KELOMPOK.6
Nama Kelompok 6 :
Ciri penderita hydronephrosis memiliki tekanan darah tinggi, demam, nyeri pada
pinggang, kandung kemih dan ginjal terasa membesar serta kaki dan mata akan
membengkak (10–12). Gejala hydronephrosis dapat ditandai dengan nyeri pada perut
karena terjadi distensi
Menurut David Ovedoff (2012) tanda dan gejala hindronefrosis
1. Nyeri dan pembengkakan di daerah pinggang
2. Kolik menunjukan adanya batu
3. Demam dan menggigil bila terjadi infeksi
4. Mungkin terdapat hipertensi
5. Beberapa penderita tidak menunjukkan gejala
Patofisiologi
Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir
balik, sehingga tekanan di ginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi
di uretra atau kandung kemih, tekanan balik akan mempengaruhi
kedua ginjal, tetapi jika obstruksi terjadi di salah satu ureter akibat
adanya batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal saja yang rusak.
Obstruksi parsial atau intermiten dapat disebabkan oleh batu renal
yang terbentuk di piala ginjal tetapi masuk ke ureter dan
menghambatnya. Gangguan ini juga dapat sebagai akibat dari
bentuk abnormal di pangkal ureter atau posisi ginjal yang salah,
yang menyebabkan ureter berpilin atau kaku. Pada pria lansia,
penyebab tersering adalah obstruksi uretra pada pintu kandung
kemih akibat pembesaran prostat. Hidronefrosis juga dapat terjadi
pada kehamilan akibat pembesaran uterus.
PATHWAY
NYERI AKUT
DEFISIT NUTRISI
Penatalaksanaan Keperawatan
Tujuannya adalah untuk mengaktivasi dan memperbaiki penyebab dari
hidronefrosis (obstruksi, infeksi) dan untuk mempertahankan dan
melindungifungsi ginjal. Untuk mengurangi obstruksi urin akan dialihkan
melalui tindakan nefrostomi atau tipe disertasi lainnya. Infeksi ditangani
dengan agen anti mikrobial karena sisa urin dalam kaliks akan
menyebabkan infeksi dan pielonefritis. Pasien disiapkan untuk pembedahan
mengangkat lesi obstrukstif (batu, tumor, obstruksi ureter).
Jika salah satu fungsi ginjal rusak parah dan hancur maka nefrektomi
(pengangkatan ginjal) dapat dilakukan (Smeltzer dan Bare, 2002)
Pengobatan
1. Hidronefrosis akut
2. Hidronefrosis kronik
PEMERIKSAAN
Pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu :
1.Adanya massa di daerah antara tulang rusuk dan tulang
pinggul, terutama jika ginjal sangat membesar.
2.USG, memberikan gambaran ginjal, ureter dan kandung
kemih
3.Urografi intravena, bisa menunjukkan aliran air kemih
melalui ginjal
4.Sistoskopi, bisa melihat kandung kemih secara langsung
5.Laboratorium
Pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya kadar urea
karena ginjal tidak mampu membuang limbah metabolik.
ASUHAN KEPARAWATAN
PENGKAJIAN
1. Biodata
Identitas Klien
• Nama, Nama klien sangat dibutuhkan sebagai identitas klien
• Umur, Umur dapat mengidentifikasi penyebab dari hidronefrosis yang
terjadi pada orang dewasa.
• Jenis kelamin, Jenis kelamin bisa untuk identifikasi penyebab misalnya
pada pria lansia penyebab tersering ialah akibat obstruksi uretra pada
pintu kandung kemih akibat pembesaran prostat. Pada perempuan hamil
bisa terjadi akibat pembesaran uterus.
• Agama
• Pendidikan
• Pekerjaan, Pekerjaan klien dapat berpengaruh terhadap penyebab klien
menderita hidronefrosis, misalnya sopir atau sekretaris yang
pekerjaannya banyak untuk duduk sehingga meningkatkan statis urine.
• Status kawin
2. Riwayat kesehatan
• Riwayat Kesehatan Dahulu Riwayat pasien terdahulu mungkin pernah
mengalami penyakit batu ginjal, tumor, pembesaran prostat, ataupun
kelainan kongenital.
• Riwayat Kesehatan Sekarang Riwayat kesehatan sekarang ialah status
kesehatan klien saat ini seperti klien berkemih sedikit tergantung periode
penyakit, nyeri saat berkemih, nyeri panggul.
• Riwayat Kesehatan Keluarga Keluarga pasien ada yang menderita penyakit
polikistik ginjal herediter, diabetes mellitus, serta penyakit ginjal yang lain.
3. Pola kebutuhan dasar manusia
• Aktivitas dan istirahat Kelelahan, kelemahan, malaise
• Integritas ego Faktor stress, perasaan tidak berdaya, menolak cemas,
marah.
• Elimasi Penurunan frekuensi, oliguri, anuri, perubahan warna urin.
• Makanan/cairan Penurunan berat badan karena malnutrisi, anoreksia,
mual, muntah.
• Nyeri/kenyamanan Nyeri abdomen, nyeri tulang rusuk dan tulang
panggul, gelisah, distraksi tergantung derajat keparahan.
• Interaksi sosial Tidak mampu bekerja, tidak mampu menjalankan
peran seperti biasa.
• Persepsi diri Kurangnya pengetahuan, gangguan body image.
• Sirkulasi Peningkatan tekanan darah, kulit hangat dan pucat.
4. Pemeriksaan fisik
• Kulit: Warna kulit sawo matang, turgor cukup.
• Kepala: Mesochepal, rambut hitam, distribusi merata, tidak
mudah dicabut.
• Mata: Conjungtiva merah mudah, sclera putih, pupil bulat, isokor,
diameter 3 mm, reflek cahaya (+/+).
• Telinga: Simetris, serumen (+/+) dalam batas normal.
• Hidung: simetris, septum di tengah, selaput mucosa basah.
• Mulut: gigi lengkap, bibir tidak pucat, tidak kering
• Leher:
Trachea di tengah, kelenjar lymphoid tidak
membesar, kelenjar tiroid tidak membesar, tekanan
vena jugularis tidak meningkat.
• Thorax :
Jantung:
Ictus cordis tidak tampak dan tidak kuat angkat,
batas jantung dalam batas normal, S1>S2, regular,
tidak ada suara tambahan.
Paru-paru:
Tidak ada ketinggalan gerak, vokal fremitus kanan
= kiri, nyeri tekan tidak ada, sonor seluruh
lapangan paru, suara dasar vesikuler seluruh lapang
paru, tidak ada suara tambahan.
• Abdomen :
Inspeksi: Perut datar, tidak ada benjolan
Auskultasi: Bising usus biasanya dalam batas
normal.
Perkusi: Timpani seluruh lapang abdomen
Palpasi: ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba,
tidak teraba massa.
• Ekstremitas :
Superior: tidak ada deformitas, tidak ada oedema,
tonus otot cukup.
Inferior: deformitas (-), jari tabuh (-), pucat (-),
sianosis (-), oedema (-), tonus otot cukup.
DIAGNOSA
Gangguan pola eliminasi urin b.d ketidakmampuan
mengkomunikasikan kebutuhan eliminasi (D.0040)
INTERVENSI
1. Observasi :
Monitor eliminasi urin (frekuensi)
2. Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
2. Ajarkan mengukur asupan cairan dan pengeluaran urin
IMPLEMENTASI
1. Observasi :
Memonitor eliminasi urin (frekuensi)
2. Edukasi :
1. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
2. Mengajarkan mengukur asupan cairan dan pengeluaran urin
EVALUASI
1. Observasi :
Memantau jarak pengeluran urin
2. Edukasi :
1. Klien mengetahui tanda dan gejala infeksi saluran kemih
2. Mengetahui asupan cairan dan pengeluaran urin
DAFTAR PUSTAKA
Ackley, B. J., Ladwig. G. B., & Makic, M. B. F. (2017). Nursing Diagnosis Handbook, An Evidence-Based Guide to
Planning Care. 11th Ed. St. Louis: Elsevier.
Castro dos Santos Goncalves, M., Gomes Brandac, M. A., & Marocco Duran. E. C. (2016). Validation of the defining
characteristics of the nursing diagnosis impaired comfort in oncology. Acta Paulista De Enfermagem.
29(1).115-124. doi: 10.1590/1982-0194201600016.
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2014). Nursing Diagnosis Definitions and Classification 2015-2017. 10th Ed.
Oxford: Wiley Blackwell.
Internasional Council of Nurses (2015). Internasional Classification of Nursing Practice, Nursing Diagnosis and
Outcomes Statement. Geneva, Switzeriand: Internasional Council of Nurses.
PPNI, P. S. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, P. S. (2018). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, P. S. (2019). Standar Luaran keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.
Teixeira, l, X., Lopes, M. O., Martins, L. G., Diniz, C. M., de Menezec, A. P., & Alves, N. P. (2016). Validation of
Clinical Indicators of Imbalanced Nutrition: less Than Body Requirements ln Early Childhood. Journal of
Pediatric Nursing, 31(2), 179-186. dol: 10.1016/j.pedn.2015.02.011.
TERIMAKASIH