Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN PADA NY.

DENGAN HIPERTENSI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Keperawatan Gerontik

Disusun oleh :

Nadila Syarifa Adha Intani (2011020196)

Kelas : 6D

Program Studi Keperawatan S1

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyan Purwokerto

2023
A. Definisi
Penyakit darah tinggi atau hipertensi (hypertension) adalah suatu keadaan dimana
seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh
angka bagian atas (systolic) dan angka bawah (diastolic) pada pemeriksaan tensi darah
menggunakan alat pengukur tekanan darah baik berupa cuff air raksa (Spygmomanometer)
ataupun alat digital lainnya (Herlambang, 2013).
Tensi (tekanan darah) adalah banyaknya darah yang dipompakan jantung dikalikan
tahanan di pembuluh darah perifer. Adapun hipertensi (tekanan darah tinggi) adalah
keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal atau
tekanan sistolik lebih tinggi dari 140 mmHg dan diastoliknya diatas 90 mmHg (Wijoyo,
2011).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan
darah di atas batas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas dan angka
kematian (mortalitas). Tekanan yang abnormal tinggi pada pembuluh darah menyebabkan
meningkatnya risiko terhadap stroke, gagal jantung, serangan jantung, dan kerusakan
ginjal (Rusdi, et al, 2009).
B. Etiologi
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-
perubahan pada (Ritu Jain, 2011) :
1. Elastisitas dinding aorta menurun.
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20
tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
C. Tanda dan Gejala
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara
tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan
tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit
kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja
terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang
normal. Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut
(Kristanti, 2013):
1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Mual
4. Muntah
5. Sesak nafas
6. Gelisah
Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,
mata, jantung dan ginjal. Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan
kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut
ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera. Tanda dan gejala pada
hipertensi dibedakan menjadi : (Edward K Chung, 2013).
a. Tidak Ada Gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal
ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri
tidak terukur.
b. Gejala Yang Lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
D. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis,
yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis
ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan
darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang
pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi
volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan
curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Rahmawati, 2012).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu”
disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer (Darmojo, 2010).
E. Pathways
F. Penatalaksanaan Medis
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis
penatalaksanaan (Ni Kadek, et al, 2014):
1. Penatalaksanaan Non Farmakologis.
a. Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat menurunkan
tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan
kadar adosteron dalam plasma.
b. Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan
batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging, bersepeda
atau berenang.
2. Penatalaksanaan Farmakologis
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian atau
pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
a. Mempunyai efektivitas yang tinggi.
b. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
c. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
d. Tidak menimbulkan intoleransi.
e. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
f. Memungkinkan penggunaan jangka panjang. Golongan obat - obatan yang
diberikan pada klien dengan hipertensi seperti golongan diuretik, golongan
betabloker, golongan antagonis kalsium, golongan penghambat konversi rennin
angitensin.
G. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan menurut (Nugroho, 2010):
1. Pengkajian
a. Aktivitas/ Istirahat
 Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
 Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
b. Sirkulasi
 Gejala :Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan
penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi.
 Tanda : Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis,
tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat,
sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisian kapiler mungkin
lambat/ bertunda.
c. Integritas Ego
 Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple
(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.
 Tanda : Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue perhatian,
tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola
bicara.
d. Eliminasi
 Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat penyakit
ginjal pada masa yang lalu).
e. Makanan/cairan
 Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak
serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir ini
(meningkat/turun), riwayat penggunaan diuretik.
 Tanda : Berat badan normal atau obesitas, adanya edema, glikosuria.
f. Neurosensori
 Gejala : Keluhan pening pening/pusing, berdenyu, sakit kepala, subojksipital
(terjadi saat bangun dan menghilangkan secara spontan setelah beberapa jam)
Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur, epistakis).
 Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, efek,
proses piker, penurunan keuatan genggaman tangan.
g. Nyeri/ ketidaknyaman
 Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung),sakit kepala.
h. Pernafasan
 Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja takipnea, ortopnea,dispnea,
batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.
 Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyi nafas
tambahan (krakties/mengi), sianosis.
i. Keamanan
 Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
j. Pembelajaran/Penyuluhan
 Gejala: Faktor resiko keluarga: hipertensi, aterosporosis, penyakit jantung,
DM. Faktor faktor etnik seperti: orang Afrika-amerika, Asia Tenggara,
penggunaan pil KB atau hormone lain, penggunaan alcohol/obat.
 Rencana pemulangan : bantuan dengan pemantau diri TD/perubahan dalam
terapi obat.

H. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis.

I. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi


Keperawatan Kriteria Hasil Keperawatan
1. Nyeri akut b.d Tujuan dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nyeri
agen diharapkan Tingkat Nyeri Menurun. O :
pencedera Dengan kriteria hasil: • Identifikasi lokasi,
fisiologis. Kriteria Awal Akhir karakteristik,
Hasil durasi, frekuensi,
Keluhan 2 5 kualita, intensitas
nyeri (cukup (menurun) nyeri
meningkat) • Identifikasi skala
Meringis 2 5 nyeri
(cukup (menurun) T:
meningkat) • Berikan teknik
Kesulitan 2 5 nonfarmakologis
tidur (cukup (menurun) untuk mengurangi
meningkat) raa nyeri
Tekanan 2 5 • Fasilitasi istirahat
darah (cukup (membaik) dan tidur
memburuk) E:
• Jelaskan
penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
• Jelaskan strategi
meredakan nyeri
• Anjurkan monitor
nyeri secara
mandiri
K:
• Korasi pemberian
analgesik

Daftar Pustaka

Darmojo, R. Boedhi. (2010). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FKUI.
Kristanti, H. 2013. Mencegah dan Mengobati 11 Penyakit Kronis. Citra Pustaka: Yogyakarta.
Ni Kadek, et al. 2014. Pengaruh Kombinasi Jus Seledri, Wortel dan Madu Terhadap
Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas II Denpasar Barat. Artikel Penelitian, Stikes
Bina Husada
Nugroho, W. (2010). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: EGC.
Rusdi, Nurlaela Isnawati. 2009. Awas Anda Bisa Mati Cepat Akibat Hipertensi dan Diabetes.
Yogyakarta: Powerbooks publishing.
Ritu Jain. 2011. Pengobatan Alternatif untuk Mengatasi Tekanan Darah. Jakarta: Gramedia.
Wijoyo, P. M. 2011. Rahasia Penyembuhan Hipertensi Secara Alami. Bee Media Agro:
Jakarta
PPNI (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. W

DENGAN HIPERTENSI

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN

I. IDENTITAS
A. Identitas Pasien

Nama : Ny. W

Alamat : Perumahan Griya Tegal Sari, Kembaran

Umur : 66 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Pemilik Kost

Suku / bangsa : Jawa - Indonesia

Jenis Kelamin : Perempuan

Diagnosa Medis : Hipertensi

II. Riwayat Kesehatan


1. Keluhan Utama
Ny.W mengeluh kepala sering pusing dan sakit daerah tengkuk leher, nyeri
bertambah saat beraktivitas dan berkurang saat istirahat, nyeri seperti ditusuk-tusuk,
nyeri dibagian kepala, skala nyeri 6, nyeri hilang timbul. Ny.W mengatakan sulit
dalam beraktivitas terutama aktivitas yang berat, lemas dan cepat lelah.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengatakan semenjak menderita hipertensi pasien sudah mengkonsumsi obat
antihipertensi amlodipine 10 mg. Pada saat pengkajian pasien mengatakan obatnya
sudah habis dan pasien mengeluh sakit kepala.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ny. W mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keluarga seperti DM, Hipertensi
dan Asma
III. Kebiasaan Sehari-hari ( Menurut Gordon )

1. Pola Persepsi Kesehatan


Pasien mengatakan memeriksakan kesehatan ketika sedang merasa pusing dan sakit
kepala.
2. Pola Nutrisi
Pasien mengatakan biasa makan dengan frekuensi tiga kali dalam sehari. Tidak ada
kesulitan dalam menelan, tidak ada mual dan muntah, pasien sering minum kopi
3. Pola Akifitas
Pasien mengatakan bisa melakukan aktivitas sehari-hari tetapi sudah tidak bisa
melakukan aktivitas yang terlalu berat karena sering merasa pusing.
4. Pola Eliminasi
Pasien mengatakan BAB satu kali dalam sehari , tidak ada kesulitan dalam BAB,
tidak ada kesulitan dalam BAK
5. Pola Istirahat dan Tidur
Pasien mengatakan sering mengalami kesulitan tidur karena nyeri yang dirasakan.
6. Pola Peran
Dapat melakukan aktivitas sendiri tanpa bantuan oranglain.
7. Pola Kebersihan Diri
Pasien mandi dua kali sehari, menggosok gigi dua kali sehari dan mampu melakukan
perawatan diri secara mandiri
8. Pola Koping terhadap Stress
Pasien mengatakan merasa bersyukur terhadap semua anggota tubuh yang dimilikinya
9. Pola Seksualitas dan Reproduksi
Tidak Terkaji
10.Kepercayaan dan Keyakinan
Pasien mengatakan masih rajin melaksanakan Sholat fardhu 5 waktu dan mengaji.
IV. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : Baik
Berat badan : 50 kg
Tinggi badan : 155 cm
2. Kesadaran : Composmentis
TTV : Nadi 98x/mnt, Suhu 36,5°C, TD 160/100mm/Hg, RR
22x/mnt
3. Kepala : Bentuk kepala mesochepal, warna rambut hitam dan terdapat
uban, terjadi kerontokan rambut.
4. Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
5. Hidung : Tidak ada polip, penciuman normal.
6. Telinga : Tidak terdapat penumpukan sekret dan serumen, pendengaran
normal.
7. Bibir dan Mulut :Tidak terdapat kotoran, gigi bersih, bibir lembabLeher
8. Payudara : Tidak terkaji
9. Dada
 Jantung
I : bentuk dada simetris
A : terdengar bunyi jantung S3 gallop
P : timbul suara pekak pada daerah jantung, ukuran jantung lebih besar dari
batas normal
P : ictus cordis teraba kuat
 Paru
I : bentuk thorax normal
A : suara nafas terdengar vesikuler
P : palpasi dinding thorax, vocal fremitus teraba pada lapang dada kiri, kanan,
depan, dan belakang
P : suara paru terdengar sonor
10. Abdomen
A : terdengar bising usus 16 x/menit
I : bentuk perut simetris
P : terdengar bunyi timpani pada perut
P : tidak ada nyeri tekan pada perut
11. Punggung
Tidak terkaji
12. Genetalia dan Anus
Tidak terkaji
13. Extremitas
Atas : Pergerakan normal, tidak ada fraktur, tidak ada edema dan tidak ada
lesi.
Bawah : Pergerakan normal, tidak ada fraktur, tidak ada edema dan tidak ada
lesi.
14. Kulit
Tugor kulit normal

V. ANALISA DATA

NO DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM

1. DS : Agen pencedera Nyeri Akut


Ny. W mengeluh sering sakit kepala dan fisiologis
terasa berat dibagian belakang.
 P : nyeri bertambah saat beraktivitas
dan berkurang saat istirahat
 Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk,
 R : nyeri dibagian kepala,
 S : skala nyeri 6,
 T : nyeri hilang timbul.

DO :

 Ny. W terlihat sering memegang


kepala bagian belakang
 TTV :
TD : 160/100 mm/Hg
Suhu : 36,5°C
Nadi : 98x/menit
RR : 22x/menit

2. DS : Kurang kontrol Gangguan pola


tidur tidur
Pasien mengatakan sering mengalami
kesulitan tidur karena nyeri yang
dirasakan.
DO :

Ny. W terlihat lemas dan hanya sering


duduk.

VI. PRIORITAS DIAGNOSA


1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis.
VII. RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
1. Nyeri akut b.d Tujuan dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nyeri
agen diharapkan Tingkat Nyeri Menurun. O :
pencedera Dengan kriteria hasil: • Identifikasi lokasi,
fisiologis. Kriteria Awal Akhir karakteristik,
Hasil durasi, frekuensi,
Keluhan 2 5 kualita, intensitas
nyeri (cukup (menurun) nyeri
meningkat) • Identifikasi skala
Meringis 2 5 nyeri
(cukup (menurun) T:
meningkat) • Berikan teknik
Kesulitan 2 5 nonfarmakologis
tidur (cukup (menurun) untuk mengurangi
meningkat) raa nyeri
Tekanan 2 5 • Fasilitasi istirahat
darah (cukup (membaik) dan tidur
memburuk) E:
• Jelaskan penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
• Jelaskan strategi
meredakan nyeri
• Anjurkan monitor
nyeri secara
mandiri
K:
• Korasi pemberian
analgesik

PERTANYAAN KASUS :
Wanita 66 tahun memiliki riwayat Hipertensi sejak 10 tahun yang lalu, hasil pemeriksaan
tekanan darah 160/100 mm/Hg, klien menyatakan kepala sering pusing dan sakit daerah
tengkuk leher, nyeri bertambah saat beraktivitas dan berkurang saat istirahat, nyeri seperti
ditusuk-tusuk, nyeri dibagian kepala, skala nyeri 6, nyeri hilang timbul. Ny.W mengatakan
sulit dalam beraktivitas terutama aktivitas yang berat, lemas dan cepat lelah.

Pertanyaan :
Apa masalah keperawatan utama pada klien tersebut?
a. Gangguan pola tidur
b. Nyeri akut
c. Intoleransi aktivitas
d. Risiko intoleransi aktivitas
e. Gangguan mobilitas fisik
Jawaban :
b (Nyeri Akut)
Alasan :
Karena yang dikatakan pasien saat pengkajian sedang dilakukan yaitu mengatakan bahwa
kepalanya sering pusing dan sakit daerah tengkuk leher.

DOKUMENTASI
(Ny. W saat dilakukan pemeriksaan Tekanan Darah)

Anda mungkin juga menyukai