Latar Belakang
Hipertensi terjadi pada 50 juta orang di Amerika dan berkontribusi lebih dari 250.000 kematian di tahun 2000 karena kerusakan organ target.
Di Indonesia, angka kejadian hipertensi berkisar 6-15% dan masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan, terutama di daerah pedesaan.
Patofisiologi
Arteri normal pada individu normotensi akan mengalami dilatasi atau kontriksi dalam merespon terhadap perubahan tekanan darah untuk mempertahankan aliran (mekanisme autoregulasi) yang tetap sehingga kerusakan arteriol tidak terjadi. Jantung, SSP, ginjal dan mata mempunyai mekanisme autoregulasi yang dapat melindungi organ tersebut dari iskemia yang akut, bila tekanan darah mendadak turun atau naik.
Mekanisme adaptasi ini tidak terjadi pada tekanan darah yang mendadak naik (krisis hipertensi), akibatnya pada SSP akan terjadi edema dan ensefalopati, demikian juga halnya dengan jantung, ginjal dan mata
Bidang neurologi: Sakit kepala, hilang/ kabur penglihatan, kejang, defisit neurologis fokal, gangguan kesadaran (somnolen, sopor, coma). 2. Bidang mata: Funduskopi berupa perdarahan retina, eksudat retina, edema papil. 3. Bidang kardiovaskular Nyeri dada, edema paru.
1.
4.
5.
Bidang obstetri Preklampsia dg gejala berupa gangguan penglihatan, sakit kepala hebat, kejang, nyeri abdomen kuadran atas, gagal jantung kongestif dan oliguri, serta gangguan kesadaran/ gangguan serebrovaskuler.
Emergensi
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Stroke Loss of consciousness Memory loss Heart Attack Damage to the eyes and kidneys Loss of kidney function Aortic dissection Angina (unstable chest pain) Pulmonary edema (fluid backup in the lungs) Eclampsia
Urgensi
1. Severe headache 2. Shortness of breath 3. Nosebleeds 4. Severe anxiety
HT berat dengan Iskemik stroke/perdarahan Defisit neurologi, penurunan kesadaran otak HT dengan gagal jantung Hipertensi maligna HT dan diseksi aorta HT dengan ACS Penggunaan amphetamine, cocaine, ecstasy Batuk, dispepsia, orthopnea, dyspnea yang bertambah berat Penglihatan berubah, nyeri kepala, gagal ginjal, oliguria, hematuria Nyeri dada, dan atau nyeri perut, tanda kekurangan perfusi Nyeri dada Takikardi, berkeringat, penurunan kesadaran
Anamnesis -R/ hipertensi (awal hipertensi, jenis obat anti hipertensi, keteraturan konsumsi obat, tekanan darah paling tinggi). -Ganguan organ (kardiovaskuler, serebrovaskular, serebrovaskular, renovaskular, dan organ lain).
Pemeriksaan fisik Sesuai dengan organ target yang terkena Pengukuran TD di kedua lengan Palpasi denyut nadi di keempat ekstremitas Auskultasi untuk mendengar ada/ tidak bruit pembuluh darah besar, bising jantung dan ronki paru. Pemeriksaan neurologis umum Pemeriksaan funduskopi
Pemeriksaan laboratorium awal: a. Urinalisis b. Hb, Ht, ureum, kreatinin, gula darah dan elektrolit. Pemeriksaan penunjang: ekg, foto toraks Pemeriksaan penunjang lain bila memungkinkan: CT scan kepala, ekokardiogram, ultrasonogram.
Walau biasanya pd krisis hipertensi ditemukan TD 180/120 mmHg perlu diperhatikan kecepatan kenaikan TD tersebut dan derajat gangguan organ target yang terjadi.
Tata Laksana
Pada dasarnya penurunan tekanan darah harus dilakukan secepat mungkin tapi seaman mungkin
Pengurangan Mean Arterial Pressure (MAP) sebanyak 2025% dalam beberapa menit/jam, tergantung dari apakah emergensi atau urgensi
1. Pada penderita aorta diseksi akut / oedema paru akibat payah jantung kiri dilakukan dalam tempo 1530 menit dan bisa lebih rendah lagi. 2. Penderita hipertensi ensefalopati, penurunan TD 25% dalam 23 jam. 3. Infark cerebri akut ataupun pendarahan intrakranial, pengurangan TD dilakukan lebih lambat (6 12 jam) dan harus dijaga agar TD tidak lebih rendah dari 170 180/100 mmHg
> 220/140
Sesak napas, nyeri dada, nokturia, dysarthria, kelemahan, kesadaran menurun
Pemeriksaan
Kerusakan organ target; muncul klinis penyakit kardiovaskuler, stabil Awasi 3-6 jam; obat oral berjangka kerja pendek
Ensefalopati, edema paru, insufisiensi ginjal, iskemia jantung Pasang jalur IV, periksa laboratorium standar, terapi obat IV
Terapi
Rencana
Rawat ruangan/ICU
Pemberian nifedipine sublingual mulai ditinggalkan karena dapat menyebabkan hipotensif. Obat yang dianjurkan adalah obat long halflife, karena tujuan penurunan tekanan darah dicapai dalam 48-72 jam. Captopril adalah obat yang sering digunakan. Akhir-akhir in Losartan (Angiotensin II receptor antagonist) mulai sering digunakan juga.
1. Pemberian obat parenteral adalah lebih aman. 2. Dengan Sodium nitrotprusside, Nitroglycirine, TD dapat diturunkan baik secara perlahan maupun cepat dengan cara mengatur tetesan infus. 3. Bila terjadi penurunan TD berlebihan, infus distop dan TD dapat naik kembali dalam beberapa menit
TERIMA KASIH