Anda di halaman 1dari 13

FISIOLOGI SALURAN CERNA BAWAH

A. USUS HALUS
Usus halus adalah tempat berlangsungnya sebagian besar pencernaan
dan penyerapan.
Kontraksi segmental
Metode motilitas utama usus halus, mencampur dan mendorong
secara perlahan kimus. Segmentasi terdiri dari kontraksi berbentuk
cincin yang berosilasi (oscillating) otot polos sirkular di sepanjang usus
halus. Cincin-cincin kontraktil ini tidak menyapu ke seluruh panjang usus
seperti yang dilakukan oleh gelombang peristaltic.
Kontraksi-kontraksi baru tersebut mendorong kimus di segmen
yang semula melemas dalam dua arah ke daerah di sebelahnya yang
sekarang melemas. Dengan demikian, segmen yang baru melemas
menerima kimus dari kedua segmen yang berkontraksi di depan dan di
belakangnya. Dengan cara ini, kimus dihancurkan, dikocok, dan
dicampur secara merata.

Pencampuran tersebut memiliki fungsi ganda, yaitu :


1. Mencampurkan kimus dengan getah pencernaan yang
disekresikan ke dalam lumen usus halus
2. Memajankan seluruh kimus ke permukaan absorptive mukosa
usus halus

Kontraksi segmental diawali oleh sel-sel pemacu usus halus, yang


menghasilkan irama listrik dasar (BER). Apabila BER membawa lapisan
otot polos ke ambang, kontraksi segmental akan terinduksi, dengan
frekuensi segmentasi mengikuti frekuensi BER.
Intensitas kontraksi segmental dipengaruhi oleh hormone gastrin,
dan oleh aktivitas saraf ekstrinsik. Kedua faktor tersebut
mempengaruhi eksitabilitas sel otot polos usus halus dengan
menggerakkan potensial istirahat di sekitar osilasi BER mendekati
atau menjauhi ambang.
Duodenum mulai melakukan gerakan segmentasi terutama sebagai
respons terhadap peregangan lokal yang ditimbulkan oleh adanya
kimus. Segmentasi ileum yang kosong, di pihak lain, tampaknya
ditimbulkan oleh gastrin, yang disekresikan sebagai repons terhadap
keberadaan kimus di lambung, suatu mekanisme yang dikenal sebagai
refleks gastroileum.
Rangsangan parasimpatis meningkatkan segmentasi. Sedangkan
rangsangan simpatis menekan aktivitas segmentasi.

Mekanisme propulsive yang lambat ini menguntungkan karena


tersedia cukup waktu untuk berlangsungnya pencernaan dan
penyerapan (3-5 jam).
Kompleks motilitas migratif
Jika sebagian makanan sudah diserap kontraksi segmental
berhenti digantikan oleh migrating motility complex (berupa
gelombang peristaltic repetitive lambat yang berjalan singkat ke arah
hulu usus) yang berlangsung diantara waktu makan.
Gelombang peristaltic ini (100-150 menit) untuk akhirnya
bermigrasi dari lambung ke bagian akhir usus halus, dengan setiap
kontraksi menyapu semua sisa makanan sebelumnya, ditambah
debris mukosa dan bakteri ke arah kolon.
Diperkirakan bahwa hormone motilin, mungkin berperan mengatur
kompleks motilitas migratif.
Sewaktu makanan berikutnya datang aktivitas segmental
kembali dicetuskan kompleks migratif berhenti.
Pertemuan ileum-sekum
Terdapat dua faktor yang menyebabkan bagian ini menjadi sawar
antara usus halus dan usus besar, yaitu :
1. Susunan anatomisnya menyerupai lipatan-lipatan tonjolan jaringan
mirip katup dari ileum ke dalam lumen sekum mencegah isi
sekum bergerak muncur ke ileum
2. Otot polos di dalam beberapa sentimeter terakhir dinding ileum
menebal, membentuk suatu sfingter (yang berada dibawah kontrol
saraf dan hormone) -> mencegah isi usus besar yang penuh bakteri
mencemari usus halus
Peregangan di sisi ileum sfingter melemas (diperantarai pleksuspleksus intrinsik) masuk ke kolon. Relaksasi sfingter ditingkatkan oleh
pengeluaran gastrin pada awal saat makan.
Sekresi usus halus
Kelenjar-kelenjar eksokrin yang terletak pada mukosa usus halus
sekitar 1,5 liter larutan garam dan mucus cair (sukus enterikus) ke
dalam lumen.
Usus halus tidak mensintesis enzim-enzim pencernaan, tetapi
enzim pencernaan bekerja di dalam sel dibatas sel-sel epitel yang
melapisi bagian dalam lumen dan tidak disekresikan langsung ke dalam
lumen.
Mucus dalam sekresi proteksi dan lubrikasi. Selain itu, sekresi
encer ini menghasilkan banyak H2O untuk ikut serta dalam pencernaan

makanan secara enzimatik. Sekresi sukus enterikus tidak meningkat


setelah makan, tetapi rangsangan paling kuat tampaknya adalah
stimulasi lokal kimus pada mukosa usus halus.
Pencernaan di usus halus oleh enzim-enzim pankreas
Akibat aktivitas enzim pankreas :
1. lemak direduksi secara sempurna monogliserida dan asam lemak
bebas. Pencernaan lemak ditingkatkan dengan oleh sekresi empedu.
2. Protein fragmen-fragmen peptide kecil dan beberapa asam amino
3. Karbohidrat disakarida dan beberapa monosakarida
Dari permukaan luminal sel-sel epitel usus halus, terbentuk
tonjolan-tonjolan seperti rambut yang diperkuat oleh aktin brush
border. Brush border mengandung tiga kategori enzim, yaitu :
1. Enterokinase, yang mengaktifkan enzim pankreas tripsinogen
2. Golongan disakaridase (sukrase, maltase, dan laktase)
menyelesaikan pencernaan karbohidrat dengan menghidrolisis
disakarida yang tersisa monosakarida
3. Golongan aminopeptidase menghidrolisis fragmen peptide
kecil asam aminonya
Dengan demikian, pencernaan lemak selesai dalam lumen usus
halus, sedangkan pencernaan protein dan karbohidrat diselesaikan di
dalam brush border.

Intoleransi laktosa : defisiensi lactase (disakaridase yang spesifik


untuk pencernaan laktosa atau gula susu). Sebagian besar anak
berusia kurang dari empat tahun memiliki lactase yang adekuat,
tetapi hal ini dapat berkurang secara bertahap banyak orang
dewasa aktivitas lactase lenyap atau minimal apabila individu
dengan defisiensi lactase mengonsumsi susu atau produk susu
(kecuali beberapa produk yang sudah dicerna laktosanya oleh
bakteri, contohnya keju dan yogurt), laktosa yang tidak dicerna akan
tetap berada di dalam lumen dan menimbulkan peregangan usus
oleh cairan dan gas menimbulkan rasa nyeri (kejang) dan diare.

Adaptasi usus halus dalam penyerapan gizi


Sebagian besar penyerapan terjadi di duodenum dan jejunum;
sangat sedikit yang berlangsung di ileum.
Penyerapan vitamin B12 dan garam empedu terjadi di ileum
terminal dengan cara transportasi khusus.

Mukosa usus halus beradaptasi sempurna untuk melaksanakan


fungsi absorbtifnya, karena :
1. Luas permukaan yang sangat besar, dibantu oleh modifikasi usus
halus untuk meningkatkan luas permukaan :
a. Lipatan sirkuler meningkatkan luas permukaan tiga kali lipat
b. Vilus (tonjolan-tonjolan mikroskopik pada permukaan yang
berlipat-lipat) meningkatkan luas permukaan 10 x lipat
c. Mikrovilus/brush border (tonjolan-tonjolan seperti rambut pada
permukaan luminal sel-sel epitel) meningkatkan luas
permukaan 20 x lipat. Di brush border inilah enzim-enzim
pencernaan melaksanakan fungsinya.
2. Sel-sel epitel di lapisan ini memiliki berbagai mekanisme transportasi
khusus

Malabsorpsi kelainan yang ditimbulkan karena kerusakan atau


penurunan luas permukaan usus halus.

Setiap vilus dipasok oleh sebuah arteriol yang bercabang-cabang


membentuk kapiler di dalam vilus. Kapiler-kapiler tersebut kembali
bersatu membentuk venula yang berjalan keluar vilus. Setiap vilus juga
memiliki pembuluh limfe terminal yang dikenal sebagai lacteal pusat
(central lacteal).
Selama proses penyerapan, bahan-bahan yang telah dicerna akan
masuk ke dalam jaringan kapiler atau lacteal tersebut. Agar dapat
diserap, suatu bahan harus dapat menembus keseluruhan sel epitel,
berdifusi melalui cairan interstisium di dalam jaringan ikat vilus, dan
kemudian menembus dinding kapiler atau pembuluh limfe.
Lapisan mukosa mengalami pertukaran yang cepat
Sel-sel epitel yang melapisi bagian dalam usus halus terkelupas
dan digantikan oleh sel baru dengan kecepatan yang sangat tinggi
karena tingginya aktivitas mitotic di kriptus.
Sel-sel baru yang terus menerus dibentuk di bagian dasar kriptus
bermigrasi ke atas villus dan, dalam prosesnya, mendorong sel-sel tua
di ujung villus lepas ke dalam lumen.
Epitel usus digantikan setiap tiga hari. Karena tingginya tingkat
pembelahan sel, sel-sel di dalam kriptus sangat peka terhadap
kerusakan oleh radiasi dan obat antikanker.
Konsentrasi enzim-enzim brush border meningkat dan kapasitas
menyerap membaik, sehingga sel-sel di puncak vilus memiliki kapasitas
pencernaan dan penyerapan tertinggi.

Mekanisme khusus mempermudah penyerapan sebagian besar


nutrient
1. Penyerapan garam dan air
Natrium diserap secara pasif melaui sel epitel, maupun sebagai
kotransport Glukosa dan asam amino.kemudian natrium secara aktif
dipompa keluar sel dibatas basolateral ke ruang lateral antara sel sel
yang tidak terdapat taut erat, dari sini Na berdifusi ke dalam kapiler.
Sama seperti di tubulus ginjal, penyerapan Cl,H2O,Glukosa,dan
Asam Amino dari usus halus dikaitkan dengan penyerapan Na yang
bergantung energi. Klorida secara pasif mengikuti penurunan
gradiena listrik yang diciptakan oleh penyerapan Na. Sebagian besar
penyerapan H2O di saluran cerna bergantung pada pembawa aktif
yang memompa Na ke ruang lateral.
2. Penyerapan karbohidrat

Karbohidrat berupa kanji dan glikogen dari makanan diubah


menjadi disakarida maltosa melalui kerja amilase liur dan pankreas.
Maltosa dan disakarida diet, yaitu laktosa dan sukrosa, diubah
menjadi monosakarida masing2 oleh disakaridase ( maltase, laktase,
dan sukrase) yg terdapat di brush border sel epitel usus halus.

Monosakarida glukosa dan galaktosa diserap ke dalam interior


sel dan akhirnya masuk ke darah melalui mekanisme transportasi
aktif sekunder yang bergantung pada Na+ dan energi. Monosikarida
fruktosa diserap kedalam darah melalui mekanisme difusi
terfasilitasi pasif.
Karbohidrat makanan disajikan usus halus untuk diserap
terutama dalam bentuk disakarida maltosa (produk pencernaan
polisakarida), sukrosa, dan laktosa. Disakaridase yang terdapat di
brush border (epitel vilus) menguraikan disakarida menjadi
monosaakarisa yang dapat diserap (Glukosa,Galaktosa,Fruktosa).
Glukosa dan Galaktosa dierap oleh transport aktif sekunder
sementara pembawa kotranspor di batas luminal mengangkut
monosakarida dan Na dari lumen ke interior sel usus.Operasi
pembawa kotranspor ini, yang tidak secara langsung menggunakaan
energi, bergantung pada gradien konsentrasi Na yang diciptakan
pompa Na-K basolateral yang memerlukan energi.
Glukosa atau Galaktosa, setelah dikumpulkan di dalam sel oleh
pembawa kotranspor, keluar dari sel mengikuti penurunan gradien
konsenterasi untuk masuk ke darah di dalam vilus. (Garis Merah :
Penyerapan yang bergantung pada Na & energi) Fruktosa diserap ke
dalam darah melaui difusi terfasilitasi (Garis Biru) yaitu transportasi
pasdif yang diperantarai oleh pembawa.
3. Penyerapan protein

Protein endogen merupakan :


1. Enzim pencernaan : semuanya merupakan protein
disekresikan ke lumen
2. Protein sel yang lepas ke lumen, saat pertukaran mukosa
3. Protein plasma dalam jumlah kecil.

yang

Semua protein endogen harus dicerna dan diserap bersama


protein makanan (eksogen) untuk mencegah pengurangan simpanan
protein tubuh. Asam amino yang diserap dari makanan dan protein
endogen digunakan untuk sintesis protein baru.
Protein, untuk diserap harus berada dalam bentuk asam amino
dan beberapa fragmen peptida kecil. Asam
amino diserap
menembus sel usus melalui transportasi aktif sekunder, sama
seperti penyerapan glukosa dan galaktosa.
Dengan demikian, Asam amino,glukosa, dan Galaktosa
semuanya mendapat tumpangan gratis dari transportasi Na yang
menggunakan energi.Peptida peptida kecil masuk melalui bantuan

pembawa lain dan diuraikan menjadi konstituen2 asam amino oleh


aminopeptidase epitel vilus, atau oleh peptidase intrasel.
4. Penyerapan lemak

Penyerapan lemak cukup berbeda dari penyerapan karbohidrat


dan protein karena sifatnya yang tidak larut air. Sewaktu isi lambung
mengalir ke duodenum, lemak yang ada menggumpal, membentuk
butir2 trigliserida besar. Melalui efek deterjen garam empedu, butir2
besar trigliserida terdispersi menjadi ukuran yang lebih kecil
(mengalami emulsifikasi) sehingga luas permukaan lemak yang
terpajan ke lipase pancreas meningkat.
Dengan bantuan garam empedu yang membentuk misel,
penyerapan lemak ke epitel vilus dipermudah. Setelah misel sampai
di membran luminal epitel vilus, monogliserid & asam lemak bebas
secara pasif berdifusi menembus komponen lemak membran sel
epitel untuk masuk ke interior sel tersebut. Sewaktu produk2 lemak
tersebut meninggalkan misel dan diserap melalui membran sel
epitel, misel mampu menyerap monogliserid dan asam lemak lain

yang dihasilkan dari pencernaan molekul trigliserid dalam emulsi


lemak.
Setelah di dalam epitel, Monogliserid & asam lemak bebas,
disintesis ulang menjadi trigliserida. Trigliserid2 ini bersatu
membentuk butir2 dan dibungkus oleh lapisan lipoprotein , sehingga
dapat larut air. Butir lemak yang larut air ini disebut Kilomikron.
Dikeluarkan melalui ekosotosis dari epitel ke intersistium vilus,
masuk ke lakteal pusat, bukan kapiler, karena kapiler memiliki
membran basal yang tidak dapat dilewati kilomikron.Sedangkan
asam lemak yang tidak disintesis menjadi trigliserid bisa menembus
kapiler.
5. Penyerapan vitamin
Vitamin larut air diserap secara pasif bersama air, sedangkan
vitamin larut lemak diangkut dalam misel dan diserap secara pasif
bersama dengan produk akhir pencernaan lemak.
Vitamin B12 harus berikatan dengan faktor intrinstik lambung
agar dapat diserap di ileum terminal oleh mekanisme transportasi
khusus.
6. Penyerapan besi dan kalsium

Terdapat 2 langkah utama penyerpan besi ke darah :


1. Penyerapan besi dari lumen ke epitel sel usus
2. Penyerpaan besi dari epitel usus ke darah
Besi secara aktif dipindahkan dari lumen ke epitel, Fero (Fe2+)
lebih mudah diserap dari feri (Fe3+)

Setelah penyerapan aktif ke epitel usus :


1. Besi yang dibutuhkan untuk pembentukan eritrosit diserap dalam
darah, diangkut protein plasma yang dikenal sebagai transferin.
2. Besi yang tidak digunakan disimpan di sel epitel dalam bentuk
granular (Feritin) Jika kadar besi darah terlalu tinggi, kelebihan di
darah dapat dipindahkan ke epitel dalam bentuk feritin. Besi yang
disimpan dalam bentuk feritin akan keluar melalui feses dalam 3
hari,saat sel2 epitel yang mengandungnya terlepas karena
regenerasi.
Jumlah kalsium yang diserap juga diatur. Penyerapan kalsium
sebagian dilaksanakan melalui proses difusi pasif, tetapi sebagian
besar oleh transportasi aktif. Vitamin D sangat merangsang
transportasi aktif. Vitamin D sangat merangsang transportasi aktif
tersebut. Vitamin D dapat melaksanakan efek ini hanya setelah ia
diaktifkan di hati dan ginjal, suatu proses yang ditingkatkan oleh
hormon paratiroid.
Sebagian besar nutrient yang diserap segera disalurkan ke hati
untuk diolah
Venula2 yang meninggalkan vilus usus halus,bersama dengan
pembuluh lain yang berasal sari sisa saluran pencernaan lainnya,
mengalirkan isinya ke vena porta.
Vena mesentrika superior & Inferior

Vena porta hepatica

Vena Cava Inferior

Jantung

Seluruh Tubuh
Lemak, yang tidak dapat menembus kapiler usus,diserap lakteal
pusat dan masuk ke system limfe. Kontraksi vilus secara periodic
menekan lacteal pusat dan memeras limfe keluar sari pembuluh
tersebut. Pembuluh2 limfe bersatu membentuk duktus torakikus, (arcus
duktus thoracici, Pars cervicalis, Pars thoracica, Pars abdominalis)
kemudian menyalurkan isinya ke vena di dada.
B. USUS BESAR

Usus besar terutama berfungsi sebagai organ penyimpan dan


pengering. Dalam keadaan normal, kolon menerima sekitar 500 ml kimus
dari usus halus setiap hari. Isi usus yang disalurkan ke kolon terdiri dari
residu makanan yang tidak dapat dicerna (misalnya selulosa), komponen
empedu yang tidak diserap, dan sisa cairan.
Fungsi utama usus besar adalah untuk menyimpan bahan ini sebelum
defekasi. Selulosa dan bahan-bahan lain dalam makanan yang tidak dapat
dicerna
membentuk
sebagian
besar
feses
dan
membantu
mempertahankan pengeluaran tinja secara teratur karena berperan
menentukan volume isi kolon.
Gerakan usus besar berlangsung lambat dan tidak propulsive, sebagai
tempat absorpsi dan penyimpanan. Metode motilitas yang digunakan
kolon adalah :
1. Kontraksi haustra
Merupakan metode motilitas utama yang digunakan, yang
dimulai oleh ritmisitas otonom sel-sel otot polos kolon kontraksi
(dikontrol oleh refleks-refleks lokal yang melibatkan pleksus
intrinsik) membentuk haustra (serupa dengan segmentasi di usus
halus, tetapi berlangsung lebih jarang), interval antara dua kontraksi
haustra mungkin mencapai tiga puluh menit.
Letak kantung haustra secara bertahap berubah sewaktu
segmen-segmen yang semula melemas membentuk kantung secara
perlahan berkontraksi sementara bagian yang semula berkontraksi
melemas untuk membentuk kantung baru.
Gerakan ini bersifat nonpropulsif; gerakan haustra secara
perlahan mengaduk isi kolon melalui gerakan maju-mundur isi
kolon terpajan ke mukosa absorptive.
2. Gerakan massa
Tiga sampai empat kali sehari, umumnya setelah makan
terjadi peningkatan nyata motilitas (kontraksi simultan segmensegmen besar di kolon asendens dan transversus) dalam
beberapa detik feses terdorong sepertiga sampai seperempat dari
panjang kolon.
Kontraksi-kontraksi massif (gerakan massa) mendorong isis
kolon ke bagian distal usus besar.
3. Refleks gastrokolon
Sewaktu makanan masuk lambung gerakan massa di kolon
yang terutama disebabkan oleh refleks gastrokolon, yang
diperantarai gastrin dari lambung ke kolon dan oleh saraf otonom

ekstrinsik. Terbanyak terjadi setelah sarapan sering diikuti


keinginan untuk buang air besar.
Refleks gastrokolon mendorong isi kolon ke dalam rectum
memicu refleks defekasi.
Refleks defekasi
Gerakan massa di kolon mendorong isi kolon ke dalam rectum
peregangan rectum merangsang reseptor regang di dinding rectum
dan memicu refleks defekasi, yaitu disebabkan oleh sfingter anus
internus (otot polos) untuk melemas dan rectum serta kolon sigmoid
untuk berkontraksi lebih kuat, apabila sfingter anus eksternus juga
melemas defekasi.
Apabila terjadi, defekasi biasanya dibantu oleh gerakan mengejan
volunter (melibatkan kontraksi simultan otot-otot abdomen dan
ekspirasi paksa dengan glottis dalam posisi tertutup).
Sekresi usus besar bersifat protektif alami
Sekresi kolon terdiri dari larutan mucus alkalis (HCO 3-) untuk
melindungi mukosa usus besar dari cedera kimiawi dan mekanis. Mucus
menghasilkan pelumasan untuk memudahkan feses lewat, sedangkan
HCO3- menetralkan asam-asam iritan yang dihasilkan oleh fermentasi
lokal bakteri.
Melalui perantaraan refleks-refleks pendek dan persarafan
parasimpatis sekresi meningkat
sebagai respons terhadap
rangsangan mekanis dan kimiawi terhadap mukosa kolon.
Penyerapan garam dan air, mengubah isi lumen menjadi feses
oleh usus besar
Sebagian penyerapan terjadi di dalam kolon, tetapi lebih sedikit
dibandingkan dengan usus halus, karena :
1. permukaan
luminal
relative
halus,
luas
permukaan
penyerapannya relative lebih sempit
2. di mukosa kolon tidak terdapat mekanisme transport khusus
untuk menyerap glukosa dan asam amino, seperti di usus halus
Kolon dalam keadaan normal menyerap sebagian garam dan H 2O.
Natrium adalah zat yang paling aktif diserap, Cl - mengikuti secara pasif
penurunan gradient listrik, dan H2O mengikuti secara osmotis.
Melalui penyerapan garam dan H2O, terbentuk massa feses yang
padat. Bahan feses ini biasanya terdiri dari 100 g H 2O dan 50 g bahan
padat yang terdiri dari selulosa, bilirubin, bakteri, dan sejumlah kecil
garam. Produk-produk sisa utama yang dikeluarkan oleh tubuh adalah

bilirubin. Konstituen feses lainnya adalah residu makanan yang tidak


diserap dan bakteri-bakteri.
Gas di dalam usus diserap atau dikeluarkan
Gas usus (flatus) yang berasal dari dua sumber, yaitu :
1. Udara yang tertelan, sebanyak 500 ml udara dapat tertelan selama
makan (contoh : buncis di kolon akan diserang/difermentasi oleh
bakteri penghasil gas)
2. Gas yang dihasilkan oleh fermentasi bakteri di kolon
Sebagian besar gas yang masuk atau terbentuk di usus besar
diserap melalui mukosa usus dan sisanya keluar melalui anus.
Untuk melaksanakan ekspulsi gas secara selektif saat bahan feses
juga terdpat di rectum otot-otot abdomen dan sfingter anus eksternus
secara volunteer dan simultan
berkontraksi. Kontraksi otot-otot
abdomen meningkatkan tekanan intraabdomen yang melawan
kontraksi sfingter anus eksternus gradient tekanan yang mendorong
udara keluar dengan kecepatan tinggi melalui lubang anus (yang
membentuk celah) yang terlalu kecil untuk dilalui feses padat
keluarnya gas tersebut tepi-tepi lubang anus bergetar suara
bernada rendah yang khas menyertai keluarnya gas.

Referensi : fisiologi, sherwood

Anda mungkin juga menyukai