Segmentasi terdiri dari kontraksi berbentuk cincin yg berosilasi ototpolos sirkuler disepanjang usus halus
Cincin2 kontraktil timbul setiap beberapa cm, membagi usus halus menjadi segmen2
Kontraksi2 baru tsb mendorong kimus di segmen yg semula lemas dlm 2arah ke daerah disebelahnya yg
sekarang melemas
Sehingga segmen yg baru melemas menerima kimus dari 2 segmen ygberkontraksi di depan dan di belakangnya
Segera setelah itu daerah2 yg berkontraksi dan melemaskembali bertukar Sehingga kimus
dapat dihancurkan, dikocok, dandicampur secara merata
Fungsi pencampuran tsb :
› Mencampurkan kimus dgn getah pencernaan yg disekresikan ke dlm lumen usus halus
› Memajankan seluruh kimus ke permukaan absorptif mukosa usus halus
Tingkat ketanggapan dan intensitas kontraksi segmental otot polos sirkuler dipengaruhi oleh :
› Respon trhdp peregangan lokal yg ditimbulkan oleh adanya kimus
› Refleks gastro-ileum:ditimbulkan oleh gastrin yg disekresikan sbg respon thdp keberadaan
kimus dilambung
› Saraf2 ekstrinsik : parasimpatis (meningkatkan segmentasi),simpatis (menurunkan segmentasi)
Berupa gelombang2 peristaltik repetitive lambat yg berawal dilambung dan bermigrasi ke bawah
usus halus
Gelombang peristaltic singkat ini perlu waktu lebih kurang 100-150menit utk akhirnya bermigrasi dari
lambung ke bagian akhir usus halus
Setiap kontraksi menyapu semua sisa makanan sebelumnya, debris mukosa, dan bakteri ke arah
kolon
Setelah akhir usus halus dicapai, siklus kembali dimulai dan terus berulang
Saat makanan berikutnya dating, aktivitas segmental kembalidicetuskan dan kompleks motilitas
migratif berhenti
Katup ileosekum
Sekum merupakan sawar antara usus halus dgn usus besar karena :
o Susunan anatomisnya menyerupai lipatan2 tonjolan jaringan mirip katup dr ileum ke
dalam lumensekum
Katup ileosekum: jika isi ileum terdorong ke depan katup mudah terbuka, jika isi
sekummencoba bergerak mundur ke ileum katup akan terdorong menutup
o Otot polos di dalam beberapa cm terakhir dinding ileum menebal, membentuk sfingter
ileosekum(dibwh kontrol hormon dan saraf):
Tekanan di sisi sekum sfingter : menyebabkan sfingter semakin kuat berkontraksi
Peregangan di sisi ileum : menyebabkan sfingter melemas
Pengeluaran gastrin pada awal makan,pada saat terjadi peningkatan aktivitas
lambung :
Relaksasi sfingter ditingkatkan memungkinkan serat yg tdk dicerna dan zat
terlarut yg tdk diserap dr makanan sebelumnya didorong kedepan pada saat makanan
baru memasuki usus
Sekresi usus halus
Kelenjar eksokrin di mukosa usus halus mengeluarkan lbh krg 1,5 liter larutan garam dan
mukus cair (sukusenterikus) per hari ke dalam lumen, fungsinya:
Proteksi
Lubrikasi
Ikut serta dalam pencernaan makanan secara enzimatik
Rangsangan paling kuat terhadap sekresi adalah stimulasi lokal kimus pada mukosa usus
halus
Dari permukaan luminal sel2 epitel usus halus terbentuk tonjolan2 spt rambut yg diperkuat
oleh aktin brush border
Brush border mengandung 3 enzim :
Enterokinase : mengaktifkan enzim pankreas tripsinogen
Gol.disakaridase : menghidrolisis disakarida yg tersisa mjd monosakarida penyusunnya
Gol.aminopeptidase : menghidrolisis fragmen peptida kecil mjd komponen asam
aminonya
Mukosa yg melapisi lumen usus halus beradaptasi sempurna utk melaksanakan fungsi
absorptifnya krn 2alasan :
Luas permukaan yg sangat besar
Sel-sel epitel di lapisan ini memiliki berbagai mekanisme transportasi khusus
Modifikasi mukosa usus halus berikut sangat meningkatkan luas permukaan yg tersedia utk
prosespenyerapan :
Permukaan dalam usus halus membentuk lipatan sirkuler meningkatkan luas
permukaan 3x lipat
Dr permukaan yg berlipat2 ini muncul tonjolan2 mikroskopik spt jari yg disebut
vilus meningkatkan luas pemukaan 10x lipat
Dari permukaan luminalm sel-sel epitel jg muncul tonjolan2 spt rambut yg disebut mikro
vilus/brush border meningkatkan luas permukaan 20x lipat
Total : 600x lipat
Pencernaan dan penyerapan
Karbohidrat
Protein
Lemak
Besi
FAAL USUS BESAR
Propulsi pencampuran makanan dalam saluran pencernaan
GERAKAN KOLON
Fungsi utama kolon :
1. Absorpsi air dan elektrolit dari kimus membentuk feses yang padat
2. Penimbunan feses sampai dapat dikeluarkan
3. Setengah bagian kolon berhubungan dengan absorpsi dan setengah bagian distal
berhubungan denganpenyimpanan.
4. Pergerakan kolon secara normal sangat lambat yang terdiri dari :
a. gerakan mencampur “haustrasi”
b. gerakan mendorong “pergerakan massa”
Fisiologi Defekasi
Propulsi feses ke rektum mengakibatkan distensi dinding rektum dan merangsang reflex
defekasi. Defekasi dikendalikan oleh sfingter ani eksterna dan interna. Sfingter interna
dikendalikan oleh sistem saraf otonom, dan sfingter eksterna berada di bawah control volunter.
Refleks defekasi terintegrasi pada segmen sakralis kedua dan keempat dari medula spinalis.
Serabut-serabut parasimpatis mencapai rektum melalui saraf splangnikus panggul dan
bertanggung jawab atas kontraksi rektum dan relaksasi sfingter interna. Pada waktu rektum yang
mengalami distensi -berkontraksi, otot levator ani berelaksasi, sehingga menyebabkan sudut dan
anulus anorektal menghilang. Otot-otot sfingter intema dan ekstema berelaksasi pada waktu anus
tertarik atas melebihi tinggi massa feses. Defekasi dipercepat dengan adanya peningkatan
tekanan intraabdomen yang terjadi akibat kontraksi volunter otot-otot dada dengan glotis ditutup,
dan kontraksi secara terus- menerus dariotol-otot abdomen (menuver ata'i peregangan valsava).
Defekasi dapat dihambat oleh kontraksi volunter otot-otot sfingtcr ekstema dan levator ani.
Dinding rektum secara bertahap akan relaks, dan keinginan untuk berdefekasi menghilang.
Kelainan dari proses defekasi adalah konstipasi dan diare. Konstipasi terjadi karena kegagalan
pengosongan rektum saal terjadi peristaltik massa. Bila defekasi tidak sempurna, rektum
relaksasi dan hasrat untuk defekasi hilang. Air tetap terus diabsorpsi dari massa feses,
menyebabkan feses menjadi keras, sehingga defekasis selaniutnya lebih sukar. Diare adalah
kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yangabnormal (lebih dari 3 kali/ hari), serta perubahan
dalam isi (lebih dari 200 g/hari) dankonsistensi (feses cair) hal ini biasanya dihubungkan dengan
dorongan, ketidaknyamanan perianal, inkontinensia atau kombinasi dari faktor-faklor ini.
Adanya kondisi yang menyebabkan perubahan pada sekresi usus, absorbsi mukosa atau motilitas
dapat menyebabkan diare. Diare dapat disebabkan oleh obat-obatan tertentu (penggantian
hormone tiroid, pelunak feses dan laksatif, antibiotik kemoterapi dan antasida), pemberian
makanan per selang, gangguan metabolik dan endokrin (diabetes, addisnn, tirotoksikosis) serta
proses infeksi virus/bakteri (disentri, shigelosis, keracunan makanan). Proses penyakit lain yang
dihubungkan dengan diare adalah gangguan nutrisi dan malabsorbsi (sindrom usus peka, kolitis
ulseratif, enteritis regional, dan penyakit seliaka) deficit sfingter anal, sindrom, zollinger -
ellison, paralitik ileus dan obstruksi usus. Frekuensi defekasi meningkat bersamaan dengan
meningkatnya kandungan cairan dalam feses. Pasien mengeluh kram perut, distensi, gemuruh
usus (borborigimus), anoreksia dan haus. Kontraksi spasmodik vang nyeri dan peregangan yang
tidak efektif pada anus (tenesmus), dapat terjadi pada setiap defekasi. Feses berair adalah
karakteristik dari penyakit usus halus, sedangkan feses semi padat lebih sering dihubungkan
dengan gangguan kolon. Feses yang sangat besar dan berminyak menunjukkan malabsorbsi usus,
dan adanya mukus dan pus dalam feses menunjukkan enteritis inflamasi atau kolitis.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton & Hall, (1996), Textbook of medical physiology. 9th Ed. Pennsylvania. W.B. Saunders
Company.