Anda di halaman 1dari 22

Referat

Oleh: Ananto Wibisono Pembimbing dr. Bahrodin, Sp.Pd


KEPANITRAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM RSUD DR. HARJONO PONOROGO FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

Latar Belakang
Hipertensi terjadi pada 50 juta orang di Amerika dan berkontribusi lebih dari 250.000 kematian di tahun 2000 karena kerusakan organ target.

Di Amerika Serikat, 1 dari 3 orang dewasa menderita hipertensi

Di Indonesia, angka kejadian hipertensi berkisar 6-15% dan masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan, terutama di daerah pedesaan.

Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7

Definisi Krisis Hipertensi


Suatu keadaan peningkatan tekanan darah yang mendadak (sistole 180 mmHg dan/atau diastole 120 mmHg), pd penderita hipertensi, yg membutuhkan penanggulangan segera

KLASIFIKASI KRISIS HIPERTENSI


Hipertensi emergensi Kenaikan TD mendadak yg disertai kerusakan organ target yang progresif. Di perlukan tindakan penurunan TD yg segera dalam kurun waktu menit/jam. 2. Hipertensi urgensi Kenaikan TD mendadak yg tidak disertai kerusakan organ target. Penurunan TD harus dilaksanakan dalam kurun waktu 48-72 jam.
1.

Patofisiologi

Sistem Renin Angiotensin Aldosteron

Arteri normal pada individu normotensi akan mengalami dilatasi atau kontriksi dalam merespon terhadap perubahan tekanan darah untuk mempertahankan aliran (mekanisme autoregulasi) yang tetap sehingga kerusakan arteriol tidak terjadi. Jantung, SSP, ginjal dan mata mempunyai mekanisme autoregulasi yang dapat melindungi organ tersebut dari iskemia yang akut, bila tekanan darah mendadak turun atau naik.

Mekanisme adaptasi ini tidak terjadi pada tekanan darah yang mendadak naik (krisis hipertensi), akibatnya pada SSP akan terjadi edema dan ensefalopati, demikian juga halnya dengan jantung, ginjal dan mata

Bidang neurologi: Sakit kepala, hilang/ kabur penglihatan, kejang, defisit neurologis fokal, gangguan kesadaran (somnolen, sopor, coma). 2. Bidang mata: Funduskopi berupa perdarahan retina, eksudat retina, edema papil. 3. Bidang kardiovaskular Nyeri dada, edema paru.
1.

4.

Bidang ginjal: Azotemia, proteinuria, oligouria.

5.

Bidang obstetri Preklampsia dg gejala berupa gangguan penglihatan, sakit kepala hebat, kejang, nyeri abdomen kuadran atas, gagal jantung kongestif dan oliguri, serta gangguan kesadaran/ gangguan serebrovaskuler.

Emergensi
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Stroke Loss of consciousness Memory loss Heart Attack Damage to the eyes and kidneys Loss of kidney function Aortic dissection Angina (unstable chest pain) Pulmonary edema (fluid backup in the lungs) Eclampsia

Urgensi
1. Severe headache 2. Shortness of breath 3. Nosebleeds 4. Severe anxiety

Tabel Gejala Utama Hipertensi emergensi


Hipertensi emergensi Hipertensi ensefalopati Gejala Nyeri kepala, gangguan penglihatan, muntah, penurunan kesadaran

HT berat dengan Iskemik stroke/perdarahan Defisit neurologi, penurunan kesadaran otak HT dengan gagal jantung Hipertensi maligna HT dan diseksi aorta HT dengan ACS Penggunaan amphetamine, cocaine, ecstasy Batuk, dispepsia, orthopnea, dyspnea yang bertambah berat Penglihatan berubah, nyeri kepala, gagal ginjal, oliguria, hematuria Nyeri dada, dan atau nyeri perut, tanda kekurangan perfusi Nyeri dada Takikardi, berkeringat, penurunan kesadaran

Preeklampsia berat atau eklampsia

Oliguria, anuria, anemia mikroangiopati

Anamnesis -R/ hipertensi (awal hipertensi, jenis obat anti hipertensi, keteraturan konsumsi obat, tekanan darah paling tinggi). -Ganguan organ (kardiovaskuler, serebrovaskular, serebrovaskular, renovaskular, dan organ lain).

Pemeriksaan fisik Sesuai dengan organ target yang terkena Pengukuran TD di kedua lengan Palpasi denyut nadi di keempat ekstremitas Auskultasi untuk mendengar ada/ tidak bruit pembuluh darah besar, bising jantung dan ronki paru. Pemeriksaan neurologis umum Pemeriksaan funduskopi

Pemeriksaan laboratorium awal: a. Urinalisis b. Hb, Ht, ureum, kreatinin, gula darah dan elektrolit. Pemeriksaan penunjang: ekg, foto toraks Pemeriksaan penunjang lain bila memungkinkan: CT scan kepala, ekokardiogram, ultrasonogram.

Walau biasanya pd krisis hipertensi ditemukan TD 180/120 mmHg perlu diperhatikan kecepatan kenaikan TD tersebut dan derajat gangguan organ target yang terjadi.

Tata Laksana
Pada dasarnya penurunan tekanan darah harus dilakukan secepat mungkin tapi seaman mungkin

Pengurangan Mean Arterial Pressure (MAP) sebanyak 2025% dalam beberapa menit/jam, tergantung dari apakah emergensi atau urgensi

Jika terlalurendah, karena akan menyebabkan hipoperfusi target organ

1. Pada penderita aorta diseksi akut / oedema paru akibat payah jantung kiri dilakukan dalam tempo 1530 menit dan bisa lebih rendah lagi. 2. Penderita hipertensi ensefalopati, penurunan TD 25% dalam 23 jam. 3. Infark cerebri akut ataupun pendarahan intrakranial, pengurangan TD dilakukan lebih lambat (6 12 jam) dan harus dijaga agar TD tidak lebih rendah dari 170 180/100 mmHg

Algoritma untuk Evaluasi Krisis Hipertensi


Hipertensi Urgensi Parameter Hipertensi Emergensi

Biasa Tekanan darah (mmHg) > 180/110


Gejala Sakit kepala, kecemasan; sering kali tanpa gejala

Mendesak > 180/110


Sakit kepala hebat, sesak napas

> 220/140
Sesak napas, nyeri dada, nokturia, dysarthria, kelemahan, kesadaran menurun

Pemeriksaan

Tidak ada kerusakan organ target, tidak ada penyakit kardiovaskular

Kerusakan organ target; muncul klinis penyakit kardiovaskuler, stabil Awasi 3-6 jam; obat oral berjangka kerja pendek

Ensefalopati, edema paru, insufisiensi ginjal, iskemia jantung Pasang jalur IV, periksa laboratorium standar, terapi obat IV

Terapi

Awasi 1-3 jam; memulai/teruskan obat oral, naikkan dosis

Rencana

Periksa ulang dalam 3 hari

Periksa ulang dalam 24 jam

Rawat ruangan/ICU

Pemberian nifedipine sublingual mulai ditinggalkan karena dapat menyebabkan hipotensif. Obat yang dianjurkan adalah obat long halflife, karena tujuan penurunan tekanan darah dicapai dalam 48-72 jam. Captopril adalah obat yang sering digunakan. Akhir-akhir in Losartan (Angiotensin II receptor antagonist) mulai sering digunakan juga.

1. Pemberian obat parenteral adalah lebih aman. 2. Dengan Sodium nitrotprusside, Nitroglycirine, TD dapat diturunkan baik secara perlahan maupun cepat dengan cara mengatur tetesan infus. 3. Bila terjadi penurunan TD berlebihan, infus distop dan TD dapat naik kembali dalam beberapa menit

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai