Diagnosis
Kemampuan dalam mendiagnosis hipertensi emergensi dan urgensi harus
dapat dilakukan dengan cepat dan tepat sehingga dapat mengurangi angka
morbiditas dan mortalitas pasien.8
Penilaian awal dari pasien hipertensi harus termasuk riwayat lengkap dan
pemeriksaan fisik untuk memastikan sebuah diagnosis dari hipertensi.
Kebanyakan pasien dengan hipertensi memiliki gejala yang tidak spesifik terkait
dengan kenaikan tekanan darah. Meskipun kebanyakan memikirkan bahwa timbul
sebuah gejala ketika terjadi kenaikan tekanan arterial, sakit kepala umumnya
terjadi hanya pada pasien dengan hipertensi berat. Sakit kepala karena hipertensi
umunya terjadi pada pagi dan terlokalisasi pada region oksipitalis. Gejala
nonspesifik lainnya yang mungkin dapat berhubungan kenaikan tekanan darah
adalah pusing, palpitasi, mudah lelah, dan impotensi. Berikut hal-hal yang harus
dilakukan dalam menegakkan diagnosis:
Anamnesis
Sewaktu penderita masuk, perlu dilakukan anamnesa singkat. Yang
ditanyakan pada saat anamnesis ialah adanya riwayat hipertensi dan pengobatan
hipertensi sebelumnya. Gejala organ target yang dirasakan (serebrosvaskular,
jantung, dan fungsi penglihatan).
Pemeriksaan Fisik
a. Tekanan darah: tekanan darah sistolik >180 mmHg, tekanan darah diastolik
>120 mmHg.
b. Funduskopi: untuk melihat adanya spasme arteri segmental, edema retina,
perdarahan retina (superfisial, berbentuk api, atau titik), eksudat retina,
papiledema, vena membersar.
c. Pemeriksaaan neurologis: sakit kepala, bingung, kehilangan penglihatan,
defisit fokal neurologis, kejang, koma.
d. Status kardiopulmoner
e. Pemeriksaan cairan tubuh: oliguria pada gangguan ginjal akut.
f. Pemeriksaan denyut nadi perifer
Pemeriksaan Penunjang
a. Hematokrit dan apusan darah
b. Urinalisis: proteinuria, eritrosit pada urin.
c. Kimia darah: peningkatan kreatinin, azotemia (ureum >200 mg/dL), glukosa,
elektrolit.
d. Elektrokardiografi: adanya iskemia, hipertrofi ventrikel kiri.
e. Foto thorax (jika terdapat kecurigaan gagal jantung atau diseksi aorta).
f. Ultrasonografi: untuk melihat struktur ginjal.
2.10 Penatalaksanaan
Hipertensi Urgensi
Penatalaksanaan Umum
Manajenem penurunan tekanan darah pada pasien dengan hipertensi
urgensi tidak membutuhkan obat-obatan parenteral. Pemberian obat-obatan oral
aksi cepat akan memberi manfaat untuk menurunkan tekanan darah dalam 24 jam
awal, Mean Arterial Pressure (MAP) dapat diturunkan tidak lebih dari 25%. Pada
fase awal standard goal penurunan tekanan darah dapat diturunkan sampai
160/110 mmHg. Penggunaan obat antihipertensi parenteral maupun oral bukan
tanpa risiko dalam menurunkan tekanan darah. Pemberian loading dose obat oral
antihipertensi dapat menimbulkan efek akumulasi dan pasien akan mengalami
hipotensi saat pulang ke rumah. Optimalisasi penggunaan kombinasi obat oral
merupakan pilihan terapi untuk pasien dengan hipertensi urgensi.9
Hipertensi Emergensi
Penatalaksanaan Umum
Terapi hipertensi emergensi harus disesuaikan setiap individu tergantung
pada kerusakan organ target. Manajemen tekanan darah dilakukan dengan obat-
obatan parenteral secara tepat dan cepat. Pasien harus berada di dalam ruangan
ICU agar monitoring tekanan darah lebih terkontrol dan dengan pemantauan yang
tepat. Tingkat ideal penurunan tekanan darah masih belum jelas, tetapi penurunan
Mean Arterial Pressure (MAP) 10% selama 1 jam awal dan 15% pada 2-3 jam
berikutnya. Penurunan tekanan darah secara cepat dan berlebihan akan
mengakibatkan jantung dan pembuluh darah orak mengalami hipoperfusi.10
1. Ensefalopati hipertensi
2. Hipertensi maligna
3. Hipertensi berat dengan komplikasi akut
a. Serebrovaskular
• Perdarahan intrakranial
• Perdarahan subarakhnoid
• Infark otak atherosclerosis akut
b. Ginjal
• Gagal ginjal progresif cepat
c. Jantung
• Diseksi aorta akut
• Edema paru dengan kegagalan ventrikel akut
• Infark miokard akut
• Unstable angina
4. Eklampsi or hipertensi berat dalam kehamilan
5. Perdarahan sutura vascular pasca operasi
6. Glomerulonefritis akut dengan hipertensi berat
7. Krisis scleroderma
8. Vaskulitis sistemik akut dengan hipertensi berat
9. Severe epistaxis
2.12 Prognosis
Penyebab kematian tersering adalah stroke (25%), gagal ginjal (19%) dan
gagal jantung (13%). Prognosis menjadi lebih baik apabila penangannannya tepat
dan segera.