PENYAKIT GASGRITIS
Disusun Oleh:
JAKARTA
2019
i
KATA PENGANTAR
ini disusun untuk memenuhi tugas Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Apotek
Kimia Farma.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
Dengan kerendahan hati, keterbukaan tangan dan keleluasaan waktu “tak ada
gading yang tak retak” oleh karena itu penyusun berterima kasih atas saran dan kritik
Akhirnya semoga makalah ini dapat menjadi lading amal saleh yang diterima
oleh Allah SWT, ilmu yang bermanfaat dan menjadi bagian dalam mewujudkan agen
perubahan ke arah yang diridhai Allah SWT serta memberikan informasi dan bermanfaat
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1
1.1. Latar Belakang .............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................1
1.3 Tujuan.................................................................................................. ........2
ii
3.2. Metode Pelaksanaan ……………………………………………………..26
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Gastritis atau istilah yang sering dikenal oleh masyarakat sebagai maag atau
penyakit lambung adalah kumpulan gejala yang dirasakan sebagai nyeri ulu hati,
orang yang terserang penyakit ini biasanya sering mual, muntah, rasa penuh, dan rasa
tidak nyaman. Biasanya keluhan yang diajukan penderita tersebut ringan dan dapat
diatasi dengan mengatur makanan, tetapi kadang-kadang dirasakn berat, sehingga ia
terpaksa meminta pertolongan dokter bahkan sampai terpaksa diberi perawatan
khusus (Wardaniati, 2016).
Menurut WHO di Indonesia pada tahun 2012 angka kejadian gastritis
mencapai 40,8% pada beberapa daerah dengan prevalensi 274.396 kasus dari
238.452.952jiwa penduduk. Selain itu pada tahun 2007 penyakit gastritis menempati
urutan kelima dengan jumlah penderita 218.872 dan kasus kematian 899 orang
(Suryono, 2016).
Tingginya angka kejadian gastritis dipengaruhi oleh beberapa faktor secara
garis besar penyebab gastritis dibedakan atas zat internal yaitu adanya kondisiyang
memicu pengeluaran asam lambung yang berlebihan, dan zat eksternal yang
menyebabkan iritasi dan infeksi.
Gastritis merupakan penyakit yang cenderung mengalami kekambuhan
sehingga menyebabkan pasien harus berulang kali untuk berobat. Salah satu
penyebab kekambuhan gastritis adalah karena minimnya pengetahuan pasien dalam
mencegah kekambuhan gastritis.
1
1.3 TUJUAN
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Patofisiologi
3
mengatasi faktor agresif sehingga tidak terjadi kerusakan/ kelainan patologi (Arif
Mansjoer, 2001:492).
Patofisiologi Gastritis Akut dan Kronik
a. Gastritis Akut
Zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan mengiritasi mukosa lambung.Jika
mukosa lambung teriritasi ada 2 hal yang akan terjadi :
a) Karena terjadi iritasi mukosa lambung sebagai kompensasi lambung.
Lambung akan meningkat sekresi mukosa yang berupa HCO3, di lambung
HCO3 akan berikatan dengan NaCL sehingga menghasilkan HCI dan
NaCO3.Hasil dari penyawaan tersebut akan meningkatkan asam lambung.
Jika asam lambung meningkat maka akan meningkatkan mual muntah, maka
akan terjadi gangguan nutrisi cairan & elektrolit.
b) Iritasi mukosa lambung akan menyebabkan mukosa inflamasi, jika mukus
yang dihasilkan dapat melindungi mukosa lambung dari kerusakan HCL
maka akan terjadi hemostatis dan akhirnya akan terjadi penyembuhan tetapi
jika mukus gagal melindungi mukosa lambung maka akan terjadi erosi pada
mukosa lambung. Jika erosi ini terjadi dan sampai pada lapisan pembuluh
darah maka akan terjadi perdarahan yang akan menyebabkan nyeri dan
hypovolemik.
b. Gastritis Kronik
Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang sehingga terjadi
iritasi mukosa lambung yang berulang-ulang dan terjadi penyembuhan yang
tidak sempurna akibatnya akan terjadi atrhopi kelenjar epitel dan hilangnya
sel pariental dan sel chief.Karena sel pariental dan sel chief hilang maka
produksi HCL. Pepsin dan fungsi intinsik lainnya akan menurun dan dinding
lambung juga menjadi tipis serta mukosanya rata, Gastritis itu bisa sembuh
dan juga bisa terjadi perdarahan serta formasi ulser
4
2.3 Penyebab
5
masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus
menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan
peptic ulcer.
4. Penggunaan kokain.
Kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan pendarahan dan gastritis.
5. Stress fisik.
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi berat
dapat menyebabkan gastritis dan juga borok serta pendarahan pada lambung.
6. Kelainan autoimmune.
Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang
sel-sel sehat yang berada dalam dinding lambung. Hal ini mengakibatkan
peradangan dan secara bertahap menipiskan dinding lambung, menghancurkan
kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung dan menganggu produksi faktor
intrinsic (yaitu sebuah zat yang membantu tubuh mengabsorbsi vitamin B-12).
Kekurangan B-12, akhirnya, dapat mengakibatkan pernicious anemia, sebuah
konsisi serius yang jika tidak dirawat dapat mempengaruhi seluruh sistem dalam
tubuh. Autoimmune atrophic gastritis terjadi terutama pada orang tua.
7. Crohn’s disease.
Walaupun penyakit ini biasanya menyebabkan peradangan kronis pada dinding
saluran cerna, namun kadang-kadang dapat juga menyebabkan peradangan pada
dinding lambung. Ketika lambung terkena penyakit ini, gejala-gejala dari
6
Crohn’s disease (yaitu sakit perut dan diare dalam bentuk cairan) tampak lebih
menyolok daripada gejala-gejala gastritis.
7
2.5 Diagnosis
Bila seseorang didiagnosa gastritis, gejala yang biasa dirasakan yaitu nyeri
pada saluran pencernaan terutama bagian atas, mula, muntah, lambung terasa penuh,
kembung, bersendawa, mersa cepat kenyang, perut keroncongan dan sering kentut
serta timbulnya luka pada dinding lambung. Gejala ini biasa menjadi akut,berulang
dan kronis. Disebut kronis bila gejala ini berlangsung lebih dari satu bulan terus-
menerus dan gastritis inidapat ditangani sejak awal yaitu: mengkonsumsi makan
lunak dalam porsi kecil, berhenti mengkonsumsi makanan pedas dan asam, berhenti
merokok serta minuman beralkohol dan jika memang diperlukan dapat minum
antasdia sekitar setengah jam sebelum makan atau (Misnadiarly, 2009).
Tanda danGejala Penyebab
Mual HCl meningkat
Muntah Adanya penekanan terhadap saraf vagus dan
memberikan reflex ingin muntah
Tidak Nafsu Makan Karena lambung banyak terisi HCl maka lambung
akan terasa penuh, selain itu rasa mual juga dapat
menyebab kan tidak nafsu makan.
Nyeri Peradangan oleh ageniritasi lambung terhadap
lambung
Hematemesis Perdarahan lambung akibat erosi oleh ageniritasi
lambung yang mengenai pembuluh darah di lambung
Dalam Tinja Terdapat Perdarahan lambung akibat erosi oleh ageniritasi
Darah lambung yang mengenai pembuluh darah di lambung
Mulut Terasa Asam Lambung yang terisi HCl yang penuh dapat
menyebabkan HCl terasa sampai di rongga mulut
Tabel 1.Tanda dan Gejala Gasgritis
Komplikasi gastritis dibagi menjadi dua yaitu gastritis akut dan gastritis
kronik. Gastritis akut komplikasinya adalah perdarahan saluran cerna bagian atas
berupa hematemesis dan melena. Komplikasi ini dapat berkhir syok hemoragik.
8
Gastritis kronik komplikasinya adalah perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus,
perforasi dan anemia (Mansjoer, 2001).
2.6 Prognosis
a. Gastritis akut umumnya sembuh dalam waktu beberapa hari.
b. Insidensi ulkus lambung dan kanker lambung meningkat pada gastritis
kronis tipe A.
c. Gastritis dapat menimbulkankomplikasi perdarahan saluran cerna dan
gejala klinis yang berulang.
2.7 Kompikasi
Kompikasi pada gastritis dibagi menjadi 2 jenis, Komplikasi yang timbul pada
Gastritis Akut dan komplikasi pada gastritis kronik :
9
b. Jika gejala-gejala menetap, mungkin diperlukan cairanIV.
c. Jika terdapat perdarahan, penatalaksanaannya serupa dengan hemoragie yang
terjadi pada saluran gastrointestinal bagianatas.
d. Jika gastritis terjadi akibat menelan asam kuat atau alkali, encerkan dan
netralkan asam dengan antasida umum, misalnya aluminium hidroksida,
antagonis reseptor H2, inhibitor pompa proton, antikolinergik dan sukralfat
(untuksitoprotektor).
e. Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat,gunakan sari buah jeruk yang
encer atau cuka yang diencerkan.
f. Jika korosi parah, hindari emetik dan bilas lambung karena bahaya perforasi.
2. Gastritis Kronis:
a. Modifikasi diet, reduksi stress, danfarmakoterapi.
b. H. phylory mungkin diatasi dengan antibiotik (mis; tetrasiklin atau
amoxicillin) dan garam bismuth (pepto bismol)
10
berlebihan (jenis antasida) atau obat penghambat produksi asam yang
memperbaiki motilitas usus (sistem gerakan usus). Apabila setelah dua minggu
obat tidak memberikan reaksi yang berarti, dokter akan memeriksa dengan
bantuan peralatan khusus seperti USG, endoskopi, dan lain-lain.
1. Antasida
Antasida adalah senyawa yang mempuyai kemampuan menetralkan asam
lambung atau mengikatnya.Semua obat antasida mempunyai fungsi untuk
mengurangi gejala yang berhubungan dengan kelebihan asam lambung,
tukak lambung, gastritis, tukak usus dua belas jari, dengan gejala seperti
mual, nyeri lambung, nyeri ulu hati dan perasaan penuh pada
lambung.Kebanyakan kerja antasida bersifat local karena hanya sebagian
kecil dari zat aktifnya yang diabsorpsi. Karena merupakan basa maka jika
berikatan dengan asam yang ada di lambung menyebabkan keasaman
lambung berkurang(Priyanto,2008).Penggunaan antasida bersama-sama
dengan obat lain sebaiknya dihindari karena mungkin dapat mengganggu
absorpsi obat lain. Selain itu antasida mungkin dapat merusak salut enterik
yang dirancang untuk mencegah pelarutan obat dalam lambung.
Antasida yang mengandung magnesium tidak boleh digunakan pada
pasien dengan klirens kreatinin kurang dari 30 ml/ menit karena ekskresi
magnesium dapat menyebabkan toksisitas. Hiperkalemia dapat terjadi pada
pasien dengan fungsi renal normal denganintake kalsium karbonat lebih dari
20 gram/hari dan pasien gagal ginjal dengan intake lebih dari 4 gram/hari
(Dipiro, 2008).Sediaan antasida dapat digolongkan menjadi:
a. Antasida dengan kandungan alumunium dan magnesium
Antasida yang mengandung alumunium dan magnesium relative tidak larut
dalam air seperti magnesium karbonat, oksida, dan trisilikat serta alumunium
glisinat dan hidroksida, bekerja lama bila berada dalam lambung sehingga
sebagian besar tujuan pemberian antasida tercapai.
a) Alumuniumhidroksida
Zat koloidal ini sebagian terdiri dari alumunium hidroksida
11
dan sebagian lagi sebagai alumunium oksida terikat pada molekul
air. Zat ini berkhasiat adstringens,yakni menciutkan selaput lender
berdasarkan sifat ion alumunium yang membentuk kompleks
dengan protein.Juga dapat menutupi tukak lambung dengan suatu
lapisan pelindung.
Dosis yang digunakanadalah 1-2 tablet dikunyah 4 kali
sehari dan sebelum tidur atau bila diperlukan dan sediaan suspensi
1-2sachet(7-14mL), 3-4kalisehari, anak dibawah 8 tahun 1/2-1
sachet,3-4 kali sehari. Contoh obat yang mengandung alumunium
hidroksida antara lain: Alumunium hidroksida, Alumunium
hidroksida dan Magnesium trisilikat, Antasida DOEN, Decamag,
Hufamag, Magasida, Mylanta, Promag, Stopmag,Waisan.
b) Magnesiumhidroksida
Magnesium hidroksida memiliki daya netralisasi kuat, cepat dan
banyak digunakan dalam sediaan terhadap gangguan lambung
bersama alumunium hidroksida, karbonat, dimetikon, dan alginat
(Tjay dan Rahardja, 2007). Dosis yang digunakan 1-2 tablet
dikunyah 4 kali sehari dan sebelum tidur atau bila diperlukan dan
sediaan suspensi 5 mL, 3-4 kali sehari. Contoh obatnya adalah
Alumunium hidroksida dan Magnesium trisilikat, Antasida DOEN,
Decamag, Hufamag, Magasida, Mylanta, Promag, Stopmag,
Waisan.
12
2. Antagonis reseptor histamin2
Semua antagonis reseptor H2 mengatasi tukak lambung dan
duodenumdengancaramengurangisekresiasamlambungsebagaiakibat
penghambatan reseptor histamin (H2). Antagonis H2 sebaiknya digunakan
dengan hati-hati pada pasien dengan gangguan ginjal, kehamilan dan pada
pasien menyusui (Anonim,2008).Efek samping antagonis reseptor H2 adalah
diare dan gangguan saluran cerna lainnya, pengaruh terhadap pemeriksaan
fungsi hati, sakit kepala, pusing, ruam, dan rasa letih (Anonim, 2009).
Contohobat-obatan yang termasuk golongan antagonis reseptor H2 antara
lain yaitu famotidin, ranitidin, ranitidin bismuth nitrat dan simetidin
(Anonim, 2008).
4. Analogprostaglandin
Misoprostol merupakan suatu analog prostaglandin sintetik,
memiliki sifat anti sekresi dan proteksi, memper cepat penyembuhan tukak
lambung dan duodenum. Senyawa ini dapat mencegah terjadinya tukak
karena NSAID.Penggunaannya paling cocok bagi pasien yang lemah atau
sangat lansia dimana penggunaan NSAID tidak mungkin dihentikan. Contoh
obat yang termasuk analog prostaglandin antara lain: arthrotec, cytotec,
gastrul, dan invitec (Anonim,2008).
13
5. Penghambat pompa proton (Proton pumpinhibitor)
Penghambat pompa proton yaitu omeprazol, lansoprazol, pantoprazol
dan rabeprazol menghambat sekresi asam lambung dengan cara menghambat
sistem adenosin trifosfatase hidrogen-kalium (pompa proton) dari sel parietal
lambung. Penghambat pompa proton efektif untuk pengobatan jangka
pendek tukak lambung dan duodenum. Selain itu, juga digunakan secara
kombinasi dengan antibiotika untuk eradikasi H.pylori (Anonim,2008).
Terapi awal jangka pendek dengan penghambat pompa proton merupakan
terapi pilihan pada penyakit refluks gastroesofagal dengan gejala yang berat.
Pasien dengan esofagitis kronis, ulseratif atau striktur yang ditegakkan
melalui pemeriksaan endoskopi juga biasanya memerlukan terapi
pemeliharaan dengan penghambat pompa proton. Selain itu juga,
penghambat pompa proton juga digunakan untuk mencegah dan mengobati
tukak yang menyertai penggunaan NSAID (Anonim, 2009).
14
2.10.1 Penatalaksanaan gastritis pada pelayanan primer
15
f. Antidepresan, obat ini diresepkan dokter untuk meredakan rasa nyeri saat
sakit maag.
g. Psikoterapi, dokter akan merekomendasikan psikoterapi untuk
menangani rasa cemas dan depresi yang menjadi penyebab gangguan
pencernaan. Beberapa jenis terapi psikologis yang mungkin dilakukan,
yaitu meditasi, latihan relaksasi, atau terapi bicara.
4. Lama pengobatan selama 5 hari, bila dalam 5 hari tidak ada perbaikan klinis
maka harus dirujuk.
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan
kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai
peraturan perundangan yang berlaku. Pelayanan resep adalah proses
28kegiatan yang meliputi aspek teknis dan non teknis yang harus dikerjakan mulai
dari penerimaan resep, peracikan obat sampai dengan penyerahan obat kepada
pasien.
Peresepan yang rasional menurut WHO (1985) adalah jika pasien yang
mendapat obat-obatan sesuai dengan diagnosis penyakitnya, dosis dan lama
pemakaian obat yang sesuai dengan kebutuhan pasien, serta biaya yang serendah
mungkin yang dikeluarkan pasien maupun masyarakat untuk membuat obat.
16
Menyimpang dari ketentuan di atas dapat dikatakan "tidak rasional".Pengobatan
yang rasional itu merupakan suatu hal yang kompleks dan dinamis. Prosesnya mulai
dari diagnosis, penentuan dan pemilihan jenis obat, penyediaan pelayanan obat,
petunjuk pemakaian obat, bentuk sediaan yang tepat, cara pengemasan, pemberian
label/ etiket dan kepatuhan penggunaan obat oleh penderita (Pane dkk, 2010).
17
5. Peresepan kurang (Under Prescribing)Terjadi kalau obat yang diperlukan tidak
diresepkan, dosis obat tidak cukup, dan lama pemberian obat terlalu pendek
waktunya (Kimin, 2008)
a. Manajemen Diet
Nutrisi adalah sebuah aspek dari asupan makanan yang sehat dan
keperluan untuk menghasilkan promosi kesehatan dan mencegah serta
menangani berbagai macam penyakit, tidak terkecuali ulkus peptikum.
Manajemen diet atau dietotherapy diketahui memegang kunci dalam pencegahan
18
dan pengobatan dari ulkus peptikum, dengan tujuan utama sebagai
berikut(Vomero and Colpo, 2014):
1. Memulihkan dan melindungi dinding lapisan gastrointestinal
2. Meningkatkan fungsi pencernaan
3. Meredakan sakit
4. Memberikan status nutrisi yang lebih baik
19
Karakteristik Rekomendasi
Seng/Zinc (mg) 11 40
b) Manfaat Serat
Sifat fisikokimia dari fraksi serat menghasilkan berbagai efek
fisiologis pada organisme. Serat yang larut air (ditemukan pada apel,
oatmeal dan pir) berfungsi untuk meningkatkan viskositas dalam isi
intestinal. Serat yang tidak larut air (ditemukan pada whole grains,
granola, flaxseed) berfungsi untuk meningkatkan massa tinja, sehingga
mengurangi waktu singgah pada usus besar, dan membuat proses
defekasi menjadi lancar.World Health Organization (WHO)
merekomendasikan asupan serat untuk pasien dengan ulkus peptikum
sebanyak 20-30 gram/hari. Serat berfungsi sebagai buffer yang akan
mengurangi konsentrasi dari asam dalam lambung dan waktu singgah
intestinal, yang menghasilkan pengurangan dari bloating, dan akhirnya
mengurangi ketidaknyamanan dan nyeri pada saluran
pencernaan(Vomero and Colpo, 2014).
20
c) Manfaat Probiotik
Probiotik adalah suplemen makanan yang berisi
mikroorganisme hidup yang mempunyai manfaat positif pada manusia
dalam keseimbangan mikrobial. Probiotik memegang peranan penting
dalam penanganan infeksi oleh H. pylori dalam patogenesis ulkus
peptikum pada orang dewasa. Probiotik menunjukkan efek terapeutik
dan efikasi dari probiotik untuk menangani bakteri patogen ini.
Probiotik berkontribusi untuk mengurangi laju infeksi, tetapi tidak
menghilangkan atau membunuh H. pylori tersebut. Probiotik hanya
mempunyai kemampuan untuk mengurangi jumlah bakteri dan
mengurangi infeksi yang disebabkannya. Direkomendasikan asupan
probiotik sebanyak 109 hingga 1011 CFU/hari bakteri asam laktat.
Sumber dari probiotik yang telah diteliti adalah yogurt yang
mengandung Bifidobacterium animalis dan L. acidophilus yang dapat
secara efektif menginhibisi pertumbuhan H.pylori dan mengurangi
infeksi yang disebabkannya(Vomero and Colpo, 2014).
d) Manfaat Antioksidan
Banyak penelitian yang menyimpulkan bahwa pengobatan
terbaik adalah penghilangan bakteri patogen yang menyebabkan ulkus
peptikum, yaitu H. pylori. Sebuah studi menunjukkan bahwa vitamin C
mempunyai efek yang penting dalam penghilangan bakteri patogen
dalam dosis 500 mg/hari dalam periode 3 bulan. Antioksidan lain yang
disarankan adalah capsaicin yang ada pada paprika dan cabai. Studi
pada hewan coba menunjukkan bahwa senyawa ini mempunyai efek
untuk menyembuhkan lesi pada GIT. Tetapi, studi pada subjek
menunjukkan bahwa senyawa ini mempunyai efek gastroprotektif
hanya pada pasien yang mempunyai lesi GIT terinduksi aspirin.
Namun, paprika dan cabai diketahui dapat mengiritasi mukosa lambung
dan mungkin tidak punya efek gastroprotektif pada pasien dengan ulkus
peptikum(Vomero and Colpo, 2014).
21
e) Substansi makanan yang berpotensi pada gejala ulkus peptikum
Infeksi yang disebabkan bakteri H. pylori pada ulkus peptikum
dapat disembuhkan dengan mengganti asupan makanan dan gaya hidup.
Konsumsi alkohol dapat merusak saluran cerna dengan penampakan
gejala seperti ulser. Merokok juga dapat menghambat sekresi mucus
dan bikarbonat, yang akan meningkatkan laju duodenal dan lambung
dan meningkatkan resiko pembentukan ulser. Kopi, bahkan kopi decaf,
meningkatkan produksi asam lambung yang dapat mengiritasi mukosa
GIT. Minuman bersoda juga dapat meningkatkan produksi asam serta
menyebabkan distensi lambung. Berikut ini adalah tabel yang
menggambarkan makanan yang diperbolehkan, diawasi, dan dilarang
pada pasien dengan ulkus peptikum(Vomero and Colpo, 2014).
22
Tabel 3. Makanan yang diperbolehkan, diawasi, dan dilarang pada pasien ulkus
peptikum
23
tidak diabsorbsi. Defisiensi dari vitamin ini menyebabkan gangguan
pembelahan sel dan anemia megaloblastik. Oleh karena itu, konsumsi
vitamin B12 direkomendasikan sebanyak 2,4 µg/hari, yang didapatkan
dari susu, daging dan telur(Vomero and Colpo, 2014).
Absorbsi dari asam folat dapat terganggu karena penggunaan
antasida berbasis alumunium, contohnya Gastran®, karena antasida
dapat membuat pH usus menjadi lebih basa. Oleh karena itu, asupan
dari asam folat dianjurkan sebanyak 400 µg/hari, yang didapatkan dari
kacang-kacangan dan daging(Vomero and Colpo, 2014).
24
tidur siang selama 30 menit untuk mengurangi stress fisik maupun stress
psikologis (Cheng, 2000).
25
BAB III
METODE
3.1 LokasidanWaktu
Penelitian terkait tugas khusus dilakukan Selama Praktik Kerja Profesi
Apoteker di Apotek Kimia Farma No. 375,389 dan 394 pada periode Maret 2019
3.2 MetodePelaksanaan
Pengkajian resep dilakukan berdasarkan penelusuran resep yang ada di
Apotek Kimia Farma No. 375,389 dan 394. Dilakukan pula penelusuran pustaka
terkait dengan gastritis (maag) dan selanjutnya dipilih resep yang ditujukan untuk
pasien yang menderita maag. Resep yang diperoleh kemudian dianalisis
berdasarkan kelengkapan administratif, kesesuaian farmasetis, dan pertimbangan
klinis sesuai dengan standar pelayanan kefarmasian di apotek (Permenkes No. 73
Tahun 2016). Pendalaman literatur yang berkaitan dengan kajian kasus juga
dilakukan untuk memberikan pelayanan kefarmasian yang optimal seperti
karakterisasi obat, PIO (Pemberian Informasi Obat), dan KIE (Komunikasi,
Informasi, dan Edukasi).
26
27
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian Resep Apotek Kimia Farma 375
a. Kelengkapan Resep
1. Kajian administratif
Kajian administratif meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, dan berat badan;
nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor telepon, dan paraf; serta
tanggal penulisan resep (Permenkes No. 73 Tahun 2016).
No. Persyaratan Checklist
1. Dokter:
Nama dokter √
Alamat dokter -
Nomor Surat Izin Praktek (SIP) -
Nomor telepon √
Paraf √
2. Tanggal penulisan resep √
3. Pasien:
Nama pasien √
27
Alamat -
Umur √
Jenis kelamin √
Berat badan -
Tabel 4. kajian administrative
a) Bisoprolol 2,5 mg
Bentuk sediaan: Tablet
Dosis awal: Hipertensi dan angina: 1 x 5-10 mg sehari pada pagi hari.
Gagal jantung kronik stabil: 1 x 1,25mg/ hari pada minggu pertama.
Dosis pemeliharaan: 1 x 10 mg/hari.
b) Ranitidin 150 mg
Bentuk sediaan : Tablet
Ulkus lambung dan duodenum Awal: 300 mg pada waktu tidur atau 150 mg
selama 4-8 minggu. Pemeliharaan: 150 mg pada waktu tidur. Maks: 300 mg
tawaran.
Ulserasi terkait NSAID: 150 mg bid atau 300 mg pada waktu tidur selama 8-
12 minggu. Profilaksis: 150 mg.
Infeksi H. Pylori: 300 mg pada waktu tidur atau 150 mg bid dengan
amoksisilin dan metronidazol selama 2 minggu. Lanjutkan dg ranitidine
selama 2 minggu lagi.
28
GERD: 150 mg atau 300 mg sebelum tidur hingga 8 minggu. Parah: 150 mg
4 kali / hari selama 12 minggu.
Esofagitis erosif 150 mg 4 kali / hari. Pemeliharaan: 150 mg tawaran.
3. Kajian Klinis
a) Bisoprolol
Dosis yang diberikan : 2,5 mg satu kali sehari pada pagi hari.
b) Ranitidine
29
Dosis yang diberikan : 150 mg satu kali sehari pada pagi hari sebelum
makan.
Berdasarkan keluhan pasien dan kajian klinis di atas, dapat diketahui bahwa
pasien mendapatkan obat dengan ketepatan indikasi dan dosis yang baik. Pasien juga
diketahui tidak memiliki kriteria kontraindikasi dan tidak terdapat interaksi antara
kedua obat tersebut, sehingga keduanya aman untuk dikonsumsi.
4. Perhitungan Bahan
Nama Obat Cara Jumlah Harga
Penggunaan
Bisoprolol 2,5 mg 1 x 1 hari 1 30 Rp. 2,318 x
tablet setelah tablet 30 tablet =
makan pada Rp. 69,540
pagi hari (BPJS)
30
5. Edukasi Pasien
Pasien diedukasi terkait kandungan, fungsi dan cara pemakaian tiap obat.
Untuk ranitidine diberitahukan bahwa jika keluhan pada lambung sudah mereda
dapat dihentikan penggunaannya, namun untuk bisoprolol harus tetap dikonsumsi
secara rutin walaupun keluhan sudah tidak dirasakan, agar tekanan darah dapat
terkendali secara konsisten. Setelah itu, pasien dijelaskan bahwa obat aman
dikonsumsi karena tidak saling berinteraksi, tanggal kadaluwarsa masih lama dan
kemungkinan efek samping yang mungkin terjadi. Untuk menunjang terapi yang
dijalankan, pasien juga diingatkan untuk selalu menjaga makanan, olahraga secara
rutin, hindari alcohol dan rokok serta hindari stress.
31
4.1.2 Resep 2 Apotek Kimia Farma No. 375
S 1 dd 1 (pagi, ac)
S 1 dd 1 (pagi, pc)
S 1 dd 1 (malam, pc)
b. Kelengkapan Resep
1. Kajian administratif
Kajian administratif meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, dan berat badan;
nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor telepon, dan paraf; serta
tanggal penulisan resep (Permenkes No. 73 Tahun 2016).
No. Persyaratan Checklist
1. Dokter:
Nama dokter √
Alamat dokter -
Nomor Surat Izin Praktek (SIP) -
Nomor telepon √
Paraf -
2. Tanggal penulisan resep √
3. Pasien:
Nama pasien √
Alamat -
Umur √
Jenis kelamin √
Berat badan -
32
Berdasarkan kajian administratif yang dilakukan terhadap resep di atas, resep
tersebut termasuk ke dalam resep yang kurang lengkap karena di bagian identitas
dokter tidak mencantumkan alamat dokter dan nomor SIP dokter sehingga akan
membuat apoteker sulit untuk menghubungi dokter jika dibutuhkan. Ditambah lagi,
dokter juga tidak membubuhkan parafnya, yang membuat keaslian dari resep tersebut
dapat dipertanyakan. Sedangkan di bagian identitas pasien, alamat pasien, dan berat
badan pasien tidak tercantum, yang dapat mempersulit Apoteker untuk menghitung
penyesuaian dosis untuk pasien jika dibutuhkan.
2. Kajian farmasetis
Pertimbangan farmasetis meliputi bentuk dan kekuatan sediaan, stabilitas, dan
kompatibilitas (ketercampuran obat).
a) Lansoprasol 30 mg
Bentuk sediaan: Kapsul
Dosis awal: Tukak lambung dan duodenum: 1 x 15 – 30 mg/ hari.
c) Clopidogrel 75 mg
Bentuk sediaan: Tablet
Dosis awal: 1 x 300 mg,
Dosis pemeliharaan: 1 x 75 mg.
3. Kajian Klinis
a. Lansoprazol
Komposisi : Lansoprazol 30 mg
Indikasi : Tukak lambung, tukak duodenum.
33
Dosis Lazim : Tukak lambung dan duodenum: 1x 15 – 30 mg/ hari.
Dosis pemeliharaan: 1x 15 mg/ hari
Dosis yang : 30 mg satu kali sehari
diberikan
Farmakologi : Bekerja menekan sekresi asam lambung dengan menghambat aktivitas
enzim H/K ATPase (pompa proton) pada permukaan kelenjar sel
parietal gastrik pada pH < 4. Lansoprazole yang berikatan dengan
proton (H) secara cepat akan diubah menjadi sulfonamid, suatu
penghambat pompa proton yang aktif.
Kontraindikasi : Penderita yang hipersensitif terhadap lansoprazol
Efek Samping : Urtikaria, mual, muntah, konstipasi, kembung, nyeri abdomen, lesu,
pandangan kabur, perubahan enzim hati dan gangguan fungsi hati,
depresi, mulut kering.
Interaksi : Lansoprazole mengurangi efek clopidogrel dengan memengaruhi
metabolisme enzim hati CYP2C19. Gunakan hati-hati / monitor.
Rata-rata AUC dari metabolit aktif clopidogrel berkurang sebesar-
14% ketika lansoprazole digunakan bersama dibandingkan dengan
pemberian clopidogrel saja pada subyek sehat yang merupakan
metabolizer luas CYP2C19. Kemanjuran Clopidogrel dapat
dikurangi dengan obat yang menghambat CPY2C19. Penghambatan
agregasi trombosit oleh clopidogrel sepenuhnya karena metabolit
clopidogrel aktif. Clopidogrel dimetabolisme sebagian oleh
CYP2C19
b. Bisoprolol 2,5 mg
34
pertama.
Dosis pemeliharaan: 1x10 mg/hari.
Dosis yang : 2,5 mg satu kali sehari
diberikan
Farmakologi : Bisoprolol berperan sebagai antagonis reseptor adrenergik
β1 kardioselektif.
Kontraindikasi : Hipersensitif, blok atrioventrikular derajat kedua atau
ketiga, gagal jantung, syok kardiogenik, sinus bradycardia
parah.
Efek Samping : Gastrointestinal: Diare (2,6% hingga 3,5%) Neurologis:
Sakit kepala (8,8% hingga 10,9%) Pernafasan: Rhinitis
(2,9% hingga 4%), infeksi saluran pernapasan atas (4,8%
hingga 5%). Lainnya: Kelelahan (6,6% hingga 8,2%).
Interaksi : Bisoprolol tidak boleh dikombinasi dengan obat
penghambat-β lainnya. Obat penghambat saluran kalsium,
obat antiaritmik, obat alpha-blocker, obat anastesi, malaria
dan obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID).
c. Clopidogrel 75 mg
35
Kontraindikasi : Pasien yang hipersensitif terhadap komponen yang
terkandung di dalam CPG. Pasien yang mengalami
perdarahan patologis seperti ulkus peptikum atau
perdarahan intracranial.
Efek Samping : Pendarahan, pendarahan gastrointestinal, gangguan
hematologi, gangguan system saraf pusat dan perifer.
Interaksi : Mengganggu proses pembuangan clopidogrel dari tubuh
jika dikonsumsi bersama dengan obat penghambat pompa
proton (proton pump inhibitors), seperti omeprazole,
cimetidine, ticlopidine, fluvoxamine, fluoxetine,
ketoconazole, dan voriconazole. Clopidogrel juga dapat
memperlambat pembuangan obat diabetes repaglinide.
Meningkatnya risiko perdarahan jika dikonsumsi bersama
dengan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS).
Perhitungan Bahan
36
Bisoprolol 2,5 mg 1 x 1 hari 1 30 Rp. 2,318 x
tablet tablet 30 tablet =
sesudah Rp. 69,540
makan pada (BPJS)
pagi hari
4. Edukasi Pasien
Pasien diedukasi terkait kandungan, fungsi dan cara pemakaian tiap obat.
Untuk lansoprazole diberitahukan bahwa jika keluhan pada lambung sudah mereda
dapat dihentikan penggunaannya, namun untuk bisoprolol dan clopidogrel harus
tetap dikonsumsi secara rutin walaupun keluhan sudah tidak dirasakan, agar tekanan
darah dapat terkendali secara konsisten. Penting untuk diketahui pasien jika
lansoprazole dan clopidogrel tidak boleh dikonsumsi secara bersamaan, karena kedua
obat tersebut saling berinteraksi, sehingga harus diberi jarak waktu dalam
penggunaannya. Setelah itu, pasien dijelaskan bahwa obat aman dikonsumsi karena
tidak ada interaksi lainnya, tanggal kadaluwarsa masih lama dan beberapa
kemungkinan efek samping yang mungkin terjadi. Untuk menunjang terapi yang
dijalankan, pasien juga diingatkan untuk selalu menjaga makanan, olahraga secara
rutin, hindari alcohol dan rokok serta hindari stress.
37
4.2 Pengkajian Resep Apotek 389
R/ Aspilets 8 mg XXX
R/ ISDN 5 mg XC
S 3 dd 1 (pc)
R/ Lansoprazole 30 mg XXX
S 1 dd 1 (pagi, ac)
38
Dosis awal: Aangina: 80 mg sehari pada pagi hari.
Dosis pemeliharaan: 1 x 80 mg/hari.
b) ISDN 5 mg
Bentuk sediaan : Tablet
Terapi profilaksis angina pectoris : sediaan oral 15-80 mg/ hari dibagi dalam 2-3
dosis.
c) Lansoprazole 30 mg
Bentuk sediaan: Kapsul
Dosis awal: Tukak lambung dan duodenum: 1 x 15 – 30 mg/ hari.
Dosis Pemeliharaan: 1 x 15 mg/ hari
2. Kajian Klinis
1. Aspilets 80 mg
miokard.
39
.
2. ISDN
3. Lansoprazole
Komposisi : Lansoprazole 30 mg
Indikasi : Tukak duodenum dan refluks esofagus, tukak lambung
ringan.
Dosis lazim : Dewasa : 15-30 mg tiap pagi hari untuk 2-4 minggu.
GERD
15-30 mg satu kali sehari. Ulkus peptik : 30 mg satu
kali sehari 15-30 mg
Kontraindikasi : hipersensitivitas terhadap lansoprazole
Interaksi obat : Lansoprazole mengurangi efek clopidogrel dengan
memengaruhi metabolisme enzim hati CYP2C19.
Efek samping : Urtikaria, mual, muntah, konstipasi, kembung, nyeri
abdomen, lesu, pandangan kabur, perubahan enzim hati
dan gangguan fungsi hati, depresi, mulut kering.
Berdasarkan keluhan pasien dan kajian klinis di atas, dapat diketahui bahwa pasien
mendapatkan obat dengan ketepatan indikasi dan dosis yang baik. Pasien juga diketahui tidak
memiliki kriteria kontraindikasi dan tidak terdapat interaksi antara kedua obat tersebut,
sehingga keduanya aman untuk dikonsumsi.
40
3. Perhitungan Bahan
Aspilets (miniaspi)
Jumlah : 30 Tablet
Aturan pakai : 1 kali sehari 1 tablet setelah makan pagi
41
Lansoprazole
Jumlah : 30 tablet
Aturan pakai : 1 kali sehar 1 tablet sebelum makan pagi
4. Edukasi
Pasien diberikan edukasi terkait penobatannya, miniaspi sangat di anjurkan diminum
setelah makan dikarenakan dapat mengakibatkan terjadinya iritasi lambung. Lansoprazole
diharuskan diminum pagi hari untuk menjaga kondisi keasaman lambung dapat benar benar
terjaga sehingga tidak terkena efek samping dari miniaspi itu sendiri. Pemakaian obat isdn 3
kali sehari dengan selang waktu 8 jam agar terapi yang didapat maksimal.
42
(Permenkes No. 73 Tahun 2016).
No. Persyaratan Checklist
1. Dokter:
Nama dokter √
Alamat dokter -
Nomor Surat Izin Praktek (SIP) √
Nomor telepon √
Paraf √
2. Tanggal penulisan resep √
3. Pasien:
Nama pasien √
Alamat -
Umur √
Jenis kelamin √
Berat badan -
Berdasarkan kajian administratif yang dilakukan terhadap resep di atas, resep tersebut
termasuk ke dalam resep yang kurang lengkap karena di bagian identitas dokter tidak
mencantumkan alamat dokter, namun apoteker mencantumkan SIP dan alamat dapat dilihat
dari alamat rumah sakit tempat dokter praktik.
3. Kajian farmasetis
a) Bisoprolol 2,5 mg
Bentuk sediaan: Tablet
Dosis awal: Hipertensi dan angina: 1 x 5-10 mg sehari pada pagi hari.
Gagal jantung kronik stabil: 1 x 1,25mg/ hari pada minggu pertama.
Dosis pemeliharaan: 1 x 10 mg/hari.
43
c) ISDN 5 mg
Bentuk sediaan : Tablet
Terapi profilaksis angina pectoris : sediaan oral 15-80 mg/ hari dibagi dalam 2-3
dosis.
d) Lansoprazole 30 mg
Bentuk sediaan: Kapsul
Dosis awal: Tukak lambung dan duodenum: 1 x 15 – 30 mg/ hari.
Dosis Pemeliharaan: 1 x 15 mg/ hari
4. Kajian Klinis
1. Bisoprolol
Dosis yang diberikan : 2,5 mg satu kali sehari pada pagi hari.
2. Aspilets 80 mg
miokard.
44
Dosis yang diberikan : 80 mg satu kali sehari pada pagi hari.
3. ISDN
4. Lansoprazole
Komposisi : Lansoprazole 30 mg
Indikasi : Tukak duodenum dan refluks esofagus, tukak lambung
ringan.
Dosis lazim : Dewasa : 15-30 mg tiap pagi hari untuk 2-4 minggu.
GERD
45
15-30 mg satu kali sehari. Ulkus peptik : 30 mg satu
kali sehari 15-30 mg
Kontraindikasi : hipersensitivitas terhadap lansoprazole
Interaksi obat : Lansoprazole mengurangi efek clopidogrel dengan
memengaruhi metabolisme enzim hati CYP2C19.
Efek samping : Urtikaria, mual, muntah, konstipasi, kembung, nyeri
abdomen, lesu, pandangan kabur, perubahan enzim hati
dan gangguan fungsi hati, depresi, mulut kering.
Berdasarkan keluhan pasien dan kajian klinis di atas, dapat diketahui bahwa pasien
mendapatkan obat dengan ketepatan indikasi dan dosis yang baik. Pasien juga diketahui tidak
memiliki kriteria kontraindikasi dan tidak terdapat interaksi antara kedua obat tersebut,
sehingga keduanya aman untuk dikonsumsi.
4. Perhitungan Bahan
Bisoprolol 5 mg
Jumlah : 30 tablet
Aturan Pakai : 1 kali sehari 1 tablet setelah makan pagi
Aspilets (miniaspi)
Jumlah : 30 Tablet
Aturan pakai : 1 kali sehari 1 tablet setelah makan pagi
46
ISDN (Isosorbid dinitrate)
Jumlah : 90 tablet
Aturan pakai : 3 kali sehari 1 tablet sebelum makan
Lansoprazole
Jumlah : 30 tablet
Aturan pakai : 1 kali sehar 1 tablet sebelum makan pagi
47
4. Edukasi
Pasien diberikan edukasi terkait penobatannya, miniaspi sangat di anjurkan diminum
setelah makan dikarenakan dapat mengakibatkan terjadinya iritasi lambung. Lansoprazole
diharuskan diminum pagi hari untuk menjaga kondisi keasaman lambung dapat benar benar
terjaga sehingga tidak terkena efek samping dari miniaspi itu sendiri. Pemakaian obat isdn 3
kali sehari dengan selang waktu 8 jam agar terapi yang didapat maksimal. Bisoprolol lebih
baik digunakan dipagi hari satu tablet setelah makan pagi, interaksi dengan miniaspi (aspilet)
diharapkan mampu mengatasi gejala penyakit jantung kororner yang diderita.
48
4.3 Pengkajian Resep Apotek 394
4.3.1 Resep 1 Apotek Apotek 394
a. Kajian Administratif
PADA RESEP
NO. URAIAN
ADA TIDAK
Inscription
Identitas dokter :
1. Nama dokter
2. SIP dokter
3. Alamat dokter
4. Nomor telepon
Invocatio
6. Tanda resep di awal penulisan resep (R/)
Prescriptio/ordonatio
7. Nama obat
8. Kekuatan obat
49
9. Jumlah obat
Signatura
10. Nama pasien
12 Umur pasien
Subscriptio
17. Tanda tangan/paraf dokter
Kestabilan penyimpanan
Stabil disimpan dibawah suhu 30ºC
c. Pertimbangan klinis
Ketepatan indikasi dan dosis obat
lansoprazole 30mg sehari 30mg untuk
dewasa. Belum ada pengalaman pemberian
lansoprazole pada anak-anak.
50
d. Cara pemberian
Lansoprazole diberikan 1 kali sehari untuk mencapai efek hilangnya gejala-
gejala, lansoprazole sebaiknya diberikan pagi hari sebelum makan
Duplikasi/polifarmasi
-
Efek samping
Sakit kepala, diare, nyeri abdomen, dirpepsi,mual muntah, mulut
kering, sembelit, kembung, pusing, ruam kulit
Terjadi kenaikan nilai-nilai terfungsi hati yang bersifat sementara
dan akan normal kembali
Kadang-kdang dapat terjadi artralgia, edema perifer dan depresi.
Kontra indikasi
Penderita yang hipersensitif terhadap lansoprazole
Interaksi Obat
Terutama harus hati-hati bila diberikan Bersama-sama dengan obat-
obat kontrasepsi oral dan preparat seperti fenitoin, teofilin, dan
warfarin
Antasida dan sukralfat akan mengurangi biovaibilitas lansoprazole
dan jangan diberikan antara satu jam setelah makan lansoprazole.
Cefixime
Bentuk sediaan dan indikasi obat
Bentuk sediaan cefixime adalah kapsul 50 mg, pengobatan untuk
infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme strain yang rentan,
infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh Escherichia coli dan
Proteus mirabilis, otitis media yang disebabkan oleh Haemophilus
(strain Betalactamase-positif dan – negative) dan Streptococcus
pyogenes, bronchitis kronis dengan eksaserbasi akut yang disebabkan
oleh Streptococcus pneumoniae dan Haemophillus influenza (strain
betalactamase-positif dan-negatif )
Dosis
Dewasa dan anak-anak dengan berat badan minimal 30kg:
Dosis umum perhari yang direkomendasikan : 50-100mg (potensi) Cefixime diberikan secara
oral 2 kali sehari. Dosis disesuaikan dengan umur, berat badan dan kondisi penderita.
Infeksi berat atau sulit sembuh : dosis dapat ditingkatkan sampai 200mg (potensi) diberikan 2
kali sehari
Penderita dengan kerusakan fungsi ginjal :
Memerlukan modifikasi dosis, tergantung tingkat kerusakannya. Dosis disarankan adalah
75% dari dosis standar (yaitu 300mg perhari) jika creatine clearance antara 21 dan 60
ml/menit.
Untuk penderita hemodialysis ginjal dan continuous ambulatory peritoneal dialysis,
digunakan 50% dosis standar (misalnya 200mg perhari) jika creatine clearance <20ml/menit
51
Cara penyimpanan
Simpan pada suhu di bawah 300C, terlindung dari cahaya.
Pertimbangan klinis
Umum : hati-hati segala bentuk reaksi hipersensitifitas yang terjadi seperti syok.
Pemberian harus hati-hati pada penderita yang mempunyai pengalaman hipersensitifitas pada
penicillin, penderita yang mempunyai gejala segala macam bentuk alergi asma bronchial,
ruam, gatal-gatal, penderita gangguan ginjal yang serius.
Penderita kurang gizi : penderita yang dpat makanan secara parenteral seperti lansia atau
peenderita yang sangat lemah. Observasi sangat diperlukan, karena gejalakekurangan vitamin
K dapat terjadi, sediaan ini sebaiknya jangan diberikan kepada penderita yang masih dapat
diobati dengan antibiotika lain, penderita dengan riwayat hipersensitifitas terhadap antibiotika
golongan cefalosporin lainnya. Penggunaan pada penderita hamil dan menyususi :
penggunaan selama kehamilan belum diketahui. Penggunaan cefixime pada wanita hamil
atau wanita yamg diduga hamil, harus dilihat kegunaannya lebih besar dari pada resiko yang
mungkin ditimbulkannya. Belum diketahui apakah Cefixim diekresikan melalui ASI. Harus
dipertimbangkan penghentian pemberian ASI selama pengobatan dengan Cefixim.
Penggunaan pada anak-anak : keamanan pada bayi baru lahir atau premature belum
diketahui.
Efek Samping
Syok : perhatian yang memadai harus diberikan pada pengobatan dengan Cefixim, karena
gejala syok kadang terjadi. Apabila terdapat gejala atau tanda-tanda seperti merasa tidak
sehat, mulut tidak enak, pusing, stidor, keinginan BAB yang abnormal, tintus atau terjadi
diaphoresis, pengobatan harus segera dihentikan, hipersensitifitas: jika terlihat tanda-tanda
reaksi hipersensitifitas, misalnya ruam,gatal-gatal, eritema, pruritus atau demam, pengobatan
dengan cefixime harus segera dihentika. Hematologi: granulositopenia, eosinophilia dan
thrombositopenia mungkim terjadi, pengobatan dengan cefixime harus dihentikan apabila
terlihat gejala abnormal. Sudah terdapat laporan bahwa anemia hemolitik dapat terjadi pada
pemakaian antibiotik cephem lainnya. Hati : mungkin terjadi peningkatan GOT, GPT, atau
alkaline fospatase, walupun jarang. Ginjal : dapat terjadi sewaktu-waktu. Disarankan
dilakukan pengamatan fungsi ginjal untuk penderita fungsi ginjal, misalnya insufisiensi ginjal
akut, walaupun jarang terjadi jika terlihat tanda-tanda abnormal, hentikan pemberian cefixime
dan harus dilakukan pemeriksaan lainnya yang cocok.saluran cerna : colitis yang serius,
misalnya colitis pseudomembran, ditanda dengan adanya darah pada kotoran. Sakit pada dada
atau diare yang sering dilakukan pengujian laboratorium, termasuk penghentian pemberian
cefixime. Jarang terjadi muntah, diare, sakit dada, rasa tidak enak pada perut, heartburn atau
anoreksia dan mual dan perasaan abdomen membesar atau konstipasi. Pernafasan : intersitial
penemonia atau PIE syndrome, ditunjukkan dengan demam, batuk, dyspnea, foto rontgen
dada yang abnormal atau dapat terjadi eosinophilia. Jika terlihat gejala-gejala tersebut,
pengobatan dengan cefixime harus dihentikan dan dilakukan pengujian di laboratorium,
misalanya harus diberikan hormone ardenorkotikit. Perubahan bakteri pada tubuh : jarang
terjadi stomatitis atau kandidiasis. Kekurangan vitamin : jarang terjadi, kekurangan vitamin K
(misalnya hypoprothrombinemia atau tendesi pendarahan) atau kekurangan grup vitamin B
(misalnya glossitis, stomatitis, anoreksia atau neuritis). Lain-lain : dapat terjadi sakit kepala
atau pusing. Beberapa penilitian pada bayi tikus yang diberikan 100mg/kg/hari secara oral,
dilaporkan penurunan spermatogenesis. Pengaruh pada hasil nilai uji laboratorium: hasil+
yang salah dapat terjadi pada tes gula urin menggunaka Benedict, larutan fehling dan
Clinitas. Hasil + yang salah tidak dilaporkan pada uji dengan tes Tape dan dapat terjadi hasil
yang langsung + pada tes Coomb.
52
e. Kajian kesesuaian farmasetik
New diatab
Bentuk sediaan dan indikasi obat
New diatab untuk pengobatan simtomatik pada diare non-spesifik (diare
yang tidak diketahui penyebabnya dengan jelas).
Dosis
Dewasa dan anak-anak diatas 12 tahun : 2 tab setelah buang air besar.
Maksimum penggunaan 12 tab dalam 24 jam, anak-anak 6 sampai 12
tahun : 1 tab setiap setelah buang air besar. Jika gejala-gejala masing
berlangsung terus, berkonsultasi dengan dokter.
Kestabilan penyimpanan
Stabil disimpan dibawah suhu 30ºC terhindar dari cahaya matahari
langsung dan jauhkan dari jangkauan anak-anak.
g. Kontraindikasi
Obat ini tidak boleh di berikan pada pasien dimana konstipasi harus dihindari,
penderita obstruksi usus dan hipersensitif terhadap activated atta pulgite.
h. Efek samping
Konstipasi biasanya ringan dan bersifat sementara .
53
j. Interaksi obat
Pemberian bersamaan dengan digoksin akan menurunkan kadar digoksin
dalam darah.
54
PADA RESEP
NO. URAIAN
ADA TIDAK
Inscription
Identitas dokter :
1. Nama dokter
2. SIP dokter
3. Alamat dokter
4. Nomor telepon
Invocatio
6. Tanda resep di awal penulisan resep (R/)
Prescriptio/ordonatio
7. Nama obat
8. Kekuatan obat
55
9. Jumlah obat
Signatura
10. Nama pasien
12 Umur pasien
Subscriptio
17. Tanda tangan/paraf dokter
Dosis
56
Kestabilan penyimpanan
l. Pertimbangan klinis
57
m. Cara pemberian
Lansoprazole diberikan 1 kali sehari untuk mencapai efek hilangnya gejala-
gejala, lansoprazole sebaiknya diberikan pagi hari sebelum makan
Duplikasi/polifarmasi
Efek samping
Kontra indikasi
Interaksi Obat
Terutama harus hati-hati bila diberikan Bersama-sama dengan obat-obat
kontrasepsi oral dan preparat seperti fenitoin, teofilin, dan warfarin
Antasida dan sukralfat akan mengurangi biovaibilitas lansoprazole dan
jangan diberikan antara satu jam setelah makan lansoprazole.
Cefixime
Bentuk sediaan dan indikasi obat
Bentuk sediaan cefixime adalah kapsul 50 mg, pengobatan untuk infeksi
yang disebabkan oleh mikroorganisme strain yang rentan, infeksi saluran
kemih yang disebabkan oleh Escherichia coli dan Proteus mirabilis, otitis
media yang disebabkan oleh Haemophilus (strain Betalactamase-positif
dan – negative) dan Streptococcus pyogenes, bronchitis kronis dengan
eksaserbasi akut yang disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae dan
Haemophillus influenza (strain betalactamase-positif dan-negatif )
58
Dosis
Dewasa dan anak-anak dengan berat badan minimal 30kg:
Dosis umum perhari yang direkomendasikan : 50-100mg (potensi) Cefixime diberikan
secara oral 2 kali sehari. Dosis disesuaikan dengan umur, berat badan dan kondisi
penderita.
Infeksi berat atau sulit sembuh : dosis dapat ditingkatkan sampai 200mg (potensi)
diberikan 2 kali sehari
Penderita dengan kerusakan fungsi ginjal :
Memerlukan modifikasi dosis, tergantung tingkat kerusakannya. Dosis disarankan adalah
75% dari dosis standar (yaitu 300mg perhari) jika creatine clearance antara 21 dan 60
ml/menit.
Untuk penderita hemodialysis ginjal dan continuous ambulatory peritoneal dialysis,
digunakan 50% dosis standar (misalnya 200mg perhari) jika creatine clearance
<20ml/menit
Cara penyimpanan
Simpan pada suhu di bawah 300C, terlindung dari cahaya.
Pertimbangan klinis
Umum : hati-hati segala bentuk reaksi hipersensitifitas yang terjadi seperti syok.
Pemberian harus hati-hati pada penderita yang mempunyai pengalaman hipersensitifitas
pada penicillin, penderita yang mempunyai gejala segala macam bentuk alergi asma
bronchial, ruam, gatal-gatal, penderita gangguan ginjal yang serius.
Penderita kurang gizi : penderita yang dpat makanan secara parenteral seperti lansia atau
peenderita yang sangat lemah. Observasi sangat diperlukan, karena gejalakekurangan
vitamin K dapat terjadi, sediaan ini sebaiknya jangan diberikan kepada penderita yang
masih dapat diobati dengan antibiotika lain, penderita dengan riwayat hipersensitifitas
terhadap antibiotika golongan cefalosporin lainnya. Penggunaan pada penderita hamil
dan menyususi : penggunaan selama kehamilan belum diketahui. Penggunaan cefixime
pada wanita hamil atau wanita yamg diduga hamil, harus dilihat kegunaannya lebih besar
dari pada resiko yang mungkin ditimbulkannya. Belum diketahui apakah Cefixim
59
diekresikan melalui ASI. Harus dipertimbangkan penghentian pemberian ASI selama
pengobatan dengan Cefixim.
Penggunaan pada anak-anak : keamanan pada bayi baru lahir atau premature belum
diketahui.
Efek Samping
Syok : perhatian yang memadai harus diberikan pada pengobatan dengan Cefixim, karena
gejala syok kadang terjadi. Apabila terdapat gejala atau tanda-tanda seperti merasa tidak
sehat, mulut tidak enak, pusing, stidor, keinginan BAB yang abnormal, tintus atau terjadi
diaphoresis, pengobatan harus segera dihentikan, hipersensitifitas: jika terlihat tanda-
tanda reaksi hipersensitifitas, misalnya ruam,gatal-gatal, eritema, pruritus atau demam,
pengobatan dengan cefixime harus segera dihentika. Hematologi: granulositopenia,
eosinophilia dan thrombositopenia mungkim terjadi, pengobatan dengan cefixime harus
dihentikan apabila terlihat gejala abnormal. Sudah terdapat laporan bahwa anemia
hemolitik dapat terjadi pada pemakaian antibiotik cephem lainnya. Hati : mungkin terjadi
peningkatan GOT, GPT, atau alkaline fospatase, walupun jarang. Ginjal : dapat terjadi
sewaktu-waktu. Disarankan dilakukan pengamatan fungsi ginjal untuk penderita fungsi
ginjal, misalnya insufisiensi ginjal akut, walaupun jarang terjadi jika terlihat tanda-tanda
abnormal, hentikan pemberian cefixime dan harus dilakukan pemeriksaan lainnya yang
cocok.saluran cerna : colitis yang serius, misalnya colitis pseudomembran, ditanda
dengan adanya darah pada kotoran. Sakit pada dada atau diare yang sering dilakukan
pengujian laboratorium, termasuk penghentian pemberian cefixime. Jarang terjadi
muntah, diare, sakit dada, rasa tidak enak pada perut, heartburn atau anoreksia dan mual
dan perasaan abdomen membesar atau konstipasi. Pernafasan : intersitial penemonia atau
PIE syndrome, ditunjukkan dengan demam, batuk, dyspnea, foto rontgen dada yang
abnormal atau dapat terjadi eosinophilia. Jika terlihat gejala-gejala tersebut, pengobatan
dengan cefixime harus dihentikan dan dilakukan pengujian di laboratorium, misalanya
harus diberikan hormone ardenorkotikit. Perubahan bakteri pada tubuh : jarang terjadi
stomatitis atau kandidiasis. Kekurangan vitamin : jarang terjadi, kekurangan vitamin K
(misalnya hypoprothrombinemia atau tendesi pendarahan) atau kekurangan grup vitamin
B (misalnya glossitis, stomatitis, anoreksia atau neuritis). Lain-lain : dapat terjadi sakit
60
kepala atau pusing. Beberapa penilitian pada bayi tikus yang diberikan 100mg/kg/hari
secara oral, dilaporkan penurunan spermatogenesis. Pengaruh pada hasil nilai uji
laboratorium: hasil+ yang salah dapat terjadi pada tes gula urin menggunaka Benedict,
larutan fehling dan Clinitas. Hasil + yang salah tidak dilaporkan pada uji dengan tes Tape
dan dapat terjadi hasil yang langsung + pada tes Coomb.
61
BAB 5
5.1. Kesimpulan
1. Gastritis (penyakit maag) adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya asam
lambung yang berlebih atau meningkatnya asam lambung sehingga
mengakibatkan imflamasi atau peradangan dari mukosa lambung seperti
teriris atau nyeri pada ulu hati.
2. Beberapa pilihan terapi farmakologi yang dapat menjadi pilihan dalam
pengobatan gastritis adalah antasida, antagonis reseptor histamin 2, kelator
dan senyawa kompleks, analog prostaglandin, penghambat pompa proton dan
antibiotik untuk mengatasi infeksi bakteri H. Pylori.
3. Ketepatan pengobatan yang diberikan kepada pasien Gastritis di Apotek
Kimia Farma No. 375, No. 389 dan No. 394 sudah baik.
4. Terapi non farmakologi yang dapat diedukasi kepada pasien gastritis adalah
manajemen diet dan manajemen gaya hidup.
5.2. Saran
1. Analisis resep seharusnya dilakukan secara menyeluruh dengan jumlah yang
lebih sedikit agar dapat mencegah pasien mendapatkan pengobatan yang tidak
rasional dan analisis resep menjadi lebih efektif dan bermanfaat
2. Penyakit yang diusulkan untuk tugas khusus seharusnya merupakan penyakit
yang sering diresepkan obatnya oleh dokter, sehingga kebermanfaatan tugas
khusus dapat menjadi lebih besar.
62
DAFTAR PUSTAKA
63
16. Sudaryat Suraatmaja, 2007, Kapita Selekta Gastroenterologi Anak, Jakarta: CV.
Sagung Seto
17. Tan Hoan Tjay&Kirana Rahardja, 2002, Obat-obat Penting: Khasiat,
Penggunaan, dan Efek Sampingnya Edisi Ke-5, Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.
18. Terry Looker And Olga Gregson, 2005, Managing Stres, cetakan 1, terjemahan
Haris Setiawati, Yogyakarta: BACA
19. Ronal H. Sitorus, 1996, Pedoman Perawatan Dan Pengobatan Berbagai
Penyakit, Bandung : Pionir Jaya.
20. Vera uripi, 2001, Menu Untuk Penderita Hepatitis Dan Gangguan Saluran
Pencernaan, cetakan 1, Jakarta: Puspa Swara.
21. Doengoes, Marilyn E. dkk. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta
:Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
22. Kimin, A. 2008. Peresepan Tidak Rasional. http://apotekputer.com. Diakses
tanggal 22 september 2012.
23. Pane,Y.S, dan Leo Adnan. 2010. Peresepan Obat yang Rasional. Dept.
Farmakologi dan Teraupetik FK USU.
24. Wehbi, M. 2008. Acute Gastritis. Medscape.diakses tanggal 21 September
2014.
25. World Health Organization (WHO). 2012. Angka Kematian Bayi. Amerika:
WHO.
26. Cheng, Y. (2000). Physical activity and peptic ulcers. Western Journal Of
Medicine, 173(2), 101-107. http://dx.doi.org/10.1136/ewjm.173.2.101
27. Habeeb, A., Tiwari, S., Bardia, A., Khan, S., Kumar, S., & Vishwakarma, V. et
al. (2016). Peptic Ulcer Disease: Descriptive Epidemiology, Risk Factors,
Management and Preventi. SM Group.
28. Vomero, N., & Colpoi, E. (2014). Nutritional care in peptic ulcer. ABCD.
Arquivos Brasileiros De Cirurgia Digestiva (São Paulo), 27(4), 298-302. doi:
10.1590/s0102-67202014000400017
64