tab

- Sucralfat syr 3x10 cc

- Domperidon 126mg 3x1 a.c

- Durogenic patch 12,5 mg/3 L

Tanggal 16 April 2019 jam 06:30 WIB

S : Nyeri dada (+) .

O : Ku: sedang, Kes: CMC, TD: 110/70, Nd: 84x/i, Nf: 22x/ menit, T: 37ºC

: Paru: Aus: Ka: suara nafas bronkovesikuler, rh -/-, wh -/-,

Ki: suara nafas bronkovesikuler, rh -/-, wh -/-

A : Ca bronkogenik jenis sel belum diketahui T4NxMx min stage IIIA PS 70 -

80

P :

- IVFD Velip + clinimix 1 kolf/24 jam

- Injeksi Ranitidin 2x1(IV)

- MST 2x10 mg tab


- Sucralfat syr 3x10 cc

- Domperidon 126mg 3x1 a.c

- Durogenic patch 12,5 mg/3 L

Tanggal 17 April 2019 jam 09:00 WIB

S : Nyeri dada (+)

O : Ku: sedang, Kes: CMC, TD: 110/70, Nd: 80x/i, Nf: 24x/ menit, T: 37ºC

: Paru: Aus: Ka: suara nafas bronkovesikuler, rh -/-, wh -/-,

Ki: suara nafas bronkovesikuler, rh -/-, wh -/-

A : Ca bronkogenik jenis sel belum diketahui T4NxMx min stage IIIA PS 70 -

80

P :

- IVFD Velip + clinimix 1 kolf/24 jam

- Injeksi Ranitidin 2x1(IV)

- MST 2x10 mg tab

- Sucralfat syr 3x10 cc

- Domperidon 126mg 3x1 a.c

- Durogenic patch 12,5 mg/3 L

- Codein 3x10 mg PO

Tanggal 18 April 2019 jam 06:30 WIB

S : Nyeri dada (+)

O : Ku: sedang, Kes: CMC, TD: 120/60, Nd: 96x/i, Nf: 21x/ menit, T: 36,5ºC

: Paru: Aus: Ka: suara nafas bronkovesikuler, rh -/-, wh -/-,

Ki: suara nafas bronkovesikuler, rh -/-, wh -/-

A : Ca bronkogenik jenis sel belum diketahui T4NxMx min stage IIIA PS 70 -

80
P :

- IVFD Velip + clinimix 1 kolf/24 jam

- Injeksi Ranitidin 2x1(IV)

- MST 2x10 mg tab

- Sucralfat syr 3x10 cc

- Domperidon 126mg 3x1 a.c

- Durogenic patch 12,5 mg/3 L

- Codein 3x10 mg PO

Tanggal 19 April 2019 jam 08:00 WIB

S : Nyeri dada (+)

O : Ku: sedang, Kes: CMC, TD: 120/60, Nd: 90x/i, Nf: 20x/ menit, T: 36,8ºC

: Paru: Aus: Ka: suara nafas bronkovesikuler, rh -/-, wh -/-,

Ki: suara nafas bronkovesikuler, rh -/-, wh -/-

A : Ca bronkogenik jenis sel belum diketahui T4NxMx min stage IIIA PS 70 -

80

P :

- IVFD Velip + clinimix 1 kolf/24 jam

- Injeksi Ranitidin 2x1(IV)

- MST 2x10 mg tab

- Sucralfat syr 3x10 cc

- Domperidon 126mg 3x1 a.c

- Durogenic patch 12,5 mg/3 L

- Codein 3x10 mg PO

Tanggal 20 April 2019 jam 07.00 WIB

S : Sesak Nafas (+), Batuk (+), Demam (-)


O : Ku: sedang, Kes: CMC, TD: 120/80, Nd: 85x/i, Nf: 24x/ menit, T: 36,8ºC

: Paru: Aus: Ka: suara nafas bronkovesikuler, rh -/-, wh -/-,

Ki: suara nafas bronkovesikuler, rh -/-, wh -/-

A : Ca bronkogenik jenis sel belum diketahui T4NxMx min stage IIIA PS 70 -

80

P :

- IVFD Velip + clinimix 1 kolf/24 jam

- Injeksi Ranitidin 2x1(IV)

- MST 2x10 mg tab

- Sucralfat syr 3x10 cc

- Domperidon 126mg 3x1 a.c

- Durogenic patch 12,5 mg/3 L

- Codein 3x10 mg PO

Tanggal 21 April 2019 jam 07.00 WIB

S : Sesak Nafas (+) hilang timbul, Batuk (+) sesekali, Demam (-), mual (+),

muntah (-)

O : Ku: sedang, Kes: CMC, TD: 110/70, Nd: 84x/i, Nf: 20x/ menit, T: 36,8ºC

: Paru: Aus: Ka: suara nafas bronkovesikuler, rh -/-, wh -/-,

Ki: suara nafas bronkovesikuler, rh -/-, wh -/-

A : Ca bronkogenik jenis sel belum diketahui T4NxMx min stage IIIA PS 70 -

80

P :

- IVFD Velip + clinimix 1 kolf/24 jam

- Injeksi Ranitidin 2x1(IV)

- MST 2x10 mg tab


- Sucralfat syr 3x10 cc

- Domperidon 126mg 3x1 a.c

- Durogenic patch 12,5 mg/3 L

- Codein 3x10 mg PO

Tanggal 22 April 2019 jam 07.00 WIB

S : Sesak Nafas (+), Batuk (+) sesekali, Demam (-)

O : Ku: sedang, Kes: CMC, TD: 110/70, Nd: 86x/i, Nf: 22x/ menit, T: 36,8ºC

: Paru: Aus: Ka: suara nafas bronkovesikuler, rh -/-, wh -/-,

Ki: suara nafas bronkovesikuler, rh -/-, wh -/-

A : Ca bronkogenik jenis sel belum diketahui T4NxMx min stage IIIA PS 70 -

80

P :

- IVFD Velip + clinimix 1 kolf/24 jam

- Injeksi Ranitidin 2x1(IV)

- MST 2x10 mg tab

- Sucralfat syr 3x10 cc

- Domperidon 126mg 3x1 a.c

- Durogenic patch 12,5 mg/3 L

- Codein 3x10 mg PO
BAB 3

DISKUSI

Karsinoma Bronkogenik ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan

penunjang, berdasarkan teori, pasien karsinoma bronkogenik memiliki gejala klinis dengan

keluhan utama berupa batuk kronik, batuk darah, sesak nafas, nyeri dada, sindroma pancoast

dan lain-lain. Selain itu juga terdapat tanda yang tidak khas seperti berat badan berkurang,

nafsu makn hilang, demam hilang timbul dan sindrom paraneoplastik.

Berdasarkan anamnesis yang dilakukan, Tn S mengeluhkan adanya nyeri dada, nyeri

dada meningkat sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Nyeri tidak menjalar dan

dirasakan nyeri hilang timbul, terutama saat pasien batuk. Nyeri dada sudah dirasakan sejak 2

bulan sebelumnya. Nyeri dada adalah gejala yang umum terjadi yaitu sekitar 50% pasien

karsinoma bronkogenik pada saat diagnosis. Ketidaknyamanan sering tidak jelas dan hilang

timbul. Invasi dinding dada seringkali ditandai dengan nyeri pleuritis yang menetap. Nyeri

bukan merupakan hal normal dari kanker. Semua nyeri dapat diobati dan sebagian besar

nyeridapat dikontrol. Nyeri dada dapat dirasakan oleh penderita kanker paru, keadaan ini

disebabkan keterlibatan pleura parietal, tergantung luas dan lokasi tumor tersebut, nyeri ini

dirasakan saat inspirasi. (1)

Tn S juga mengeluhkan adanya batuk dan sesak nafas. Batuk ialah gejala umum

kelainan paru dan juga merupakan gejala awal kanker paru, berbagai kepustakaan

menyatakan batuk merupakan manifestasi yang sering dikeluhkan oleh penderita kanker paru.

Patogenesis terjadinya batuk pada kanker paru diawali dengan berbagai rangsangan reseptor

batuk yang terletak di dalam rongga toraks, antara lain terdapat di bronkus. Reseptor di

bronkus utama lebih banyakdibandingkan bronkus kecil. Jika ada rangsangan di bronkus

melalui serabut aferen diteruskan ke medula oblongata melalui cabang nervus vagus,
kemudian melalui serabut eferen menuju ke efektor yang terdapat di dalam bronkus. Di

daerah efektor inilah mekanisme batuk terjadi. Bersamaan dengan siklus itu glotis tertutup

terjadi kontraksi otot-otot dada, abdomen dan relaksasi diafragma, keadaan itu menyebabkan

tekanan positif di dalam rongga dada yang tiba-tiba dilepaskan pada saat glotis terbuka, udara

keluar menggetarkan jaringan saluran napas termasuk pita suara, sehingga menimbulkan

batuk. (1)Sesak napas juga merupakan suatu gejala paru, ini bisa disebabkan oleh beberapa hal

antara lain; tumor di daiam saluran napas, tumor menekan saluran napas, kedua keadaan ini

dapat menyebabkan atelektasis dan penurunan faal paru yang berakhir dengan sesak napas.

Selain keadaan di atas efusi pleura juga menyebabkan sesak napas pada kanker paru. (1)

Tn S juga memiliki faktor resiko terjadinya kanker bronkogenik yaitu merokok, dengan

merokok risiko terkena penyakit makin besar seiring dengan banyaknya jumlah rokok yang

diisap dan semakin mudanya usia awal merokok.(2)

Karsinoma bronkogenik merupakan tumor primer paru yang berasal dari epithelium

bronkus maupun bronkiolus yang sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti namun

berbagai faktor mempengaruhi terjadinya kasus ini diantaranya riwayat paparan bahan dan

zat karsinogenik yang menyebabkan mutasi beberapa gen yang berkaitan erat dengan

kejadian karsinoma bronkogenik seperti proto oncogen, tumor supressor gene dan gene

encoding enzyme.

Peningkatan aktivitas onkogen dan penurunan kerja gen supressor tumor menjadi

pemicu munculnya karsinoma bronkogenik. Mulanya proto-onkogen berubah menjadi

onkogen bila terpapar karsinogen. Epidermal growth factor receptor (EGFR) berkembang dan

mengatur proliferasi sel, apoptosis, angiogenesis serta invasi tumor. Mutasi yang terjadi

menyebabkan terjadinya inaktivasi gen supresor tumor terutama gen p53 tumor supressor

pada kromosom 17p. Individu dengan gen polimorfik yang mengkode interleukin-1, sitokrom

P450, caspace-8 mencetuskan apoptosis sel sehingga rentan mengalami karsinoma


bronkogenik. Kasus karsinoma bronkogenik ini memiliki faktor resiko diantaranya usia > 40

tahun, riwayat kebiasaan merokok, riwayat keganasan pada organ lain dan riwayat keganasan

pada keluarga. Ny.S tidak memiliki kebiasaan merokok, tidak ada riwayat memasak kayu

bakar dan masih berusia 29 tahun.

Bila karsinoma tumbuh dan berkembang disekitar saluran napas, maka dapat

mengakibatkan obstruksi aliram udara dan menyebabkan nafas menjadi sesak. Obstruksi

menyebabkan akumulasi sekret dan menjadi media yang baik untuk pertumbuhan bakteri

sehingga rentan mengalami infeksi saluran nafas. Tumor juga dapat mengenai nervus

phrenikus sehingga terjadi paralisis diafragma baik lateral maupun bilateral dan

menyebabkan dispnea. Bila tumor menginvasi dinding dada maka pasien juga sering dengan

keluhan nyeri pleuritis yang menetap. Efusi pleura juga dapat menyertai dispnea, suara nafas

melemah dan pekak pada perkusi. Bila tumor membesar dan mengenai daerah esofagus maka

dapat menyebabkan keluhan nyeri dan sukar menelan. Bila mengenai vena cava superior

maka dapat menyebabkan sindrom vena cava superior seperti edema pada wajah, plethora

dan dilatasi vena pada tubuh bagian atas, bahu dan lengan,

Adanya ketidakseimbangan proto-onkogen dengan gen supressor tumor memicu

terjadinya kerusakan pada paru dan menimbulkan keluhan penyakit paru dan respirasi pada

umumnya sehingga tanda dan gejala menjadi tidak khas seperti batuk, sesak atau nyeri dada.

Namun bila hal ini berlangsung dalam waktu yang lama atau tidak kunjung sembuh dengan

pengobatan biasa maka perlu dipertimbangkan kearah keganasan pada bagian paru dan

respirasi.

Pemeriksaan penunjang terdiri dari pemeriksaan laboratorium seperti Hb, leukosit,

tromobosit serta fungi hati dan fungsi ginjal lalu ditambah dengan pemeriksaan patologi

anatomi yang terdiri dari pemeriksaan sitologi, histopatologi serta pemeriksaan

imunohistokimia dalam penentuan jenis tumor.


Karsinoma bronkogenik merupakan salah satu jenis non-small cell lung cancer.

Pemeriksaan pencitraan juga perlu dilakukan, sebagai tahap awal dalam penegakan diagnosis

maka perlu dilakukan rontgen toraks AP/lateral dalam penegakkan diagnosis dan mencari lesi

yang dicurigai, bila ditemukan lesi yang mencurgikan maka wajib dilakukam CT Scan toraks

dalam penegakkan diagnosis, menentukan lokasi lesi dan menentukan stadium.

Bila tenaga kesehatan telah melakukan tahapan dimulai dari anamnesis, pemeriksaan

fisik serta pemeriksaan penunjang secara rinci dan sistematis maka diharapkan kejadian

dalam keterlambatan penegakan diagnosis dapat dicegah sehingga angka kejadian dan

mortalitas dapat diturunkan.

Daftar Pustaka
1. Taufik, Ahmad Hudoyo. Gejala Kanker Paru. SMF Paru RSUD Bekasi Departemen
Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI-RS Persahabatan. 2005. Jakarta.
2. Taufik, Elisna Syahruddin, dkk. Faktor Risiko, Gejala Klinis dan Diagnosis Kanker

Paru Di Bagian Pulmonologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas-Rumah Sakit

Dr. M. Djamil, Padang Tahun 2005, Bagian Pulmonoli dan Ilmu Kedokteran

Respirasi, Fkultas Kedokteran Universitas Andalas-RS. M. Djamil. 2005. Padang.

3. Amin Z, Suwondo A. 2005. Tumor Paru. dalam : Suparman.Ilmu Penyakit Dalam.


Jilid II. edisi IV. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. hal 1015-1021.
4. Saputra TR, Mulyadi, Fajryah. Manifestasi Kanker Bronkogenik ada Penderita yang
dirawat di Rumah Sakit Zainal Abidin Banda Aceh. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala.
2012. 12(2): 68-74
5. Suprijono A, Chodijah, Cahyono AT. Kanker paru Merupakan Fktor Resiko
Terjadinya Efusi Pleura di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta. 2014
6. Adiatma. Hunungan antara Karsinoma Paru dengan Efusi Pleura. Jurnal Media
Medika Muda. 2015.
7. Moelina JR, Yang P. Cassivi SD. Non small cell lung cancer, epidemiologi, risk
factors, treatment and survioship mayo clin. 2016.
8. Adityawarman. Hubungan ketahanan hidup 1 tahun penderita kanker paru yang
dirawat di RS dr. Kariadi Semarang dengan faktor-faktor yang berhubungan. Karya
Akhir PPDS I. FK Undip. 2015 (URL: Http://www.eprints.undip.ac.id
9. Kemenkes RI. Pedoman nasional pelayanan kedokteran Kanker Paru komite
penanggulangan kanker nasional. 2017

Anda mungkin juga menyukai