Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN OBAT DIGITALIS

OLEH

YAYASAN BANJAR INSAN PRESTASI AKADEMI KEPERAWATAN INTAN MARTAPURA TAHUN AJARAN:2012/2013

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Gagal jantung merupakan suatu keadaan patofisiologi dimana terjadi suatu abnormalitas dari fungsi jantung sebagai penanggung jawab dalam pemompaan darah sehingga terjadi kecepatan pompa yang tidak seimbang dengan kenbutuhan metabolism jarinagan.Berbagai factor dapat berperan sebagai pemicu terjadinya gagal jantung antara lain emboli pulmo

,infeksi,anemia,tiroloksikosis,aretmia,miokarditis,endokarditis,diet,hipertensi sistolik,infark miokard atau stiap kelainan yang membuat jantung sebagai pompa menjadi hipoefektif.dengan demikian gagal jantung lebih merupakan suatu komplikasi penyakit jantung sebelumnya(1,2,) .Gejala-gejala yang tibul pada penderita gagal jantung disebabkan oleh menurunnya fungsi dingin, jantung ditandai dengan kelemahan paru

umum,pingsan,berdebar-debar,kulit

berkeringat,terjadinya

bendungan

sehngga terjadinya sesak,sianosin dan terjadinya bendungan sistemik dengan tanpaknya gejala odem,yang pada tahap lanjut bias menyebabkan disritmi dan

kematian(3,4,).Melihat keadaan ini maka perlu dilakukan upaya agar kekuatan kontraksi jantung meningakt sehingga perlu pemberian obat-obat kardiotonika termasuk didalamnya digitalis.

BAB II PEMBAHASAN

1.Defenisi

Digitalis adalah salah satu obat-obat tertua, dipakai sejak tahun 1200 dan sampai kini masih terus dipakaidalam bentuk yang telah dimurnikan. Digitalis dihasilkan dari tumbuhan foxglove ungu dan putih, dapat bersifat racun. Pada tahun 1785 William Withening dari Inggris menggunakan digitalis untuk menyembuhkan sakit bengkak yaitu edema pada ekstremitas akibat insufisiensi ginjal dan jantung.

2.patofisologi Glikosida Jantung Kelompok obat ini (digoxin dan digitoxin) menghambat kerja pompa Natrium Kalium meningkatnya kalsium intraseluler akan menimbulkan kontraksi serabut otot jantung Preparat digitalis mempunyai 3 fungsi pada otot jantung : a. Kerja inotropik positif (meningkatkan kontraksi miokardium) sehingga meningkatkan kerja jantung perifer dan ginjal, curah jantung meningkat, mengurangi preload, memperbaiki aliran darah ke perifer dan ginjal, mengurangi edema dan ekskresi cairan sehingga terjadi retensi cairan pada paru-paru dan ekstremitas berkurang. b. Kerja kronotropik negatif (memperlambat denyut jantung) c. Kerja dromotropik negatif (mengurangi hantaran sel-sel jantung). efisien.

3. Farmakokinetik Dan Farmakodinamik


Farmakokinetik Absorbsi : Saluran gastrointestinal Digoksin : 60 76 % Digitoksin : 90 95 % Distribusi : PP Digoksin : 25 % Digitoksin : 95 % Eliminasi : Ginjal

Farmakodinamik
Digoksin PO : mula : 1 5 jam P : 6 8 jam IV : mula : 2 4 hari P : 1 2 jam L : 2 4 jam Digitoksin PO : mula : 2 6 jam P : 6 12 jam L : 2 3 minggu IV : mula : 0,5 2 jam

4.Interaksi Obat
Gejala : hilang nafsu makan, mual muntah, pembatasan diet yang mempengaruhi keseimbangan elektrolet, perubahan BB, penggunaan diuritek. Tanda : perubahan BB/ penurunan massa otot, lemak subkutan. Tanda gangguan

keseimbangan cairan (kelebihan / defisit).

5. Neurosensori.
Gejala : gangguan penglihatan, contoh : penglihatan gannda, penglihatan kabur, sinan kelap kelip, kecendrungan warna kuning/hijau pada penglihatan, titik berwarna, vertigo, berdenyut, aktivitas kejang, sakit kepala. Tanda : disorientasi, gelisah,peka rangsang, bingung, agitasi/perilaku menyerang, bicara tidak jelas, halusinasi, psikosis, kejang.

6. Nyeri / ketidak nyamanan.


Gejala : nyeri dada / abdomen Tanda : perilaku berhati hati/distraksi, fokus pada diri sendiri,resfon otomatis (perubahan pada tanda vital).

7. Keamanan.
Tanda : kelemahan otot , gangguan penglihatan.

8. Penyuluhan / Pembelajaran.
Gejala : tidak tepat menggunakan digitalis, pengulangun penggunaan obat/subtansi yang dapat menimbulkan efek/toksisitas digitalis, innteraksi contloh : tiazid atau diuretik ansa, steroid, quinidin,nifedipin, verapamil, penyakit beta, hormon tiroid, kafein. Bukti kegagalan untuk membaik. Pertimbangan : DRG menunjukkan rata-rata lama di rawat 2,6 hari. Rencana pemulangan : gangguan penggunaan obat / terapi. Pemeriksaan Dignostik Kadar degoksin / digitoksin serum : selalu meningkat di atas rentang normal pada sedian tertentu. EKG : perpanjangan interval P R, distretmia dan blok jantung berhubungan dengan toksisitan digitalis. Perubahan lain ( gerlombang T dan depresi segmen ST) secara khas dihasilkan oleh efek terapeutik digitalis pada jantung dapat menunjukkan perubahan iskemik. Elektrolit : ketidak seimbangan kalium, magnesium, dan kalsium di ketahui untuk mengetahui toksisitas digitalis.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan
1. Curah jantung menurun berhubungan dengan : Gangguan kontraktilitas miokard. Gangguan irama konduksi elektrikal. Panjang paruh waktu dan rentang teraupetik sempit pada penggunaan preparat digitalis. Usia pasien, fungsi organ, jumlah masa otot, status nutrisi, keseimbangan elektrolit / asam basa. Pengulangan penggunaan obat lain. Dimanifestasikan dengan : - Distretmia - Perubahan mental - Makin buruknya gagal jangtung kongestif - Peningkatan kadar digitalis serum.

Intervensi :
- Kaji / pantau tekanan darah. - Palpasi nadi radial, catat frekuensi dan keteraturan,auskultasi nadi apikal, catat adanya frekuensi / irama bunyi jantung akstra. - Pantau / catat irama jantung.

- Evaluasi adanya udema dependen/umum, meningkatnya distensi vena jugularis / refluks hepatojungularis, auskultasi bunyi nafas catat terjadinya krekels.

- Selidiki perubahan sensori dan perilaku, contoh bingung, gelisah, agitasi delirium. - Catat adanya gangguan gastrointestinal, contoh mual, diare, ketidak nyamanan abdomen. - Identifikasi faktor yang dapat mengganggu absorpsi atau eksresi obat ( contoh penyakit usus halus, sirosis hipertiroid, penggunaan obat tertentu contoh barbitorat dilantin ). - Catat juga penggunaan obat yang meningkatkan potensian toksisitas digihtalis atau distretmia. - Pantau kadar diguksin serum (lanosin) atau digitoksin (crystodigin). - Pantau pemerjiksaan lab. Yang memberi dampak dari sedian digitalis. Contoh elektrolit, BUN, kreatinin, pemeriksaan fungsi hati. - Berikan kalium kalsium dan magnesium sesuai indikasi. - Berkikan anti distretmia lain dengan tepat. Contoh lidocain, propanolol dan prokanamid. - Siapkan pasien untuk dipindahkan ke perawatan kritis sesuai indikasi. - Siapkan pasien untuk insersi pacu jantung sementara sesuai indikasi.

Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi pasien akan :


Mendemontrasikan frekunsi jantung dan irama dalam rentang yang diharapkan pasien dengan tak adanya / terkotrolnya distretmia. Mempertahankan mental biasanya.

2. Kekurangan / kelebihan volume cairan, resiko ringgi terhadap.


Faktor resiko meliputi : Efek samping toksisitas digitalis pada GI, contoh mual, muntah, diare. Penggunaan diuretik kontinyu dalam menghadapi penurunan masukan. Kel;ebihan natrium / retensi cairan. Penurunan protein plasma / malnutrisi. Dimanifestasikan dengan : -

Intervensi
- Pantau masukan / pengeluaran, hitungke seimbangan cairan, catat kehilangan tak kasat mata, timbang BB sesuai indikasi. - Evaluasi turgor kulit, kelembaban membran mukosa, adanya edema dependen /umum. - Pantau tanda vital ( TD, nadi, frekuensi persafasan ) auskultasi bunyi nafas, catat adanya krekels. - Kaji ulang kebutuhan cairan, buat jadwal 24 jam dan rute yang digunakan. Pastikan makanan / minuman yang disukai pasien. - Hilangkan tanda bahaya dan ketahui dari lingkungan, berikan kebersihan mulut yang sering. - Anjurkan pasien untuk minum dan makan dengan perlahan sesuia indikasi. - Berikan cairan IV melalui alat kontrol. - Pemberian antiemetik, contoh proklorperazin maleat (compazine), trimetoberizamid (tigan) sesuai indikasi. - Pantau pemeriksaan lab. Sesuai indikasi contoh Hb,Ht BUN, kreatinin, protein plasma elektrolit. Hasil yang diharapkan / kreteria evaluasi pasien akan : Mendemontrasikan volume cairan stebil dengan keseimbangan masukan / haluran, berat stabil, tanda vital dalam batas normal, dan tihdak ada edema. Menyatakan hilanhnya maul dan muntah / diare.

3. Proses pikir, gangguan, resiko tinggi terhadap. Faktor resiko meliputi : Efek psikologis toksisitas / penurunan perfusi serebral. Di manifestasikan dengan : -

Intervensi :
- Kaji perubahan mental / sensori. Bicara pada anggota keluarga tentang mental pasien biasanya. - Tinggal dengan pasien atau atur dalam kelompok bila pasien agitasi berat. - Jelaskan prosedur, ulangi bila diperlukan, oreintasikan ulang terhadap sekitar sesuai kebutuhan. - Berikan dukungan emosi pada pasien / orang terdekat. Diskusikan perubahan yang ada sementara pada mental.

Hasil yang diharapkan kreteria evaluasi pasien akan :


Meningkatkan atau mempertahankan mental biasanya.

4. Kurang pengetahuan ( kebutuhan

belajar ), mengenai kondisi,

kebutuhan pengobatan dapat dihubungkan dengan :


Kurang informasi / kesalahan persepsi masalah khusus terapi digitalis atau cara untuk memantau keamanan atau keefektifan terapi.

Dimanifestasikan dengan :
Gagal mengikuti program yang dibuat. Gagal untuk mengenal efek samping toksik.

Intervensi:
- Jelaskan mengapa sedian digitalis diperlukan, contoh menguatkan otot jantung dan untuk memperbaiki denyut jantung yang tidak teratur.

- Jelaskan tipe digitalis pasien.

- Anjurkan klien untuk tidak mengubah dosis obat untuk alasan apapun.

- Tunjukkan pada pasien bagaimana menghitung denyut nadi selama 1 menit penuh. Biarkan pasien mendemontrasikan. Anjuurkan pasien untuk menghubungi dokter sebelum mengambil dosis bila nadi di bawah atau di atas tingkat yang ditentukan sebelumnya atau lebih tidak teratur/teratur sesuai ketepatan.

- Berkitahu pasien bahwa digitalis dapat bekerja dengan obat lain ( contoh ; barbiturat, neomisin, quinidin ) bila bersamaan meminumnya dan untuk memberikan informasi pada dokter bila digitalis diminum kapan saja dengan resep obat baru. Anjurkan pasien untuk tidak minum obat yang dijual bebas (contoh : laksatif, antideari, antasid, obat pilek, diuretik ) tanpa memeriksakan pada ahli farmasi atau dokter.

- Bgerikan informasi dan nyatakan pasien / orang tergdekat secara verbal pemahaman tanda / gejala toksik untuk melaporkan pada dokter.

Hasil yang diharapkan / kretirea evaluasi pasien akan :


Menyatakan pemahaman mengapa obat diperlukan, bagaimana interaksinya dengan obat lain, dan pentingnya mempertahankan program pengobatan. . Mendemontrasikan bagaimana menghitung denyut nadi Mengenal tanda kelebihan dosisi digitalis dan terjadinya GJK dan apa yang dilaporkan ke dokter. Berkitahu obat yang diresepkan yang harus diikuti setelah pulang.

BAB IV KESIMPULAN Digitalis adalah salah satu obat-obat tertua, dipakai sejak tahun 1200 dan sampai kini masih terus dipakaidalam bentuk yang telah dimurnikan. Digitalis dihasilkan dari tumbuhan foxglove ungu dan putih, dapat bersifat racun. Pada tahun 1785 William Withening dari Inggris menggunakan digitalis untuk menyembuhkan sakit bengkak yaitu edema pada ekstremitas akibat insufisiensi ginjal dan jantung.

DAFTAR PUSTAKA
1. Hudak, C.M, Gallo B.M. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Jakarta : EGC.1997 2. Price, Sylvia Anderson. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit. Alih bahasa Peter Anugrah. Editor Caroline Wijaya. Ed. 4. Jakarta : EGC ; 1994. 3. Santoso Karo karo. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 1996 4. Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001. 5. Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta : EGC;1999 6. Hanafi B. Trisnohadi. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Ed. 3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 2001

Anda mungkin juga menyukai