Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

“PEMANTAUAN TERAPI OBAT PADA PASIEN GASTRITIS”


DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA BRIMOB DEPOK
Jl. Komjen Pol. M. Yasin Kelapa Dua, Cimanggis, Kota Depok
PERIODE 06 OKTOBER – 31 OKTOBER 2017

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Apoteker (Apt)
Program Studi Profesi Apoteker

Disusun Oleh:

YONATHAN D. PATUNDE, S.FARM 1643700183

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER ANGKATAN XXXVIII


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA
2017
YONATHAN DAVID PATUNDE 1643700183
PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA

SURAT PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini :


1. Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker ini adalah asli dan belum pernah
diajukan untuk mendapatkan gelar akademik Apoteker, baik di Universitas 17
Agustus 1945 Jakarta maupun di Universitas lain.
2. Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker ini murni gagasan, rumusan dan
penilaian penyusun, tanpa bantuan pihak lain, kecuali tim pembimbing.
3. Dalam Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker tidak terdapat karya atau
pendapat yang telah ditulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam
naskah dengan disebutkan dan atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara
tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan
disebutkan nama pengarang serta dicantumkan dalam daftar pustaka.
Pernyataan ini penulis buat dengan sesungguhnya, apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka
penyususun bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar serta
sanksi lainnya sesuai peraturan perundang-undangan dan norma akademik yang
berlaku di Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta.

Jakarta, Oktober 2017

Tim Penyusun
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas rahmat, berkah dan pertolonganNya penulis dapat menyelesaikan
Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dalam bentuk susunan laporan sebagai salah
satu syarat untuk mendapat gelar Apoteker pada Program Studi Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta.
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini terdapat banyak pihak
yang telah membantu. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan limpahan pertolonganNya sehingga
penyusunan laporan ini dapat diselesaikan dan kepada orang tua terkasih kami
yang memberikan dorongan moril, doa dan materi untuk penulis demi
penyelesaian studi ini.
2. DR. Hasan Rachmat, M.DEA.,Apt, selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta.
3. Drs. Stefanus Lukas, MARS.,Apt, selaku Ketua Program Studi Profesi
Apoteker Fakultas Farmasi Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta.
4. Sylvia Rizky Prima, M.Farm.,Apt, selaku Sekretaris Program Studi Profesi
Apoteker Fakultas Farmasi Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta.
5. Satya Candra Indra Yanih, S.Si.,M.Farm.,Apt, selaku pembimbing Praktek
Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dari Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
yang telah memberikan pengarahan dalam penulisan laporan ini.
6. Rahayu Wijayanti, S.Si.,M.Farm.,Apt, selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Bhayangkara Brimob Depok dan sekaligus pembimbing Rumah Sakit
yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing pada Praktek Kerja
Profesi Apoteker (PKPA).
7. Noviasrini Kemala Ningrum, S.Farm.,Apt, selaku Kepala Gudang Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Bhayangkara Brimob Depok.
8. Seluruh tenaga teknis kefarmasian dan tenaga profesional lain di Rumah Sakit
Bhayangkara Brimob Depok yang turut membantu dalam pelaksanaan Praktek
Kerja Profesi Apoteker (PKPA).

9. Seluruh staf/karyawan Fakultas Farmasi dan Program Studi Apoteker


Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta yang telah memberikan bantuan dan
perhatian selama pelaksanaan Pratek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini.
10. Seluruh Tim Dosen Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta yang telah mengajar dan membagikan
ilmunya yang sangat bermanfaat.
11. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker Universitas 17
Agustus 1945 Jakarta angkatan XXXVIII.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah
membantu hingga laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini selesai.
Penulis sadar bahwa penulisan laporan ini belum seutuhnya sempurna
maka dari itu adanya saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan.
Penyusun berharap ilmu dan pengalaman yang didapatkan selama Praktek Kerja
Profesi Apoteker ini dapat berguna pada saat menjalankan profesi sebagai
Apoteker di lingkungan masyarakat dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
yang membacanya.

Jakarta, Oktober 2017

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ii
SURAT PERNYATAAN iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vi
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 2
C. Manfaat 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
A. Definisi 3
B. Etiologi 4
C. Patofisiologi Dan Manifestasi Klinis 5
D. Penatalaksaan 6
E. Agoritma 8
F. Uraian Obat 9
BAB III TINJAUAN KASUS 15
A. Identititas Pasien 15
B. Data Subjektif Pasien 16
C. Data Objektif Pasien 17
D. Profil Pengobatan Pasien 19
E. Obat Pulang 19
F. Konseling Obat Pulang 19
G. Assesment Dan Plan 20
BAB IV PEMBAHASAN 21
A. Pembahasan 21
B. Asuhan Kefarmasian 22

BAB V PENUTUP 24
A. Kesimpulan 24
B. Saran 24
DAFTAR PUSTAKA 25
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Badan penelitian kesehatan dunia WHO (2012), mengadakan tinjauan
terhadap beberapa Negara di dunia dan mendapatkan hasil persentase dari
angka kejadian gastritis di dunia, diantaranya Inggris 22%, China 31%,
Jepang 14,5%, Kanada 35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis
sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahun. Insiden terjadinya
gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap
tahunnya. Prevalensi gastritis yang dikonfirmasi melalui endoskopi pada
populasi di Shanghai sekitar 17,2% yang secara substantial lebih tinggi
daripada populasi di barat yang berkisar 4,1% dan bersifat asimptomatik.
Gastritis biasanya dianggap sebagai suatu hal yang remeh namun gastritis
merupakan awal dari sebuah penyakit yang dapat menyusahkan kita (Alimul,
H 2007). Persentase dari angka kejadian gastritis di Indonesia didapatkan
mencapai angka 40,8%. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2009,
gastritis merupakan salah satu penyakit di dalam sepuluh penyakit terbanyak
pada pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah 30.154
kasus (4,9%) Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia
cukup tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa
penduduk (Arikunto, S. 2010).
Penyebab utama gastritis adalah waktu makan yang tidak teratur atau
sering terlambat makan, stres, kelelahan, tekanan emosional yang berlebihan,
asam lambung klorida dan pepsin yang berlebihan di lambung, terlalu banyak
makan yang pedas, asam, minuman beralkohol, dan obat – obatan seperti
aspirin dan kortison .Gastritis biasanya diawali oleh pola makan yang tidak
teratur. Kebiasaan makan yang buruk dan mengkomsumsi makanan yang
tidak hygien merupakan faktor resiko terjadinya gastritis. Gastritis terjadi
karna ketidaksesuaian lambung dengan makanan yang dimakan seperti
makanan yang pedas (cabai atau merica) atau makanan yang memiliki kadar
lemak tinggi, sehingga produksi asam lambung tidak terkontrol. Penyakit
gastritis dapat menyerang dari semua tingkat usia maupun jenis kelamin.
Beberapa survey menunjukkan bahwa gastritis paling sering menyerang usia
produktif. Pada usia produktif rentan terserang gejala gastritis karena tingkat
kesibukan serta gaya hidup yang kurang memperhatikan kesehatan serta stres
yang mudah terjadi akibat pengaruh faktor-faktor lingkungan (Aziz, A.H.
2007).
B. Tujuan
Tujuan pemantauan terapi obat pada pasien gastritis akut, dalam
bahasa inggrisnya Geothermal Energi Association, biasa disingkat (GEA), di
ruang rawat inap Cempaka RS. BHAYANGKARA BRIMOB DEPOK yaitu :

1. Meningkatkan efektifitas terapi


2. Meminimalkan risiko reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD)
C. Manfaat
1. Bagi penulis
Menambah pengetahuan dan wawasan dalam memberikan asuhan
kefarmasian yang komprehensif pada pasien dengan masalah gastritis.
2. Bagi institusi pendidikan
Menjadi bahan wacana dan bahan masukan dalam proses belajar
mengajar dan meningkatkan mutu pendidikan di masa yang akan datang.
3. Bagi profesi apoteker
Mengetahui ada atau tidaknya drug realeted problem yang mungkin
terjadi pada regimen pengobatan pasien.
4. Bagi rumah sakit
Sebagai bahan masukan dan refrensi untuk lebih meningkatkan mutu
pelayanan rumah sakit pada pasien gastritis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung. Gastritis adalah
segala radang mukosa lambung dan usus ditandai dengan anoreksia, rasa
mual, nyeri abdomen, dan diare. (Kamus Besar Dorland Hartono, 2002)

Gastritis merupakan keadaan peradangan atau pendarahan pada


mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difusi atau local (Bob
Losyk 2007).

Gastritis merupakan inflamasi pada dinding gaster terutama pada


lapisan mukosa gaster. Gastritis merupakan peradangan lokal atau penyebaran
pada mukosa lambung dan berkembang di penuhi bakteri. (Jakarta : Pustaka
Populer OBDA).
Gastritis (penyakit maag) adalah penyakit yang disebabkan oleh
adanya asam lambung yang berlebih atau meningkatnya asam lambung
sehingga mengakibatkan imflamasi atau peradangan dari mukosa lambung
seperti teriris atau nyeri pada ulu hati. Gejala yang terjadi yaitu perut terasa
perih dan mulas. (Maulidiyah 2006).
Ada dua jenis penyakit gastritis yaitu:
a. Gastritis Akut
Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa
lambung yang akut. Gatritis Akut paling sering diakibatkan oleh
kesalahan diri, mis. makan terlalu banyak, terlalu cepat, makan makanan
yang terlalu banyak bumbu atau makanan yang terinfeksi. Penyebab lain
termasuk alcohol,  aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi.
b. Gastritis Kronis
Gastritis kronik adalah Suatu peradangan bagian permukaan
mukosa lambung yang menahun yang disebabkan oleh ulkus lambung
jinak maupun ganas atau bakteri Helicobacter pylori. Bakteri ini
berkoloni pada tempat dengan asam lambung yang pekat (Misnadiarly
2009).

B. Etiologi
Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya
sebagai berikut:
1. Gastritis Akut
Banyak faktor yang menyebabkan gastritis akut seperti:
Obat-obatan seperti obat anti inflamasi nonsteroid, silfonamide
merupakan obat yang bersifat mengiritasi mukosa lambung.
 Minuman beralkohol
 Infeksi bakteri seperti H. pylori, H. heilmanii, streptococci
 Infeksi virus oleh sitomegalovirus
 Infeksi jamur seperti candidiasis, histoplosmosis, phycomycosis
 Stres fisik yang disebabkan oleh luka bakar, trauma, pembedahan.
Makanan dan minuman yang bersifat iritan. Makanan berbumbu
dan minuman dengan kandungan kafein dan alkohol merupakan salah
satu penyebab iritasi mukosa lambung.
2. Gastritis Kronis
Penyebab pasti dari gastritis kronik belum diketahui, tapi ada dua
predisposisi penting yang bisa meningkatkan kejadian gastritis kronik,
yaitu infeksi dan non-infeksi.
3. Gastritis infeksi
Beberapa agen infeksi bisa masuk ke mukosa lambung dan
memberikan manifestasi peradangan kronik. Beberapa agen yang
diidentifikasi meliputi hal-hal berikut :
 H. Pylori. Beberapa peneliti menyebutkan bakteri itu merupakan
penyebab utama dari gastritis kronik
 Helicobacter heilmanii, Mycobacteriosis, dan Syphilis
 Infeksi parasit
 Infeksi virus
4. Gastritis non-infeksi, Gastropai akbiat kimia, dihubungkan dengan
kondisi refluks garam empedu kronis dan kontak dengan OAINS atau
aspirin
5. Gastropati uremik, terjadi pada gagal ginjal kronik yang menyebabkan
ureum terlalu banyak beredar pada mukosa lambung (Notoatmodjo, S
2010).
C. Patofisiologi Dan Manifestasi Klinis
1. Patofisiologi
Gastritis Akut. Zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan
mengiritasi mukosa lambung. Jika mukosa lambung ter-iritasi ada 2 hal
yang akan terjadi :
a. Karena terjadi iritasi mukosa lambung sebagai kompensasi lambung.
Lambung akan meningkat sekresi mukosa yang berupa HCO3, di
lambung HCO3 akan berikatan dengan NaCl sehingga menghasilkan
HCI dan NaCO3. Hasil dari penyawaan tersebut akan meningkatkan
asam lambung. Jika asam lambung meningkat maka akan
meningkatkan mual muntah, maka akan terjadi gangguan nutrisi
cairan & elektrolit.
b. Iritasi mukosa lambung akan menyebabkan mukosa inflamasi, jika
mukus yang dihasilkan dapat melindungi mukosa lambung dari
kerusakan HCl maka akan terjadi hemostatis dan akhirnya akan
terjadi penyembuhan tetapi jika mukus gagal melindungi mukosa
lambung maka akan terjadi erosi pada mukosa lambung. Jika erosi
ini terjadi dan sampai pada lapisan pembuluh darah maka akan
terjadi perdarahan yang akan menyebabkan nyeri dan hypovolemik.
c. Gastritis Kronik. Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang
berulang sehingga terjadi iritasi mukosa lambung yang berulang-
ulang dan terjadi penyembuhan yang tidak sempurna akibatnya akan
terjadi atrhopi kelenjar epitel dan hilangnya sel pariental dan sel
chief. Karena sel pariental dan sel chief hilang maka produksi HCl.
Pepsin dan fungsi intinsik lainnya akan menurun dan dinding
lambung juga menjadi tipis serta mukosanya rata, Gastritis itu bisa
sembuh dan juga bisa terjadi perdarahan serta formasi ulser.
(Nursalam 2003).
2. Manifestasi Klinis
a. Gastritis Akut yaitu Anorexia, mual, muntah, nyeri epigastrium,
perdarahan saluran cerna pada hematemesis melena, tanda lebih
lanjut yaitu anemia
b. Gastritis Kronik Kebanyakan klien tidak mempunyai keluhan,
hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anorexia, nausea, dan
keluhan anemia dan pemeriksaan fisik tidak di jumpai kelainan.
D. Penatalaksanaan
Gastritis bisa disembuhkan tetapi tidak bisa sembuh total. Gastritis
adalah penyakit yang dapat kambuh apabila si penderita tidak makan teratur,
terlalu banyak makan, atau sebab lain. Biasanya untuk meredakan atau
menyembuhkannya penderita harus meminum obat jika diperlukan. Tetapi
gastritis dapat di cegah, yaitu dengan cara makan teratur, makan secukupnya,
cuci tangan sebelum makan dan jangan jajan sembarangan.
Obat-obatan untuk penyakit gastritis umumnya dimakan dua jam
sebelum makan dan dua jam sesudah makan. Adapun dengan tujuan obat
diminum dua jam sebelum makan yaitu untuk menetralisir asam lambung,
karena pada saat tersebut penumpukkan asam lambung sudah sangat banyak
dan didalam lambung penderita pasti telah terjadi luka-luka kecil yang
apabila terkena asam akan terasa perih. Kemudian obat yang diminum dua
jam sesudah makan bertujuan untuk melindungi dinding lambung dari asam
yang terus diproduksi. Akhirnya dua jam setelah makan, asam yang di
lambung akan terpakai untuk mencerna makanan sehingga sudah ternetralisir
dan tidak akan melukai dinding lambung.
Obat-obatan yang biasanya digunakan:
a. Antasida (Menetralisir asam lambung dan menghilangkan rasa nyeri)
b. Proton pump inhibitor (Menghentikan produksi asam lambung dan
menghambat infeksi bakteri helicobacter pylori)
c. Cytoprotective Agent (Melindungi jaringan mukosa lambung dan usus
halus)
d. Obat anti sekretorik (Mampu menekan sekresi asam)
e. Pankreatin (Membantu pencernaan lemak, karbohidrat, protein dan
mengatasi gangguan sakit pencernaan seperti perut kembung, mual, dan
sering mengeluarkan gas)
f. Ranitidin (Mengobati tukak lambung)
g. Simetidin (Mengobati dispepsia)
Selain itu penyakit ini dipercaya memiliki beberapa jenis minuman dan
makanan yang kurang baik untuk dikonsumsi yaitu:

a. Minuman yang merangsang pengeluaran asam lambung antara lain :


kopi, anggur putih, sari buah sitrus, dan susu.
b. Makanan yang sangat asam atau pedas seperti cuka, cabai, dan merica
(makanan yang merangsang perut dan dapat merusak dinding lambung).
c. Makanan yang sulit dicerna dan dapat memperlambat pengosongan
lambung. Karena hal ini dapat menyebabkan peningkatan peregangan di
lambung yang akhirnya dapat meningkatkan asam lambung antara lain
makanan berlemak, kue tar, coklat, dan keju.
d. Makanan yang melemahkan klep kerongkongan bawah sehingga
menyebabkan cairan lambung dapat naik ke kerongkongan seperti
alkohol, coklat, makanan tinggi lemak, dan gorengan.
e. Makanan dan minuman yang banyak mengandung gas dan juga yang
terlalu banyak serat, antara lain:
1. Sayur-sayuran tertentu seperti sawi dan kol
2. Buah-buahan tertentu seperti nangka dan pisang ambon
3. Makanan berserat tinggi tertentu seperti kedondong dan buah yang
dikeringkan
4. Minuman yang mengandung banyak gas (seperti minuman bersoda).
f. Selain itu, kegiatan yang dapat meningkatkan gas didalam lambung juga
harus dihindari, antara lain makan permen khususnya permen karet serta
merokok
E. Algoritma Gastritis (GEA)

Gambar 1: Agoritma Gastritis


F. Uraian Obat
CIPROFLOXACIN
Komposisi Tiap tablet salut selaput Ciprofloxacin mengandung
siprofloksasin hidroklorida monohidrat yang setara
dengan siprofloksasin 500 mg.
Indikasi Infeksi pada saluran pernapasan, infeksi saluran
pencernaan, infeksi saluran kemih dan gonore akut
(raja singa) Infeksi pada kulit. jaringan lunak, tulang
dan sendi serta osteomilitis akut. Mengobati penyakit
tipes. Kontraindikasi
Dosis komposisi ciprofloxacin 250 mg per tablet atau
ciprofloxacin 500 mg per tablet.
Kontraindikasi Penderita yang mempunyai riwayat alergi terhadap
ciprofloxacin dan golongan quinolon lain Penderita
yang mempunyai riwayat epilepsi atau gangguan
kejang lainnya. Penderita yang mempunyai riwayat
ruptur tendon Penderita yang merupakan wanita
hamil dan ibu menyusui.
Peringatan Penggunaan obat ciprofoxacin pada pasien penyakit
hati haruslah dilakukan dengan sangat berhati – hati.
Penggunaan obat ini pada anak -anak, wanita hamil
dan menyusui masih belum terbukti efektifitas dan
keamanannya Penggunaan obat ini pada wanita hamil
dapat memberikan efek yang buruk pada janin
Penggunaan obat ini dapat memicu terjadinya kejang
dan menurunkan ambang kejang Penggunaan obat ini
pada pasien berusia lebih dari 60 tahun dapat
meningkatkan resiko tendonitis dan ruptur tendon
Efek Samping efek samping umum terjadi adalah mual, muntah,
diare, fungsi hati abnormal, dan ruam kulit. efek
samping lain yang cukup sering yaitu sakit kepala,
pusing, dan insomnia efek samping yang lebih jarang
yaitu tremor, psikotik, paranoia, halusinasi,
kecemasan, dan percobaan bunuh diri efek samping
yang sangat jarang dan berisiko mematikan antara
lain nekrolisis epidermal toksik, Stevens-Johnson
sindrom, aritmia jantung, pneumonitis alergi,
penekanan sumsum tulang, hepatitis atau gagal hati
Interaksi Penggunaan bersama antasid atau suplemen zinc
dapat menurunkan penyerapan ciprofloxacin oleh
usus Penggunaan bersama susu atau produk kalsium
dapat menurunkan kadar ciprofloxacin dalam darah
hingga di bawah kadar yang dibutuhkan. Penggunaan
obat ciprofloxacin dalam dosis tinggi bersama
NSAID dapat memicu terjadinya kejang
SANMOL
Komposisi Setiap tablet mengandung paracetamol 500 mg.
Indikasi Menurunkan demam atau panas Meredakan sakit
kepala Meredakan rasa sakit gigi yang ringan
Mengurangi rasa sakit akibat ketegangan otot
Meringankan nyeri sendi Meringankan nyeri haid
atau dismenore Mencegah demam pada anak setelah
imunisasi Meringankan gejala flu seperti demam,
sakit kepala, nyeri tenggorokan, dan pegal-pegal.
Berbagai bentuk nyeri ringan sampai sedang lainnya.
Dosis Tiap tablet komposisi 500 mg. Dewasa dan anak di
atas 12 tahun: 1 tablet 3 – 4 kali sehari atau setiap 4-6
jam. Anak-anak usia 5 – 12 tahun: 1/2 tablet 3 – 4
kali sehari atau setiap 4-6 jam. Anak-anak di bawah 5
tahun sebaiknya menggunakan sediaan syrup.
Kontraindikasi Memiliki hipersensitifitas atau reaksi alergi terhadap
parasetamol dan komponen lain dari obat. Sedang
menderita gangguan fungsi hati yang berat. Pecandu
alkohol berat.
Peringatan Anda dapat menggunakan Sanmol sebelum atau
setelah makan. Jika Anda hendak memberikan obat
ini untuk anak-anak, selalu periksa petunjuk dosis
dengan hati-hati untuk memastikan bahwa dosisnya
tepat. Lebih aman lagi dikonsultasikan dengan
dokter. Jangan m
elebihi dosis. Mengambil terlalu banyak parasetamol
dapat menyebabkan kerusakan hati. Jika Anda
menduga bahwa Anda atau orang lain mungkin
mengalami overdosis parasetamol, maka segera
mencari bantuan gawat darurat rumah sakit setempat.
Jika dosis yang terlewat karena lupa, jangan khawatir.
Jangan mengambil dua dosis bersama-sama untuk
mengganti dosis yang terlupakan.
Efek Samping reaksi alergi seperti ruam, gatal, bengkak terutama
pada wajah, lidah, tenggorokan, pusing, dan kesulitan
bernapas.
Interaksi  Alcohol
 Interfere with certain laboratory tests
 Juxtapid mipomersen
 Ketoconazole
 Leflunomide
 Prilocaine
DOMPERIDONE
Komposisi Tiap tablet mengandung domperidone 10 mg

Indikasi Mengatasi mual dan muntah yang disebabkan oleh


efek samping obat, misalnya levodopa dan
bromokriptin. Mengatasi gejala dispepsia fungsional
dalam jangka waktu yang pendek. Obat ini tidak
dianjurkan sebagai pencegahan rutin pada muntah
setelah operasi. Tidak dianjurkan untuk digunakan
lebih dari 12 minggu.
Dosis Digunakan domperidone tablet 10 miligram (mg)
untuk dewasa, diminum tiga sampai empat kali
sehari. Beberapa pasien mungkin memerlukan dosis
yang lebih tinggi hingga 20 mg tiga atau empat kali
sehari (satu kali sebelum tidur).
Kontraindikasi Orang yang alergi terhadap domperidone atau
kandungan lain dari obat. Penggunaan pada anak-
anak tidak dianjurkan, kecuali untuk mengatasi mual
muntah ketika menjalani kemoterapi kanker dan
radioterapi. Orang yang memiliki gangguan pada
hipofisis di otak, berupa prolaktinoma yang
memproduksi hormon prolaktin. Memiliki masalah
usus serius seperti perdarahan internal (menjadi lebih
berdarah), atau obstruksi atau perforasi lambung atau
usus. Ketika dipaksakan akan menimbulkan kram
perut yang parah.
Peringatan Harus hati-hati ketika digunakan pada orang yang
memiliki gangguan fungsi hati atau ginjal sehingga
perlu pengawasan dari dokter. Tidak dianjurkan
untuk digunakan pada wanita hamil, atau berencana
untuk hamil. Ibu menyusui sebaiknya jangan
menggunakan obat ini karena akan memperbanyak
produksi ASI yang tak sehat. Harus hati-hati jika
digunakan untuk penderita masalah jantung karena
obat ini dapat mempengaruhi detak jantung. Risiko
ini akan lebih besar jika digunakan oleh orang yang
berusia 60 tahun ke atas atau jika digunakan dengan
dosis lebih dari 30mg / hari. Harap informasikan
kepada dokter atau apoteker jika Anda menggunakan
obat-obatan lain, seperti: analgesik opioid (anti
nyeri), ketoconazole (anti jamur), ritonavir (obat
HIV), eritromisin (antibiotik), antimuscarinics (obat
gangguan kandung kemih atau pendernaan),
amantadine (anti virus) karena bisa berinteraksi
dengan domperidone.
Efek Samping Jika salah satu dari efek samping berikut terjadi,
STOP penggunaan obat dan memberitahu dokter
segera atau pergi ke rumah sakit terdekat karena
mungkin merupakan reaksi alergi: Bengkak pada
tangan, kaki, pergelangan kaki, wajah, bibir atau
tenggorokan Saluran nafas menyempit Ruam kulit
kemerahan atau gatal-gatal Jika Anda mengalami
salah satu gejala efek samping berikut, STOP
penggunaan domperidone dan segera temui dokter:
Kejang-kejang Gerakan tubuh yang tidak terkendali,
termasuk gerakan bola mata yang tidak teratur,
gerakan lidah yang tidak biasa, atau gemetar dan
kekakuan otot. Reaksi ini mungkin lebih mungkin
terjadi pada anak-anak. Gangguan irama jantung yang
menjadi cepat atau lambat. Dalam kasus yang jarang
terjadi, domperidone dapat menimbulkan efek
samping berikut: Keluarnya air susu berlebihan dari
payudara. Mengganggu aliran darah menstruasi.
Menyebabkan pertumbuhan payudara pada pria.
Interaksi Domperidon Tablet dapat berinteraksi dengan obat
dan produk berikut ini:
 Amiodarone
 Amprenavir
 Antacids
 Aprepitant
 Atazanavir
 Atropine
LANSOPRAZOLE
Komposisi Tiap kapsul mengandung lansoprazole 30 mg.
Indikasi Pengobatan jangka pendek penderita dengan tukak
duodenal. Pengobatan jangka pendek penderita
dengan tukak lambung. Pengobatan penderita dengan
tukak lambung dan tukak duodenum yang tidak
memiliki respon terhadap pemberian obat – obat
antagonis reseptor H2. Pengobatan penderita refluks
esofagitis erosif / ulceratif yang didiagnosa setelah
pemeriksaan endoskopi.
Dosis Bagi penderita dengan tukak duodenal dosis yang
dianjurkan adalah lansoprazole 30 mg sehari dan
kesembuhan dapat dicapai dalam waktu 4 minggu
pengobatan. Bagi penderita dengan tukak lambung
dosis yang dianjurkan adalah lansoprazole 30 mg
sehari dan kesembuhan dapat dicapai dalam waktu 8
minggu pengobatan. Bagi penderita dengan refluks
esofagitis erosif / ulceratif dosis yang dianjurkan
adalah 60 mg sehari dan kesembuhan dapat dicapai
dalam waktu 8 minggu pengobatan. Bagi penderita
tukak lambung dan tukak duodenal yang sulit
disembuhkan dengan menggunakan obat lain dosis
yang dianjurkan adalah 60 mg sehari dan
kesembuhan dapat dicapai dalam waktu 4 minggu
untuk pengobatan tukak duodenal dan 8 minggu
untuk pengobatan tukak lambung atau refluks
esofagitif erosif / ulseratif).
Kontraindikasi Obat Lansoprazole tidak boleh digunakan pada
penderita yang telah diketahui mempunyai riwayat
hipersensitif terhadap komponen lansoprazole. Jika
Anda memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan
atau makanan tertentu sebaiknya beritahu dokter
sebelum menggunakan obat ini.
Peringatan Lansoprazole yang diberikan dengan dosis yang
melebihi 90 mg, sebaiknya dibagi menjaadi 2 dosis
pemberian dalam sehari. Lansoprazole sebaiknya
tidak digunakan oleh ibu hamil, maupun menyusui
serta anak – anak, karena belum tersedia informasi
dan data yang cukup. Lansoprazole dapat
memperpanjang eliminasi beberapa obat-obatan
seperti diazepam, penitoin dan warfarin, sehingga
penurunan dosis terhadap obat tersebut pada
penderita sangat dianjurkan.
Efek Samping Lansoprazole umumnya dapat ditoleransi dengan
baik, meskipun demikian masih terdapat laporan akan
adanya efek samping yang sifatnya ringan dan
sementara seperti sakit kepala, pusing, mual,
kembung, mencret, konstipasi, kulit kemerahan dan
gatal pada kulit.
Interaksi Lansoprazole menghambat kerja enzim CYP3A4,
oleh karena itu obat-obat yang dimetabolisme oleh
enzim CYP3A4 seperti benzodiazepin, escitalopram,
warfarin, oxycodone, tramadol, dan oxymorphone
konsentrasinya dalam plasma akan meningkat.
Obat-obat yang kadarnya di dalam darah tergantung
oleh asam lambung seperti ketokonazole, atazanavir,
dan ester ampicillin, penyerapannya akan menurun
sehingga mengurangi efektivitasnya.
Sedangkan obat-obat yang labil dalam kondisi asam
seperti erythromycin, dan digoxin penyerapannya
akan meningkat.
Pemberian warfarin secara bersamaan dengan
lansoprazole meningkatkan resiko terjadinya
perdarahan. Pengamatan yang ketat terhadap
protombine time wajib dilakukan.
Lansoprazole meningkatkan konsentrasi plasma
cilostazol sehingga meningkatkan potensi resiko
toksisitas.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Identitas Pasien

Nama Pasien Ny. Ratna maulidan


No. Rekam Medis 03xxxx
Jenis Kelamin Perempuan
Umur 50 tahun
Tanggal Lahir 19 Mei 1968
Status Pasien BPJS
Pekerjaan Wiraswasta
Ruang Kelas 3 Inap
Tanggal Masuk 22 - 10 – 2017
BB/TB - cm
DPJP dr. Dini Meilani
Diagnosa Awal Gastritis

Diagnosa Akhir Gastritis Akut

Keluhan Utama Merasakan nyeri ulu hati 6 hari + Demam 6

Anamnesa Pasien datang ke UGD, Mual dan Muntah

B. Data Subjektif Pasien

Keluhan Pasien Perkembangan Keluhan Pasien


22/10/2017 23/10/2017 24/10/2017
P S M P S M P S M
Demam √ - - - √ - - - -
Lemas - √ √ - √ √ - - -
Pusing √ - √ - √ - - - -
Mual - √ - √ - - √ - -
Begah - - √ - - √ - - -
Keterangan :
(√) → ada keluhan
(<) → keluhan berkurang
(>) → keluhan meningkat
( - )→ Tidak ada keluhan
P= Pagi
S= Siang
M= Malam

C. Data Objektif Pasien

Keluhan Nilai Perkembangan tanda-tanda vital pasien


Pasien Normal
22/10/2017 23/10/2017 24/10/2017

P S M P S M P S M
120/9
0
< 120/80 120/70 120/80 130/90 130/90 130/80 120/70 120/80 120/90
Tekanan
darah mmHg mmHg mmHg mmHg mmHg mmHg mmH mmHg mmHg mmHg
g

64 80 64 64 80 80 56 68 57
60-80
Nadi x/menit x/menit x/menit x/menit x/menit x/menit x/menit x/menit x/menit
x/menit
18 18 18 18 20 30 18 20 20
17-20
Napas x/menit x/menit x/menit x/menit x/menit x/menit x/menit x/menit x/menit
x/menit

Suhu 36-370C 360C 360C 360C 360C 360C 360C 360C 360C 360C

P= Pagi
S= Siang
M= Malam
2. Data Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan Keterangan

HEMATOLOGI

Hemoglobin 10,2 12.3 – 15.3 g/dl -

Leukosit 5.800 4000 – 10.000 Sel/µl -

Hematokrit 31 35 – 47 % -

Trombosit 467000 150.000 – 400.000 Sel/µl -

SEROLOGI

WIDAL

Salmonella Typhi O 1/320 Negatif - -

Salmonella Paratyphi AO Negatif Negatif - -

Salmonella Paratyphi BO Negatif Negatif - -

Salmonella Paratyphi CO 1/320 Negatif - -

Salmonella Typhi H Negatif Negatif - -

Salmonella Paratyphi AH Negatif Negatif - -

Salmonella Paratyphi BH Negatif Negatif - -

Salmonella Paratyphi CH Negatif Negatif - -


D. Profil Pengobatan Pasien

Tanggal
Dosis Aturan 22/10/17 23/10/17 24/10/17
Nama Obat Rute
Pakai P S M P S M P S
Ciprofloxacin 500 Mg 2x1 PO Pc 08 12 - 08 12 - 08 12 -
Sanmol 500 Mg 3x1 PO Pc 08 12 20 08 12 20 08 12
Antasida 200 mg 2x1 PO Ac - 12 - 08 - 20 - 12
Domperidon 10 mg 3x1 PO Ac 08 12 20 08 12 20 08 12
P= Pagi
Siang= Siang
Malam= Malam
PO = Per Oral
IV = Intravena
Pc= Sesudah makan
Ac= Sebelum Makan

E. Obat Pulang

nNO No Nama obat Rute Aturan pakai

1 Lansoprazole 30 mg PO 2x1

F. Konseling Obat Pulang


KONSELING
RS. BHAYANGKARA BRIMOB
DEPOK
NAMA PASIEN : Ny. R DIAGNOSA : Gastritis Akut (GEA)
No.REGISTRASI :- ALAMAT/No.TELPON : -
UMUR : 50 Tahun RIWAYAT ALERGI :-
Tanggal R. Inap / R. Nama Obat Aturan Pemahaman Materi Konseling
Kunjungan Jalan Pakai Pasien
(B/C/K)*
24/10/2017 R.Cempaka Lansoprazole 2x1 Nama obat, Memeberikan penjelasan
caps indikasi, mengenai penggunaan obat
aturran lambung yang harus
pakai, efek pemakaiannya jika ada indikasi
samping. nyeri dilambung, Efek samping
Hasilnya sakit kepala, pusing, mual,
Baik kembung, mencret, konstipasi,
kulit kemerahan dan gatal pada
kulit
G. ASSESMENT DAN PLAN

Obat Assesment(identifikasi DRP) Plan / Rekomendasi Keterangan


Nama Obat Rute Aturan Problem Causes Intervensi Outcome
pakai
Antasida + Oral 2x1 P2.1 C1.1 I1.2 O0.0 Intervensi
Ciprofloxacin + Pasien Pemilihan obat tidak tepat (bukan Menanyakan atau Hasil dilakukan
2x1 menderita untuk indikasi yang paling tepat) mengkonfirmasi MTO intervensi pada dokter
termasuk penggunaan obat yang
reaksi obat kontraindikasi.
kepada penulis resep. tidak
tidak aluminium hidroksida menurunkan diketahui
dikehenda kadar ciprofloxacin dengan Monitor: Sebaiknya
ki bukan menghambat penyerapan GI. dilakukan monitoring
alergi Berlaku hanya untuk bentuk oral irama jantung.
kedua agen. Hindari atau Gunakan
Obat Alternatif. Pisahkan 2 jam.
Plan: Sebaiknya
Pantau dengan saksama dilakukan
magnesium hidroksida menurunkan menggunakan
kadar ciprofloxacin dengan penggunaan terapi
menghambat penyerapan GI. obat yang lain/
Berlaku hanya untuk bentuk oral
kedua agen. Gunakan Perhatian /
penggantian obat.
Monitor. Pemberian ciprofloxacin
dengan produk kation mengandung
multivalen dapat mengurangi
bioavailabilitas ciprofloxacin
sebesar 90%. Berikan ciprofloxacin
paling sedikit 2 jam sebelum atau 6
jam setelah menggunakan produk
ini. Gunakan alternatif jika tersedia.
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pembahasan
Pasien Ny R berusia 50 tahun, pasien masuk Rumah Sakit Bayangkara
Jakarta pada tanggal 22-10-2017 dengan keluhan nyeri ulu hati, muntah-
muntah, dan deman. Pasien di diagnosa menderita Gastritis Akut (GEA).
Berdasarkan pemeriksaan fisik pasien, TD pada awal masuk 120/100 mmHg,
Nadi: 80, Pernapasan: 20, Suhu 36.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada tanggal 28-10-2017
yaitu hasil laboratorium hematologi: Leukosit tinggi: 5.800 u/l, dan
Hematokrit: 31 %. Pasien dirawat selama 3 hari dan keluar dalam kondisi
yang belum membaik dengan Pemberian terapi yang tidak rasional karena
adanya pemberian terapi obat yang tidak tepat/ terjadi interaksi obat yang
sangat beresiko. Obat gastritis yang diberikan Sanmol, Antasida,
Ciprofloxacin, Domperidon.
Setelah dianalisis penggunaan obat selama terapi dengan metode
Cipolle ditemukan adanya Drug Related Problem (DRP) yaitu interaksi.
aluminium hidroksida menurunkan kadar ciprofloxacin dengan menghambat
penyerapan GI. Berlaku hanya untuk bentuk oral kedua agen. Hindari atau
Gunakan Obat Alternatif. Pisahkan 2 jam. Pantau dengan saksama

magnesium hidroksida menurunkan kadar ciprofloxacin dengan


menghambat penyerapan GI. Berlaku hanya untuk bentuk oral kedua agen.
Gunakan Perhatian / Monitor. Pemberian ciprofloxacin dengan produk kation
mengandung multivalen dapat mengurangi bioavailabilitas ciprofloxacin
sebesar 90%. Berikan ciprofloxacin paling sedikit 2 jam sebelum atau 6 jam
setelah menggunakan produk ini. Gunakan alternatif jika tersedia.
Maka dari itu, Masalah ini sebaiknya telah didiskusikan dengan
apoteker penanggung jawab dengan penulis resep agar menyarankan untuk
melakukan monitoring Drug Related Problem (DRP) sehingga meminimalisir
adanya kesalahan yang terjadi dan juga mengurangi kerugian dalam
pengobatan pasien.
B. Asuhan Kefarmasian
1. Melakukan visite kepasien
Visite dilakukan berupa visite mandiri apoteker maupun visite bersama
perawat dan dokter.
2. Pemantauan terapi obat pasien
a. Bersama dokter memastikan ketepatan terapi obat yang digunakan
pasien, mulai dari pemilihan obat, dosis dan cara pengunaan obat.
b. Melakukan pemantauan terhadap reaksi yang timbul pada pasien
sehubungan dengan pengunaan obat terutama keluhan seperti kepala
terasa pusing badan lemah, peningkatan tekanan darah.
3. Konseling pasien
Konseling dilakukan pada saat psien sedang dalam perawatan dan
saat pasien akan pulang. Adapun metode yang digunakan pada saat
konseling, sebagai berikut :
a. Konseling pasien selama dirawat, metode yang digunakan yaitu three
prime question karena pasien baru mengunakan obat. pada saat pasien
yang dirawat biasanya perawat yang memberi obat, namun kadang
pasien atau penjaga pasien yang melakukan sendiri. Oleh karena itu
dijelaskan cara pengunaan obat dan efek samping yang mungkin
terjadi pada sipasien dan penjaga pasien. Karena baru pertama kali
dilakukan pada pasien tersebut, maka teknik yang dipilih yaitu prime
question, dengan pertanyaan yang diajukan diantaranya :
1.Apa yang dokter katakan tentang kegunaan obat ini ?
a. Masalah atau gejala apa yang dapat diatasi oleh obat ini ?
b. Apa yang harus dilakukan ?
2. Apa yang dokter katakan tentang cara pengunaan obat ini ?
a. Berapa kali digunakan ?
b. Berapa banyak digunakan ?
c. Berapa lama digunakan ?
d. Apa yang anda pahami, bila tertulis x kali sehari ?
e. Apa yang dokter katakan tentang apa yang harus dilakukan bila
lupa mengunakan obat ini ?
3. Apa yang dokter katakan tentang harapan setelah menggunakan
obat ini?
a. Apa saja efek baiknya ?
b. Apa saja efek buruknya ?
c. Apa saja perhatiannya ?
4. Apa yang sebaiknya dilakukan, bila terjadi reaksi buruk setelah
minum obat ini ?
b. Konseling Pasien Pulang
Pada saat pasien pulang dilakukan konseling kembali, teknik
yang yang digunakan yaitu show and tell karena pasien sudah
menggunakan atau bahkan mengetahui pengunaan obat tersebut.
Pertanyaan yang diajukan diantaranya :
1. Apa guna anda minum obat ini ?
2. Bagaimana cara penggunaan obat ini ?
3. Masalah – masalah apa yang anda miliki berkaitan dengan
penggunaan obat ini ?
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pemantauan terapi obat pasien atas nama Ny R. umur 50 tahun
dengan diagnosa oleh dokter yaitu gastritis disimpulkan bahwa :
1. Efektifitas terapi dari pasien tersebut menunjukkan hasil yang baik
dimana pasien sudah tidak mengalami nyeri lambung lagi hanya saja
pasien mengelukan konstipasi dari efek samping salah satu obat yang
diberikan.
2. Pemberian terapi Ciprofloxacin pada pasien ini kurang tepat karena akan
menimbulkan resiko yang tidak diinginkan. Disamping efek samping yang
akan ditimbulkan obat tersebut, Ciprofloxacin juga diindikasikan untuk
pasien dengan Infeksi pada saluran pernapasan, infeksi saluran
pencernaan, infeksi saluran kemih dan gonore akut (raja singa) Infeksi
pada kulit. jaringan lunak, tulang dan sendi serta osteomilitis akut.
Mengobati penyakit tipes untuk mengurangi terjadinya resiko obat yang
tidak diinginkan maka pemberian terapi obat tersebut tidak perlu
diberikan.
B. Saran
Berdasarkan hasil pemantauan obat diatas dapat disarankan :
1. Memberikan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) kepada pasien
keluarga pasien dan perawat tentang cara penggunaan obat.
2. Sebaiknya penggunaan bersama Antasida + Ciprofloxacin perlu adanya
pemantau yang lebih lanjut dalam pemberiannya karena adanya interaksi
obat dengan skala serius.
3. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan laboratorium secara rutin selama pasien
di rawat inap dan dilengkapi lagi guna menunjang diagnosis penyakit
pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, H (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta :


Salemba Medika.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi).


Jakarta : Rineka Cipta.

Aziz, A.H. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknis Analisis Data.
Jakarta : Salemba Medika.

Bob Losyk.(2007). Kendalikan Stres Anda : Cara Mengatasi Stres dan Sukses Di
Tempat Kerja. Jakarta : Gramedia.

Cecilya L. Bets (2009). Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.

Maulidiyah. (2006). Hubungan antara stress dan kebiasaan makan dengan


terjadinya kekambuhan penyakit gastritis pada penderita gastritis di balai
pengobatan dan rumah bersalin Mawaddah kecamatan Ngoro kabupaten
Purwokerto.http://adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/29/gdlhub-gdl-s1-2006-
maulidiyah-1422-fkm11_0-t.pdf. Diakses 21 November 2017.

Misnadiarly (2009). Mengenal Penyakit Organ Cerna : Gastritis (Dyspepsia atau


Maag). Jakarta : Pustaka Populer OBDA.

Muttaqin, A.& Kumala S. (2011). Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan


Keperawatan Mediakl Bedah. Jakarta : Salemba Medika

Notoatmodjo, S.(2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Medscape.com.drugsinteractionhecker.http://www.madscape.com/pharmacist.
drugs_interaction.html

MIMSINDONESIA2016.http://www.mims.com/indonesia/drug/info/?
type=brief&mtype=generic

PCNE classification scheme for dug related problems. V6.02.

Kamus Besar Dorland Hartono 2002 Gastroentritis(Peradangan Usus, Anoreksi)

Muttaqin, Arif. dan Sari, Kumala. (2011). Gangguan gastrointestinal. Jakarta :


Salemba Medika

http://made-m-p-fkp11.web.unair.ac.id/artikel_detail-63376-Keperawatan
%20Pencernaan-Asuhan%20Keperawatan%20Gastritis.html

Anda mungkin juga menyukai