Anda di halaman 1dari 5

Panduan Praktik Klinik Disahkan oleh

Direktur Rumah Sakit Umum


Daerah Genteng
Tentang

Hipertensi Esensial

RSUD GENTENG, Dr.Hj.Indah Sri Lestari,


BANYUWANGI MMARS
2015 2017
Pembina Tingkat I

NIP.19630703 198903 2 016

A. Pengertian
(Definisi) Hipertensi esensial merupakan hipertensi yang tidak diketahui
penyababnya (idiopatik)
B. Anamnesis
Keluhan Mulai dari tidak bergejala sampai dengan bergejala. Keluhan
hipertensi antara lain:
1. Sakit atau nyeri kepala
2. Gelisah
3. Jantung berdebar-debar
4. Pusing
5. Leher kaku
6. Penglihatan kabur
7. Rasa sakit di dada Keluhan tidak spesifik antara lain tidak nyaman
kepala, mudah lelah dan impotensi.

Faktor Risiko
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi:
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Riwayat hipertensi dan penyakit kardiovaskular dalam keluarga.

Faktor risiko yang dapat dimodifikasi:


1. Riwayat pola makan (konsumsi garam berlebihan)
2. Konsumsi alkohol berlebihan
3. Aktivitas fisik kurang
4. Kebiasaan merokok
5. Obesitas
6. Dislipidemia
7. Diabetus Melitus
8. Psikososial dan stres
C. Pemeriksaan Pemeriksaan Fisik
Fisik 1. Pasien tampak sehat, dapat terlihat sakit ringan-berat bila terjadi
komplikasi hipertensi ke organ lain.
2. Tekanan darah meningkat sesuai kriteria JNC VII.
3. Pada pasien dengan hipertensi, wajib diperiksa status neurologis dan
pemeriksaan fisik jantung (tekanan vena jugular, batas jantung, dan
ronki).
D. Kriteria Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
Diagnosis didapat
Klasifikasi tekanan darah berdasarkan Joint National Committee VII
(JNC VII) Klasifikasi TD Sistolik TD Diastolik :
T. Sistolik T. Diastolik
Normal <120 mmHg < 80 mmHg
Pre-Hipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg
Hipertensi stage I 140-159 mmHg 80-89 mmHg
Hipertensi stage II 160 mmHg 100 mmHg
E. Diagnosis Hipertensi Esensial
F. Diagnosis
Banding White collar hypertension, Nyeri akibat tekanan intraserebral,
Ensefalitis
G. Pemeriksaan Pemeriksaan Penunjang
Penunjang 1. Labortorium Urinalisis (proteinuria), tes gula darah, profil lipid,
ureum, kreatinin
2. X ray thoraks
3. EKG 4. Funduskopi
H. Terapi Peningkatan tekanan darah dapat dikontrol dengan perubahan gaya
hidup dan terapi farmakologis.
Agoritma Tatlaksana Hipertensi

1. Hipertensi tanpa compelling indication :

a. Hipertensi stage 1 dapat diberikan diuretik (HCT 12.5-50


mg/hari, atau pemberian penghambat ACE (captopril 3x12,5-50
mg/hari), atau nifedipin long acting 30-60 mg/hari) atau
kombinasi.
b. Hipertensi stage 2 Bila target terapi tidak tercapai setelah
observasi selama 2 minggu, dapat diberikan kombinasi 2 obat,
biasanya golongan diuretik, tiazid dan penghambat ACE atau
penyekat reseptor beta atau penghambat kalsium.
c. Pemilihan anti hipertensi didasarkan ada tidaknya
kontraindikasi dari masing-masing antihipertensi di atas.
Sebaiknya pilih obat hipertensi yang diminum sekali sehari
atau maksimum 2 kali sehari. Bila target tidak tercapai maka
dilakukan optimalisasi dosis atau ditambahkan obat lain sampai
target tekanan darah tercapai.

2. Kondisi khusus lain

a. Lanjut Usia i. Diuretik (tiazid) mulai dosis rendah 12,5


mg/hari. ii. Obat hipertensi lain mempertimbangkan penyakit
penyerta.
b. Kehamilan i. Golongan metildopa, penyekat reseptor ,
antagonis kalsium, vasodilator. ii. Penghambat ACE dan
antagonis reseptor AII tidak boleh digunakan selama
kehamilan.
Tabel Obat yang direkomendasikan untuk Hipertensi
I. Edukasi
1. Edukasi tentang cara minum obat di rumah, perbedaan antara obat-
obatan yang harus diminum untuk jangka panjang (misalnya untuk
mengontrol tekanan darah) dan pemakaian jangka pendek untuk
menghilangkan gejala (misalnya untuk mengatasi mengi), cara kerja
tiap-tiap obat, dosis yang digunakan untuk tiap obat dan berapa kali
minum sehari.
2. Pemberian obat anti hipertensi merupakan pengobatan jangka
panjang. Kontrol pengobatan dilakukan setiap 2 minggu atau 1 bulan
untuk mengoptimalkan hasil pengobatan.
3. Penjelasan penting lainnya adalah tentang pentingnya menjaga
kecukupan pasokan obat-obatan dan minum obat teratur seperti yang
disarankan meskipun tak ada gejala.
4. Individu dan keluarga perlu diinformasikan juga agar melakukan
pengukuran kadar gula darah, tekanan darah dan periksa urin secara
teratur. Pemeriksaan komplikasi hipertensi dilakukan setiap 6 bulan
atau minimal 1 tahun sekali.
J. Prognosis Prognosis umumnya bonam apabila terkontrol

K. Tingkat Evidens
L. Tingkat
Rekomendasi
M. Penelaah Kritis Dr. Sigit Triyus P, SpPD
Dr. Gommeus Efendy, SpPD
Dr. Adi Mulyono, SpPD

N. Kepustakaan 1. Direktorat Penyakit Tidak Menular. Buku Pedoman


Pengendalian Hipertensi. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
2013. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013)

Banyuwangi, Maret 2016

Ketua Komite Medik Ketua SMF


dr. Heru Purnomo S, Sp.OG ( K ) dr. ........................, Sp.....
NIP. 19630508 198902 1 002 NIP.

Direktur RSUD Genteng

dr. Hj. INDAH SRI LESTARI, MMRS


NIP. 19630703 198903 2 016

Anda mungkin juga menyukai