Anda di halaman 1dari 3

TUGAS INDIVIDU LKS IPA 67 15 Oktober 2022

A. Proses penyerapan sari-sari makanan


Mulut adalah awal dari saluran pencernaan. Segera setelah gigitan pertama pada makanan,
maka proses pencernaan dimulai. Saat proses mengunyah makanan menjadi bagian yang lebih kecil,
maka kelenjar air liur akan memproduksi air liur guna membantu memperhalus makanan. Selain itu,
air liur juga mengandung enzim yang mulai mencerna karbohidrat menjadi lebih kecil agar dapat
diserap oleh usus.
Lidah kemudian akan mendorong makanan yang sudah halus ke belakang mulut menuju
esofagus atau kerongkongan. Gerakan peristaltik dari otot halus kemudian membawa makanan
menuju perut.
 Pencernaan pada lambung
Lambung yang tampak seperti kantong, memiliki dinding-dinding otot yang kuat
mengelilinginya. Selain menampung makanan, lambung juga berfungsi sebagai penghancur dan
penghalus makanan. Perut akan menghasilkan asam dan enzim yang akan melanjutkan proses cerna
makanan. Keluar dari perut, makanan akan memiliki tekstur cair atau menyerupai pasta yang lembut
yang kemudian bergerak ke usus halus. Di dalam lambung, proses pencernaan protein dimulai.
 Pencernaan dan penyerapan pada usus halus
Jika diukur, usus halus memiliki panjang sekitar 6 meter yang terdiri dari tiga bagian, yaitu
usus duabelas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum). Di dalamnya,
makanan akan kembali diproses dengan enzim pencernaan yang diproduksi pankreas, dinding usus
halus, dan cairan empedu dari kantong empedu. Ketiganya akan bekerja bersama-sama untuk
menyelesaikan pencernaan makanan agar menjadi unit-unit kecil yang bisa diserap ke dalam
pembuluh darah usus .
Enzim pencernaan secara kimiawi akan memecah molekul makanan kompleks menjadi lebih
sederhana, kemudian cairan empedu membantu proses pencernaan mekanis yang memecah lemak
sehingga menjadi partikel yang lebih kecil. Ketika makanan melalui usus duabelas jari, berarti proses
pencernaan selesai. Proses berikutnya adalah penyerapan.
Penyerapan makanan umumnya terjadi dalam usus halus jejunum dan ileum. Di sana terdapat
banyak lipatan atau disebut jonjot-jonjot usus (vili). Vili memiliki fungsi memperluas permukaan
penyerapan, sehingga makanan dapat terserap dengan lebih efisien.
Selama proses penyerapan, molekul makanan akan memasuki aliran darah melalui dinding
usus. Pembuluh darah mikroskopik atau kapiler dalam vili akan menyerap hasil pencernaan yang
berupa protein dan karbohidrat, sedangkan pembuluh getah bening dalam vili akan menyerap lemak.
Dari situ, aliran darah akan membawa makanan yang sudah dicerna menuju ke hati. Sel-sel
hati kemudian akan menyaring zat-zat berbahaya dalam darah. Hati juga akan menyimpan vitamin
larut dalam lemak serta nutrisi yang berlebihan, seperti glukosa untuk disimpan sebagai cadangan.
Cadangan nutrisi ini akan dilepaskan ketika tubuh memerlukan energi ekstra misalnya ketika
seseorang lari maraton.
B. Proses pembentukan feses padat hingga siap untuk dikeluarkan
Tinja atau feses adalah produk limbah akhir yang dihasilkan oleh sistem pencernaan. Limbah padat itu
dibuang dari usus besar melalui anus saat defekasi atau buang air besar (BAB). Pada umumnya, feses
dapat dikeluarkan dari tubuh sebanyak 1 atau 2 kali dalam sehari. Jika lebih atau kurang dari itu, bisa
menjadi tanda adanya masalah pada sistem pencernaan. Sementara, berat feses yang dibuang orang
dewasa rata-rata mencapai 100-250 gram per hari.
 Proses Pembentukan Feses
Setiap harinya, sekitar 750 cc chyme masuk ke kolon dari ileum. Di kolon, chyme tersebut mengalami
proses absorbsi air, natrium, dan klorida. Absorbsi ini dibantu dengan adanya gerakan peristaltik usus.
Dari 750 cc chyme tersebut, sekitar 150-200 cc mengalami proses reabsorbsi. Chyme yang tidak
direabsorbsi menjadi bentuk semisolid yang disebut feses. Selain itu, dalam saluran cerna banyak
terdapat bakteri. Bakteri tersebut mengadakan fermentasi zat makanan yang tidak dicerna. Proses
fermentasi akan menghasilkan gas yang dikeluarkan melalui anus setiap harinya, yang kita kenal
dengan istilah flatus. Misalnya, karbohidrat saat difermentasi akan menjadi hidrogen, karbondioksida,
dan gas metan. Apabila terjadi gangguan pencernaan karbohidrat, maka akan ada banyak gas yang
terbentuk saat fermentasi. Akibatnya, seseorang akan merasa kembung. Protein, setelah mengalami
proses fermentasi oleh bakteri, akan menghasilkan asam amino, indole, statole, dan hydrogen sulfide.
Oleh karenannya, apabila terjadi gangguan pencernaan protein, maka flatus dan fesesnya menjadi
sangat bau.
 Proses Defekasi/Pembuangan
Defekasi adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolisme berupa feses dan flatus
yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus. Terdapat dua pusat yang menguasai refleks untuk
defekasi, yaitu terletak di medula dan sumsum tulang belakang. Apabila terjadi rangsangan
parasimpatis, sfingter anus bagian dalam akan mengendur dan usus besar menguncup. Refleks
defekasi dirangsang untuk buang air besar kemudian sfingter anus bagian luar diawasi oleh sistem
saraf parasimpatis, setiap waktu menguncup atau mengendur. Selama defekasi, berbagai otot lain
membantu proses tersebut, seperti otot-otot dinding perut, diafragma, dan otot-otot dasar. Defekasi
bergantung pada gerakan kolon dan dilatasi sfingter ani. Kedua faktor tersebut dikontrol oleh sistem
saraf parasimpatis. Gerakan kolon meliputi tiga gerakan yaitu gerakan mencampur, gerakan
peristaltik, dan gerakan massa kolon. Gerakan massa kolon ini dengan cepat mendorong feses
makanan yang tidak dicerna feses dari kolon ke rektum. Secara umum, terdapat dua macam refleks
dalam membantu proses defekasi, refleks tersebut adalah sebagai berikut:
a. Refleks defekasi intrinsik Refleks ini berawal dari feses yang masuk ke rektum sehingga terjadi
distensi rektum, yang kemudian menyebabkan rangsangan pada fleksus mesentrikus dan terjadilah
gerakan peristaltik. Setelah feses sampai ke anus, secara sistematis sfingter interna relaksasi, maka
terjadilah defekasi.
b. Refleks defekasi parasimpatis Feses yang masuk ke rektum akan merangsang saraf rektum yang
kemudian diteruskan ke jaras spinal spinal cord. Dari jaras spinal kemudian dkembalikan ke kolon
desenden, sigmoid, dan rektum yang menyebabkan intensifnya peristaltik, relaksasi sfingter internal,
maka terjadilah defekasi.
Dorongan feses juga dipengaruhi oleh kontraksi otot abdomen, tekanan diafragma, dan
kontraksi otot elevator. Defekasi dipermudah oleh fleksi otot femur dan posisi jongkok. Gas yang
dihasilkan dalam proses pencernaan normalnya 7-10 liter 24 jam. Jenis gas yang terbanyak adalah
CO2, metana, H2S, O2 , dan Nitrogen.

Anda mungkin juga menyukai