Abstrak
Demam tifoid (Tifus abdominalis, enteric fever) ialah penyakit infeksi akut yang biasanya
terdapat pada saluran cerna dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada
saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi
kuman Salmonella typhosa/Eberthella typhosa/ Salmonella typhi yang merupakan kuman gram
negatif, bergerak dengan rambut getar dan tidak menghasilkan spora. Mengkaji profil
pengobatan dan terapi obat pasien typhoid dan dispepsia mengidentifikasi dan mengevaluasi
adanya drug related problem, serta menilai pengobatan rasional pada pasien yang sedang dirawat
di ruang Dahlia Rumah Sakit dr. Suyoto Jakarta. Terjadi kesalahan pemberian obat yang didapat
oleh pasien, obat yang didapat pasien kurang tepat yaitu pemberian ondacentron, pemberian
dosis obat yang melebihi dosis maksimun, terjadinya interaksi obat antara Phenyltoxamine
dengan obat antiemetik. Pasien sudah diberikan pengobatan semaksimal mungkin sesuai dengan
kondisi pasien walaupun masih terdapat beberapa penggunaan obat yang di anggap kurang tepat
dan data tentang kondisi pasien yang dicatat oleh dokter dan perawat kurang lengkap
Abstract
Typhoid fever (typhoid abdominal, enteric fever) is an acute infection of the gastrointestinal tract
with symptoms of fever over a week or more with digestive tract disorders with or without
impaired consciousness. The disease is caused by infection with Salmonella typhosa / Eberthella
typhosa / Salmonella typhi which is a gram negative bacteria, moves with vibrating hair and does
not produce spores. Assess medication and therapeutic profile of typhoids and dyspepsia patients
identify and evaluate the presence of drug-related problems, as well as assess rational treatment
in patients being treated in the Dahlia Hospital spaces dr. Suyoto Jakarta. There was a mistake in
the administration of the drug received by the patient, the medication that the patient received
was not accurate, the ondacentron administration, the dosage of the drug that exceeded the
maximum dose, the drug interaction between Phenyltoxamine and antiemetic drugs. Patient has
been given treatment as much as possible in accordance with the condition of the patient
although there are still some drug usage that is considered less precise and data about the
condition of patients recorded by doctors and nurses less complete
Pendahuluan B. Dispepsia
A. Typhoid Diperkirakan bahwa hampir 30 %
Di Indonesia, insiden demam tifoid kasus pada praktek umum dan 60 % pada
diperkirakan sekitar 300-810 kasus per praktek gastroenterologist merupakan kasus
100.000 penduduk per tahun, berarti jumlah dispepsia. Berdasarkan penelitian pada
kasus berkisar antara 600.000-1.500.000 populasi umum didapatkan bahwa 15-30 %
pertahun. Hal ini berhubungan dengan orang dewasa pernah mengalami hal ini
tingkat higienis individu,sanitasi lingkungan dalam beberapa hari. Dari data pustaka
dan penyebaran kuman dari karier atau Negara Barat didapatkan angka
penderita tifoid. Pada daerah endemis yang prevalensinya berkisar 7-14 %, tapi hanya
sanitasi dan kesehatannya terpelihara baik, 10-20 % yang akan mencari pertolongan
demam tifoid muncul sebagai kasus medis (Abdullah, 2012).
sporadic. (Girgis,N.I Dkk 2016). Menurut profil data kesehatan
Berdasarkan hasil survei kesehatan Indonesia tahun 2011 yang diterbitkan oleh
rumah tangga (SKRT) 1986 Depkes RI pada tahun 2012, dispepsia
demamtifoidmenyebabkankematian 3% dari termasuk dalam 10 besar penyakit rawat
seluruh kematian di Indonesia. Rata-rata inap di rumah sakit tahun 2010, pada urutan
kasus kematiandan komplikasi demam tifoid ke-5 dengan angka kejadian kasus sebesar
selalu berubahantar wilayah endemis yang 9.594 kasus pada pria dan 15.122 kasus pada
berbeda. wanita. Sedangkan untuk 10 besar penyakit
S. typhi dapat menyebabkan penyakit rawat jalan di rumah sakit tahun 2010,
yang parah di suatu wilayah tetapi hanya dispepsia berada pada urutan ke-6 dengan
menimbulkan gejala angka 2 kejadian kasus sebesar 34.981 kasus
penyakityangringanpadawilayah yang pada pria dan 53.618 kasus pada wanita,
lain,berarti ada hubungan antara perbedaan jumlah kasus baru sebesar 88.599 kasus.
wilayah dengan tingkat keparahan penyakit Secara garis besar, penyebab sindrom
Indonesia merupakan salah satu negara dispepsia ini dibagi menjadi 2 kelompok,
berkembang di kawasan Asia Tenggara yaitu kelompok penyakit organik ( seperti
dengan konsekuensi pertumbuhan dan tukak peptik, gastritis, batu kandung
perkembangan ekonomi yang cepat, empedu,dll ) dan kelompok dimana sarana
menimbulkan dampak terjadinya urbanisasi penunjang diagnostik yang konvensional
dan migrasi pekerja antar negara yang atau baku ( radiologi, endoskopi,
berdekatan seperti Malaysia, Thailand dan laboratorium ) tidak dapat memperlihatkan
Filipina. Mobilisasi antar pekerja ini adanya gangguan patologis struktural atau
memungkinkan terjadinya perpindahan atau biokimiawi, disebut gangguan fungsional
penyebarangalur (S. typhi) antar negara (Djojoningrat, 2013).( Tya Eka Yulianti,
endemis. (Johnson,A.G 2015) 2014).
Hasil dan Pembahasan
A. IDENTITAS PASIEN
Umur : 31 Tahun
Tempat / Tanggal Lahir : Tangerang / 19 Maret 1986
Pendidikan Akhir : Tamat Perguruan Tinggi
Pekerjaan : Karyawan Swasta
No. RM : 05-xx-xx
Status Pengobatan Pasien : BPJS/ Rawat Inap
Ruang Perawatan : Angrek
Tanggal Masuk / Keluar RS : 8 Februari 2017 / 12 Februari 2017
Riwayat Penyakit Pribadi : -
Riwayat Penyakit Keluarga : -
Riwayat Pengobatan : -
Riwayat Alergi : -
Ketergantungan Obat : -
Keluhan Utama : Deman, mual, muntah, kepala pusing, perut
terasa kembung, lemas, diare.
Diagnosa Awal : Typhoid Fever
Diagnosa Akhir : Typhoid, Dispepsia
Anamnesa : Pasien baru dari UGD diantar oleh Ny. H.
datang dengan Keluhan sakit sejak 2 hari yang
lalu.
B. DATA SUBJEKTIF PASIEN
C. DATA OBJEKTIF PASIEN
1. Tanda-tanda Vital Pasien
2. Data Laboratorium
D. PROFIL PENGOBATAN PASIEN
1. Obat Selama Pasien Dirawat
b. Ondancentron
penggunaan obat ondancentron pada tanggal 09-11 februari melebihi disis lazim obat.
Identifikasi Masalah :
Ondancentron digunakan dengan dosis 3X8mg injeksi dimana dosis yang diperbolehkan
2X8 mg/24 jam.
Plan :
Rekomendasi penurunan dosis ondancentron menjadi 2X8 mg IV/24 jam.
(http://www.mims.com/indonesia/drug/info/ondansetron/?type=brief&mtype=generic)
c. Codipront
penggunaan obat codiprant (Codeine 30 mg, phenyltoloxamine 10 mg) dari tanggal 08-12
februari 2017 terdapat interaksi.
Identifikasi Masalah :
Phenyltoxamine berinteraksi dengan obat antiemetik dimana menurunkan bioavaibilitas
obat antiemetik itu sendiri.
Plan :
Rekomendasi penggantian obat terapi codiprant dengan ambroxol dengan indikasi yang di
derita pasien berupa batuk kering.
(http://www.mims.com/indonesia/drug/info/codipront/?type=brief)
Kesimpulan
Berdasarkan analisis kefarmasian yang dilakukan kepada pasien Tn. MZ dengan diagnose
Typhoid Fever dan Dispepsia maka dapat disimpulkan bahwa:
a. Pasien sudah diberikan pengobatan semaksimal mungkin sesuai dengan kondisi pasien
walaupun masih terdapat beberapa penggunaan obat yang di anggap kurang tepat dalam hal
adanya interaksi dan pemberian dosis lebih dari yang lasim diberikan.
b. Adanya interaksi dan pemberian terapi tetapi tidak ada indikasi karena kurangnya kerjasama
atau komunikasi antara dokter, apoteker dan tenaga kerja kesehatan lain maupun pasien.
Factor lain adalah data tentang kondisi pasien yang dicatat oleh dokter dan perawat kurang
lengkap
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, m. & gunawan, j., 2012. Dispepsia dalam cermin dunia kedokteran. Vol. 39 no. 9.
Available online at : http://www.kalbemed.com/portals/6/ 197_cme dispepsia.pdf
[diakses tanggal 13 mei 2012]
Am j gastroenterol 2016; the american journal of gastroenterology111:602–622; doi:
10.1038/ajg.2016.126; published online 12 april 2016.
Djojoningrat, d., 2013. Dispepsia fungsional dalam buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid i, edisi 5.
Jakarta : internapublishing.
Girgis,n.i.,butler,t.,frenk,r. Azithromycin versus ciprofloxacin for treatment of uncomplicated
typhoid fever in a randomized trial in egypt that included patients with multidrug
resistance. Antimicrob. Agents and chemother. 43: 1441-1444, 2016.
http://www.dexa-medica.com/diakses pada tanggal 6 juni 2017 pukul : 11:00 wib, Jakarta utara.
https://mediskus.com/diakses pada tanggal 11 juli 2017 pukul : 09:00 wib, jakarta utara
http://www.tabletwise.com/indonesia-id/diakses pada tanggal 15 mei 2017 pukul : 20:00 wib,
jakarta utara.
https://www.mims.com/indonesia/drug/info/diakses pada tanggal 17 juli 2017 pukul : 21:00 wib,
jakarta utara.
Mcquaid k.r. 2007. Gastrointestinal disorders. In s.j.mcphee, m.a.papadakis, l.m.tierney: current
medical diagnosis & treatment 2012. 47th ed. New york: mcgraw-hill. P.482-7
Putra, a. 2012. Hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang demam tifoid terhadap
kebiasaan jajan anak sekolah dasar. Semarang: fakultas kedokteran universitas
diponegoro.
Webster me, sagin jf, landy m, johnson ag. Studies on the o antigen of salmonella typhosa. I.
Purification of the antigen. Jimmunol. 2015 jun;74(6):455–465.
Tya eka yulianti, 2014. Mengenal penyakit organ cerna. Jakarta : pustaka populer obor.