Anda di halaman 1dari 3

Sekum Membentuk kantung buntu di bawah pertemuan antara usus halus dan usus besar di katup ileosekum.

Tonjolan kecil seperti jari di dasar sekum adalah apendiks, yaitu suatu jaringan limfoid yang mengandung limfosit. Kolon Membnetuk sebagian besar usus besar namun posisinya tidak bergelung seperti halnya usus halus. Usus besar ini terdiri dari tiga bagian yang relatif lurus yaitu; kolon asendens, kolon tranversum dan kolon desendens. Sebelum masuk ke penjelasan spesifik mengenai fungsi dan proses pencernaan yang terjadi di setiap bagian kolon, kita akan membahas fungsi kolon secara umum terlebih dahulu. Kolon normalnya menerima sekitar 500 ml kimus dari usus halus per hari. Karena sebagian besar pencernaan dan penyerapan telah dituntaskan di usus halus maka di kolon hanya berisi residu dari makanan yang tidak tercerna (mislanya: selulosa), komponen empedu yaNg tidak diserap dan cairan. Apa yang tertinggal inilah yang akan dikeluarkan sebagai feses. Fungsi utama adari kolon adalah untuk menyimpan tinja sebelum defekasi. Haustrasi Merupakan kontraksi haustra dimana kontraksi tersebut secara perlahan mengaduk isi kolon maju dan mundur. Haustra sendiri adalah sebuah kantung yang terdiri dari otot-otot sirkular dan mukosa yang berada di bagian bawah kolon. Sehingga pada posisi yang demikian akan membentuk kantung yang seperti rok panjang mengembang yang diikat pada bagian pinggang menyempit. Kontraksi haustra merupakan motilitas utama kolon yang dipicu oleh ritmistis otonom sel-sel otot polos kolon. Kontraksi inilah ynag menyebabkan kolon membentuk haustra, serupa dengan segmentasi usus halus tetapi terjadi lebih jarang. Umumnya gerakan usus besar cenderung lambat. Waktu di antara dua kontraksi haustra adalah sekitar tiga puluh menit sedangkan kontraksi segmentasi di usus halus berlangsung dengan frekuensi 9 sampai 12 kali per menit. Lokasi kantung haustra secara bertahap berubah sewaktu segmen yang semula melemas dan membentuk kantung mulai berkontraksi secara perlahan dan sementara bagian yang tadinya berkontraksi melemas secara bersamaan membentuk kantung baru.Gerakan ini tidak mendorong isi dari kolon tetapi secara perlahan mengaduknya maju dna mundur sehingga isi kolon terpajan ke mukosa penyerapan. Kontraksi haustra umumnya dikontrol oleh refleks-refleks lokal yang melibatkan pleksus intrinsik. Mass movement (Gerakan Massa) Umumnya setelah makan terjadi motilitas yang mencolok ketika segmen-segmen besar kolon asendens dan tranversum berkontraksi secara simultan, mendorong feses sepertiga sampai tiga perempat panjang kolon dalam beberapa detik. Konraksi inilah yang disebut dengan gerakan massa, yaitu mendorong siis kolon ke bagian distal usus besar, tempat bahan disimpan sampai terjadi defekasi. Ketika makanan masuk ke lambung, terjadi refleks gastrokolon yang diperantarai lambung ke kolon oleh gastrin dan saraf otonom ekstrinsik, yang akan menjadi pemicu gerakan utama di kolon. Karena itu, ketika makanan masuk ke saluran cerna, terpicu refleks0reflelks untuk memindahkan isi yang

sudah ada ke bagian distal untuk menyediakan tempay untuk makanan yang baru masuk. Refleks gastroileum memindahkan isis usus halus yang masih ada ke dalam usu besar dan refleks gastrokolon mendorong isi kolon ke dalam rektum dan memicu refleks defekasi. Ketika gerakan massa di kolon mendorong feses ke rektum, peregangan di rektum akan merangsang resptor regang dinding rektumkemudian merangsang refleks defekasi. Refleks ini menyebabkan sfingter ani internus (otot polos) melemas sementara rektum dan kolon sigmoid berkontraksi lebih kuat. Jika sfingter ani eksternus(oto rangka)juga melemas maka terjadilah defekasi. Karena sfingter ani eksternus berada di bawah kontrol volunter maka pengencangan otot ini dapat mencegah defekasi. Jika defekasi ditunda maka dinding rektum yang semula regang secara perlahan akan melemas dan keinginan untuk defekasi dapat ditunda sampai ada gerakan massa berikutnya yang akan mendorong lebih banyak feses ke rektum sehingga memicu refleks defekasi. Jika dedekasi terjadi biasnaya dibantu oleh gerakan mengejan vokunter yang melibatkan kontraksi oto abdomen dan ekspirasi paksa dengan glotiss tertutup secara bersamaan yang akan meningkatkan tekanan intraabdomen yang membantu mendorong feses keluar. Penyerapan kembali cairan dan elektrolit Sebagian penyerapan berlangsung di kolon tetapi dengan tingkatan yang lebih rendah daripada usus halus. Karena permukaan lumen kolon cukup halus maka daya penyerapannya leih rendah daripada usus halus. Kolon dalam keadaan normal menyerap garam dan H2O. Natrium diserap aktif, Clmengikuti secara pasif menuruni gradien listrik, dan H2O mengikuti secara osmotis. Kolon menyerap sejumlah slektrolit lain serta vitamin K yang disintesis oleh bakteri kolon. Dari absorpsi garam dan H2O terbentuklah massa feses yang padat. Dari 500 g bahan yang masuk ke kolon setiap hari, kolon normlanya menyerapsekitar 350 ml, mneinggalkan 150 g feses untuk dikeluarkan dari tubuh setiap hari. Bahan feses ini biasanya terdiri dari 100 g H2O dan 50 g bahan padat, termasuk selulosa yang tidak dapat dicerna, bilirubin, bakteri dan sejumlah kecil garam. Jadi produk sisa utama diekskresikan menjadi feses adalah bilirubin. Sedangkan konstiyuen lainnya adalah residu makanan yang tidka terserap dan bakteri. Konstipasi Pada defekasi yang tertunda lama maka akan terjadi konstipasi (sembelit).Ketika isi kolon tertahan lama maka H2O yang diserap dari feses meningkat sehingga feses menjadi kering dan keras. Variasi normal frekuensi defekasi anatar individu berkisar antara setiap makan hingga sekali seminggu. Gejala-gejala ini mencakup; a. b. c. d. Rasa tidak nyaman di abdomen Nyeri kepala tumpul Hilang nafsu makan (kadang disertai mual) Depresi mental

Jadi sebenarnya, gejala-gejala ini tidak berhubungan dengan teori yang berkembang di masyarakat awam, dimana ada anggapan gejala-gejala ini disebabkan oleh penyerapan toksin dari feses yang tertahan. Meskipun metabolisme bakteri menghasilkan bahan-bahan toksik di kolon namun bahan-

bahan ini normalnya mengalir melalui sistem porta dan telah disingkirkan oleh hati sebelum mencapai sirkulasi sistemik. Gejala-gejala konstipasi ini lebih disebabkan oleh distensi berkepanjangan kolon, terutama rektum dan gejala segera hilang setelah peregangan. Hal-hal yang memungkinkan seseorang menunda defekasi; a. b. c. d. Mengabaikan keinginan untuk buang air besar Berkurangnya motilitas kolon karena usia, emosi, atau diet rendah serat Obstruksi gerakan feses di usus besar oleh tumor lokal atau spasme kolon Gangguan refleks defekasi ( misalnya ada gangguan pada saraf-saraf yang terlibat)

Nb. Jika bahan feses yang mnegeras tersangkut di appendiks maka sirkulasi normal dan sekresi mukus di tempat tersebut dapat terganggu. Penyumbatan ini menyebabkan radang apendiks atau apendisitis. Apendiks yang meradang sering membengkak dna terisi oleh pus dam jaringan mati akibat gangguan sirkulasi lokal. Jika tidak diangkat dengan pembedahan maka apendiks yang sakit dapat pecah dan menumpahkan isinya yang penuh kuman ke rongga abdomen. Sigmoid Merupakan bagian akhir dari kolon desendens yang berarti berbentuk S, kemudian lurus membentuk rektum (rektum artinya lurus). Sumber: Sherwood, Lauralee. 2012. Fisiologi Manusia; Dari Sel ke Sistem, Edisi 6. Jakarta :

EGC.

Anda mungkin juga menyukai