Anda di halaman 1dari 21

Hipertensi krisis

Kelompok 3
Abdul Rahman :1714201008
Defi rahayu :1714201009
Annisa oktavia :1714201010
Siti maisarah :1714202012
Anggraini :1714201013
Neng selfi :1714201024
Desti sumiasti :1714201025
Pengertian Krisis Hipertensi

Krisis hipertensi adalah suatu keadaan klinis di mana tekanan


darah menjadi sangat tinggi dengan kemungkinan adanya kerusakan
organ seperti otak (stroke), ginjal, dan jantung. Krisis hipertensi
sangat sering terjadi pada pasien hipertensi lama yang tidak rutin atau
lalai meminum obat antihipertensinya.
Krisis hipertensi atau hipertensi darurat adalah suatu kondisi
dimana diperlukan penurunan tekanan darah dengan segera (tidak
selalu diturunkan dalam batas normal), untuk mencegah atau
membatasi kerusakan organ. ( Mansjoer:522 ).
Kedaruratan hipertesi terjadi pada penderita dengan hipertensi
yang tidak terkontrol atau mereka yang tiba-tiba menghentikan
pengobatan. (Brunner & Suddarth:908).
ETIOLOGI

a. Meminum obat antihipertensi tidak teratur.


b. Stress.
c. Pasien mengkonsumsi kontrasepsi oral.
d. Obesitas.
e. Merokok.
f. Minum alcohol.
Manifestasi Klinis

a. Sakit Kepala Hebat.


b. Nyeri dada peningkatan tekanan vena.
c. Shock / Pingsan Tanda umum adalah :
d. Sakit kepala hebat.
e. Nyeri dada.
f. Pingsan.
g. Tachikardia > 100/menit.
h. Tachipnoe > 20/menit.
i. Muka pucat
Pemeriksaan Penunjang

a. Elektrokardio.
b. Urinalisa.
c. USG.
d. CT scan.
e. Rongsen.
Penanganan Krisis Hipertensi
1. Hipertensi Darurat (Emergency Hypertension)
Penurunan tekanan darah harus dilakukan dengan segera namun tidak terburu-
buru. Penurunan tekanan darah yang terburu-buru dapat menyebabkan iskemik pada
otak dan ginjal. Tekanan darah harus dikurangi25% dalam waktu 1 menit sampai 2 jam
dan diturunkan lagi ke 160/100dalam 2 sampai 6 jam. Medikasi yang diberikan
sebaiknya per parenteral (Infus drip, BUKAN INJEKSI). Obat yang cukup sering
digunakan adalah Nitroprusid IV dengan dosis 0,25 ug/kg/menit. Bila tidak ada,
pengobatan oral dapat diberikan sambil merujuk penderita ke Rumah Sakit. Pengobatan
oral yang dapat diberikan meliputi Nifedipinde 5-10 mg, Captorpil 12,5-25 mg, Clonidin
75-100 ug, Propanolol 10-40 mg. Penderita harus dirawat inap.

2. Hipertensi Mendesak (Urgency Hypertension)


Penurunan tekanan darah dilakukan dengan obat oral kerja pendek,tekanan darah
harus diperiksa ulang dalam jangka waktu 24 jam.
Pengobatan

Tujuan pengobatan pada keadaan darurat hipertensi ialah menurunkan tekanan


darah secepat dan seaman mungkin yang disesuaikan dengan keadaan klinis penderita.
Pengobatan biasanya diberikan secara parenteral dan memerlukan pemantauan yang
ketat terhadap penurunan tekanan darah untuk menghindari keadaan yang merugikan
atau munculnya masalah baru
1. Diazoxide
2.Sodium Nitropusid
3 Trimetapan (Artonad)
4.Hidralazin (Apresolin)
5.Klonidin (Catapres)
6.Kaptopril (Kapoten)
7.Pentolamin dan Penoxi Benzamin
8.Antagonis Kalsium (Nifedipin)
Pengobatan khusus krisis hipertensi

1. Ensefalopati Hipertensi
Pada Ensefalofati hipertensi biasanya ada keluhan serebral. Bisa terjadi dari
hipertensi esensial atau hipertensi maligna, feokromositoma dan eklamsia.
Biasanya tekanan darah naik dengan cepat, dengan keluhan : nyeri kepala,
mual-muntah, bingung dan gejala saraf fokal (nistagmus, gangguan
penglihatan, babinsky positif, reflek asimetris, dan parese terbatas)
melanjut menjadi stupor, koma, kejang-kejang dan akhirnya meninggal.
obat yang dianjurkan : Natrium Nitroprusid, Diazoxide dan Trimetapan.
2. Gagal Jantung Kiri Akut
Biasanya terjadi pada penderita hipertensi sedang atau berat, sebagai akibat
dari bertambahnya beban pada ventrikel kiri. Odema paru akut akan
membaik bila tensi telah terkontrol.
Obat pilihan : Trimetapan dan Natrium nitroprusid. Pemberian Diuretik IV
akan mempercepat perbaikan.
3. Feokromositoma
Katekolamin dalam jumlah berlebihan yang
dikeluarkan oleh tumor akan berakibat kenaikan
tekanan darah. Gejala biasanya timbul mendadak :
nyeri kepala, palpitasi, keringat banyak dan tremor.
Obat pilihan : Pentolamin 5-10 mg IV.
4. Deseksi Aorta Anerisma Akut
Awalnya terjadi robekan tunika intima, sehingga
timbul hematom yang meluas. Bila terjadi ruptur maka
akan terjadi kematian. Gejala yang timbul biasanya
adalah nyeri dada tidak khas yang menjalar ke
punggung perut dan anggota bawah. Auskultasi :
didapatkan bising kelainan katup aorta atau cabangnya
5. Toksemia Gravidarum
Gejala yang muncul adalah kejang-kejang dan kebingungan.
obat pilihan : Hidralazin kemudian dilanjutkan dengan klonidin.
6. Perdarahan Intrakranial
pengobatan hipertensi pada kasus ini harus dilakukan dengan hati-
hati, karena penurunan tekanan yang cepat dapat menghilangkan
spasme pembuluh darah disekitar tempat perdarahan, yang justru
akan menambah perdarahan. Penurunan tekanan darah dilakukan
sebanyak 10-15 % atau diastolik dipertahankan sekitar 110-120
MmHg.
Obat pilihan : Trimetapan atau Hidralazin.
Askep

A. Pengkajian
1. Identitas.
Pasien, meliputi : Nama, Umur, Jenis Kelamin, Alamat, Pendidikan, Agama, Bangsa. Penanggung
Jawab : Nama, Umur, Jenis Kelamin, Alamat, Pendidikan, Agama, Bangsa dan hubungan dengan
pasien.
2. Pengkajian Primer.
a. Airway
 Bersihan jalan nafas.
 Adanya/ tidaknya jalan nafas.
 Distres pernafasan.
 Tanda-tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan, edema laring.
b. Breathing
 Frekuensi nafas, usaha dan pergerakan dinding dada.
 Suara nafas melalui hidung atau mulut.
 Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas.
c. Circulation
 Denyut nadi karotis.
 Tekanan darah.
 Warna kulit, kelembapan kulit.
 Tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal.
d. Disability
 Tingkat kesadaran.
 Gerakan ekstremitas.
 GCS ( Glasgow Coma Scale ).
 Ukuran pupil dan respon pupil terhadap cahaya.
e. Eksposure
 Tanda-tanda trauma yang ada
A. Dasar Data Pengkajian.
a. Aktivitas/istirahat.
Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton Tanda : frekuensi
jantung meningkat, perubahan irama jantung, Takipnea.
b. Sirkulasi.
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, penyakit
serebrovaskuler.
Tanda : Kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan warna kulit, suhu
dingin.
c. Integritas Ego.
Gejala :Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, Factor stress
multiple.
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan yang
meledak, otot muka tegang, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi.
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu.
e. Makanan/Cairan.
Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak
dan kolesterol.
Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema.
f. Neurosensori.
Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala, berdenyut,
gangguan penglihatan, episode epistaksis.
Tanda : perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan retinal optic.
g. Nyeri/ketidaknyamanan.
Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat, nyeri
abdomen.
h. Pernapasan.
Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea,
dispnea nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat
merokok.
Tanda : distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi
napas tambahan, sianosis.
i. Keamanan.
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan.
Tanda : episode parestesia unilateral transien, hipotensi postura.
j. Pembelajaran/Penyuluhan.
Gejala : factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung,
DM , penyakit ginjal Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormone.
Diagnosa Keperawatan

 Nyeri bd adanya emboli dalam aliran darah


 Ketidakefektifan perfusi jaringan bd penuruna konsentrasi
hemoglobin dalam darah
 Hambatan mobilitas fisik bd kelemahan otot
 Gangguan pertukaran gas bd ketidakseimbangan perfusi-
ventilasi
Intervensi Keperawatan

1. Nyeri bd adanya emboli dalam aliran darah


Tujuan : pasien menunjukan tingkat nyeri terkontrol Kriteria hasil :
 Pasien menunjukan tingkat nyeri berkurang
 Pasien menunjukan kesejahteraan fisik dan psikologis
 Adanya perubahan dalam tekanan darah Intervensi :
 Kaji lokasi ,karakteristik, awitan / durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas atau keparahan nyeri, dan faktor presipitasinya
 Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum menjadi berat
 pastikan pemberian analgesa
lanjutan

2. Ketidakefektifan perfusi jaringan bd penuruna konsentrasi hemoglobin dalam darah


Tujuan : status sirkulasi oksigen di otak terpenuhi
Kriteria hasil :
 Pasien menunjukan fungsi sensorimotor kranial yang utuh
 Tidak mengalami sakit kepala
 Pasien menunjukan status sirkulasi yang baik Intervensi :
 Pantau TTV
 Pantau sakit kepala
 Pantau tingkat kesadaran
 Berikan obat yang menyebabkan hipertensi untuk mempertahankan tekanan perfusi
serebral sesuai dengan permintaan
 Tinggikan bagian kepala 0 sampai 45 derajat bergantung pada kondisi pasien dan
permintaan medis
 Pantau TIK
3. Hambatan mobilitas fisik bd kelemahan otot Tujuan : tingkat mobilitas
terpenuhi
Kriteria hasil :
 Pasien menunjukan pergerakan kekuatan pada otot
 Pasien mampu melakukan perpindahan secara mandiri Intervensi :
 Ajarkan dan bantu pasien dalam prses perpindahan yang aman
 Berikan penguatan positif selama aktivitas
 Instruksikan pasien untuk menyangga berat badannya
 Berikan analgesik sebelum aktivitas
 Letakan pasien pada posisi terapeutik
 Dukungan latihan ROM aktif
4.Gangguan pertukaran gas bd ketidakseimbangan perfusi-ventilasi
Tujuan : status pertukaran gas efektif
Kriteria hasil :
 Pasien menunjukan gangguan pertukaran gas terkurangi
 Pasien tidak mengalami gangguan pernapasan
 Pasien menunjukan tidak menggunakan pernapasan mulut Intervensi :
 kaji frekuensi nafas, kedalaman, dan bunyu paru
 pantau saturasi oksigen
 pantau tingkat kesadaran
 berikan oksigen
 memantau komplikasi
 atur posisi untuk memaksimalkan potensial ventilasi
Daftar pustaka

Kapita selekta kedokteran,editor Mansjoer Arif edisi 3 jakarta: 2000


World Health Organization-International Society of Hypertension. Guidelines for the management of
hypertension. Guidelines subcommittee. J Hypertens 1999;17:151-83.
National Institutes of Health. The sixth report of the joint national committee on prevention, detection,
evaluation, and treatment of high blood pressure. NIH Publication;1997.
Calhoun DA. Hypertensive crisis. Dalam: Oparil S, Weber MA, editor. Hypertension: A companion to
brenner and rector’s the kidney. St. Louis: WB Saunders Co; 2000. p.715-8.
Spitalewitz S, Porush JG. Hypertensive emergencies and urgencies. Dalam: Glassock RJ editor. Current
therapy in nephrology and hypertension, 4th ed. St Louis: Mosby-Year Book Inc; 1998. p.323-7.
Kaplan NM. Hypertensive crisis. Dalam: Kaplan NM editor. Clinical hypertension. 6th ed. Baltimore:
Williams & Wilkins; 1994. p.281-97.
Sidabutar RP. Kegawatan hipertensi. Makalah Simposium Kedaruratan Ginjal dan Hipertensi; 1995 Juni
17; Jakarta, Indonesia.
Susalit E. Efek amlodipin terhadap faktor yang berperan pada penurunan fungsi ginjal yang disebabkan
oleh siklosporin pada resipien transplantasi ginjal [disertasi]. Jakarta: Universitas Indonesia; 1996.
www.google.com askep krisis hipertensi /Penatalaksanaan Hipertensi olehAdmin
www.google.com ASKEP, gawat darurat, HIPERTENSI oleh YUNIE
www.google.com Diagnosa Krisis Hipertensi by andimarlinasyam

Anda mungkin juga menyukai