OPTIMAPREP
BATCH IV EXIT EXAM 2014
Office Address:
www.optimaprep.com
1. PPOK
Sesak napas
Poor exercise
tolerance
Batuk kronik
dengan atau tanpa
sputum
Wheezing atau
rhales
Gagal napas / cor
pulmonale.
Sumber: Qaseem A, et al. Diagnosis and Management of Stable Chronic Obstructive Pulmonary
Disease. Annals of Internal Medicine 2011:155(3). (American College of Physician Guidelines)
2. Ulkus Gaster
Sumber: Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure, 2003.
Sumber: Anderson RJ, Schrier RW: Acute renal failure. In Diseases of the Kidney. Edited by Schrier
RW, Gottschalk CW. 1997:10691113.
8. Ketoasidosis Metabolik
Table 323-5 Manifestasion of Diabetic Ketoacidosis
Symptoms
Nausea/vomiting
Thirst/polyuria
Abdominal pain
Shortness of breath
Precipitating events
Inadequate insulin
administration
Infection (penumonia/
UTI/sepsis)
Infarction (cerebral,
coronary, mesentric,
peripheral)
Drugs (cocaine)
Pregnancy
Physical findings
Tachycardia
Dry mucous
membranes/reduced skin
turgor
Dehydration/hypotension
Tachypnea/Kussmaul
respirations/respiratory
distress
Abdominal tenderness
(may resemble acute
pancreatitis or surgical
abdomen)
Lethargy/obtundation/cer
ebral edema/possibly
coma
Normal
Creatinine
Slightly
Moderately
Osmolality
300-320
330-380
Plasma ketones
++++
+/Serum
<15 meq/L
Normal to slightly
bicarbonate
Arterial pH
6,8-7,3
>7,3
Arterial PCO2
20-30
Normal
Anion gap
Normal to slightly
8. Ketoasidosis
Diabetik
8. Ketoasidosis Diabetik
Hiperglikemia menyebabkan glukosuria, deplesi volume, dan
takikardia. Pernapasan Kussmaul dan fruity odor dari napas pasien
(akibat asidosis metabolik dan peningkatan aseton) merupakan tanda
klasik KAD.
Pada soal, hasil laboratorium yang didapat adalah serum aseton (+).
Pemeriksaan serum keton pada dasarnya hanya menilai keberadaan
acetoacetate dan acetone (menggunakan reaksi nitropruside), bukan
beta-hydrocybutyrate (badan keton) merupakan penanda penting
dalam KAD dan diproduksi 3x lebih banyak dibandingkan
acetoacetate.
Sumber: Diabetes Mellitus. Harrisons Principle of Internal Medicine 16th Edition. 2005. p2158-2160.
9. Koma Ketoasidosis
Mekanisme yang mendasari DKA dan HHS tidak jauh berbeda yaitu
berkurangnya konsentrasi efektif dari insulin disertai peningkatan
level hormon counterregulatory.
Perbedaan KAD dan HHS:
HHS memiliki karakteristik defisiensi insulin relatif untuk mempertahankan
normoglikemia, namun masih terdapat cukup insulin untuk mencegah lipolisis
dan ketogenesis.
Pasien HHS memiliki konsentrasi insulin lebih tinggi (dengan menilai level Cpeptide) dan konsentrasi asam lemak bebas dan hormon counterregulatory
yang lebih rendah dibandingkan DKA.
Pada HHS tidak ditemukan asidosis metabolik, ketosis, pernapasn Kussmaul,
fruity odor yang merupakan ciri khas pada KAD.
Sumber: Umpierrez GE, et al. Diabetic ketoacidosis and hyperglycemic hyperosmolar state. Diabetes
Spectrum. 2002;15(1):28-35.
Manifestasi klinis
Fase akut: Nyeri sendi disertai kemerahan, bengkak dan panas pada sendi
MTP 1 (podagra)
Sendi yang terlibat: sendi besar, seperti ankle, pergelangan tangan, lutut,
siku, namun bisa menyerang jari tangan.
Fase kronis. Gout poliartikular: nyeri, kaku sendi serta deformitas sendi.
Bisa terdapat tofi, yaitu penimbunan kristal pada jaringan lunak. Bisa
terdapat gejala batu ginjal.
Keterlibatan mata: tofus pada kelopak mata dan penurunan penglihatan
Pemeriksaan Penunjang
Artrosentesis dan analisa cairan sendi: menunjukkan adanya kristal
urat seperti tusuk gigi. Cairan synovial didominasi PMN, dengan
hitung sel antara 2000-50000.
Serum asam urat
Radiologi:
Foto polos menunjukkan adanya erosi synovial serta destruksi tulang
Fase akut:
NSAIDs: Indometacin 3x25-50 mg, Ibuprofen 3x800mg, Diclofenac
3x50 mg.
Colchisine: 0,6 mg tiap jam hingga gejala mereda.
Kortikosteroid: prednisolon 30-50 mg/hari.
Fase kronis:
Obat hipouricemic: allopurinol 300mg-800mg 1x1 setiap hari.
Sumber: Harijanto PN. Malaria rreatment by using artemisinin in Indonesia. Acta Med IndonesIndones J Intern Med. 2010;42(1):51-56.
Pedoman Pengobatan Malaria. Departemen Kesehatan 2007.
12.
Treatmen
t Failure
pada
Malaria
Sumber:
Rekomendasi
Mulai terapi OAT, segera mulai terapi
ARV jika toleransi terhadap OAT telah
tercapai
Mulai terapi OAT. Terapi ARV dimulai
setelah 2 bulan
LEPTOSPIROSIS
Gejala dan tanda
Fase 1
Flu-like syndrome
The first phase resolves, and the patient is
briefly asymptomatic until the second
phase begins
Fase 2
Komplikasi
Complications include meningitis,
extreme fatigue, hearing loss,
respiratory distress, azotemia, and renal
interstitial tubular necrosis, which
results in renal failure and often liver
failure (Weil's disease)
GERD
The most-common symptoms of
GERD are:
Heartburn
Regurgitation
Trouble swallowing (dysphagia)
Prevention
Disease
Dispepsia
kolesistitis
pankreatitis
appendisitis
Mentioned above
Kavitas paru
(TB/Pneumonia)
Boot-shaped
heart (TOF)
PPOK
Fungus ball
Koch
Pulmonum
Mitral stenosis
22. EKG
23. Bronkiektasis
Bronkiektasis adalah dilatasi abnormal dan permanen dari bronkus.
Hal ini terjadi karena destruksi dan peradangan pada dinding dari
bronkus. Jaringan kartilago, otot, dan elastik digantikan oleh jaringan
fibrosa.
Etiologi:
Infeksi (Pseudomonas aeruginosa dan Haemophilus Influenzae) produksi
toksin yang merusak epitel dan merusak pembersihan siliar.
Noninfeksi Inhalasi materi toksik seperti amonia atau aspirasi asam
lambung
Manifestasi klinis
Pasien biasanya mengeluh batuk
produktif
Hemoptisis (50-70% pasien, akibat
perdarahan dari mukosa yang
rapuh)
Gejala pneumonia, khususnya jika
bronkiektasis disebabkan oleh
agen infeksi
Pada pemeriksaan fisik dijumpai
rhonki, wheezing yang
menunjukkan kerusakan bronkus
yang mengandung sekret.
Pasien dengan hypoxemia kronik
juga akan memperlihatkan gejala
seperti clubbing finger.
Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan rontgen akan dijumpai berbagai variasi foto
rontgen, seperti penebalan dinding saluran pernafasan, sekresi yang
banyak juga dapat menyebabkan gambaran opaq pada tubular.
Pada bronkiektasis sakular akan memeprlihatkan ruangan cystic
dengan atau tanpa air fluid level.
Tata laksana
Antibiotik memegang peranan penting dalam penanganan dari
bronkiektasis. Pada serangan akut, antibiotik baisanya digunakan.
Pemberian antibiotik harus disesuaikandengan pewarnaan gram dan
kultus. Pengobatan empiris umumnya diberikan dengan pilihan
antibiotik: ampicillin, amoxicilin dan trimethoprim-sulfamethoxazole
Mukolitik
Bronkodilator (memperbaiki obstruksi dan pembersihan sekret)
Reseksi surgikal pada kasus hemoptisis masif yang tidak membaik
dengan pengobatan konservatif)
24. Leukimia
Berdasarkan asal selnya
Tipe limfoid dan myeloid.
Usia
AML
CML
ALL
CLL
>65 tahun
50 th (median)
Bimodal: <10
tahun & lansia
65 (median)
Limfoblast
>20%
Sumsum:
normohiperseluler, sel
B
Perifer:
limfositosis
>5000/mm3
Granul (-)
Kromosom
Philadelphia
Smudge cells
karakter
istik
Lain-lain
Limfadenopati
(80%),
hepatosplenom
egali (50%
Manifestasi Klinis
Akibat peningkatan produksi sel darah putih, maka dapat terjadi penekanan
produksi sel darah yang lain, yang dapat berakibat sebagai gejala anemia,
pendarahan, infeksi
Infiltarsi organ: massa abdomen, perut begah, kejang, nyeri tulang, dll
Asimtomatik, terutama jenis kronis
Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai hepatosplenomegali, anemia pucat,
manifestasi perdarahan.
Pemeriksaan Penunjang
Darah perifer: pansitopenia atau bisitopenia dengan atau tanpa
leukositosis
Apusan darah tepi: sel abnormal tergantung jenis leukemia
Biopsi sumsum tulang
Sitokimia Jenis leukemia
Sitogenetika prognosis
IBD vs IBS
Etiologi Infeksi
Infeksi CMV
Ditemukan badan Inklusi
intranuclear basophilic
yang dikelilingi oleh halo
jernih
Pada paru infeksi CMV
dapat menyerang sel
alveolar, makrofag dan
epitel.
Sel yang terkena biasanya
membesar dan
menunjukkan
pleomorphism nuklear
BEDAH TO4
27. Osteopororsis
Penyakit tulang skeletal sistemik yang
dikarakteristikkan dengan penurunan
massa tulang dan deteriorasi
mikroarsitektur dari tulang yang dapat
menyebabkan tulang menjadi fragil dan
mudah fraktur
optimized by optima
optimized by optima
Osteoporosis Tipe 1
(POSTMENOPAUSAL)
affects primarily trabecular bone
5 years after menopause
weight-bearing bones fractures vertebrae, ankle, and distal radiu
optimized by optima
Etiology
disease
hyperthyroid elevated serum levels thyroid hormone and
increased urinary calcium excretion
hyperparathyroid increased blood parathyroid hormone
concentrations
Cushings syndrome glucocorticoid levels are high
gastrointestinal disorders (e.g., obstructive jaundice) calcium
malabsorption and deficiency and promote osteoporosis
genetic predisposition
Lifestyle
Smokingincreasing the metabolism of sex hormones
excessive use of alcoholnutritional deficiencies in calcium and
vitamin D
Caffeine
aluminum-containing antacids
urinary calcium excretion
lack of physical activity
Diagnosis of Osteoporosis
Physical examination
Measurement of bone mineral content
optimized by optima
Physical examination
Osteoporosis
Height loss
Body weight
Kyphosis
Humped back
Tooth loss
Skinfold thickness
Grip strength
Vertebral fracture
Arm span-height
difference
Wall-occiput
distance
Rib-pelvis distance
optimized by optima
Physical examination
optimized by optima
Riwayat trauma
Bengkak/discoloration
Pain/tenderness
Inversion restriction
Anterior drawer test for ankle
X-ray
The anterior drawer
Menilai integritas dari ligamen talofibular
anterior.
Cara pemeriksaan:
Posisi kaki sedikit plantar fleksi
Pegang kaki dengan tang kiri
Tarik tumit kearah antrior dengan
tangan kanan
Positive test Laxity and poor
endpoint on forward translation
Grading
Grade I: anterior talofibular
ligament (ATF)
Injury
Clinical Findings
Imaging
Ankle sprain
Positive drawer/inversion
test
X-Ray
Achilles Rupture
USG
Metatarsal fracture
X-Ray
Plantar fasciitis
Not needed
Colles Fracture
optimized by optima
http://www.learningradiology.com
Kontraindikasi:
Bleeding diathesis
The possibility of a renal hydatid cyst.
Foto Polos
Indikasi:
False +:
vascular calcifications
bowel opacities
Phleboliths
Appendicoliths
False - :
Contrast Films
Dengan cepat
dikonsentrasikan oleh ginjal
dan menyebabkan gambaran
opak dari traktus urinarius
Low osmolar nonionic contrast
material (LOCM)- 50% less
osmolar load- fewer
complications than high
osmolar
Reactions: dose related or
idiosyncratic
Allergic, CV changes, renal
toxicity, shock
Tx- antihistamines, beta agonist,
epinephrine
Renal toxicity risk (average
patient)- 1%
IV Urography
r
Untuk mengevaluasi urothelial
abnormality, hematuria, urolithiasis
Contrastbolus or drip
Fase Nephrographic immediate to
first minutemelihat parenchyma
Fase Pyelographic phase5
minutes melihat collecting system
Retrograde
Urethrogram
(RUG)
Evaluasi striktur uretra
anterior dan posterior,
trauma
8-16 F foley in fossa
navicularis, fill balloon
with 1-2 mL and inject
30-50% contrast while
filming obliquely
Some resistance at
membranous urethra
and sphincter
Retrograde Pyelography
Evaluasi renal collecting system and ureters
Indikasi:
Hematuria
contrast sensitivity
suboptimal IVU
needs cystography
Shaft fracture
Mobilisasi dilakukan setelah post operasi
bearing)
Distal fracture
Gentle range of motion in a hinged-knee brace is begun early and continued
for 6 weeks
No displacement of globe
overgrowth of normal, non-cancerous tissue
in an abnormal location.
The ones in and around the eye are usually
comprised of skin structures and fat
Occasionally superonasal
Posterior margins are easily palpable
Non-axial proptosis
Diagnosis
Histologic
Lipoma
Atherom cyst
Dermoid Cyst
Epidermal Cyst
Lipoma
http://emedicine.medscape.com/article/120034
http://emedicine.medscape.com/article/120034
Toxic goiter
associated with hyperthyroidism
Examples:
Classification
Nontoxic goiter
Without hyperthyroidism or hypothyroidism
It may be diffuse or multinodular
Examples:
goiter identified in early Graves disease
endemic goiter
chronic lymphocytic thyroiditis (Hashimoto disease)
Disease
Clinical Feature
Tiroiditis
Adenoma folikuler
Toksik goiter
Thyrotoxic symptoms.
Lab: TSH , fT4/N, T3
http://emedicine.medscape.com/article
Symptoms
The most common presentation of a thyroid
nodule, benign or malignant, is a painless mass in
the region of the thyroid gland (Goldman, 1996).
Symptoms consistent with malignancy
Pain
dysphagia
Stridor
hemoptysis
rapid enlargement
hoarseness
optimized by optima
Faktor Risiko
Paparan radiasi pada tiroid
optimized by optima
optimized by optima
Radioactive iodine
thyroxine (T4)
triiodothyronin (T3)
thyroid stimulating hormone (TSH)
Serum Calcium
Thyroglobulin (TG)
Calcitonin
USG :
optimized by optima
Follicular variant
Tall cell
Diffuse sclerosing
Encapsulated
Medullary Carcinoma
Miscellaneous
Sarcoma
Lymphoma
Squamous cell carcinoma
Mucoepidermoid
carcinoma
Clear cell tumors
Pasma cell tumors
Metastatic
Follicular carcinoma
Overtly invasive
Minimally invasive
Giant cell
Small cell
optimized by optima
Direct extention
Kidney
Colon
Melanoma
optimized by optima
optimized by optima
optimized by optima
optimized by optima
optimized by optima
Management
Surgery is the definitive management of thyroid cancer, excluding most
cases of ATC and lymphoma
Types of operations:
lobectomy with isthmusectomy
minimal operation required for a potentially malignant thyroid
nodule
total thyroidectomy
removal of all thyroid tissue
preservation of the contralateral parathyroid glands
subtotal thyroidectomy
anything less than a total thyroidectomy
optimized by optima
PSAProstate Cancer
PSA >4.0 ng/mL mandatory
biopsy
50% of all the cancers detected
because of an elevated PSA level
are localized
these patients are candidates for
potentially curative therapy
Biopsi Prostat
Skrinning PSA untuk Ca
Prostat, tidak dapat
meningkatkan survival
rate
USG Prostat
Hanya dapat melihat
pembesaran prostat
Tidak menunjukkan
derajat obstruksinya
Compartment Syndrome
Diagnosis
Nyeri yang amat
Pain and the aggravation of
sangat(Pain out of
pain by passive stretching of the
proportion)
muscles in the compartment in
Kompartemen teraba
question are the most sensitive
tegang
(and generally the only) clinical
finding before the onset of
Nyeri bila diregangkan
ischemic dysfunction in the
Paresthesia/hypoesthesi
nerves
and
muscles.
a
Paralysis
Pulselessness/pallor
Clinical Evaluation
Pain most important. Especially pain out of
proportion to the injury (child becoming more and
more restless /needing more analgesia)
Most reliable signs are pain on passive stretching
and pain on palpation of the involved compartment
Other features like pallor, pulselessness, paralysis,
paraesthesia etc. appear very late and we should
not wait for these things.
Compartment Syndrome
Etiology
Compartment Size
tight dressing; Bandage/Cast
localised external pressure; lying on limb
Closure of fascial defects
Compartment Content
Bleeding; Fx, vas inj, bleeding disorders
Capillary Permeability;
Ischemia / Trauma / Burns / Exercise / Snake Bite / Drug
Injection / IVF
Compartment Syndrome
Etiology
Fractures-closed and open
Blunt trauma
Temp vascular occlusion
Cast/dressing
Closure of fascial defects
Burns/electrical
Exertional states
IV/A-lines
Intraosseous IV(infant)
Snake bite
Arterial injury
optimized by optima
Surgical Treatment
Fasciotomy
Non-protein colloids
Resuscitation
Crystalloid solution rapidly equilibrates between the intravascular and
interstitial compartments
Adequate restoration of hemostatic stability may require large
volumes of ringer's lactate.
It has been empirically observed that approximately 300 cc of
crystalloid is required to compensate for each 100 cc of blood loss.
(3:1 rule)
Fluid resuscitation
target:
Euvolemia
Improve perfusion
Improve oxygen
delivery
Mayoritas Ca mamae pada pria (50% to 97%) memiliki gejala klinis adanya
massa pada payudara biasanya timbul di dekat puting sebagai massa yang
keras dan tidak nyeri, lebih sering melibatkan KGB
Karakteristik massa dapat seperti pada kanker payudara pada wanita
Ginekomastia
Kanker prostat
Terekspos radiasi
Memiliki penyakit yang berkaitan dengan kadar estrogen yang tinggi seperti
sirosis atau sindrome klinefelter
Memiliki riwayat penyakit keluarga kanker payudara, terutama bila memiliki
gen BRCA2
Gynicomastia
Hipertrofi jaringan payudara normal pada priaJaringan
payudara dan duktus-duktusnya
pubertal hypertrophy (ages 1317), senescent hypertrophy (age
>50)
Dikaitkan dengan obat terapetik atau rekreasional:digoxin,
thiazides, estrogens, phenothiazines, theophylline marijuana
Dapat berkaitan dengan penyakit genetiksindrome klinefelter
http://www.cancer.gov/cancertopics/pdq/treatment/malebr
east/Patient/page1/AllPages
http://emedicine.medscape.com/article/1015227
41.
Hipospadia
Hypospadia
OUE berada pada ventral penis
Three anatomical
characteristics
An ectopic urethral
meatus
An incomplete prepuce
Chordee ventral
shortening and curvature
http://www.genitalsurgerybelgrade.com/urogenital_surgery
_detail.php?Epispadias-4
Phimosis
Phimosis
Prepusium tidak dapat
ditarik kearah proksimal
Fisiologis pada neonatus
Komplikasiinfeksi
Balanitis
Postitis
Balanopostitis
Treatment
Dexamethasone 0.1% (6
weeks) for spontaneous
retraction
Dorsum incisionbila
telah ada komplikasi
Paraphimosis
Prepusium tidak dapat
ditarik kembali dan
terjepit di sulkus
koronarius
Gawat darurat bila
Obstruksi vena
superfisial edema
dan nyeri Nekrosis
glans penis
Treatment
Manual reposition
Dorsum incision
Hydrocele
http://www.cirp.org/library/disease/balanitis/escala1/
Diagnosis
Berdasarkan lokasi dari tumor dan penampakannya
Karakteristik
History
Tarsal tunnel syndrome
Symptoms
Nyeri, baal, parestesia di
sepanjang plantar dan medial
dari kaki
intractable heel pain.
Dapat menyerupai plantar
fasciitis
Onset
Acute or chronic
Palpation
Point tenderness
proximal, over, and
distal to the flexor
retinaculum
Tinels sign
Hipestesi pada distribusi saraf
Common Peroneal
Nerve Injury
Sensory
Sensation is lost between the
first and second toes.
Dorsum of the foot and toes.
Medial side of the big toe.
Lateral side of the leg.
Superficial
peroneal
Synarthroses
(immovable joints)
Amphiarthroses
(some movement)
Diarthroses
(freely movable)
Syndesmoses
-ligaments only
between bones; here,
short so some but not
a lot of movement
(example: tib-fib
ligament)
Syndesmoses
-ligament longer
(example: radioulnar
interosseous
membrane)
Structural down
Bony Fusion
Synostosis
(frontal=metopic
suture; epiphyseal
lines)
Fibrous
Gomphoses (teeth)
-ligament is
periodontal ligament
Cartilagenous
(bone united by
cartilage only)
Synovial
Synchondroses
-hyaline cartilage
(examples:
manubrium-C1,
epiphyseal plates)
Sympheses
-fibrocartilage
(examples: between
discs, pubic
symphesis
Are all diarthrotic
Sympheses
Literally growing together
Fibrocartilage unites the bones
Slightly movable (amphiarthroses)
Resilient shock absorber
Provide strength and flexibility
HYALINE CARTILAGE
FUNCTION
Support tissue and organs
Model for bone
development
MATRIX
Type II collagen (thin fibrils)
Chondroitin sulfate, keratin
sulfate, hyaluronic acid
Water
LOCATION
Cincin trakhea, septum
nasal, laring, permukaan
sendi tulang rangka
ELASTIC CARTILAGE
FUNCTION
Support with flexibility
MATRIX
Normal components of hyaline
matrix plus ELASTIC fibers
LOCATION
Telinga luar, meatus akustikus
ekstrena, epiglotis
STAINS
Elastic fibers stain BLACK with
Weigert stain
perichondrium
FIBROCARTILAGE
FUNCTION
Support with great
tensile strength
MATRIX
Type I collagen Oriented parallel to
stress plane
LOCATION
Diskus intervertebralis,
simfisis pubis
45
.
Turgut M. Spinal tuberculosis (Pott's disease): its clinical presentation, surgical management, and
outcome. A survey study on 694 patients Neurosurg Rev. 2001 Mar;24(1):8-13.
Potts disease=spondylitis TB
Gross Findings
Symmetric enlargement with tan
yellow cut surface
Intact capsule
Micro Findings
Oxyphilic change of follicular
epithelium: small & atrophic
thyroid follicles with oxyphilic
metaplasia of follicular cells
ranging from pale pink staining
cells with abundant cytoplasm to
oxyphilic cells with pink granular
cytoplasm.
Lymphoplasmcytic infiltration
with prominent germinal centers
in the stroma.
Scanty connective tissue with
slightly thickening of inter-lobular
septi.
Subacute thyroiditis
Granulomatous thyroiditis
or DeQuervain thyroiditis
Sering pada wanita 30-50
thn
Caused by a viral infection
or a postviral
inflammatory process.
Sudden onset of painful
enlargement of thyroid
with 3 phases of course.
(hyperthyroid, hypothryoid
& recovery).
Gross Findings
Asymmetrical or uneven
involvement of the gland.
Firm & irregular white-tan lesion or
several small poorly demarcated
nodules (from several mm to a few
cm) on cut surface.
Micro Findings
Nodular goiter
Recurrent episodes of
hyperplasia and involution
combine to produce irregular
enlargemen of the thyroid.
Hyperplasia of the thyroid
gland may result from
hyperstimulation by:
TSH
Ab to TSH receptor
iodine deficiency
goitrogens in food
drugs
Nontoxic, thyrotoxicosis
Sporadic and endemic forms,
female/male:1/1.
Gross Findings
Multilobulated,
asymmetrically enlarged
glands.
Cut section: irregular nodules
with variable amounts of
brown and gelatinous colloid.
Micro Findings
Colloid rich follicles lined by
flatten, inactive epithelium
and areas of follicular
epithelial hypertrophy and
hyperplasia.
Degenerative changes:
hemorrhage, fibrosis,
calcification, and cystic.
Papillary carcinoma
Most common form of
thyroid cancer.
Twenties to forties,
associated with previous
exposure to ionizing
radiation.
Gross Findings
Solid, firm, grayish white
lobulated lesion with
sclerotic center.
Micro Findings
Based on characteristic
architecture & cytological
feature.
Papillae formed by a central
fibrovascular stalk & covered by
neoplastic epithelial cells.
Psammoma bodies in the
papillary stalk, fibrous stroma or
between tumor cells.
Nuclear features:
Round to slight oval shape.
Pale, clear, empty or ground glass
appearance (Orphan Annie):
empty of nucleus with irregular
thickened inner aspect of nuclear
membrane.
Pseudo-inclusion: deep
cytoplasmic invagination and
result in nuclear acidophilic,
inclusion-like round structures,
sharply outlined and eccentric,
with a crescent-shaped rim of
compressed chromatin on the
side.
Grooves: coffee-bean like.
47.Salivary Enlargement
Unilateral Salivary enlargement
Salivary Gland Tumor
Bacterial Sialadenitis
Chronic Sialadenitis
Sialolithiasis
Parotid Tumor
Painless, asymptomatic
mass posterior cheek
region.
Pain indicates perineural
invasion
B) Warthin's tumour
2. Carcinomas
Acinic cell Carcinoma: Low grade malignancy
may remain quiescent for a long time fatal due to perineural spread,
pulmonary metastasis
Overall 5-year survival is 35%, and 10-year survival is approximately 20%
Mucoepidermoid carcinoma
The Breast
Tumors
Onset
Feature
Breast cancer
30-menopause
Fibroadenoma
mammae
< 30 years
Fibrocystic
mammae
20 to 40 years
Mastitis
18-50 years
Philloides
Tumors
30-55 years
Duct Papilloma
45-50 years
soundnet.cs.princeton.edu
soundnet.cs.princeton.edu
netterimages.com
50. Urolithiasis
Urinary tract stone disease
Signs:
Flank pain
Irritative voiding symptom
Nausea
microscopic hematuria
http://www.aafp.org/afp/2008/0801/p379.html
51. Appendectomy
Timing
Operasi secepatnya direkomendasikan untuk mengurangi insidens infeksi
Methods
Elevasi dan debridement
Primary bone fragment replacement is a surgical option in the absence of
wound infection
should include prohylaxis antibiotics
Craniotomy:
A surgical opening into the cranial
cavity
Beberapa lubang dibuat
Tulang diantara lubang kemudian
dipotong oleh gergaji khusus
craniotome
Craniectomy:
Eksisi bagian dari tengkorak dan flap tulang diambil seluruhnya.
Tulang yang diambil tidak diganti, dan apabila defek besar, maka mungkin
kranioplasti dibutuhkan
Cranioplasty:
Plastic repair to the skull in which synthetic material is inserted to replace the
cranial bone that was removed.
may be performed after a large craniectomy
Pterigium
53. PTERIGIUM
Pertumbuhan fibrovaskuler
Pertumbuhan
fibrovaskuler
konjungtiva,
konjungtiva,
bersifat
degeneratif
bersifat degeneratif dan invasif
dan invasif
Terletak pada celah kelopak bagian nasal
temporal
konjungtiva
yang meluas
ataupun
Terletak
pada
celah kelopak
bagian
ke daerah kornea
nasal ataupun temporal konjungtiva
Mudah meradang
yang meluas ke daerah kornea
Etiologi: iritasi kronis karena debu, cahaya
udara
panas
matahari,
Mudah
meradang
Keluhan : asimtomatik, mata iritatif, merah,
mungkin
Etiologi:
iritasi
kronis
karena
terjadi
astigmat
(akibat
kornea debu,
tertarik
oleh matahari,
pertumbuhanudara
pterigium),
tajam
cahaya
panas
penglihatan
menurun
TesKeluhan
sonde (+)
ujung sonde
tidak
kelihatan
: mata
iritatif,
merah,
pterigium
mungkin terjadi astigmat
Pengobatan : konservatif; Pada pterigium
1-2 yang mengalami
inflamasi,operasi
pasien
derajat
Pengobatan
: konservatif;
dapat diberikan obat tetes mata kombinasi
bila terjadi
gangguan
penglihatan
antibiotik
dan steroid
3 kali sehari
selama 5-7
hari. Pada pterigium derajat 3-4 dilakukan
tindakan bedah
DERAJAT PTERIGIUM
Derajat 1: Jika pterigium hanya terbatas pada limbus kornea
Derajat 2: Jika pterigium sudah melewati limbus kornea tetapi tidak
lebih dari 2 mm melewati kornea
Derajat 3: Jika pterigium sudah melebihi derajat dua tetapi tidak
melebihi pinggiran pupil mata dalam keadaan cahaya normal
(diameter pupil sekitar 3-4 mm)
Derajat 4: Jika pertumbuhan pterigium sudah melewati pupil
sehingga mengganggu penglihatan
PTERIGIUM
DIAGNOSIS
59. Kelainan
Konjungtiva
BANDING
Pterigium
Pinguecula
Episkleritis
Pseudopterigium
Konjungtivitis
LATE COMPLICATION
Posterior capsule opacification
(1050% by 2 years)
Cystoid macular edema (112%)
Retinal detachment (0.7%)
Corneal decompensation
Chronic endophthalmitis
Faktor risiko
Pasien dengan blepharitis, konjungtivitis,
penyakit nasolakrimal, komorbid(diabetes),
dan complicated surgery (PC rupture with
vitreous loss, ACIOL, prolonged surgery).
Diagnosis
pemeriksaan mikrobiologi dari Anterior
chamber tap dan biopsi vitreous (dgn
antibiotik intravitreus scr simultan utk
pengobatan)
Pertimbangkan:
Decreased visual
acuity
Red eye
Others
Uveitis
Yes
Yes
Endophtalmitis
Yes
Yes
Yes
Yes
Yes
Yes
Panendoftalmitis = peradangan
seluruh bola mata termasuk sklera
dan kapsul tenon sehingga bola
mata merupakan rongga abses.
Yes
Yes
Glaukoma yang terjadi akibat penutupan sudut bilik mata oleh bagian lensa yang
lisis ini disebut glaukoma fakolitik, pasien dengan galukoma fakolitik akan
mengeluh sakit kepala berat, mata sakit, tajam pengelihatan hanya tinggal
proyeksi sinar.
Pada pemeriksaan objektif terlihat edema kornea dengan injeksi silier, fler berat
dengan tanda-tanda uveitis lainnya, bilik mata yang dalam disertai dengan
katarak hipermatur. Tekanan bola mata sangat tinggi
Ilyas, Sidarta., 2004. Ilmu Penyakit Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Pemeriksaan Rutin :
Tatalaksana :
http://www.patient.co.uk/doctor/Eye-Trauma.htm
http://www.patient.co.uk/doctor/Eye-Trauma.htm
http://www.patient.co.uk/doctor/Eye-Trauma.htm
HIFEMA
Definisi:
Perdarahan pada bilik
mata depan
Tampak seperti warna
merah atau genangan
darah pada dasar iris
atau pada kornea
Halangan pandang
parsial / komplet
Etiologi: pembedahan
intraokular, trauma
tumpul, trauma laserasi
Tujuan terapi:
Mencegah rebleeding
(biasanya dalam 5 hari
pertama)
Mencegah noda darah
pada kornea
Mencegah atrofi saraf
optik
Komplikasi:
Perdarahan ulang
Sinekiae anterior perifer
Atrofi saraf optik
Glaukoma
Tatalaksana:
57. Episkleritis
Episkleritis adalah peradangan sclera superficial.
Pada episkleritis, pasien akan mengeluh fotofobia, lakrimasi, kelopak
mata yang bengkak, kemosis konjungtiva, diikuti injeksi episklera.
Perjalan penyakit episkleritis kambuh-kambuhan.
Cenderung mengenai orang muda, biasanya pada dekade ketigakeempat kehidupan
Lebih banyak pada wanita, 2/3 unilateral
Keratitis dan uveitis jarang dijumpai
Simple episcleritis
Common, benign, self-limiting but frequently recurrent
Skleritis
Skleritis merupakan peradangan sclera profunda yang disertai dengan
gejala fotofobia, lakrimasi, nyeri bola mata.
Nyeri bersifat konstan dan tumpul, bola mata juga terasa nyeri
Tanda utama skleritis adanya adanya bagian mata yang berwarna
ungu gelap akibat dilatasi pleksus vascular profunda di sclera dan
episklera.
Skleritis terjadi bilateral pada 1/3 kasus, lebih banyak pada wanita;
timbul pada dekade ke-5 sampai ke-6
Sering dijumpai keratitis atau uveitis.
3. Miscellaneous
Relapsing polychondritis
Herpes zoster ophthalmicus
Surgically induced
Avascular patches
Treatment
Oral steroids
Immunosuppressive agents (cyclophosphamide, azathioprine, cyclosporin)
Combined intravenous steroids and cyclophosphamide if unresponsive
Episcleritis
Maximal congestion
of episcleral vessels
Scleritis
Maximal congestion of
deep vascular plexus
Slight congestion of
episcleral vessels
Jenis:
Rhegmatogenosa (paling sering)
lubang / robekan pada lapisan neuronal
menyebabkan cairan vitreus masuk ke
antara retina sensorik dengan epitel
pigmen retina
Traksi adhesi antara vitreus /
proliferasi jaringan fibrovaskular dengan
retina
Serosa / hemoragik eksudasi ke dalam
ruang subretina dari pembuluh darah
retina
Sumber: Riordan-Eva P, Whitcher JP. Vaughan and Asburys General Ophtalmology 17th ed. Philadephia: McGraw-Hill, 2007.
Serosa / hemoragik:
Miopia
Trauma okular
Afakia
Degenerasi lattice
Traksi:
Retinopati DM
proliferatif
Vitreoretinopati
proliferatif
Retinopati prematuritas
Trauma okular
Sumber: Riordan-Eva P, Whitcher JP. Vaughan and Asburys General Ophtalmology
17th ed. Philadephia: McGraw-Hill, 2007.
Hipertensi
Oklusi vena retina sentral
Vaskulitis
Papilledema
Tumor intraokular
Ablasio
Rhegmatogenosa
Ablasio Retina
Anamnesis:
Riwayat trauma
Riwayat operasi mata
Riwayat kondisi mata sebelumnya
(cth: uveitis, perdarahan vitreus,
miopia berat)
Durasi gejala visual & penurunan
penglihatan
Tatalaksana
Ablasio retina kegawatdaruratan
mata
Tatalaksana awal:
Puasakan pasien u/ persiapan operasi
Hindari tekanan pada bola mata
Batasi aktivitas pasien sampai
diperiksa spesialis mata
Segera konsultasi spesialis retina
konservatif (untuk nonregmatogen),
pneumatic retinopexy, bakel sklera,
vitrektomi tertutup
Sumber: Riordan-Eva P, Whitcher JP. Vaughan and Asburys General Ophtalmology 17th ed. Philadephia: McGraw-Hill, 2007.
59.
Konjungtivitis
Conjunctivitis is swelling (inflammation) or infection of
the membrane lining the eyelids (conjunctiva)
Pathology
Etiology
Feature
Bacterial
staphylococci
streptococci,
gonocci
Corynebacter
ium strains
Viral
Adenovirus
herpes
simplex virus
or varicellazoster virus
http://www.cdc.gov/conjunctivitis/about/treatment.html
Treatment
Pathology
Etiology
Feature
Treatment
Fungal
Topical antifungal
Vernal
Allergy
Removal allergen
Topical antihistamine
Vasoconstrictors
Inclusion
Chlamydia
trachomatis
Doxycycline 100 mg PO
bid for 21 days OR
Erythromycin 250 mg
PO qid for 21 days
Topical antibiotics
Histopatologik:
Degenerasi sel batang dan kerucut
Proliferasi sel glia
Migrasi pigmen ke dalam jaringan
retina
Obliterasi sklerotik dari pembuluh
darah retina
Atrofi N II, sedangkan koroid
normal
Gejala Klinis
Subyektif :
buta senja (hemeralopia/nictalopia).
Lapang pandang perifer menurun secara progresif dan perlahan tubular sign.
Adaptasi gelap yang memanjang
Obyektif :
Pembuluh darah ciut tampak seperti tali
Penimbunan pigmen berupa gambaran spikula tulang/Retinal Bone specule like
pigmentation mula-mula di daerah ekuator kemudian menyebar ke perifer dan
makula
Karena geseran pigmen, gambaran pembuluh darah koroin menjadi lebih nyata
Waxy Disc Pallor (papil pucat dan berwarna kuning tembaga) pada stadium lanjut
Makula tampak seperti moth eaten appearance
Ilmu Penyakit Mata. Nana Wijaya
Pemeriksaan Penunjang
Tes lapang pandang (goldman perimetry, Humphrey Analyzer)
Funduskopi
Electroretinography/ERG (Respon subnormal atau negatif)
Dark Adaptometry (memanjang)
Electrooculography/EOG (peningkatan sinar yang tidak lazim)
fundus Fluorescein angiography/ FFA
Keratitis
Ulkus Kornea
Keratokonjungtivitis
Blefaritis
Konjungtivitis
ULKUS KORNEA
Gejala Subjektif
Gejala Objektif
Injeksi siliar
Hilangnya sebagian jaringan kornea, dan
adanya infiltrat
Hipopion
ULKUS KORNEA
Peripheral Ulcerative Keratitis (PUK)
Ulkus Kornea
Penatalaksanaan :
Feature
Treatment
Fungal
Protozoa infection
(Acanthamoeba)
Viral
Acyclovir
Staphylococcus
(marginal ulcer)
Tobramycin/cefazol
in eye drops,
quinolones
(moxifloxacin)
Streptococcus
connective tissue
disease
Pseudomonas
Natamycin,
amphotericin B,
Azole derivatives,
Flucytosine 1%
62-63. Kalazion
Kalazion
Inflamasi idiopatik, steril, dan kronik dari kelenjar Meibom
Ditandai oleh pembengkakan yang tidak nyeri, muncul berminggu-minggu.
Dapat diawali oleh hordeolum, dibedakan dari hordeolum oleh ketiadaan
tanda-tanda inflamasi akut.
Pada pemeriksaan histologik ditemukan proliferasi endotel asinus dan
peradangan granullomatosa kelenjar Meibom
Tanda dan gejala:
Benjolan tidak nyeri pada bagian dalam kelopak mata. Kebanyakan kalazion
menonjol ke arah permukaan konjungtiva, bisa sedikit merah. Jika sangat besar,
dapat menekan bola mata, menyebabkan astigmatisma.
Myopia
f = 0,8 meter
Bila diketahui titik jauh sekarang lebih
dekat 25%, maka :
f = 0,8 (25% x 0,8) = 0,6 meter
Maka : P = -1,67
Sehingga saat ini pasien dapat
digolongkan miopia simpleks (< -6D)
http://fisikadantikonline.blogspot.com/2011/11/alat-alat-optik.html
Klasifikasi lainnya:
Glaukoma infantum:
tampak waktu lahir/ pd usia
1-3 thn
Glaukoma juvenilis: terjadi
pada anak yang lebih besar
Buku ilmu penyakit mata Nana Wijaya & Oftalmologi umum Vaugahn & Asbury
Patogenesis
Abnormalitas anatomi trabeluar meshwork penumpukan
cairan aqueous humor peninggian tekanan intraokuler
bisa terkompensasi krn jaringan mata anak masih lembek
sehingga seluruh mata membesar (panjang bisa 32 mm,
kornea bisa 16 mm buftalmos & megalokornea) kornea
menipis sehingga kurvatura kornea berkurang
Ketika mata tidak dapat lagi meregang bisa terjadi
penggaungan dan atrofi papil saraf optik
Buku ilmu penyakit mata Nana Wijaya & Oftalmologi umum Vaugahn & Asbury
Buku ilmu penyakit mata Nana Wijaya & Oftalmologi umum Vaugahn & Asbury
Megalocornea
http://emedicine.medscape.com/article/1196299-overview
Tatalaksana
Medikamentosa hingga TIO
normal
Acetazolamide
pilokarpin
Operasi:
Goniotomi (memotong jaringan yg
menutup trabekula atau
memotong iris yg berinsersi pada
trabekula
Goniopuncture: membuat fistula
antara bilik depan dan jaringan
subkonjungtiva (dilakukan bila
goniotomi tidak berhasil)
Buku ilmu penyakit mata Nana Wijaya & Oftalmologi umum Vaugahn & Asbury
66. Glaukoma
Glaukoma adalah penyakit saraf mata yang berhubungan
dengan peningkatan tekanan bola mata (TIO Normal :
10-24mmHg)
Ditandai : meningkatnya tekanan intraokuler yang
disertai oleh pencekungan diskus optikus dan pengecilan
lapangan pandang
TIO tidak harus selalu tinggi, Tetapi TIO relatif tinggi
untuk individu tersebut.
Jenis Glaukoma :
Primer yaitu timbul pada mata yang mempunyai bakat bawaan, biasanya bilateral dan
diturunkan.
Sekunder yang merupakan penyulit penyakit mata lainnya (ada penyebabnya) biasanya
Unilateral
Retinometer
Octopus perimetry
Streak retinoscopy
Refractometry
NEUROLOGI
Try out 4
70. Vertigo
Vertigo perifer: suatu vertigo yang disertai dengan mual, muntah, dan
tinnitus. Nistagmus dapat juga timbul pada vertigo tersebut. Pasien
merasakan sensasi berputar kontralateral dari lesi sehingga mengalami
kesulitan berjalan dan jatuh ke arah sisi lesi pada saat situasi gelap atau
mata tertutup. Tempat patologis biasanya terjadi pada telinga dalam atau
sistem vestibular sehingga sering disebut otologi vertigo
Vertigo sentral: suatu vertigo yang disebabkan kelainan pada batang otak
atau sistem saraf pusat dan berasosiasi dengan adanya gejala batang otak
atau sistem serebelar seperti disartria, diplopia, disfagia, sendawa, kelainan
sistem saraf kranial, ataksia. Nistagmus yang terjadi dapat bersifat
multidireksional, bersifat kronik, dan tidak disertai oleh gejala
pendengaran.
Tatalaksana Vertigo
Tujuan tatalaksana vertigo adalah mengurangi gejala vertigo,
mengurangi morbiditas.
Obat yang digunakan adalah betahistin mesylate,meclizine,
dimenhydrinate, derivat fenotiazin, dan derivat benzodiazepin
71. Stroke
Gaze paresis: Lesi di tingkar hemisfer cerebrum,
mata akan terfiksasi ke sisi lesi.
Lesi di tingkat pons, mata akan terfiksasi menjauhi
lesi.
LOBUS TEMPORALIS
- Afasia sensorik Wirnicke
- Gangguan lap pandang quadrianopsia homonim
superior
LESI HIPOTHALAMUS:
Gangguan fungsi endokrin
Regulasi temperatur
Keseimbangan cairan dan elektrolit
dll
Gejala di SINUS KAVERNOSUS melibatkan N
III,IV,VI.
Gejala Fokal
Infratentorial
a.
Gejala lesi batang otak:
Lesi N Kranialis (III-XII)
Gangguan jaras motorik dan sensorik alternans
Penurunan kesadaran
Tremor
Gangguan gerak bola mata
Pupil tidak normal
Hiccup
b.
-
73. Epilepsi
Tatalaksana Epilepsi
Tujuan tatalaksana pasien epilepsi adalah mencapai keadaan bebas
kejang dengan efek samping pengobatan seminimal mungkin.
Monoterapi lebih dianjurkan karena mengurangi risiko adanya efek
samping dan menghindari interaksi obat.
Agen antikonvulsan memiliki mekanisme multipel seperti lamotrigine,
topiramate, asam valproat, zonisamide
Asam valproat, topiramate, dan lamotrigin digunakan pada epilepsi
generalized tonic clonic dan epilepsi mioklonik
Asam valproat dan ethosuximide digunakan untuk epilepsi tipe
absans
74. Demensia
Demensia adalah kelainan kognitif dan perilaku yang mengakibatkan
gangguan fungsi sosial dan okupasional.
Demensia bersifat progresif dan tidak dapat disembuhkan.
Pada penyakit Alzheimer, didapatkan plak pada hipokampus, struktur di
dalam otak yang mengkode memori dan area otak yang mengatur pusat
berpikir dan membuat keputusan.
Gejala klinis meliputi: lupa, kebingungan mengenai lokasi rumah,
memerlukan waktu lebih lama untuk menyelesaikan tugas sehari-hari,
sering lupa menghitung uang, kehilangan spontanitas dan inisiatif,
perubahan mood, tidak dapatmengingat hal baru, kesulitan membaca,
menulis, menghitung, kehilangan perhatian, kehilangan kendali untuk
buang air kecil maupun besar, berat badan berkurang, hingga kesulitan
menelan.
Diagnosis Demensia
Pemeriksaan kognitif meliputi atensi, konsentrasi, ingatan, bahasa, praksis, fungsi luhur, dan fungsi visuospasial
Diagnosis Demensia
Other central nervous system conditions that cause progressive deficits in memory and cognition
Systemic conditions that are known to cause dementia
Substance-induced conditions
E. The deficits do not occur exclusively during the course of a delirium.
F. The disturbance is not better accounted for by another DSM-IV Axis I disorder (ie, a clinical disorder).
Patofisiologi
Terjadi demielinisasi spinal cord yang nampak spongy di bawah
mikroskop:
- kolumna posterior, terutama di bagian
atas mielum
- kolumna lateralis (tr. Kortikospinalis &
spinoserebelaris
- saraf perifer juga terserang
Gambaran klinik
Awitan subakut
Gringgingan (parestesia) di tangan & tungkai di susul rasa tebal &
kelemahan otot bagian distal
Gangguan sensibilitas dalam
Paraparesis spastik dgn reflek patologis (+)
Kelainan vegetatif:pd pria impoten & pd wanita gangguan kandung
kemih
Kadang-kadang didapatkan gangguan mental dan N II
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium:
-Darah :
Anemia makrositer, pe MCV,
MCHC (N), lekopenia/thrombositopenia
ringan.
79. Parkinson
Penyakit Parkinson: kelainan degeneratif pada sistem saraf pusat.
Patofisiologi yang terjadi akibat kematian sel di substansia nigra yang
menghasilkan dopamin.
Terdapat akumulasi alfa sinuklein protein yang memberikan gambaran
Lewys bodies
Manifestasi klinis: tremor, rigiditas, bradikinesia, demensia, gangguan
tidur, depresi, dan lain-lain.
Gejala
Onset
Refleks
KPR normal
APR tidak normal
Nyeri radikular
Kurang dominan
Lebih dominan
Nyeri punggung
Lebih dominan
Kurang dominan
Fungsi sensoris
Rasa tebal lebih terlokalisasi pada daerah Rasa tebal lebih terlokalisasi pada area
perianal; simetris dan bilateral; terjadi saddle; asimetris dan dapat bersifat
disosiasi fungsi sensoris
unilateral; tidak ada disosiasi fungsi
sensoris; Dapat terjadi hipestesi pada
dermatom spesifik ekstremitas inferior
dengan rasa tebal dan parestesi; dapat
terjadi rasa tebal pada pubis termasuk
glans penis dan klitoris
Fungsi motorik
Disfungsi ereksi
Sering didapatkan
Disfungsi
sphincter
Retensi urin dan Retensi alvi dapat Retensi urin; sering didapatkan pada akhir
menyebabkan overflow inkontinensia urin penyakit
dan alvi; cenderung timbul pada awal gejala
Jarang didapatkan;
Psikiatri TO4
Karakteristik
Kriteria diagnosis harus memenuhi ketiga hal ini:
1. Preokupasi menetap untuk makan
2. Pasien melawan efek kegemukan (merangsang muntah,
pencahar, puasa, obat-obatan penekan nafsu makan)
3. Rasa takut yang berlebihan akan kegemukan & mengatur
beratnya di bawah berat badan yang sehat.
PPDGJ
Karakteristik
Gangguan somatisasi
Hipokondriasis
Disfungsi otonomik
somatoform
Nyeri somatoform
Gangguan Dismorfik
Tubuh
Karakteristik
Amnesia
Fugue
Stupor
Trans
Motorik
Konvulsi
Anestesi &
kehilangan
sensorik
Diagnosis
Karakteristik
Depersonalisasi
Derealisasi
Kepribadian
ganda
Maslim R. Buku saku diagnosis gangguan jiwa. Rujukan ringkas dari PPDGJ-III.
Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition.
85. Depresi
Gejala utama:
1. afek depresif,
2. hilang minat &
kegembiraan,
3. mudah lelah &
menurunnya
aktivitas.
Gejala lainnya:
1. konsentrasi menurun,
2. harga diri & kepercayaan diri
berkurang,
3. rasa bersalah & tidak berguna
yang tidak beralasan,
4. merasa masa depan suram &
pesimistis,
5. gagasan atau perbuatan
membahayakan diri atau bunuh
diri,
6. tidur terganggu,
7. perubahan nafsu makan (naik
atau turun).
PPDGJ
Depresi
Episode depresif ringan: 2 gejala utama + 2 gejala lain > 2 minggu
Episode depresif sedang: 2 gejala utama + 3 gejala lain, >2 minggu.
Episode depresif berat: 3 gejala utama + 4 gejala lain > 2 minggu. Jika
gejala amat berat & awitannya cepat, diagnosis boleh ditegakkan meski
kurang dari 2 minggu.
Episode depresif berat dengan gejala psikotik: episode depresif berat +
waham, halusinasi, atau stupor depresif.
PPDGJ
Suicide Ideation
Whether to hospitalize patients with suicidal ideation is the most
important clinical decision to be made.
Indications for hospitalization:
the absence of a strong social support system,
a history of impulsive behavior, and
a suicidal plan of action
Fobia Sosial
Rasa takut yang berlebihan akan dipermalukan atau melakukan hal yang
memalukan pada berbagai situasi sosial, seperti bicara di depan umum, berkemih
di toilet umum, atau makan di tempat umum.
Fobia Khas
Rasa takut yang kuat dan persisten terhadap suatu objek atau situasi, antara lain:
hewan, bencana, ketinggian, penyakit, cedera, dan kematian.
Word salad or
incoherence
Neologisms
Clang associations
Punning
Thought blocking
Vague thought
Symptoms
Description
Clang associations
Ideas that are related only by similar or rhyming sounds rather than
actual meaning
Idea of reference
Circumstantiality
Flight of
Ideas/lompat
gagasan
Tangensial
Bloking
Neologisms
88. Psychotherapy-Counseling
Psychoterapy
Suatu usaha untuk meringankan
penderitaan dan disabilitas
psikologis dengan menginduksi
perubahan perilaku dan dan sikap
pasien
Psychotherapy Indications
Sebagian besar diagnosis axis I dan II, baik sebagai terapi
sendiri atau kombinasi dengan yang lain
Alone or in combination with medications
Depression, anxiety disorders, eating disorders, sexual
disorders, dissociative disorders, paraphilias, addictions,
personality disorders
Contraindications:
delirium, dementia, psychopathy
Types of Psychotherapy
Psychodynamic
Cognitive Behavioural therapy
Supportive
Psychodynamic Psychotherapy
Balance between here and now
relationships and early
relationships
Once per week
Face to face
6 months to several years
Anxiety and depression,
personality disorders,
somatoform disorders, sexual
dysfunction
3 areas addressed
Ego psychology: Drive
gratification (desire and
aggression)
Freud
Supportive Psychotherapy
Reduction in anxiety through empathy, concern and understanding
Strengthen healthy or effective mechanisms of coping
Helpful for most psychiatric disorders
Often used in conjunction with other treatments
Counseling
Counseling is the mutual
exploration and exchange
of ideas, attitudes, and
feelings between a
counselor and a client
specifically including
a clients misperceptions
about the disorder
a clients misperceptions
that create emotional
overlays affecting selfconcept, and
a disparity between a
clients thoughts & feelings
Cooper (1983)
2.
Client is in a state of
incongruence
3.
4.
4.
Therapist has
empathetic
understanding of the
clients frame of
reference
5.
Communication of
empathetic and positive
regard is achieved.
6.
Pada person-centered,
yang ditekankan dan
menjadi fokus adalah
rasa empati pada
pasien dan
kemampuan
mendengar aktif
Catharsis
clarify or define the problem
hidden emotions surface and ventilated
Adress emotionally critical
misperceptions (ECMs)
Education
Identifikasi jika ada misinterpretasi
pasien
misperceptions are corrected using
scientific evidence or the latest
information
Action
Implementation of the needed
behavioral changes
Psikoterapi
Group
psychoterapy
Family therapy
Behavior
therapy
Cognitive
therapy
Interpersonal
therapy
Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition.
Karakteristik
Fetishism
Frotteurism
Masochism
Sadism
Voyeurism
Necrophilia
Hypersomnia
Narcolepsy
Night terror
Sleep walking/somnabulisme
91&92. Skizofrenia
Kriteria umum diagnosis skizofrenia:
Harus ada minimal 1 gejala berikut:
Maslim R. Buku saku diagnosis gangguan jiwa. Rujukan ringkas dari PPDGJ-III.
Skizofrenia
Paranoid
merasa terancam/dikendalikan
Hebefrenik
Katatonik
Skizotipal
Waham menetap
hanya waham
Psikotik akut
Skizoafektif
Residual
Simpleks
PPDGJ
Karakteristik
Coprolalia
Echolalia
Echopraxia
Echomimia
Palilalia
Cataplexy
Gangguan Afektif
Pada gangguan afektif dengan ciri psikotik, waham
bersifat mood-congruent (konsisten dengan
depresi/manik)
Depresi: waham tentang dosa, kemiskinan,
malapetaka, & pasien merasa bertanggung jawab.
Manik: waham tentang kekuasaan, uang, utusan
Tuhan.
Diagnosis
Gejala Psikotik
Gangguan Afektif
Skizofrenia
Ada
Durasi singkat
Skizoafektif
http://www.aafp.org/afp/2002/1201/p2103.html
Schematic drawing of
lymphatic drainage of inguinal
nodes. There is a cross with its
middle point in the saphena
hiatus. The penile and scrotum
lymphatic drainage is
performed, by the upper
internal quarter (arrows).
http://www.hindawi.com/journals/au/2011/952532/fig1/
96. Miliaria
Kelainan kulit akibat retensi keringat
Miliaria kristalina:
Vesikel berukuran 1-2 mm pada bedan setelah banyak berkeringat, tanpa tanda
radang, pada bagian yang tertutup pakaian, keluhan tidak ada. Tx/ menghindari
panas, pakaian tipis & menyerap keringat
Miliaria rubra:
Papul merah yang gatal, pada badan dan tempat-tempat tekanan/gesekan pakaian.
Tx/ menghindari panas, pakaian tipis & menyerap keringat, bedak salisil 2% +
menthol 0,25-2%, losio calamin
Miliaria profunda
Timbul setelah miliaria rubra, papul putih, keras di badan dan ekstremitas, tidak
gatal, tidak eritema. Tx/ menghindari panas, pakaian tipis & menyerap keringat, losio
calamin, resorsin 3%
E. coli
Present in GIT
Endogennous infection after breaking of immune barieres,
Bakterial sepsis( from focuses in urinary tract or
git)most common cause of G negatif sepsis,
Urinary tract infectionmostly in out patients,
transmitted from GIT ascendently, specific serotypes
adhering to urinary
Forms complex of numerous o-somatic, H- flagellar and K
- capsular antigens
Infeksi primer: vesikel berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa,
berisi cairan jernih yang kemudian seropurulen, dapat menjadi krusta dan kadang
mengalami ulserasi dangkal, tidak terdapat indurasi, sering disertai gejala sistemik
Fase laten: tidak ditemukan gejala klinis, HSV dapat ditemukan dalam keadaan tidak
aktif di ganglion dorsalis
Infeksi rekuren: gejala lebih ringan dari infeksi primer, akibat HSV yang sebelumnya
tidak aktif mencpai kulit dan menimbulkan gejala klinis
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Indication
Acyclovir
First episode
400 mg tid OR
200 mg 5
times/d (for 710 d)
1000 mg bid
(for 7-10 d)
Recurrent
1000 mg bid
(for 1 d)
400 mg bid
500 mg qd
or
1000 mg qd
(if >9
recurrences/y)
Daily
suppression
Valacyclovir
Famciclovir
Tzank Smear
250 mg bid
http://emedicine.medscape
.com/article/274874overview#aw2aab6b7
99. SKROFULODERMA
Perjalanan penyakit:
Awal : limfadenitis TB
Periadenitis
Histopatologi
Cuboid cell
lining
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
SCC
Melanoma maligna
Etiologi belum pasti. Mungkin faktor
herediter atau iritasi berulang pada
tahi lalat
Usia 30-60 tahun
Bentuk:
Superfisial: Bercak dengan warna
bervariasi, tidak teratur, berbatas
tegas, sedikit penonjolan
Nodular: nodus berwarna biru
kehitaman dengan batas tegas
Lentigo melanoma maligna: plakat
berbatas tegas, coklat kehitaman,
meliputi muka
Prognosis buruk
BCC
MM
Jenis:
DD: DKI
Pemeriksaan: uji tempel
Pengobatan: menghindari pajanan, KS
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
104. Schistosomiasis
Schitosoma japonicum inhabits in the portal venous
system
Skin contact with water contaminated by cercaria
The basic pathologic lesion is the egg granuloma in
the liver and colon
Acute schitosomiasis:fever,enlargement and
tenderness of the liver,eosinophilia,and dysentery
Chronic schitosomiasis : fibro-obstructive lesion
around the portal vessels
Late stage: giant spleen, ascites, hypertension of
portal venous system
Etiology
Mature worms: Dioecious
Female :long and thin.
Male:short and thick
Eggs: miracidia in it
2530
Schistosoma egg
JK
Sch.mansoni egg
Sch. Haematobium
egg
Finasteride
Specifically inhibits 5alpha reductase, type
2
Lowers dihydrotestosterone levels
1mg/day
Side effect: decreased
libido
Not used in women
Surgical Therapy
Scalp reduction
Scalp flaps
Hair grafting
Scrofuloderma
Scrofula is the term used for
tuberculosis of the neck, or,
more precisely, a cervical
tuberculous lymphadenopathy
The most usual signs and
symptoms are the appearance
of a chronic, painless mass in
the neck, which is persistent
and usually grows with time
skin becomes adhered to the
mass and may rupture, forming
a sinus and an open wound
Hidradenitis supuratif
Scrofuloderma
Systemic
Clindamycin : B Rec
15% Resorcinol peels : C Rec
Intralesional TAC: C Rec for
single lesions
Surgical
Surgical
The principal treatment for chronic, relapsing & severe
HS : B Rec
The wider the excision, the better: C Rec
Healing by 2ndary intention is better: C Rec
HS is a generalized disease at onset, so will get
recurrences at sites & in regions not surgerized.
107. Rosasea
Etiologi:
Penyakit kulit akibat kelainan kelenjar sebasea. Gejala
utama adalah adanya pelebaran pembuluh darah di dagu,
dahi dan bagian bawah hidung menjadi membesar.
Gejala
Mata kering, tekstur dan nyeri kulit, wajah memerah
setelah kepanasan, makanan pedas dan alkohol adalah
gejala lain dari rosacea.
Jenis Rosacea:
Erythematotelangiectatic rosacea
Phymatous rosacea
Papulopustular rosacea
Ocular rosacea
Terapi Rosasea
Perubahan gaya hidup
Hindari sinar matahari
Kosmetik dan sabun cuci muka yang tidak abrasif
antibiotik topikal dan tetrasiklin oral untuk meringankan peradangan
Minocycline, doxycycline dan tetrasiklin adalah beberapa antibiotik tetrasiklin
oral umum yang dapat digunakan
108. Neurodermatitis
Nama lain Liken Simplek kronikus sebuah peradangan kulit kronis,
gatal, sirkusrip. Ditandai dengan kulit tabal dan likenifikasi.
Etiologi: pruritus yang diakibatkan oleh gagal ginjal kronis,
obstruksisaluran empedu, limfoma hodgkin, dermatitis atau aspek
psikologi
Gejala klinis: pruritus, plak eritematosa, likenifikasi dan ekskoriasi.
109Karies Gigi
FORMATION OF A CARIOUS
LESION:
cariogenic bacteria in dental
plaque metabolize a substrate
from the diet (e.g., sugars and
other fermentable
carbohydrates) the acid
produced as a metabolic byproduct demineralizes the
adjacent enamel crystal surface
(loss of calcium, phosphate, and
carbonate) dental caries
http://parkell.cdeworld.com/courses/4599Dental_Plaque_as_a_Biofilm:The_Significance_of_pH_in_Health_and_Caries
Fluoride
Saliva merupakan sumber utama
fluor topikal, tetapi kadar fluor
pada duktus saliva yang
disekresikan sebenarnya rendah
dan tidak menghambat aktivitas
bakteri kariogenik
Akan tetapi, dgn minum air yg
terfluorisasi, mentikat gigi dgn
pasta mengandung fluor, dapat
meningkatkan konsentrasi fluor
di saliva hingga 100 s.d 100 kali
lipat
Konsentrasi Fluor tersebut
kembali normal dalam 1-2 jam,
tetapi selama jangka waktu ini,
saliva menjadi sumber fluor
untuk dental plaque dan
remineralisasi
http://www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/rr5014a1.htm
Fluorosis Gigi
Penggunaan fluor dalam waktu yang lama selama pembentukan
enamel mengakibatkan perubahan-perubahan klinik yang dimana
dari timbulnya garis putih yang kecil pada enamel sampai dengan
yang parah yaitu enamel menjadi putih seperti kapur dan opak dan
mungkin sebagian patah, segera sesudah gigi erupsi.
Risiko pada anak <6 tahun.
Fluorosis Gigi
The proper amount of fluoride helps prevent and control dental
caries.
Severe forms of this condition can occur only when young children
ingest excess fluoride, from any source, during critical periods of
tooth development.
The severity of the condition depends on the dose, duration, and
timing of fluoride intake.
Ikterus bertahan > 8 hari pada NCB, > 14 hari pada NKB
Tanda penyakit lain
Kolestatis
Bilirubin
indirek
Bilirubin Direk
OBSTRUKSI
Urin warna
teh
Feses warna
Dempul
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang
Atresia Bilier
Merupakan penyebab kolestasis tersering dan serius pada bayi yang terjadi
pada 1 per 10.000 kelahiran
Ditandai dengan adanya obstruksi total aliran empedu karena destruksi
atau hilangnya sebagian atau seluruh duktus biliaris. Merupakan proses
yang bertahap dengan inflamasi progresif dan obliterasi fibrotik saluran
bilier
Etiologi masih belum diketahui
Tipe embrional 20% dari seluruh kasus atresia bilier,
sering muncul bersama anomali kongenital lain seperti polisplenia, vena porta
preduodenum, situs inversus dan juga malrotasi usus.
Ikterus dan feses akolik sudah timbul pada 3 minggu pertama kehidupan
tipe perinatal yang dijumpai pada 80% dari seluruh kasus atresia bilier,
ikterus dan feses akolik baru muncul pada minggu ke-2 sampai minggu ke-4
kehidupan.
Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Anak dengan Gejala Kuning. Dept IKA RSCM. 2007
Atresia Bilier
Gambaran klinis: biasanya terjadi pada bayi perempuan, lahir
normal, bertumbuh dengan baik pada awalnya, bayi tidak
tampak sakit kecuali sedikit ikterik. Tinja dempul/akolil terus
menerus. Ikterik umumnya terjadi pada usia 3-6 minggu
Laboratorium : Peningkatan SGOT/SGPT ringan-sedang.
Peningkatan GGT (gamma glutamyl transpeptidase) dan
fosfatase alkali progresif.
Diagnostik: USG dan Biopsi Hati
Terapi: Prosedur Kasai (Portoenterostomi)
Komplikasi: Progressive liver disease, portal hypertension,
sepsis
Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Anak dengan Gejala Kuning. Dept IKA RSCM. 2007
Gejala
Sindrom aspirasi
mekonium
Respiratory distress
syndrome (penyakit
membran hyalin)
Transient tachypnea of
newboorn
Pneumonia neonatal
Asfiksia perinatal (hypoxic Asidemia pada arteri umbilikal, Apgar score sangat rendah,
ischemic encephalopathy) terdapat kelainan neurologis, keterlibatan multiorgan
2. Leukemia
113. Leukemia
CLL
CML
ALL
AML
The bone marrow makes abnormal leukocyte dont die when they
should crowd out normal leukocytes, erythrocytes, & platelets.
This makes it hard for normal blood cells to do their work.
Prevalence
Over 55 y.o.
Mainly adults
Symptoms &
Signs
Common in
children
Grow quickly
their doctor.
Adults &
children
feel sick & go to
Mature
lymphocyte
Mature
granulocyte
Therapy
Lymphoblast
>20%
Myeloblast
>20%
Leukemia
Jenis leukemia yang paling sering terjadi pada anak-anak adalah Acute
Lymphoblastic Leukemia (ALL) dan Acute Myelogenous Leukemia
(AML)
ALL merupakan keganasan yg paling sering ditemui pada anak-anak
(1/4 total kasus keganasan pediatrik)
Puncak insidens ALL usia 2-5 tahun
Clinical Manifestation
More common in AML
Leukostasis (when blas count >50.000/uL): occluded microcirculationheadache,
blurred vision, TIA, CVA, dyspnea, hypoxia
DIC (promyelocitic subtype)
Leukemic infiltration of skin, gingiva (monocytic subtype)
Chloroma: extramedullary tumor, virtually any location.
ALL
AML
etiologi
Gejala dan
tanda
Lab
Anemia, Trombositopenia,
Leukopeni/Hiperleukositosis/normal,
Dominasi Limfosit, Sel Blas (+)
Trombositopenia,
leukopenia/leukositosis, primitif
granulocyte/monocyte, auer rods (hin,
needle-shaped, eosinophilic cytoplasmic
inclusions)
Terapi
kemoterapi
kemoterapi
Manifestasi Klinis
Nyeri abdomen disertai mual dan muntah merupakan gejala utama
Nyeri tajam dan mendadak di epigastrium (bisa juga di tengah/bawah
abdomen, terkadang menjalar ke punggung), bertambah parah dengan
makan dan berkurang jika lutut ditekuk ke dada.
Takikardia
Demam
Nyeri difus abdominen
Bising usus (-)
(Grey Turner's sign) atau (Cullen's sign) menandakan hemorrhagic
pancreatitis.
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Leukositosis infeksi
15% pankreatitis pada anak
mengalami hypocalcemia
25% mengalami hiperglikemia
selama serangan
Amilase meningkat (normal 088 U/L)
Lipase meningkat
Radiologi
Foto polos abdomen
Tatalaksana
Resusitasi cairan: Target urin output normal
Manajemen nyeri: Meperidine (Demerol) is preferred to morphine
Kebutuhan nutrisi:
A low-fat elemental diet that is started early may decrease the need for total
parenteral nutrition without aggravating the pancreatitis.
In prolonged cases, peripheral or central intravenous nutrition may be
necessary because of the high metabolic rate that accompanies pancreatitis.
Kaput suksedanum
Sefalohematoma
Paralisis lengan
Paralisis wajah
Fraktur humerus
Fraktur klavikula
Fraktur femur
Perdarahan Subgaleal
3. BAYI M
s etelah
lahir
M elin tas i
garis sutura
kehilan gan
darah akut
Kaput
suksedaneum
lunak, lekukan
tidak
ya
tidak
Sefal hematoma
padat, tegang
ya
tidak
tidak
Hematoma
subgaleal
padat, berair
ya
ya
ya
Trauma Intrakranial
Perdarahan Subdural
Paling sering: 73% dari semua perdarahan intrakranial.
117.
GIGANTISME
http://physrev.physiology.org/content/physrev/92/1/1/F1.large.jpg
http://www.elsevierimages.com/images/vpv/000/000/028/282600550x0475.jpg
Gigantisme
Pertumbuhan linear yang abnormal karena kerja insulinlike growth
factor I (IGF-I) yang berlebihan ketika masa kanak-kanak dimana
epiphyseal growth plates masih terbuka
Acromegaly merupakan kelainan yang sama tetapi terjadi setelah
lempeng epifise tertutup.
Gigantisme biasa muncul saat kanak-kanak atau remaja muda.
Hipotalamus mengontrol
jumlah GH yang
dikeluarkan oleh
hipofisis dengan
mengeluarkan
neuropeptida growth
hormone releasing
hormone (GHRH).
Neuropeptida utama
yang menghambat
pelepasan GH disebut
somatostatin
Etiologi
Causes of excess IGF-I action
can be divided into the
following 3 categories:
Release of primary GH excess
from the pituitary
Increased GHRH secretion or
hypothalamic dysregulation
Hypothetically, the excessive
production of IGF-binding
protein, which prolongs the
half-life of circulating IGF-I
Frontal bossing
Prognathism
Hyperhidrosis
Osteoarthritis (a late feature of IGF-I
excess)
Peripheral neuropathies (eg, carpel
tunnel syndrome)
Cardiovascular disease
Benign tumors
Endocrinopathies
http://emedicine.medscape.com/article/925446-treatment#a1156
Pemeriksaan
Tatalaksana
Laboratorium
Pengobatan
Growth Hormon
IGF-I pemeriksaan lab paling baik
karena pengeluaran oleh tubuh tidak
bersifat pulsatil
Imaging
Radiografi
CT Scan
MRI
Histologi
Analog somatostatin
Agonis reseptor dopamin
Antagonis reseptor GH
Radiasi
Operasi transphenoidal
Etiology
Designation
Hereditary
Drug/chemical induced
Diet induced
Examples
NADH-cytochrome b5 reductase
deficiency, cytochrome b5 deficiency,
M Hb, unstable Hb
Acetaminophen, amyl nitrite,
benzocaine, dapsone, nitroglycerin,
nitroprusside, phenazopyridine
(pyridium), sulfanilamide, aniline dyes,
chlorates, nitrofurans, sulfones
Nitrites, nitratesa
Methemoglobinemia
Acquired methemoglobinemia lebih sering terjadi
dibandingkan congenital methemoglobinemia .
Methemoglobin yang terbentuk akibat paparan suatu
substansi melebihi kapasitas enzim pereduksi yang dimiliki
oleh eritrosit.
Acquired methemoglobinemia lebih sering terjadi pada
bayi premature dan bayi < 4 bulan, karena:
Hb Fetal (HbF) teroksidasi lebih mudah dibanding Hb Adult (HbA)
Level NADH reductase (enzim pereduksi) rendah saat lahir dan
meningkat sesuai usia (usia 4 bulan kadarnya baru sama dgn
dewasa)
pH gaster yang lebih tinggi memfasilitasi proliferasi bakteri
sehingga meningkatkan konversi nitrat dalam asupan makanan
menjadi nitrit.
Methemoglobinemia
Nitrit organik dan inorganik merupakan penyebab
methemoglobinemia yang umum.
Air minum yang terkontaminasi oleh nitrat.
Makanan yang dikemas mungkin memiliki nitrit yang tinggi
Sayuran yang tidak dimasak dan terkontaminasi bakteri
Bayi rentan terhadap methemoglobinemia karena asam lambung yg
dihasilkan tidak cukup untuk menjaga jumlah bakteri penghasil nitrat
di usus tetap rendah
Manifestasi Klinis
Darah yang mengandung
methemoglobin berwarna
merah gelap kecokelatan. Inilah
yang menimbulkan gambaran
sianosis.
Perubahan warna kulit muncul
ketika kadar methemoglobin
sekitar 10%
sianosis adalah tanda pertama
yang ditemukan pada
methemoglobinemia
MetHb
concentration (%)
1020
2045
4555
> 60
Clinical findings
Central cyanosis of limbs/trunk
Central nervous system depression
(headache, dizziness, fatigue, lethargy),
dyspnea
Coma, arrhythmias, shock, convulsions
High risk of mortality
Penanganan
Rehidrasi: dapat diberikan oral/parenteral tergantung
status dehidrasinya
Tanpa dehidrasi TERAPI A
5 cc/kg ORS setiap habis muntah
10cc/kg ORS setiap habis mencret
Pemberian Pertama
30 ml/kgbb selama :
Pemberian Berikut
70 ml/kgbb selama :
1 jam
5 jam
30 menit
2.5 jam
Terapi medikamentosa
Diberikan dalam dosis 20 mg untuk anak di atas 6 bulan, dan 10 mg untuk bayi berusia kurang dari 6
bulan selama 10 hari
http://www.indianmedicinalplants.info/articles/BLEEDING-TIME.html
PT & APTT
activated partial thromboplastin time (aPTT) untuk mengevaluasi
jalur intrinsik kaskade koagulasi
prothrombin time (PT) untuk mengevaluasi jalur ekstrinsik
kaskade koagulasi
http://practical-haemostasis.com/Screening%20Tests/aptt.html
Bleeding
Severe
Mild
intervention
stopped
continues
prolonged
Platelet disorder
delayed
Coagulation disorder
Kuliah Hemostasis FKUI.
Spontaneous bleeding
(without injury)
deep, solitary
superficial, multiple
petechiae,
purpura,
ecchymoses
platelet disorder
hematoma,
hemarthrosis
coagulation disorder
Kuliah Hemostasis FKUI.
http://periobasics.com/wp-content/uploads/2013/01/Evaluation-of-bleeding-disorders.jpg
Hemofilia
Hemophilia is the most common inherited
bleeding disorder.
There are:
Hemophilia A : deficiency of factor VIII
Hemophilia B : deficiency of factor IX
Both hemophilia A and B are inherited as Xlinked recessive disorders
Symptoms could occur since the patient begin to
crawl
Epidemiology
Incidence:
hemophilia A ( 85%) 1 : 5,000 10,000 males
(or 1 : 10,000 of male life birth)
hemophilia B ( 15%) 1 : 23,000 30,000 males
(or 1 : 50,000 of male life birth)
Approximately 70% had family history of bleeding
problems
Clinical manifestasion: mild, Moderate, severe
Kuliah Hemofilia FKUI. Pustika A.
Genetic
Inherited as sex (X)-linked recessive
Genes of factor VIII/IX are located on the
distal part of the long arm (q) of X
chromosome
Female (women) are carriers
http://www.cdc.gov/ncbddd/hemophilia/inheritance-pattern.html
Clinical manifestation
Bleeding:
usually deep (hematoma, hemarthrosis)
spontaneous or following mild trauma
Type:
hemarthrosis
hematoma
intracranial hemorrhage
hematuria
epistaxis
bleeding of the frenulum (baby)
Diagnosis
history of abnormal bleeding in a boy
n normal platelet count
n bleeding time usually normal
n clotting time: prolonged
n prothrombin time usually normal
n partial thromboplastin time prolonged
n decreased antihemophilic factor
n
Antenatal diagnosis
factor-IX
(unit/ml)
~ 0,5
~ 0,6
~ 4,0
25 - 100
25 - 35
(ml)
200
20
10
20
Pemeriksaan Penunjang
Darah perifer lengkap dan kultur darah
Gula darah dan elektrolit jika terdapat indikasi
Pungsi lumbal untuk menegakkan diagnosis dan menentukan
etiologi
CSF interpretation
Biochemistry
Neutrophils Lymphocyt
(x 106 /L)
es
(x 106/L)
Protein
(g/L)
Glucose
(CSF:blood ratio)
Normal
(>1 month of
age)
< 0.4
Normal
neonate
(<1 month of
age)
< 20
<1.0
http://www.rch.org.au/clinicalguide/guideline_index/CSF_Interpretation/
Ensefalitis
Meningitis
bakterial
Akut
Akut
Kronik
Akut
Akut/kronik
Demam
< 7 hari
< 7 hari
> 7 hari
< 7 hari
</> 7 hari/(-)
Kejang
Umum/fo
kal
Umum
Umum
Umum
Umum
Penurunan
kesadaran
Somnolen
- sopor
Apatis
Variasi, apatis
- sopor
CM - Apatis
Apatis Somnolen
+/-
+/-
++/-
Lambat
Cepat
Lambat
Cepat
Cepat/Lambat
Etiologi
Tidak dpt
diidentifik
asi
++/-
TBC/riw.
kontak
Ekstra SSP
Terapi
Simpt/ant
iviral
Antibiotik
Tuberkulostatik
Simpt.
Atasi penyakit
primer
Onset
Paresis
Perbaikan
kesadaran
Mening.TBC
Mening.viru
s
Ensefalopati
Viral men
Tekanan
Normal/
Makros.
Keruh
Lekosit
Encephali
tis
Encephal
opathy
Jernih
Xantokrom
Jernih
Jernih
> 1000
10-1000
500-1000
10-500
< 10
+++
MN (%)
+++
+++
++
Protein
Normal/
Normal
Normal
Glukosa
Normal
Normal
Normal
Positif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
PMN (%)
Gram
/Rapid T.
TBC men
Vaksin Varicella
Mengingat kejadian varisela di Indonesia terbanyak terjadi
pada awal sekolah dan penularan varisela (kepada
adik/anggota keluarga) terbanyak terjadi pada saat usia
sekolah, maka:
Vaksin varisela diberikan mulai umur masuk sekolah 5 tahun,
dosis 0,5 ml secara subkutan, dosis tunggal.
Atas pertimbangan tertentu vaksinasi varisela dapat diberikan
setelah umur >1 tahun.
Pada anak 13 tahun vaksin dianjurkan untuk diberikan dua
kali selang 1 bulan.
Pada keadaan kontak dgn kasus varisela, untuk pencegahan
vaksin dapat diberikan dalam waktu 72 jam setelah penularan
(syarat: kontak dipisah/tidak berhubungan).
Vaksin Varicella
Kejadian ikutan pasca imunisasi
Reaksi KIPI dapat bersifat lokal (1%), demam (1%), dan ruam papula-vesikel
ringan.
Indikasi kontra
keadaan demam tinggi,
hitung limfosit kurang dari 1200/l
adanya bukti defisiensi imun selular seperti selama pengobatan induksi penyakit
keganasan atau fase radioterapi
pasien yang mendapat pengobatan dosis tinggi kortikosteroid (2 mg/kgBB per
hari atau lebih).
pasien yang alergi pada neomisin.
Bakteri tumbuhlampau
Infeksi persisten
Antibiotic-Associated
Diarrhea
Diare osmotik
Diare sekretorik
Gejala:
Anafilaktik
Kulit: dermatitis atopik, urtikaria, angioedema
Saluran nafas: asma, rinitis alergi
Saluran cerna: oral allergy syndrome, esofagitis eosinofilik, gastritis eosinofilik, gastroenteritis
eosinofilik, konstipasi kronik, dll.
PPM IDAI
PPM IDAI
128. Patogenesis
KAD
Typical deficits
until SQ insulin
initiated
Insulin Administration
Adapted from:
Kitabchi AE, Umpierrez GE, Murphy MB, et al; American Diabetes Association. Hyperglycemic crises in
diabetes.treatment
Diabetes Care. 2004;27(Suppl.
1):S94-S102
Insulin
is begun
after the initial fluid resuscitation
INSULIN
IV insulin infusion
regular insulin
0.1 units/kg/hr
51
Insulin therapy
Turns off the production of ketones
Decreases blood glucose
Decrease to
Thestatus
insulin infusion should be continued until
and neurological
0.05 units/kg/hr
the ph >7.30 and/or the HCO3 >15 mEq/L and the
until SQ insulin
serum ketones have cleared
initiated
Adapted from:
Kitabchi AE, Umpierrez GE, Murphy MB, et al; American Diabetes Association. Hyperglycemic crises in
diabetes. Diabetes Care. 2004;27(Suppl. 1):S94-S102
Potassium Administration
initial serum potassium is <2.5 mmol/L (hypokalemia)
Administer 0.5-1 mEq/kg of potassium chloride in IV
Start potassium replacement early, even before starting insulin therapy
Dextrose Administration
Dextrose
Adapted from:
Kitabchi AE, Umpierrez GE, Murphy MB, et al; American
Diabetes Association. Hyperglycemic crises in diabetes.
Diabetes Care. 2004;27(Suppl. 1):S94-S102
61
Bicarbonate
Bicarbonate therapy is generally contraindicated in Pediatric DKA due
to increased risk of cerebral edema.
Bicarbonate therapy should only be considered in cases of:
Severe acidemia
Life-threatening hyperkalemia
Hypokalaemia
This is preventable with careful monitoring and management
Aspiration pneumonia
Use a naso-gastric tube in semi-conscious or unconscious children.
http://dtc.ucsf.edu/types-of-diabetes/type2/treatment-of-type-2diabetes/medications-and-therapies/type-2-insulin-rx/types-of-insulin/
Examples
Onset of
Duration of
action (mins) action (hours)
Rapid
Aspart, lispro
10-20
Rapidintermediate
Short
Regular*
Shortintermediate
Regularisophane
Novomix,
10-20
Humalog
Actrapid, Humulin S, 15-60
Insuman Rapid
Mixtard,
15-60
Category
Generic type
2-5
8-16+
4-8
8-16+
Humulin M2/3/5,
(NPH) mixture
Insuman Comb
Intermediate
Long
Very long
'Biphasic'
Isophane (NPH) Insulatard,
Humulin I,
Insuman Basal
Crystalline zinc Ultratard,
suspensions
Humulin Zn
'Lente'
Glargine
60-120
8-16+
120-240
16-30
60-120
24+
http://www.medscape.com/viewarticle/462554_4
129. Alur
Penatalaksana
an Serangan
Asma
Asma persisten
Frekuensi serangan
< 1x /bulan
> 1x /bulan
Sering
Lama serangan
< 1 minggu
1 minggu
Diantara serangan
Tanpa gejala
Normal
Obat pengendali
Tidak perlu
Perlu, steroid
Perlu, steroid
>15%
< 30%
< 50%
Vaksin BCG
Vaksin BCG diberikan pada umur <3 bulan, sebaiknya pada
anak dengan uji Mantoux (tuberkulin) negatif.
Efek proteksi timbul 812 minggu setelah penyuntikan.
Vaksin BCG diberikan secara intradermal 0,10 ml untuk
anak, 0,05 ml untuk bayi baru lahir.
VaksinBCG diberikan secara intrakutan di daerah lengan
kanan atas pada insersio M.deltoideus sesuai anjuran
WHO, tidak di tempat lain (bokong, paha).
Vaksin BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatif pada
umur lebih dari 3 bulan.
Pada bayi yang kontak erat dengan pasien TB dengan
bakteri tahan asam (BTA) +3 sebaiknya diberikan INH
profilaksis dulu, apabila pasien kontak sudah tenang bayi
dapat diberi BCG.
KIPI BCG
Penyuntikan BCG secara
intradermal akan menimbulkan
ulkus lokal yang superfisial 3 (2-6)
minggu setelah penyuntikan.
Ulkus tertutup krusta, akan
sembuh dalam 2-3 bulan, dan
meninggalkan parut bulat dengan
diameter 4-8 mm.
Apabila dosis terlalu tinggi maka
ulkus yang timbul lebih besar,
namun apabila penyuntikan terlalu
dalam maka parut yang terjadi
tertarik ke dalam (retracted).
Limfadenitis
Kontraindikasi BCG
Reaksi uji tuberkulin >5 mm,
Menderita infeksi HIV atau dengan risiko tinggi infeksi HIV,
imunokompromais akibat pengobatan kortikosteroid, obat imuno-supresif,
mendapat pengobatan radiasi, penyakit keganasan yang mengenai sumsum
tulang atau sistem limfe,
Menderita gizi buruk,
Menderita demam tinggi,
Menderita infeksi kulit yang luas,
Pernah sakit tuberkulosis,
Kehamilan.
10-15 mg/kgBB/kali
Diberikan 3-4 kali sehari
Tidak melebihi 2,6 gram/hari
5-10 mg/kgBB/kali
3-4 kali dalam sehari
Tidak melebihi 40 mg/kg/hari
3-6 mg/kg/hari dibagi 2 dosis, sebelum makan. Dilanjutkan hingga 2 bulan setelah
anemia terkoreksi dan penyakit etiologi teratasi.
Transfusi PRC dibutuhkan bila Hb <6 g/dl; atau Hb 6 g/dl dengan penyerta
(dehidrasi, persiapan operasi, infeksi berat, gagal jantung, distress
pernafasan)
Pencegahan
Primer
Sekunder: skrining
Tatalaksana
Fe oral
Aman, murah, dan efektif
Enteric coated iron tablets tidak dianjurkan karena penyerapan di
duodenum dan jejunum
Beberapa makanan dan obat menghambat penyerapan
Jangan bersamaan dengan makanan, beberapa antibiotik, teh, kopi, suplemen kalsium,
susu. (besi diminum 1 jam sebelum atau 2 jam setelahnya)
Konsumsi suplemen besi 2 jam sebelum atau 4 jam setelah antasida
Tablet besi paling baik diserap di kondisi asam konsumsi bersama 250 mg tablet vit C
atau jus jeruk meningkatkan penyerapan
Tatalaksana
Absorbsi besi yang terbaik adalah pada saat lambung kosong,
Jika terjadi efek samping GI, pemberian besi dapat dilakukan pada saat makan
atau segera setelah makan meskipun akan mengurangi absorbsi obat sekitar
40%-50% diminum bersamaan dengan Vitamin C
Efek samping:
Mual, muntah, konstipasi, nyeri lambung
Warna feses menjadi hitam, gigi menghitam (reversibel)
133. Difteri
Penyebab : toksin Corynebacterium diphteriae
Organisme:
Basil batang gram positif
Pembesaran ireguler pada salah satu ujung (club shaped)
Setelah pembelahan sel, membentuk formasi seperti huruf cina
atau palisade
Gejala:
Gejala awal nyeri tenggorok
Bull-neck (bengkak pada leher)
Pseudomembran purulen berwarna putih keabuan di faring, tonsil,
uvula, palatum. Pseudomembran sulit dilepaskan. Jaringan
sekitarnya edema.
Edema dapat menyebabkan stridor dan penyumbatan sal.napas
Todar K. Diphtheria. http://textbookofbacteriology.net/diphtheria.html
Demirci CS. Pediatric diphtheria. http://emedicine.medscape.com/article/963334-overview
http://4.bp.blogspot.com/
TREATMENT NYSTATIN
Infants
200,000 units PO q6hr (100,000 units in each
side of mouth)
Children
137. Preeklampsia
Preeclampsia adalah suatu keadaan di mana terjadi malfungsi endotel
vaskular dan vasospasme yang terjadi pada usia kehamilan di atas 20
minggu dan dapat terjadi hingga 4-6 minggu postpartum. Secara klinis
terdapat dua gejala utama yaitu hipertensi dan proteinuria dengan
atau tanpa disertai edema.
Terdiri dari preeklampsia ringan, preeklampsia berat, superimposed
preeklampsia pada hipertensi kronik, dan eklampsia
Preeklampsia berat
Didapatkan tekanan darah > 160/110 mmHg pada usia kehamilan >
20 minggu
Tes celup urin menunjukkan proteinuria +3 atau pemeriksaan
protein kuantitatif menunjukkan hasil > 5 gram dalam 24 jam
Adanya keterlibatan organ lain:
Sumber:
http://www.gynob.com/fh.htm
Perkosaan
Sanggama tanpa menggunakan kontrasepsi
Pemakaian kontrasepsi tidak benar atau tidak konsisten
Kondom bocor, lepas, atau salah digunakan
Diafragma pecah, robek, diangkat terlalu cepat
Sanggama terputus gagal dilakukan sehingga ejakulasi terjadi di vagina atau genitalia eksterna
Salah hitung masa subur
AKDR terlepas
Lupa minum pil KB lebih dari 2 tablet
Terlambat suntik progestin lebih dari 2 minggu atau terlambat suntik kombinasi lebih dari 7
hari.
Metode
Komposisi
Dosis
Waktu pemberian
AKDR
Pil
kombinasi
rendah
Progestin
1,5 mg levonorgestrel
2 x 1 tablet
Tatalaksana Anemia
Tatalaksana umum anemia
Lakukan pemeriksaan apusan darah tepi untuk melihat morfologi sel darah merah.
Bila fasilitas tidak tersedia berikan tablet 60 mg besi elemental dan 250 g asam
folat, 3 kali sehari evaluasi 90 hari.
Bila terdapat pemeriksaan apusan darah tepi, lakukan pengobatan sesuai hasil
apusan darah tepi.
Anemia defisiensi besi (hipokromik mikrositer): 180 mg besi elemental per hari
Anemia defisiensi asam folat dan vitamin B12: asam folat 1 x 2 mg, dan vitamin B12 1
x 250-1000g
Transfusi dilakukan bila Hb < 7 g/dL atau hematokrit < 20% atau Hb > 7 g/dL dengan
gejala klinis pusing, pandangan berkunang-kunang atau takikardia
149. Abortus
DIAGNOSIS
PERDARAHAN
SERVIKS
BESAR UTERUS
GEJALA LAIN
Abortus imminens
Sedikit-sedang
Tertutup lunak
Tes kehamilan +
Nyeri perut
Uterus lunak
Abortus insipiens
Sedang-banyak
Terbuka lunak
Abortus inkomplit
Sedikit-banyak
Terbuka lunak
Abortus komplit
Sedikit-tidak ada
Tertutup atau terbuka Lebih kecil dari usia Sedikit atau tanpa
lunak
kehamilan
nyeri perut
Jaringan keluar
Uterus kenyal
Abortus septik
Perdarahan berbau
Lunak
Missed abortion
Tidak ada
Tertutup
Aktif :
Solusio Plasenta
Solusio plasenta adalah suatu keadaan di mana plasenta terlepas dari
uterus sebelum terjadinya persalinan
Merupakan salah satu penyebab perdarahan antepartum.
Gejala klinis yang sering didapatkan adalah perdarahan antepartum,
kontraksi uterus, dan gawat janin.
Pemeriksaan fisis didapatkan adanya perdarahan antepartum, kontraksi
uterus, nyeri perut, tanda syok yang tidak sesuai dengan jumlah darah yang
keluar akibat adanya perdarahan tersembunyi, kenaikan tinggi fundus uteri
oleh karena adanya perdarahan intrauterin, dan tanda gawat janin.
Tatalaksana: resusitasi cairan, segera terminasi kehamilan
DJJ tidak normal: terminasi kehamilan segera dengan per vaginam atau seksio sesarea
Sumber: buku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan
Letak bokong.
Letak lintang.
Letak kepala dengan talipusat atau tangan terkemuka.
Penempatan dahi.
Kontra indikasi :
Perdarahan antepartum.
Pada plasenta praevia atau plasenta letak rendah, usaha memutar janin dikhawatirkan akan menyebabkan plasenta lepas dari
insersionya sehingga akan menambah perdarahan.
Hipertensi.
Pada penderita hipertensi pada umumnya sudah terjadi perubahan pembuluh arteriole plasenta sehingga manipulasi eksternal
dapat semakin merusak pembuluh darah tersebut sehingga terjadi solusio plasenta.
Cacat uterus.
Jaringan parut akibat sectio caesar atau miomektomi pada mioma intramural merupakan locus minoris resistancea yang
mudah mengalami ruptura uteri.
Kehamilan kembar.
Primitua, nilai sosial anak yang tinggi atau riwayat infertilitas
Insufisiensi plasenta atau gawat janin.
Solusio plasenta
Ruptura uteri
Emboli air ketuban
Hemorrhagia fetomaternal
Isoimunisasi
Persalinan Preterm
Gawat janin dan IUFD
Clinical stage 1
Asymptomatic
Persistent generalized lymphadenopathy (PGL)
Clinical stage 2
Moderate unexplained weight loss (<10% of presumed or measured body weight)
Recurrent respiratory tract infections (RTIs, sinusitis, bronchitis, otitis media, pharyngitis)
Herpes zoster
Angular cheilitis
Recurrent oral ulcerations
Papular pruritic eruptions
Seborrhoeic dermatitis
Fungal nail infections of fingers
Clinical stage 3
Conditions where a presumptive diagnosis can be made on the basis of clinical
signs or simple investigations
Severe weight loss (>10% of presumed or measured body weight)
Unexplained chronic diarrhoea for longer than one month
Unexplained persistent fever (intermittent or constant for longer than one month)
Oral candidiasis
Oral hairy leukoplakia
Pulmonary tuberculosis (TB) diagnosed in last two years
Severe presumed bacterial infections (e.g. pneumonia, empyema, pyomyositis, bone or
joint infection, meningitis, bacteraemia)
Acute necrotizing ulcerative stomatitis, gingivitis or periodontitis
Conditions where confirmatory diagnostic testing is necessary
Unexplained anaemia (<8 g/dl), and or neutropenia (<500/mm3) and or
thrombocytopenia (<50 000/ mm3) for more than one month
Clinical stage 4
Conditions where a presumptive diagnosis can be made on the basis of clinical
signs or simple investigations
HIV wasting syndrome
Pneumocystis pneumonia
Recurrent severe or radiological bacterial pneumonia
Chronic herpes simplex infection (orolabial, genital or anorectal of more than one months
duration)
Oesophageal candidiasis
Extrapulmonary TB
Kaposis sarcoma
Central nervous system (CNS) toxoplasmosis
HIV encephalopathy
Conditions where confirmatory diagnostic testing is necessary:
Extrapulmonary cryptococcosis including meningitis
Disseminated non-tuberculous mycobacteria infection
Progressive multifocal leukoencephalopathy (PML)
Candida of trachea, bronchi or lungs
Cryptosporidiosis
Isosporiasis
Visceral herpes simplex infection
Cytomegalovirus (CMV) infection (retinitis or of an organ other than liver, spleen or lymph nodes)
Any disseminated mycosis (e.g. histoplasmosis, coccidiomycosis, penicilliosis)
Recurrent non-typhoidal salmonella septicaemia
Lymphoma (cerebral or B cell non-Hodgkin)
Invasive cervical carcinoma
Visceral leishmaniasis
Rekomendasi Pengobatan
Lanjutkan paduan (ganti dengan NVP atau golongan protease inhibitor jika sedang
menggunakan EFV pada trimester I)
Lanjutkan dengan paduan ARV yang sama selama dan sesudah persalinan
ODHA hamil dengan jumlah dalam stadium klinis 1 atau jumlah CD4 > 350/mm3
dan belum
ODHA hamil dengan jumlah CD4 < 350/mm3 atau stadium klinis 2,3,4.
Ibu hamil dalam masa persalinan dan status HIV ibu tidak diketahui
Tawarkan tes HIV dalam masa persalinan atau tes setelah persalinan. Jika hasil
tes reaktif dapat diberikan paduan sesuai ketentuan di atas.
ODHA datang dalam masa persalinan dan belum mendapat terapi ARV
Keterangan:
NVP = Nevirapin, AZT = zidovudin, 3TC = lamivudin, FTC = emtricitabine, EFV = efavirenz, TDF = Tenofovir disiproxil
Nevirapin bila diberikan pada CD4 250 mm3 atau dapat menimbulkan reaksi hipersensitif berat. Efavirenz bersifat teratogenik pada kehamilan trimester I.
Sumber: Buku kesehatan ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan
158. Metritis
Metritis adalah infeksi uterus pasca persalinan. Keterlambatan terapi
metritis dapat menyebabkan abses, peritonitis, syok, trombosis vena,
emboli paru, infeksi panggul kronik, sumbatan tuba, dan infertilitas.
Faktor predisposisi adalah kurangnya higiene pasien, nutrisi, dan
tindakan aseptik saat melakukan tindakan.
Manifestasi klinis yang didapatkan adalah demam di atas 380C dapat
disertai menggigil, nyeri perut bawah, lokia berbau dan purulen, nyeri
tekan uterus, subinvolusi uterus, dan dapat disertai perdarahan per
vaginam hingga syok
Tatalaksana Metritis
Berikan antibiotika sampai 48 jam bebas demam dengan Ampisilin 2 gram
IV tiap 6 jam ditambah gentamisin 5 mg/kgB IV tiap 24 jam dan
metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam. Bila demam tidak menurun dalam 72
jam, lakukan kaji ulang tatalaksana dan diagnosis.
Cegah dehidrasi
Pertimbangkan imunisasi TT bila dicurigai terpapar tetanus
Periksa apakah ada kemungkinan sisa plasenta
Jika tidak ada kemajuan dan ada peritonitis lakukan laparotomi dan
drainase abdomen bila terdapat pus
Sumber: Buku pelayanan kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan
rujukan.
justice
Kriteria
1. Memberlakukan sesuatu secara universal
2. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
3. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama
4. Menghargai hak sehat pasien
5. Menghargai hak hukum pasien
6. Menghargai hak orang lain
7. Menjaga kelompok yang rentan
8. Tidak melakukan penyalahgunaan
9. Bijak dalam makro alokasi
10. Memberikan kontribusi yang relative sama dengan kebutuhan pasien
11. Meminta partisipasi pasien sesuai kemampuannya
12. Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian (biaya, beban, sanksi)
secara adil
13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten
14. Tidak member beban berat secara tidak merata tanpa alas an tepat/sah
15. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/gangguan
kesehatan
16. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status social, dsb
163. Professionalism
Professionalism is the basis of medicine's contract with
society.
It demands placing the interests of patients above
those of the physician, setting and maintaining
standards of competence and integrity, and providing
expert advice to society on matters of health.
Essential to this contract is public trust in physicians,
which depends on the integrity of both individual
physicians and the whole profession
Elements of Professionalism
Altruism is the essence of professionalism. The best
interest of the patients, not self-interest, is the rule.
Accountability is required at many levels - to
individual patients, society and the profession
Excellence entails a conscientious effort to exceed
normal expectations and make a commitment to lifelong learning
Elements of Professionalism
Duty is the free acceptance of a commitment to
service.
Honour and integrity are the consistent regard for
the highest standards of behaviour and refusal to
violate ones personal and professional codes.
Respect for others (patients and their families, other
physicians and professional colleagues such as
nurses, medical students, residents, subspecialty
fellows, and self) is the essence of humanism"
PROFESSIONALISM
True professionalism means the pursuit of
excellence, not just competence
Professionalism is predominantly an attitude, not a
set of competencies
A real professional is a technician who cares
Professional is not a label you give yourself. Its a
description you hope others will apply to you
520
521
522
Apabila kasusnya juga menyangkut pelanggaran disiplin atau hukum yang sedang
dalam proses penanganan, maka persidangan dan pembuatan putusan MKEK
ditunda
Kepada pihak pasien pengadu, putusan dapat disampaikan secara lisan, bukti
tertulisnya disimpan di MKEK
Putusan MKEK dapat dikirim ke MKDKI propinsi, atau ke lembaga resmi yang
bertanggung jawab atas akreditasi, lisensi dan registrasi dokter
Salinan putusan MKEK tidak boleh diberikan kepada penyidik atas alasan apapun
523
Calgary Cambridge
Calgary Cambridge
Non-maleficence
(Tidak Merugikan)
Sisi komplementer beneficence dari sudut pandang pasien: tidak
boleh berbuat jahat (evil) atau membuat derita (harm) pasien;
minimalisasi akibat buruk
Kewajiban dokter untuk menganut ini berdasarkan hal-hal:
Pasien dalam keadaan amat berbahaya atau berisiko hilangnya
sesuatu yang penting
Dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut
Tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
Manfaat bagi pasien > kerugian dokter (hanya mengalami risiko
minimal)
Norma tunggal, isinya larangan
RISIKO MEDIS
DOKTER / RUMKIT BERTANGGUNG-JAWAB
SECARA HUKUM PADA CEDERA YG DIAKIBATKAN
OLEH:
RISIKO YG ACCEPTABLE TAPI TIDAK DIINFORMASIKAN
DAN DISETUJUI PASIEN TERLEBIH DAHULU
RISIKO YANG TIDAK ACCEPTABLE , YAITU YG
FORESEEABLE DAN PREVENTABLE / AVOIDABLE
KEGAGALAN MEDIK
dapat sebagai akibat dari :
LEBIH DISEBABKAN OLEH PERJALANAN PENYAKIT,
TERMASUK KOMPLIKASI
LEBIH DISEBABKAN OLEH RISIKO MANAJEMEN
MEDIS (Adverse events)
RISIKO YG AKSEPTABEL
TELAH DI-INFORMASIKAN DAN DISETUJUI
TINGKAT PROBABILITAS DAN KEPARAHAN RENDAH
THE ONLY WAY
RISIKO YG UNFORESEEABLE
DOLUS : KESENGAJAAN
ADVERSE EVENTS
SETIAP CEDERA YANG LEBIH DISEBABKAN
OLEH MANAJEMEN MEDIS DARIPADA
AKIBAT PENYAKITNYA
SEBAGIAN DIANTARANYA PREVENTABLE,
DISEBABKAN ERROR
SEBAGIAN DIANTARANYA AKIBAT KELALAIAN
MEDIS (BILA MEMENUHI KRITERIA HUKUM)
Errors
TIDAK SEMUA ERRORS
MENGAKIBATKAN ADVERSE
EVENTS
Adverse
events
TIDAK SEMUA ADVERSE
EVENTS DISEBABKAN ERRORS
MEDICAL ERRORS
PENYEBAB PREVENTABLE ADVERSE EVENTS
MEDICAL ERRORS
DILIHAT DARI KONTRIBUSINYA
LATENT ERRORS
CENDERUNG BERADA DI LUAR KENDALI OPERATOR GARIS DEPAN; SEPERTI
DESAIN BURUK, INSTALASI TAK TEPAT, PEMELIHARAAN BURUK, KESALAHAN
KEPUTUSAN MANAJEMEN, STRUKTUR ORGANISASI YG BURUK
ACTIVE ERROR
KESALAHAN PADA TINGKAT OPERATOR GARIS DEPAN
ACCIDENT
Preconditions
Line
Management
Decision
makers
Latent failures
Latent failures
Latent failures
CONTOH
LATENT ERROR 1
PEMBOLEHAN DOKTER (DSp) BEKERJA DI BANYAK
RUMKIT
LATENT ERROR 2
TIDAK ADANYA SISTEM JAGA DSp YANG TEGAS DI
RUMKIT
PRECONDITIONS
TERDAPAT KEGAWATDARURATAN, DOKTER TAK BISA
HADIR ATAU SANGAT TERLAMBAT
168. Abortus
* : Uji Parametrik; Tanda panah ke bawah : Uji alternatif jika parametrik tidak
terpenuhi
Skala Pengukuran
Komparatif : Dianggap skala kategorikal bila kedua variabel
kategorik. Skala numerik jika salah satu variabel numerik
Korelatif : Dianggap skala kategorikal bila salah satu
variabel kategorik. Skala numerik jika kedua variabel
numerik
Korelasi
172. Epidemiologi
Epidemi : suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan yang ditemukan
pada suatu daerah tertentu dalam waktu yang singkat berada dalam
frekuensi yang meningkat.
Pandemi : suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan frekuensinya
dalam waktu yang singkat memperlihatkan peningkatan yang amat tinggi
serta penyebarannya telah mencakup suatu wilayah yang amat luas.
Endemi : suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan frekuensinya
pada suatu wilayah tertentu menetap dalam waktu yang lama.
Sporadik : suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan yang ada di
suatu wilayah tertentu frekuensinya berubah-ubah menurut perubahan
waktu
Deskriptif: Studi yang menggambarkan suatu kejadian penyakit/ masalah
kesehatan berdasarkan karakteristik orang (person), tempat (place) dan
waktu (time). Menjawab pertanyaan Who, What, When, where
Outbreak: peningkatan insidensi kasus yang melebihi ekspektasi normal
secara mendadak pada suatu komunitas, di suatu tempat terbatas, misalnya
desa, kecamatan, kota, atau institusi yang tertutup (misalnya sekolah,
tempat kerja, atau pesantren) pada suatu periode waktu tertentu
Program Imunisasi
Imunisasi dalam penanganan KLB (Outbreak Response Imunization
atau ORI)
Kegiatan imunisasi khusus, meliputi Pekan Imunisasi Nasional (PIN),
Sub Pekan Imunisasi Nasional, dan Cacth-up campaign campak
kecelakaan
Bubungan rumah yang lebih dari 10 meter
harus dilengkapi dengan penangkal petir
Ruang ditata agar berfungsi
Dapur dilengkapi sarana pembuangan asap
Pencahayaan
Minimal intensitas 60 lux dan tidak silau
Udara
Suhu 18-30 oC
Kelembaban 40-70%
Konsentrasi gas S02 tidak lebih dari 0,10
ppm/24 jam
Konsentrasi gas CO tidak lebih dari 100
ppm/8jam
Konsentrasi gas formaldehid tidak lebih 120
mg/m2
Air
Minimal 60 liter/hari/orang
Air minum harus memenuhi syarat air
bersih dan/atau air minum
Limbah
Limbah rumah: tidak mencemari
sumber air, tidak menimbulkan bau
dan tidak mencemari permukaan
tanak
Limbah padat dikelol.a dengan baik
Pembusukan (dekomposisi)
Mumifikasi
Distribusi lebam mayat mengarah ke bawah yaitu pada kaki, tangan, dan
genitalia eksterna.
Bunuh diri
Pembunuhan
TKP
Penjeratan (strangulation)
Penekanan benda asing berupa tali, ikat pinggang, rantai, kawat, dsb
melingkari/mengikat leher yang makin lama makin kuat
Kasus penjeratan biasanya pembunuhan.
Mekanisme kematian adalah akibat asfiksia atau refleks vasovagal
Arteri vertebralis biasanya tetap paten
Jejas jerat pada leher mendatar, melingkari leher dan terdapat lebih
rendah daripada jejas jerat pada kasus gantung. Biasanya terletak
setinggi atau di bawah rawan gondok.
Kasus Pencekikan
Penekanan leher dengan tangan yang menyebabkan dinding saluran
napas bagian atas tertekan dan terjadi penyempitan saluran nafas
sehingga udara pernapasan tidak dapat lewat
Mekanisme:
Asfiksia
Refleks vagal: akibat rangsangan pada reseptor nervus vagus pada corpus
caroticus di percabangan arteri karotis interna dan eksterna
Pencekikan
Ditemukan pembendungan pada muka dan kepala karena turut
tertekan pembuluh darah vena dan arteri superfisial, arteri vertebralis
tidak terganggu
Tanda kekerasan pada leher: luka lecet kecil, dangkal, berbentuk
bulan sabit akibat penekanan kuku jari, luka memar
Fraktur tulang lidah (os hyoid) dan kornu superior rawan gondok
unilateral. Patah tulang lidah terkadang merupakan satu-satunya
bukti adanya kekerasan bila mayat sudah alma dikubur sebelum
diperiksa.
Komponen luka :
Luka akibat terjangan anak peluru
Bukti partikel logam akibat geseran anak peluru dengan
laras
Butir mesiu
Panas akibat ledakan mesiu
Kerusakan jaringan akibat moncong laras yang menekan
sasaran
183. Tenggelam
Kematian akibat mati lemas (asfiksia) disebabkan masuknya cairan ke
dalam saluran pernapasan
Mekanisme kematian :
Tenggelam
Perlu ditentukan pada pemeriksaan :
Identitas korban
Apakah korban masih hidup sebelum tenggelam
Perbedaan Tenggelam
Air Tawar vs Air Laut
Air Tawar
Air Laut
Hemodilusi
Hemokonsentrasi
Hipervolemi
Hipovolemi
Hiperkalemi
Hipokalemi
Hiponatremia
Hipernatremia
Mekanisme kematian:
Gangguan fisiologik dan atau biokimiawi yang ditimbulkan oleh penyebab
kematian sehingga seseorang tidak dapat terus hidup.
Contoh:
1. Penderita tb paru yang mengalami hemoptoe hebat &
meninggal.
2. Autopsi lebam mayat merah gelap, paru & hati merah gelap,
ada massa putih di jantung 2x3 cm.
Tinggi badan
Tinggi badan merupakan persamaan linear dari
berbagai tulang panjang, yaitu humerus, femur, radius
dan tibia dengan rumusan Trotter dan Gleser,
Stevenson, Karl pearson, Dupertus dan Hadden.
Kepentingan pengukuran tinggi badan dari tulang
panjang adalah penting pada keadaan tubuh yang
sudah terpotong atau yang didapatkan rangka atau
sebagian tulang.
Perkiraan tinggi badan dengan pengukuran tulang
panjang : Tulang lengan atas 35 persen dari tinggi
badan. tulang paha 27 persen dari tinggi badan,
tulang kering 22 persen dari tinggi badan dan tulang
belakang 35 persen dari tinggi badan.
Pemeriksaan Gigi
Seperti sidik jari, setiap individu memiliki susunan gigi yang khas. Pencatatan data
gigi (odontogram) dan rahang dengan pemeriksaan manual, sinar-X, dan
pencetakan gigi. Ketepatan sama dengan pemeriksaan sidik jari, dengan syarat
terdapat data ante-mortem (dari dokter gigi). Dilakukan karena daya tahan gigi yang
baik
Pemeriksaan Serologis
Menentukan golongan darah jenazah. Tidak khas untuk masing-masing individu
Metode Eksklusi
Terutama pada kecelakaan masal
Identifikasi DNA
Diperlukan DNA pembanding. Mahal dan hanya dapat dilakukan oleh ahli forensik
molekular
Identifikasi Kerangka:
Upaya identifikasi pada kerangka bertujuan untuk membuktikan bahwa kerangka
tersebut adalah kerangka manusia, ras, jenis kelamin, perkiraan umur dan tinggi
badan, ciri-ciri khusus dan deformitas serta bila memungkinkan dilakukan
rekonstruksi wajah.Dicari pula tanda-tanda kekerasan pada tulang dan
memperkirakan sebab kematian.Perkiraan saat kematian dilakukan dengan
memeperhatikan kekeringan tulang.
Ilmu tht
Malignant/bony type:
Mengenai tulang atau kolesteatoma.
Jenis perforasi: marginal atau attic.
Tahap lanjut: abses atau fistel
retroaurikel, polip/jaringan granulasi,
terlihat kolesteatoma pada telinga
tengah, sekret bentuk nanah & berbau
khas
Th: mastoidektomi.
1) Diagnostic handbook of otorhinolaryngology. 2) Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
Cholesteatoma at attic
type perforation
Deskripsi OMSK
Batasan
Klasifikasi
Diagnosis
Terapi
Mastioidectomy
Miringoplasty
189. Vertigo
Vertigo
Vertigo perifer
Vertigo sentral
Sumber masalah berasal dari
kelainan pada sistem saraf pusat
Anamnesis
Onset vertigo
Tingkat keparahannya
Riwayat penyakit terdahulu
Riwayat penggunaan obat
Jacobs JR, Pasha R, Yoo GH, 2000
Perifer
Sentral
Intensitas
Kelelahan
Gejala yang berhubungan
Berat
Kelelahan, adaptasi
Mual, penurunan
pendengaran, berkeringat
Gejala akan memburuk
pada mata tertututp
Horizontal,
unilateral,
berputar
Nistagmus dapat ditahan
oleh fiksasi bola mata
Ringan
Tidak ada kelelahan
kelemahan, mati rasa,
sering jatuh
Gejala membaik pada mata
tertutup
Vertikal, bilateral
Tidak ada efek atau
nistagmus menetap
Menutup mata
Nistagmus
Durasi
BPPV
Menieres
Disease
Detik
Menit-jam
serangan
awal
Menit-jam
Vestibulopati
berulang
Vestibuler
Neuronitis
Labirinitis
Neuroma
akustik
Gangguan
pendengaran
Tidak
Uni/bilateral
Tinitus
Tidak
Tidak
Tidak
Jam-hari
unilateral
Tidak
Tidak
Hari
Kronis
unilateral
progresif
Bersiul
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ada
Telinga
penuh
Tidak
Tekanan/
rasa hangat
Gejala lain
Test
Intepretation
Romberg test
Hallpike test
190. OM Serosa/Non-Supuratif
Terdapatnya sekret non-purulen di telinga tengah,
sedangkan membran timpani utuh.
Adanya cairan di telinga tengah dengan MT utuh tanpa
tanda-tanda infeksi disebut otitis media efusi.
Apabila efusi tersebut encer disebut otitis media serosa
dan apabila efusi tersebut kental seperti lem disebut otitis
media mucoid (glue ear).
Otitis media efusi adalah inflamasi pada telinga tengah
yang ditandai dengan adanya penumpukan cairan efusi di
telinga tengah dengan membran timpani utuh tanpa
adanya tanda dan gejala inflamasi akut.
Otitis media serosa / otitis media sekretoria / otitis media
mukoid / otitis media efusi terbatas pada keadaan dimana
terdapat efusi dalam kavum timpani dengan membran
timpani utuh tanpa tanda-tanda radang. Bila efusi
tersebut berbentuk pus, disertai tanda-tanda radang
maka disebut otitis media akut (OMA).
OMA Supuratif
Stadium
Gejala klinis
Terapi
Oklusi tuba
Antibiotik
Hiperemis/
presupurasi
Antibiotik
Supurasi
Miringotomi
Antibiotik
Analgetik
Perforasi
Antibiotik
Analgetik
Cuci telinga
Resolusi
Sekret berkurang
Antibiotik
optimized by optima
Stadium OMA
Rinitis Alergi
Deskripsi
Batasan
Patofisiologi Reaksi alergi fase cepat : berlangsung sejak kontak sampai 1 jam
Reaksi lergi fase lambat: berlangsung 2 4 jam dengan puncak 6 8
jam setelah pemaparan dan berlangsung 1 2 hari.
Histamin merangang reseptor H1 pada saraf vidianus sehingga timbul
rasa gatal, bersin dan hipersekresi kelenjar mukosa dan sel goblet
Klasifikasi
Berdasarkan sifat
Intermitten: gejala < 4 hari/minggu atau < 4 minggu
Persisten: gejala > 4 hari/minggu dan > 4 minggu
Berdasarkan tingkat
Ringan : tidak ditemukan gangguan aktivitas dan tidur
Berat: terdapat gangguan aktivitas
optimized by optima
Pemeriksaan penunjang
in vitro didapatkan hitung
eosinofil dalam darah tepi
meningkat. Pemeriksaan
IgE dengan RAST juga
dapat menunjukkan hasil
bermakna. Sedangkan
untuk pemeriksaan
penunjang in vivo, alergen
penyebab dapat dicari
dengan cara pemeriksaan
skin prick test, uji
intrakutan/intradermal
tunggal atau berseri.
ARIA 2007.
http://www.whiar.org/d
ocs/ARIA_PG_08_View_
WM.pdf
optimized by optima
193. Tonsilitis
Acute Tonsilitis
Chronic Tonsilits
Tonsilitis Kronik
Acute tonsillitis:
Chronic tonsillitis
Tonsilitis Kronis
Deskripsi Tonsilitis Kronik
optimized by optima
Tonsilitis Bakteri
Deskripsi Tonsilitis Bakteri
Batasan
Klasifikasi
Diagnosis
Terapi
Antibiotik sistemik
Kortikosteroid
Analgetik dan antipiretik
Obat kumur antiseptik
optimized by optima
Indikasi Tonsilektomi
Tonsilitis > 3 kali pertahun walau dengan terapi adekuat
Tonsil hipertrofi yang menimbulkan maloklusi gigi dan
gangguan pertumbuhan orofasial
Sumbatan jalan nafas berupa hipertrofi tonsil dengan
sleep apnea, ganggua menelan, berbicara, cor pulmonale
Rinitis dan sinusitis kronis, peritonsilitis, abses peritonsil
yang tidak berhasil dengan pengobatan
Halitosis yang tidak respon dengan pengobatan
Tonsilitis berulang karena Streptococcus beta hemolitikus
Curiga keganasan
OME/ Otitis media supuratif
Sumber: Buku ajar ilmu THT 2007
optimized by optima
194. Rhinitis
Diagnosis
Clinical Findings
Rinitis alergi
Rinitis
vasomotor
Rinitis hipertrofi
Rinitis atrofi /
ozaena
Rinitis
medikamentosa
Etiologi
belum diketahui
Diagnosis
optimized by optima
Normal
Tuli Kondukif
Positif
Negatif
Tuli
Sensorineural
Positif
Tes Weber
Tidak ada
lateralisasi
Lateralisasi ke
telinga sakit
Lateralisasi ke
telinga sehat
Sama dengan
pemeriksa
Memanjang
Memendek
Tes Swabach
197. Audiometri
Tes Bisik
Semi kuantitatif, menentukan derajat ketulian secara kasar. Hal yang perlu
diperhatikan ialah ruangan cukup tenang, panjang minimal 6 meter. Pada
nilai normal tes berbisik : 5/6 6/6
Tes Audiometri Diperiksa kelenturan membran timpani dengan tekanan tertentu pada
meatus akustikus eksternus. Pada lesi di koklea, ambang rangsang refleks
impedans
stapedius menurun, sedangkan pada lesi di retrokoklea, ambang itu naik.
Tes Audiometri Dilakukan dengan menggunakan audiometer, dan hasil pencatatannya
disebut audiogram. Dapat dilakukan pada anak berusia lebih dari 4 tahun
Nada Murni
yang kooperatif. Sebagai sumber suara digunakan nada murni yaitu bunyi
yang hanya terdiri dari 1 frekuensi. Menilai hantaran suara melalui udara
(air conduction) dengan headphone beda frekuensi, serta menilai hantaran
tulang (bone conduction) dengan bone vibrator pada prosesus mastoid.
Pemeriksaan lainnya
Function
Otoacoustic emission
Auditory brainstem
response
an auditory evoked potential extracted from ongoing electrical activity in the brain
and recorded via electrodes placed on the scalp.;
The resulting recording is a series of vertex positive waves of which I through V are
evaluated;
used for newborn hearing screening, auditory threshold estimation, intraoperative
monitoring, determining hearing loss type and degree, and auditory nerve and
brainstem lesion detection
Behavioural
observation
audiometry
Visual reinforcement
audiometry
The procedure relies on continued cooperation of the child, in particular their ability
to stay in the required test position;
VRA uses lighted and/or animated toys that are flashed on simultaneously with the
presentation of an auditory signal (warble tones, narrow band noise or speech)
during a conditioning period.
Patofisiologi
Vertigo
Tinitus
tuli
sensorineural
terutama
pada nada
rendah
Trias Meniere
Typical
Atypical
Diagnosis
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN PENUNJANG
audiometri
ENG
BERA
Electrocochleography
MRI kepala
tes gliserin
timpanometri
DIAGNOSIS BANDING
tumor N.VIII
sclerosis multiple
neuritis vestibuler
vertigo posisi
paroksisimal jinak
( VPPJ ) / BPPV
TATALAKSANA
Diet dan perubahan gaya hidup
diet rendah
garam
Pemakaian rokok
alkohol, coklat,
Kafein dan nikotin harus dihentikan.
Olahraga rutinOlahraga rutin
Farmakologi
vasodilator perifer, anti histamin,
antikolinergik, steroid dan diuretik :
untuk mengurangi tekanan pada
endolimfe.
Obat antiiskemia dapat pula diberikan
sebagai obat alternatif dan neurotonik
untuk menguatkan sarafnya
diazepam: pada kasus akut untuk
membantu mengontrol vertigo
Anti emetik seperti prometazin: untuk
mengurangi mual, muntah, dan
vertigonya
Diuretik seperti thiazide: menurunkan
tekanan dalam sistem endolimfe
TATALAKSANA
Latihan (rehabilitasi)
Canalit Reposition
Treatment (CRT)
Brand - Darroff
Penatalaksanaan bedah
Operasi yang
direkomendasikan bila
serangan vertigo tidak
terkontrol:
Dekompresi sakus
endolimfatikus
Labirinektomi
Neurektomi vestibuler
Labirinektomi dengan zat
kimia
Endolymphe shunt
Rinne
Weber
Schwabach
(+)
Tidak ada
lateralisasi
Sama dengan
pemeriksa
Tuli Konduktif
(-)
Lateralisasi ke
telinga sakit
Memanjang
Tuli Sensorineural
(+)
Lateralisasi ke
telinga sehat
Memendek
200. OM Serosa
Otitis media serosa ialah keradangan non bakterial
mukosa kavum timpani yang ditandai dengan
terkumpulnya cairan yang tidak purulen (serous atau
mukus).
Gangguan fungsi tuba Eustakhius merupakan penyebab
utama.
Anamnesis: Telinga terasa penuh, terasa ada cairan
(grebeg-grebeg), Pendengaran menurun, Terdengar suara
dalam telinga sewaktu menelan/menguap.
Pada otoskopi membran timpani berubah warna (kekuningkuningan), refleks cahaya berubah atau menghilang, Dapat
terlihat "air-fluid level" atau "air bubles".
Pemeriksaan tambahan:
- Audiogram : tuli konduktif.
- Timpanogram : tipe B atau C.
TERAPI
Tahap I :
- Miringotomi dan pasang "ventilating tube" (Gromet).
- Obat-obatan terhadap gangguan fungsi tuba.
(Dekongestan oral atau lokal, terapi OMA)
Tahap II:
- Bila ada pembesaran tonsil dan/adenoid, dilakukan
adenotonsilektomi.
- Bila ada faktor alergi dilakukan perawatan alergi.
Timpanometri
Timpanometri dilakukan untuk mengetahui keadaan
di telinga tengah. Misalnya, apakah ada cairan,
gangguan rangkaian tulang pendengaran (ossicular
chain), kekakuan gendang telinga atau bahkan
gendang telinga terlalu lentur.
Gambaran hasil timpanometri tersebut adalah:
tipe A mengindikasikan bahwa kondisi telinga tengah
normal;
tipe B terdapat cairan di telinga tengah;
tipe C terdapat gangguan fungsi tuba eustachius;
tipe AD terdapat gangguan rangkaian tulang pendengaran;
tipe AS terdapat kekakuan pada tulang pendengaran
(otosklerosis)