No. ICD 10
Diagnosis
Pengertian
4.
Anamnesis
5.
Pemeriksaan Fisik
6.
Kriteria Diagnosis
E10-E14
Ketoasidosis Diabetik
Merupakan dekompensasi metabolik yang akut ditandai dengan trias
hiperglikemia, asidosis metabolik dan hiperketonemia terutama disebabkan
oleh defisiensi insulin absolut atau relatif.
Poliuri, polidipsi, penurunan berat badan, riwayat berhenti menyuntik
insulin, demam, mual, muntah, nyeri perut (gastropati diabetikum).
Penurunan kesadaran; mulai delirium, depresi sampai koma, pernafasan
cepat dan dalam (Kussmaul), dehidrasi (turgor kulit menurun, lidah dan
bibir kering), bau aseton dari hawa nafas tidak terlalu mudah tercium,
takikardi, hipotensi.
1. Kadar glukosa darah yang tinggi > 250 mg/dL
2. pH darah < 7,3
3. Peningkatan kadar keton serum > 5 mEq/L (asam hidroksibutirat > 0,6
mEq/L), diserat dengan keton urine positif
7.
8.
Diagnosis Banding
Pemeriksaan Penunjang
9. Konsultasi
10. Perawatan Rumah Sakit
11. Terapi / tindakan
(ICD 9-CM)
dari nilai awal pada jam pertama, periksa status hidrasi pasien. Jika
status hidrasi mencukupi, infus insulin dapat dinaikkan 2 kali lipat
setiap jam sampai tercapai penurunan gula darah konstan antara 50 - 75
mg/dl/jam. Ketika kadar gula darah mencapai 250 mg/dl, turunkan infus
insulin menjadi 0,05 - 0,1 u/kgBB/jam (3 - 6 u/jam), dan tambahkan
infus dextrose 5 - 10%. Pada kondisi klinik pemberian insulin intravena
tidak dapat diberikan, maka insulin diberikan dengan dosis 0,3 iu (0,4 0,6 iu)/kgBB yang terbagi menjadi setengah dosis secara intravena dan
setengahnya lagi secara subkutan atau intramuskular, selanjutnya
diberikan insulin secara intramuskular atau subkutan 0,1 iu/kgBB/jam,
selanjutnya protokol penatalaksanaannya sama seperti pemberian drip
intravena.
3. Kalium: Total deficit K yang terjadi selama KAD diperkirakan
mencapai 3-5 mEq/kgBB. Terapi kalium dimulai saat terapi cairan
sudah dimulai, dan tidak dilakukan jika tidak ada produksi urine,
terdapat kelainan ginjal, atau kadar kalium > 6 mEq/L
4. Glukosa: Bila kadar glukosa mencapai < 200 mg% maka dapat dimulai
infus mengandung glukosa
5. Bikarbonat: masih kontroversial, hanya dianjurkan pada KAD yang
berat (pH<7,1)
6. Pengobatan lain:
a. Antibiotik yang adekuat
b. Oksigen bila pO2 < 80 mmHg
12. Tempat Pelayanan
13. Penyulit
14. Informed Consent
15. Tenaga Standar
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
Lama Perawatan
Masa Pemulihan
Hasil
Patologi
Otopsi
Prognosis
Tindak Lanjut
26. Kepustakaan
No. ICD 10
Diagnosis
Pengertian
4.
Anamnesis
5.
Pemeriksaan Fisik
6.
Kriteria Diagnosis
E 16.2
Koma Hipoglikemia
Hipoglikemia merupakan keadaan dimana kadar Glukosa Darah Sewaktu
(GDS) < 60mg/dL dengan gejala klinis.
Bila terdapat penurunan kesadaran pada penderita diabetes dengan obat
hipoglikemik seperti sulfoniluria, meglitinid, insulin atau kombinasi dari
obat-obat ini harus selalu dipikirkan kemungkinan terjadinya hipoglikemi.
Gejala hipoglikemi terdiri dari adrenergik (berdebar-debar, banyak
berkeringat, gemetar, dan rasa lapar) dan gejala neuro-glikopenik (pusing,
gelisah, kesadaran menurun sampai koma dan kejang-kejang).
Trias dari Whipple untuk hipoglikemi:
1. Gejala yang sesuai dengan hipoglikemia
2. Kadar glukosa darah rendah pada saat timbulnya gejala < 60 mg/dl
7.
Diagnosis Banding
Pemeriksaan Penunjang
Konsultasi
Perawatan Rumah Sakit
Terapi / tindakan
(ICD 9-CM)
Tenaga Standar
Lama Perawatan
Masa Pemulihan
Hasil
Patologi
Otopsi
Prognosis
Tindak Lanjut
No. ICD 10
Diagnosis
Pengertian
4.
Anamnesis
5.
Pemeriksaan Fisik
6.
Kriteria Diagnosis
7.
8.
Diagnosis Banding
Pemeriksaan Penunjang
9. Konsultasi
10. Perawatan Rumah Sakit
11. Terapi / tindakan
(ICD 9-CM)
C82-C85
Limfoma Maligna Non-Hodgkin
Penyakit keganasan primer dari jaringan limfoid yang bersifat padat (solid),
dapat menyebar secara sistemik ditandai oleh kumpulan limfosit abnormal,
kadang-kadang histiosit yang bersifat nodular atau difus.
Pembesaran kelenjar, single / multiple, tidak nyeri, asimetri, kenyal,
terdapat gejala demam, penurunan BB >10%, dan keringat malam.
Pembesaran kelenjar getah bening tidak nyeri, single / multiple, asimetri,
padat kenyal seperti karet, bisa terdapat di leher, aksila, inguinal,
mediastinal, hilus paru, kelenjar para-aorta, dan retroperitoneal. Kadangkadang lesi muncul pada jaringan ekstranodal seperti kulit, paru, otak, dan
sumsum tulang belakang.
Klinis, pemeriksaan penunjang (labratorium, pencitraan), dan histopatologis
jaringan
Lymphoma Hodgkin, limfadenitis TB
1. DL, GOT, GPT, Bun, Sc, Gula darah, AU, elektrolit, Foto thorax, USG
abdomen
2. BMP, CT scan, MRI, PET Scan (jika diperlukan)
Bedah dan THT untuk biopsi kelenjar
Ya
1. Terapi simptomatis dan suportif
2. Sesuai staging; stadium I-II radioterapi dengan atau tanpa kemoterapi,
stadium III-IV kemoterapi
3. Kemoterapi standar dengan CHOP & R-CHOP
a. Premedikasi: ondansentron 8 mg i.v (high moderate
emetogenecity), deksametason 10 mg i.v, Acetaminophen 1000 mg
i.o, Dipenhidramin 25-50 mg i.v (risiko reaksi alergi)
b. Kemoterapi:
a) CHOP Cyclophosphamide 750 mg/m2 + Doxorubicin 50
mg/m2 + Vincristine 1,4 mg/m2 (maks dosis 2 mg/siklus) +
prednisone 40 mg/m2 hari 1-5. Setiap 21 hari, 6-8 siklus.
b) R-CHOP Rituximab 375 mg/m2 + cyclophosphamide 750
mg/m2 + Doxorubicin 50 mg/m2 + Vincristine 1,4 mg/m2 (maks
dosis 2 mg/siklus) + prednisone 40 mg/m2 hari 1-5. Setiap 21
Masa Pemulihan
Hasil
Patologi
Otopsi
Prognosis
Tindak Lanjut
Tingkat Evidens &
Rekomendasi
24. Indikator Medis
25. Edukasi
26. Kepustakaan
No. ICD 10
Diagnosis
Pengertian
4.
Anamnesis
5.
Pemeriksaan Fisik
ICD-9-CM
Febril Neutropenia
Demam, dengan suhu aksila kiri / kanan 38 0C dua kali pengukuran dalam
waktu 1 jam atau lebih (untuk tumor solid) dan 37,5 0C (untuk keganasan
hematologi) atau 38,30C dalam 1 kali pengukuran dan tidak didapatkan
tanda-tanda non infeksi, jumlah neutrofil (batang segmen) kurang dari 500
sel/mm3 atau kurang dari 1000 sel/mm3 dengan kecenderungan turun
menuju 500 sel/mm3 dalam 2 hari berikutnya.
Demam, kadang terdapat keluhan infeksi sesuai dengan fokus infeksi
seperti batuk, sesak, nyeri BAK, diare.
Tanda infeksi pada saluran pernafasan atas dan bawah, traktus urogenitalis,
abdomen dan region perianal, monitoring tekanan darah, nadi, frekuensi
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Kriteria Diagnosis
Diagnosis Banding
Pemeriksaan Penunjang
Konsultasi
Perawatan Rumah Sakit
Terapi / tindakan
(ICD 9-CM)
12.
13.
14.
15.
Tempat Pelayanan
Penyulit
Informed Consent
Tenaga Standar
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
Lama Perawatan
Masa Pemulihan
Hasil
Patologi
Otopsi
Prognosis
Tindak Lanjut
Tingkat Evidens &
Rekomendasi
No. ICD 10
Diagnosis
Pengertian
4.
Anamnesis
5.
Pemeriksaan Fisik
6.
Kriteria Diagnosis
A.15.0
Tuberkulosis Paru (TB Paru)
Penyakit infeksi menular pada jaringan paru akibat infeksi mikobakterium
tuberkulosis
Batuk 2-3 minggu, berdahak, kadang batuk darah, sesak, nyeri dada
Demam, nafsu makan menurun, berat badan menurun, berkeringat malam
Lesi minimal pemeriksaan fisik dalam batas normal. Pada lesi yang berat
dapat dijumpai tanda konsolidasi (perkusi redup, fremitus mengeras, suara
napas bronkial, ronki )
1. Anamnesis: ada batuk 2-3 minggu, berdahak, kadang batuk darah,
kadang nyeri dada. Demam, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, berkeringat malam.
2. Pemeriksaan fisik: dapat dijumpai tanda-tanda konsolidasi
7.
8.
Diagnosis Banding
Pemeriksaan Penunjang
9. Konsultasi
10. Perawatan Rumah Sakit
11. Terapi / tindakan
(ICD 9-CM)
14.
15.
16.
17.
18.
Informed Consent
Tenaga Standar
Lama Perawatan
Masa Pemulihan
Hasil
Lisan
Residen Penyakit Dalam, DPJP
5-7 hari
2 minggu
Batuk menghilang, panas turun, berat badan meningkat, BTA sputum
menjadi negatif, Kultur BTA negatif pada TB MDR
19.
20.
21.
22.
Patologi
Otopsi
Prognosis
Tindak Lanjut
Tidak diperlukan
Tidak diperlukan
Dubius ad bonam
1. Kontrol teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan
2. Pantau dan timbang berat badan
3. Cek ulang BTA sputum
4. Cek ulang kultur BTA untuk kasus TB MDR
5. Evaluasi kemungkinan efek samping obat TB
25. Edukasi
26. Kepustakaan
No. ICD 10
Diagnosis
Pengertian
4.
5.
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
6.
Kriteria Diagnosis
J45-J46
Asma Eksaserbasi Akut Berat
Eksaserbasi pada asma atau disebut juga serangan asma akut adalah suatu
keadaan yang ditandai dengan episode sesak / napas pendek, batuk, mengi
dan rasa berat di dada yang bertambah secara progresif.
Sesak napas saat istirahat, batuk, napas mengi, dada terasa berat.
Posisi: duduk membungkuk, cara bicara: kata demi kata. Kesadaran:
tampak gelisah. Frekuensi napas > 30 x/menit. Tampak kontraksi otot bantu
napas dan retraksi suprasternal paradoksal. Kadang sianosis. Nadi >120
x/menit. Pulsus paradoksus sering ada (>25 mmHg). Pada auskultasi paru
mengi terdengar keras.
1. Keluhan dan gejala sesuai anamnesis dan pemeriksan fisik.
2. Dari analisa gas darah: PaO2 < 60 mmHg dengan atau PaCO2 > 45
mmHg, Saturasi oksigen < 90%
7.
8.
9.
10.
11.
Diagnosis Banding
Pemeriksaan Penunjang
Konsultasi
Perawatan Rumah Sakit
Terapi / tindakan
(ICD 9-CM)
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
Tempat Pelayanan
Penyulit
Informed Consent
Tenaga Standar
Lama Perawatan
Masa Pemulihan
Hasil
19.
20.
21.
22.
23.
Patologi
Otopsi
Prognosis
Tindak Lanjut
Tingkat Evidens &
Rekomendasi
No. ICD 10
M.32
2.
Diagnosis
3.
Pengertian
4.
Anamnesis
5.
Pemeriksaan Fisik
6.
Kriteria Diagnosis
11
eritrosit,
8. Gangguan neurologi:
Kejang atau psikosis tanpa disebabkan oleh obat-obatan atau gangguan
metabolik (misalnya uremia, ketoasidosis, atau ketidakseimbangan
elektrolit).
9.
Gangguan hematologik:
a. Anemia hemolitik, atau
b. Leukopenia < 4.000/mm2 pada dua kali pemeriksaan, atau
c. Trombositopenia <100.000/mm2 tanpa disebabkan oleh obatobatan.
10.
Gangguan Imunologik:
a. Anti-DNA: dengan titer yang abnormal, atau
b. Adanya Anti-Sm, atau
c. Temuan positif terhadap antibodi antifosfolipid yang didasarkan
atas:
a) Kadar serum antibodi antikardiolipin abnormal baik IgG atau
IgM, atau
b) Tes lupus antikoagulan positif menggunakan metode standar,
atau
c) Hasil tes positif palsu paling tidak selama 6 bulan dan
dikonfirmasi dengan tes imobilisasi Treponema pallidum atau
tes fluoresensi absorpsi antibodi treponemal.
11.
Diagnosis Banding
Pemeriksaan Penunjang
9.
Konsultasi
13
Lama Perawatan
Masa Pemulihan
Hasil
Patologi
Otopsi
Prognosis
Tindak Lanjut
Tingkat Evidens &
Rekomendasi
24. Indikator Medis
25. Edukasi
26. Kepustakaan
14
4.
No. ICD 10
Diagnosis
Pengertian
Anamnesis
T782
Anafilaksis / Syok Anafilaksis
Anafilaksis merupakan reaksi hipersensitivitas sistemik, akut dan
mengancam nyawa yang dimediasi oleh IgE (IgE-mediated) akibat
pelepasan mediator oleh sel mast, basofil.
Syok anafilaksis keadaan anafilaksis yang ditandai dengan (hipotensi)
penurunan tekanan darah sistolik <90 mmHg akibat respons
hipersensitivitas tipe I (adanya reaksi antigen dengan antibodi Ig E).
1. Reaksi sistemik ringan:
Rasa geli / gatal serta hangat, rasa penuh di mulut tenggorokan, hidung
tersumbat dan terjadi edema di sekitar mata, kulit gatal, mata berair,
bersin-bersin, onset biasanya 2 jam setelah paparan antigen.
2. Reaksi sistemik sedang:
Spasme bronkus dan atau edema saluran napas, sesak, batuk, mengi,
angioedema, urtikaria menyeluruh, mual, muntah, gatal, badan terasa
hangat, gelisah, onset seperti reaksi anafilaktik ringan.
3. Reaksi anafilaksis berat:
5.
Pemeriksaan Fisik
6.
Kriteria Diagnosis
sistem
respirasi
(sesak
nafas,
wheezing,
stridor,
15
hipoksemia)
b. Penurunan tekanan darah, kolaps, sinkope, inkontinensia.
2.
Dua atau lebih dari gejala gambaran klinis berikut yang terjadi segera
paska paparan:
a. Keterlibatan jaringan kulit dan mukosa (pruritus generalisata,
flushing, urtika, sembab bibir, lidah dan ovula).
b. Keterlibatan sistem respirasi (sesak nafas, wheezing, stridor,
hipoksemia).
c. Penurunan tekanan darah, kolaps, sinkope, inkontinensia.
d. Gejala gastrointestinal (mual, muntah, kram perut).
3.
7.
8.
9.
10.
11.
Penurunan tekanan darah segera paska paparan: tekanan darah sistolik <
90 mmHg atau penurunan lebih dari 30% dari tekanan darah
sebelumnya.
Diagnosis Banding
Pemeriksaan Penunjang
Konsultasi
Perawatan Rumah Sakit
Terapi / tindakan
(ICD 9-CM)
2. Adrenalin (epinephrine) lar 1 : 1000 dosis 0,3 0,5 ml i.m. Ulangi 1015 menit (bila tidak ada perbaikan)
3. Antihistamin 10-20 mg i.m / i.v pelan
4. Tambahan:
a. Cairan kristaloid untuk replacement
b. Kortikosteroid
a) Metil prednisolon 125-250 mg i.v
b) Dexametason 20 mg i.v
c) Hidrokortison 100-500 mg i.m / i.v plan
dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan (lebih rendah)
c. Inhalasi agonis -2 kerja pendek bila ada bronkospasme
16
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
Informed Consent
Tenaga Standar
Lama Perawatan
Masa Pemulihan
Hasil
Patologi
Otopsi
Prognosis
Tindak Lanjut
Tingkat Evidens &
Rekomendasi
17
No. ICD 10
Diagnosis
Pengertian
4.
Anamnesis
M.10
Artritis Gout
Penyakit yang disebabkan oleh deposisi kristal Monosodium urat (MSU) di
sendi
Gejala klinis Artritis Gout dapat dibagi 3 stadium:
1. Stadium Akut:
Terjadi artritis akut dengan keluhan nyeri sendi akut, yang didahului
adanya faktor pencetus. Faktor pencetus serangan akut antara lain
trauma lokal, diet tinggi purin, kelelahan fisik, stres, tindakan operasi,
obat diuretik, atau penurunan dan peningkatan asam urat. Gejala akut
ini dapat hilang sendiri dalam beberapa hari.
2. Stadium Interkritik (Stadium Interval):
Stadium diantara serangan akut, tanpa adanya keluhan.
3. Stadium Kronis dengan pembentukan topi:
5.
Pemeriksaan Fisik
6.
Kriteria Diagnosis
Diagnosis Banding
Pemeriksaan Penunjang
9. Konsultasi
10. Perawatan Rumah Sakit
11. Terapi / tindakan
(ICD 9-CM)
b. Pada stadium lanjut terlihat erosi dari tulang (punched out lession).
Kelainan topi dapat terlihat berupa pembengkakan jaringan lunak
yang ireguler dan sering dengan kalsifikasi.
Reumatologi, Nefrologi, Urologi, Gizi
Ya pada stadium akut
1. Edukasi dan diet rendah purine
2. Pengobatan fase akut: kolkisin, Obat Anti Inflamasi Non Steroid
(OAINS), Glukokortikoid dosis rendah
3. Pengobatan fase interkritik: menjaga kadar asam urat tetap dibawah
normal dan mencegah terjadinya eksaserbasi
19
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
25. Edukasi
26. Kepustakaan
12.
13.
14.
15.
Tempat Pelayanan
Penyulit
Informed Consent
Tenaga Standar
Lama Perawatan
Masa Pemulihan
Hasil
Patologi
Otopsi
Prognosis
Tindak Lanjut
Tingkat Evidens &
Rekomendasi
24. Indikator Medis
No. ICD 10
Diagnosis
3.
Pengertian
A90 / A91
Demam Dengue (DB) / Demam berdarah dengue (DBD) adalah infeksi
viral akut yang disebabkan oleh virus dengue. Spektrum klinis infeksi virus
dengue bervariasi mulai dari tanpa tanda bahaya (dengue without warning
sign), dengan tanda bahaya (dengue with warning sign) dan infeksi dengue
berat (severe dengue infection). (WHO 2009).
Demam Dengue (DB) / Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit
demam akut yang disebabkan oleh virus Dengue.
Presumtif diagnosis infeksi dengue adalah: demam akut selama 2-7 hari,
tinggal di daerah endemis infeksi dengue atau riwayat bepergian ke daerah
20
Mialgia / artralgia
4.
Ruam kulit
5.
Leukopenia
6.
4.
Anamnesis
Nyeri perut
Muntah persisten
Tanda akumulasi cairan (asites atau efusi pleura)
Pendarahan mukosa
Kelemahan atau gelisah
Pembesaran hati >2 cm
Laboratorium: peningkatan hematokrit disertai penurunan platelet
Demam akut selama 2-7 hari, tinggal di daerah endemis infeksi dengue atau
riwayat bepergian ke daerah endemis dengue. Disertai dua dari gejala:
1. Anoreksia & nausea
2.
Rash (ruam kulit)
3.
Mialgia / artralgia
4.
Ruam kulit
5.
Leukopenia
6.
5.
Pemeriksaan Fisik
Nyeri perut
Muntah persisten
Tanda akumulasi cairan (asites atau efusi pleura)
Pendarahan mukosa
Kelemahan atau gelisah
Pembesaran hati >2 cm
Laboratorium: peningkatan hematokrit disertai penurunan platelet
21
Kriteria Diagnosis
22
b. Muntah berkepanjangan
c. Terdapat akumulasi cairan
d. Perdarahan mukosa
e. Letargi, lemah
f.
7.
Diagnosis Banding
Sampai saat ini masih digunakan kombinasi kriteria WHO 1997 dan WHO
2009
1. Demam Tifoid
2. Campak
3. Influenza
4. Chikungunya
5. Leptospirosis
8.
Pemeriksaan Penunjang
6. Malaria
1. Leukosit: dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui
limfositosis relatif (>45 % dari total leukosit) disertai adanya limfosit
plasma biru (LPB) > 15% total leukosit yang pada fase syok akan
meningkat
2. Trombositopenia (trombosit 100.000/mm3 atau kurang)
3. Hemokonsentrasi (adanya peningkatan hematokrit > 20% dibandingkan
standar sesuai dengan umur dan jenis kelamin atai penurunan
hematokrit > 20% setelah mendapat terapi cairan dibandingkan dengan
nilai hematokrit sebelumnya)
4. Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (cell culture)
atau deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR, namun
karena teknik yang rumit, saat ini dilakukan tes serologi yang
mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap dengue berupa NS-1, IgM
maupun IgG anti dengue
5. Hemostasis: dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer,
atau FDP pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan
pembekuan darah
6. Tanda kebocoran Plasma : Hipoalbuminemia atau hiponatremia
7. SGOT/SGPT : dapat meningkat
8. Ureum, Kreatinin: dapat meningkat pada keadaan gagal ginjal akut.
9. Konsultasi
10. Perawatan Rumah Sakit
23
24
Masa Pemulihan
Hasil
Patologi
Otopsi
Prognosis
Tindak Lanjut
Tingkat Evidens &
Rekomendasi
24. Indikator Medis
25. Edukasi
26. Kepustakaan
Myocarditis
Tertulis
Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Dokter Spesialis Konsultan Penyakit
Tropik dan infeksi
5-8 hari (bila perawatan dimulai pada hari ke-3 demam) dan tanpa penyulit
serta ko-morbid
1 minggu
Baik
Tidak diperlukan
Tidak diperlukan
Dubius ad bonam bila tidak ada komplikasi dan penyakit Ko-morbid
Kontrol ke poliklinik
1A
Keadaaan umum membaik, keluhan pasien menghilang, Kadar trombosit
meningkat, hematokrit membaik.
Tentang prognosis pasien
1. World Health Organization. DENGUE Guidelines for diagnosis,
treatment, prevention and control. New Edition 2009
2. World Health Organization. DENGUE Guidelines for diagnosis,
treatment, prevention and control. New Edition 1997
3. Pedoman Tatalaksana Klinis Infeksi Dengue di Sarana Pelayanan
Kesehatan, 2005
No. ICD 10
Diagnosis
Pengertian
A01.0
Demam Tifoid
Demam tifoid (typhoid fever) adalah infeksi sistemik akut yang disebabkan
oleh Salmonella typhi. Infeksi golongan salmonella bisa juga disebabkan
25
Anamnesis
Keluhan dan gejala Demam Tifoid pada minggu pertama tidak khas.
Perjalanan penyakit bervariasi dari gejala seperti flu ringan sampai tampilan
sakit berat dan fatal yang mengenai banyak sistem organ. Secara klinis
gambaran penyakit Demam Tifoid berupa demam berkepanjangan,
gangguan fungsi usus, dan keluhan susunan saraf pusat.
1. Panas lebih dari 5 hari, biasanya mulai dengan sumer yang makin hari
makin meninggi terutama sore dan malam hari (step ladder pattern)
pada minggu pertama. Pada minggu ke-2 panas tinggi terjadi terus
menerus. Dapat disertai batuk kering, rasa nyeri kepala, anoreksia dan
malaise.
2. Gejala gastrointestinal dapat berupa abdominal tenderness, obstipasi,
diare, mual, muntah, dan kembung
5.
Pemeriksaan Fisik
6.
Kriteria Diagnosis
26
7.
Diagnosis Banding
8.
Pemeriksaan Penunjang
7. Toxoplasmosis
1. Leukosit dapat menurun atau normal dengan limfopenia relatif,
monositosis, anemia, thrombositopenia dan peningkaran laju endap
darah. Peningkatan serum transaminase dan bilirubin (hepatitis tifosa).
Pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer, atau FDP bila dicurigai
DIC, Elektrolit (Natrium dan Kalium), Lipase dan amylase (komplikasi
pancreatitis)
2. Tes serologi spesifik: IgM anti Salmonella typhi, tes Widal (titer tunggal
S.typhi O >1/320 atau peningkatan titer > 4x)
3. Diagnosa pasti: Kultur darah (media kultur 10% aqueus oxgall) dan
sekresi intestinal berupa muntahan atau aspirasi duodenum (minggu I),
kultur aspirasi sumsum tulang (minggu I & II), kultur tinja (minggu II),
kultur kemih (minggu III).
9. Konsultasi
10. Perawatan Rumah Sakit
(ICD 9-CM)
27
1. Antibiotik:
a. Fluoroquinolon (7 hari): Ciprofloxacin (2x400 mg i.v atau 2x500
mg i.o); Ofloxacin (2x200 400 mg i.o); Levofloxacin (1x500 mg
i.v atau i.o). Tidak dianjurkan pada usia < 18 tahun
b. Cephalosporin generasi III (5-7 hari ): Ceftriaxone (2 4 gram/hari
i.v)
c. Cefixime 2x100 mg i.o (10 hari)
d. Macrolide (7 hari): Azithromycin (1x500 mg i.o)
e. Chloramphenicol (14 hari) dosis 50-100 mg/kgBB. Tidak diberikan
bila leukosit < 2000/uL, lakukan monitoring leukosit setiap 5 hari
f.
2. Terapi lain:
a. Hindari pemberian laxantia, lavament dan salisilat
b. Antiemetik dan antipiretik bila diperlukan
c. Pembedahan bila terjadi perforasi
Follow Up:
1. Observasi berkala hasil terapi
2. Evaluasi kemungkinan penyebab lain demam
3. Evaluasi kemungkinan komplikasi
4. Bila panas badan turun sebelum hari ketiga terapi antibiotik (golongan
fluoroquinolon, cephalosporin, macrolide) atau hari kelima (golongan
chloramphenicol, penicillin, co-trimoxazole): terapi dilanjutkan
5. Bila panas badan belum turun setelah hari ketiga, namun puncak
demam menurun dengan antibiotik (golongan fluoroquinolon,
cephalosporin, macrolide) atau hari kelima (golongan chloramphenicol,
penicillin, co-trimoxazole): terapi dilanjutkan
6. Bila tidak terjadi perbaikan klinis pertimbangkan: adanya infeksi
campuran, resistensi obat atau terjadi infeksi nosokomial
12. Tempat Pelayanan
13. Penyulit
28
Masa Pemulihan
Hasil
Patologi
Otopsi
Prognosis
Tindak Lanjut
Tingkat Evidens &
Rekomendasi
24. Indikator Medis
25. Edukasi
26. Kepustakaan
12. Arthritis
Tertulis
Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Dokter Spesialis Konsultan Penyakit
Tropik dan Infeksi
5 hari (bila perawatan menggunakan antibiotik golongan Fluoroquinolon,
cephalosporin atau macrolide) dan tanpa penyulit serta ko-morbid
2 minggu
Baik
Bila terjadi komplikasi
Tidak diperlukan
Dubius ad bonam bila tidak ada komplikasi dan penyakit Ko-mobid
Kontrol ke poliklinik
1A
Keadaaan umum membaik, keluhan pasien menghilang, bebas panas dan
tanpa antipiretik > 24 jam
Tentang penyakit, tata laksana, komplikasi, prognosis pasien dan cara
pencegahan penularan
1. World Health Organization. Backgrounddocument: the diagnosis,
treatment and prevention of typhoid fever.2003
2. Keputusan Menteri Kesehatan (KMK) No. 364/MENKES/SK/V/2006
tentang Pedoman Pengendalian Demam Tifoid. 2006
No. ICD 10
Diagnosis
Pengertian
4.
5.
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
R65.20
Sepsis
Merupakan sindrom respon inflamasi sistemik (SIRS) yang disebabkan oleh
infeksi.
Demam, hipotermi, takikardi, sesak nafas
1. Sesuai dengan lokasi infeksi
29
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
Kriteria Diagnosis
Diagnosis Banding
Pemeriksaan Penunjang
Konsultasi
Perawatan Rumah Sakit
Terapi / tindakan
(ICD 9-CM)
Tempat Pelayanan
Penyulit
Informed Consent
Tenaga Standar
Lama Perawatan
Masa Pemulihan
Hasil
Patologi
Otopsi
Prognosis
Tindak Lanjut
Tingkat Evidens &
Rekomendasi
Indikator Medis
Edukasi
Kepustakaan
No. ICD 10
Diagnosis
Pengertian
K74.6
Sirosis Hati
Merupakan penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya
nekrosis, pembentukan jaringan ikat disertai nodul
30
4.
5.
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
6.
Kriteria Diagnosis
7.
Diagnosis Banding
8.
Pemeriksaan Penunjang
9. Konsultasi
10. Perawatan Rumah Sakit
Informed Consent
Tenaga Standar
Lama Perawatan
Masa Pemulihan
Hasil
Patologi
Otopsi
Prognosis
Tindak Lanjut
Tingkat Evidens &
Rekomendasi
24. Indikator Medis
25. Edukasi
26. Kepustakaan
Spontaneus
31
No. ICD 10
Diagnosis
Pengertian
4.
Anamnesis
5.
Pemeriksaan Fisik
6.
Kriteria Diagnosis
K.85
Pankreatitis Akut
Peradangan akut pada kelenjar pankreas yang dapat pula melibatkan
jaringan peripankreas dan atau disfungsi sistem organ lain.
Nyeri abdomen akut yang hebat dan konstan di daerah epigastrium atau
kanan atas atau kiri atas atau seluruh perut bagian atas, dapat menjalar ke
punggung, disertai muntah, diperburuk oleh masuknya makanan dan
kadang demam. Nyeri berkurang dengan posisi membungkuk dan
bertambah dalam posisi terlentang.
Nyeri tekan di daerah epigastrium. Pemeriksaan fisik yang lain tergantung
tingkat keparahan penyakit. Pada pankreatitis akut ringan dapat ditemukan
nyeri tekan di abdomen atas, tanda Cullen (periumbilikus) dan tanda GreyTurner (pinggang).
1. Klinis dengan nyeri perut yang khas di daerah epigastrium
2. Peningkatan enzyme amylase dan atau lipase serum 3 kali batas atas
normal
3. Temuan khas pankreatitis akut pada pemeriksaan USG atau CT scan
7.
Diagnosis Banding
8.
Pemeriksaan Penunjang
9. Konsultasi
10. Perawatan Rumah Sakit
11. Terapi / tindakan
(ICD 9-CM)
4. Terapi komplikasi.
Ruang terapi intensif (pada yang berat) RSUP Sanglah Denpasar
32
13. Penyulit
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
Informed Consent
Tenaga Standar
Lama Perawatan
Masa Pemulihan
Hasil
Patologi
Otopsi
Prognosis
No. ICD 10
Diagnosis
Pengertian
Krisis Hipertensi
Suatu keadaan peningkatan tekanan darah yang mendadak (sistole > 180
mmHg dan atau diastole > 120 mmHg)
Klasifikasi krisis hipertensi:
1. Hipertensi emergensi: kenaikan tekanan darah mendadak yang disertai
kerusakan organ target yang progresif. Pada keadaan ini diperlukan
33
4.
5.
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
6.
Kriteria Diagnosis
7.
8.
Diagnosis Banding
Pemeriksaan Penunjang
5. Pemeriksaan funduskopi.
Tekanan darah > 180/120 mmHg perlu diperhatikan kecepatan kenaikan
tekanan darah tersebut dan derajat gangguan organ target yang terjadi.
1. Urinalisis
2. Hemoglobin, Hematokrit, gula darah dan elektrolit
3. EKG
4. Foto Thoraks
9. Konsultasi
10. Perawatan Rumah Sakit
11. Terapi / tindakan
(ICD 9-CM)
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
Informed Consent
Tenaga Standar
Lama Perawatan
Masa Pemulihan
Hasil
Patologi
Otopsi
Prognosis
Tindak Lanjut
Tingkat Evidens &
Rekomendasi
26. Kepustakaan
35
DENPASAR
1.
2.
3.
4.
5.
No. ICD 10
Diagnosis
Pengertian
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
6.
Kriteria Diagnosis
7.
8.
9.
10.
11.
Diagnosis Banding
Pemeriksaan Penunjang
Konsultasi
Perawatan Rumah Sakit
Terapi / tindakan
(ICD 9-CM)
E 87.5
Hiperkalemia
Kadar Kalium plasma lebih dari 5 mEq/L
Bisa tanpa gejala, berdebar, lemah otot, dapat terjadi sesak nafas.
Frekuensi nafas meningkat dengan perubahan pola nafas (cepat dan dangkal
bila disertai asidosis metabolik), gangguan irama jantung, penurunan tonus
otot sampai dengan paralisis.
Kadar kalium palasma lebih dari 5 mEq/L, perubahan gambaran EKG
berupa peninggian gelombang T (tall T), pemanjangan interval PR dan
QRS, mendatar sampai hilangnya gelombang P, irama idioventrikular
sampai fibrilasi ventrikel.
Pseudohiperkalemia
Kalium plasma, EKG
Spesialis Penyakit Dalam Divisi Nefrologi
Rawat inap ruang akut.
1. Pemberian kalsium glukonat 10 ml melalui intravena dalam waktu 2-3
menit dengan monitor EKG. Bila perubahan EKG akibat hiperkalemia
masih ada, pemberian kalsium glukonat dapat diulang setelah 5 menit.
Bila kadar kalium lebih dari 6,4 mEq/L dan EKG dengan gambaran tall
T, dapat dipertimbangkan pemberian kalsium glukonat dengan infus
kontinyu.
2. Insulin-Glukosa. Insulin 10 unit dalam glukosa 40%, 50 ml bolus
intravena, diikuti dengan infus glukosa 10% 75 ml/jam untuk mencegah
hipoglikemi.
3. Pemberian natrium bikarbonat dianjurkan bila kadar pH kurang adri 7,2
4. Pemberian2-agonis melalui nebulizer dengan dosis 10-20 mg dalam 4
ml larutan salin.
5. Bila fungsi ginjal adekuat, dapat diberikan obat untuk diuresis yaitu
furosemide dan tiasid.
6. Pemberian resin penukar untuk mengeluarkan kalium lewat feses.
Dapat diberikan per oral atau suposituria.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
Tempat Pelayanan
Penyulit
Informed Consent
Tenaga Standar
Lama Perawatan
Masa Pemulihan
Hasil
Patologi
Otopsi
21. Prognosis
22. Tindak Lanjut
23. Tingkat Evidens &
Rekomendasi
24. Indikator Medis
25. Edukasi
26. Kepustakaan
Dubius ad bonam
Penatalaksanaan penyakit dasar yang menyebabkan hiperkalemia
IIA
Kadar kalium normal (3,5-5 mEq/L)
Hindari buah yang mengandung tinggi kalium
1. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, Edisi IV, hal 138
2. Comprehensive Clinical Nephrology, 4th edition, p 125-129
3. Current Diagnosis & Treatment Nephrology & Hypertension, p 39-41.
No. ICD 10
Diagnosis
Pengertian
Anamnesis
5.
6.
7.
Pemeriksaan Fisik
Kriteria Diagnosis
Diagnosis Banding
8.
Pemeriksaan Penunjang
9. Konsultasi
10. Perawatan Rumah Sakit
11. Terapi / tindakan
(ICD 9-CM)
Urosepsis
Infeksi saluran kemih berat dengan manifestasi respon inflamasi sistemik.
Nyeri pinggang, riwayat batu dan atau infeksi saluran kemih terkomplikasi,
panas.
Nyeri ketok angulus costoverte
Infeksi saluran kemih terkomplikasi
1. SIRS (Systemic Inflammation Responses Syndrome)
2. Peritonitis, abses retroperitoneal
Darah lengkap, urinalisis, kultur urine, USG ginjal / urologi, foto polos
abdomen.
Bagian Urologi
Rawat Inap
1. Antibiotik parenteral / sesuai dengan kultur urine
2. Kalau perlu tindakan urologi
2. Septic Shock
Ya
37
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
Lama Perawatan
Masa Pemulihan
Hasil
Patologi
Otopsi
Prognosis
Tindak Lanjut
Tingkat Evidens &
Rekomendasi
24. Indikator Medis
25. Edukasi
26. Kepustakaan
No. ICD 10
Diagnosis
Pengertian
4.
Anamnesis
5.
Pemeriksaan Fisik
6.
Kriteria Diagnosis
F05
Sindrom Delirium (Acute Confusion State)
Penurunan kesadaran (disorientasi dan confusion) yang terjadi dengan onset
yang cepat dan intensitas yang fluktuatif
Terjadi perubahan atau penurunan kesadaran yang mendadak, pada pasien
geriatri yang menderita penyakit dasar yang berat seperti infeksi, penyakit
jantung, ataupun pada pasien yang mengalami kelainan organik di otak.
Ditemukan penurunan kesadaran (GCS), disertai tanda dan gejala penyakit
dasar, seperti febris, penurunan tekanan darah, dan gejala lain yang sesuai
dengan penyakit dasar pasien.
CAM (Confusion Assessment Method for Delirium):
1. Onset akut dan perjalanan yang fluktuatif
2. Inatensi
3. Pikiran yang tidak terorganisir
4. Perubahan tingkat kesadaran
(Diagnosis ditegakkan apabila ditemukan kriteria 1 dan 2, ditambah 3 atau
38
7.
8.
Diagnosis Banding
Pemeriksaan Penunjang
9. Konsultasi
10. Perawatan Rumah Sakit
11. Terapi / tindakan
(ICD 9-CM)
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
Tempat Pelayanan
Penyulit
Informed Consent
Tenaga Standar
Lama Perawatan
Masa Pemulihan
Hasil
Patologi
Otopsi
Prognosis
Tindak Lanjut
Tingkat Evidens &
Rekomendasi
24. Indikator Medis
25. Edukasi
26. Kepustakaan
4)
Demensia, Psikosis
DL, BUN, SC, GDS, SGOT, SGPT, UL, Natrium, Rontgen Thorax, CT
Scan Kepala
Konsultasi dengan divisi atau departemen sesuai bidang keilmuan
Ruang akut geriatri
Perawatan sesuai penyakit dasar, perawatan penunjang untuk pasien dengan
penurunan kesadaran: kebutuhan nutrisi dan cairan, positioning, dan
perawatan suportif lainnya. Pada sindrom delirium dengan gejala utama
gaduh gelisah dapat diberikan haloperidol 0,5-1 mg (untuk tipe gaduh
gelisah)
Ruang rawat akut Geriatri di RSUP Sanglah Denpasar
Pneumonia aspirasi, ulkus dekubitus, dan komplikasi akibat penyakit dasar.
Diperlukan
Dokter Spesialis Ilmu penyakit Dalam, Konsultan Geriatri
1-2 minggu
1 minggu
Perbaikan kesadaran, dan parameter pemeriksaan fisik dan penunjang lain
dalam batas normal.
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Dubius ad malam
Perawatan pasca delirium dan perawatan di rumah oleh caregiver
Haloperidol mulai dosis kecil (0,5 mg sd 1 mg) untuk sindrom delirium
dengan keluhan gaduh gelisah: Randomised Clinical Trial (IA)
GCS: E4V5M6
Melakukan perawatan pasca delirium, mengedukasi pasien dan caregiver
Marcantonio ER, Fearing MA, Inouye SK. 2009. Delirium. In: Halter JB,
Ouslander JG, Tinetti ME, Studenski S, High KP, Asthana S. Hazzards
Geriatric Medicine and Gerontology. 6th eds. New York: Mc Graw
Hill.p.647-658.
39