Anda di halaman 1dari 36

Makassar, 23 Desember 2020

LAPORAN PBL KELOMPOK 12 B


MODUL 3
BUANG AIR BESAR BERDARAH
BLOK GASTROENTEROLOGI DAN HEPATOLOGI

TUTOR :
dr. Zulfiyah surdam, M.Kes.
Disusun Oleh
KELOMPOK 12B

Annisa Duratul Hikmah 11020190214


Rizka Nur Alfitha Uda’a 11020190219
Aldi Pratama Muktar 11020190233
Sarina Adelia 11020190225
Besse Putri Andira 11020190226
Rizka Nur Alfitha Uda’a 11020190219
Syu’a Al Madina 11020190234
Balgis Dhea Permatasari 11020190244
Muhammad Syahrir 11020190245
Awalia 11020190252
Ayu Hartati Bakri 11020190253

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-
Nya sehingga laporan tutorial ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Aamiin.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam laporan tutorial ini,


karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun senantiasa kami harapkan
guna memacu kami menciptakan karya-karya yang lebih bagus.

Akhir kata, kami ingin menghaturkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan laporan tutorial ini. Semoga
Allah SWT dapat memberikan balasan setimpal atas segala kebaikan dan
pengorbanan dengan limpahan rahmat dari-Nya. Aamiin yaa Robbal A’lamiin.

Makassar, 23 Desember 2020

Kelompok 12B
SKENARIO 4
Seorang laki-laki berusia 60 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan BAB
bercampur darah dirasakan sejak 1 bulan lalu dan dirasakan memberat sejak 3 hari
terakhir. Ia juga mengeluhkan ada lender pada feces. Riwayat diet kurang serat. Pada
pemeriksaan fisik pasien tampak anemis. BB dirasakan menurun dalam 1 bulan ini.

1. KATA SULIT
-
2. KATA KUNCI
1. Seorang laki-laki berusia 60 tahun
2. keluhan BAB bercampur darah dirasakan sejak 1 bulan lalu dan dirasakan
memberat sejak 3 hari terakhir
3. ada lender pada feces
4. Riwayat diet kurang serat
5. Pada pemeriksaan fisik pasien tampak anemis
6. BB dirasakan menurun dalam 1 bulan ini.

C. PERTANYAAN
1. Apa etiologi dari BAB berdarah dan lender pada feses?
2. Bagaimana mekanisme defekasi normal?
3. Bagaimana patomekanisme dari BAB berdarah ?
4. Bagaimana pengaruh kebiasaan makan dengan gejala yang terjadi?
5. Bagaimana langkah-langkah diagnosis ?
6. Bagaimana diagnosis banding berdasarkan scenario?
7. Bagaimana pencegahan dari BAB berdarah?
8. Perspektif islam berdasarkan scenario !

D. JAWABAN PERTANYAAN
1. Apa etiologi dari BAB berdarah?
A. Etiologi BAB berdarah

1. Tumor kolorektal
Tumor kolorektal dapat dibagi menjadi tumor jinak dan ganas. Baik tumor
ganas kolon maupun jinak dapat menyebabkan kehilangan darah yang kronik.
a) Tumor jinak
 Polip merupakan neoplasma jinak terbanyak di kolon dan rektum. Polip
berasal dari epitel mukosa, sebagian lesi polipoid disebabkan oleh tumor
submukosa atau mural. Diperkirakan semua polip berawal sebagai lesi
kecil tidak bertangkai (sessile). Pada banyak kasus, traksi pada massa
menyebabkan polip bertangkai (pedunculated). Polip dapat terbentuk
akibat gangguan maturasi, peradangan, atau kelainan mukosa. Polip
hiperplastik berasal dari epitel mukosa, bersifat non-neoplastik dan tidak
akan berpotensi menjadi ganas jika berdiri sendiri. Polip epitel yang
timbul akibat proliferasi dan displasia disebut polip adenomatosa, atau
adenoma. Polip bertangkai, dan jarang ditemukan di bawah usia 21 tahun.
 Poliposis familial, Penyakit dominan autosomal yang jarang ditemukan.
Gejala pertamanya timbul pada usia 13-20 tahun. Umumnya tidak
bergejala, namun kadang timbul rasa mulas atau diare disertai perdarahan
per ani. Risiko keganasannya 60% dan sering multipel. Pasien polip
adenomatosa familial memiliki polip adenomatosa dalam jumlah sangat
banyak dan frekuensinya berkembang menjadi adenokarsinoma kolon
mendekati 100%.
 Lipoma biasanya sukar dibedakan dari tumor ganas, tetapi secara
endoskopik, mukosa terlihat utuh. Lipoma umumnya asimtomatik tetapi
dapat menyebabkan obstruksi. Eksisi dilakukan bila bergejala.
 Leiomioma jarang ditemukan di kolon dan jarang berdarah. Sebagian
leiomioma dapat berubah menjadi ganas.
b) Tumor ganas
Keganasan yang terjadi pada kolon dan rektum, sekitar 75% ditemukan
di rektosigmoid. Sekum dan kolon merupakan tempat berikutnya yang paling
sering terserang. Kolon transversa dan fleksura adalah bagian yang paling
jarang terserang. Gejala tumor ganas usus besar yang paling sering adalah
perubahan kebiasaan defekasi, perdarahan, nyeri, anemia, anoreksia, dan
penurunan berat badan.Gejala dan tanda penyakit ini bervariasi tergantung
lokasi, jenis keganasan, penyebaran dan komplikasi (perforasi, obstruksi, dan
perdarahan).

 Adenokarsinoma Sekitar 99% karsinoma tumbuh tunggal, tetapi jika


terdapat karsinoma multipel maka letak tumor-tumor tersebut biasanya
terpisah jauh di kolon. umor karsinoid jarang ditemukan, dan jika ada,
biasanya di rektum. Tumor karsinoid berukuran kecil umumnya tidak
bertanda, sedangkan karsinoid yang lebih besar di kolon kanan atau
rektum menyebabkan tanda lokal dan bermetastasis ke hati.
 Gastrointestinal stromal tumor (GISTs) Biasanya berupa nodus padat
berbatas tegas (garis tengah hampir selalu kurang dari 4 cm) yang timbul
di submukosa atau muskularis propia. Mukosa diatasnya teregang dan
menipis. Tumor stroma ganas cenderung membentuk massa intramural
besar yang akhirnya menonjol ke dalam lumen dan mengalami ulserasi
atau menonjol ke subserosa menuju rongga abdomen.
 Limofoma merupakan tumor ganas selain karsinoma yang agak jarang
ditemukan di kolon. Limfoma non-Hodgkin agak sering disertai defisiensi
imun. Tumor Kaposi umumnya didapat pada penyakit AIDS.

2. Divertikulosis

Perdarahan dari divertikula kolon merupakan penyebab terjadinya


perdarahan gastrointestinal bawah yang masif. Gambaran yang lazim ditemukan
pada perdarahan divertikula adalah tinja berwarna merah tua yang dikeluarkan
tanpa rasa nyeri.
3. Hemoroid

Hemoroid terjadi pada sekitar 35% penduduk berusia lebih dari 25 tahun.
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan oleh gangguan aliran
balik dari vena hemoroidalis. Tanda utama biasanya adalah perdarahan. Darah
yang keluar berwarna merah segar, tidak bercampur dengan feses, dan jumlahnya
bervariasi.
4. Proktitis

Proktitis merupakan sumber perdarahan rektum yang lain. Proktitis ini


merupakan varian kolitis ulserativa yang terbatas dan bersifat idiopatik. Proktitis
dapat disebabkan oleh HIV, infeksi sitomegalovirus, atau gonore atau
mikoplasma.
5. Fistula ani

Fistula ani merupakan alur granulomatosa kronik yang berjalan dari anus
hingga bagian kulit luar anus atau daerah perianal. Biasanya sebelum terjadi
fistula terdapat abses yang mendahuluinya. Bercak darah yang berwarna merah
cerah pada permukaan feses dan kertas toilet sering disebabkan oleh fistula.
6. Infeksi

Perdarahan dapat pula menyertai diare yang disebabkan oleh infeksi


Shigella, ameba, Campylobacter, C.difficile, dan kadang-kadang Salmonella.
7. Kolitis ulseratif

Kolitis ulseratif merupakan penyakit inflamasi yang sering kambuh.


Proses inflamasi biasanya bermula di rektum dan dapat meluas ke proksimal.
Diare berdarah yang nyata sering dijumpai dan merupakan gejala yang tampak
pada pasien kolitis ulserativa.
8. Angiodisplasia

Angiodisplasia, yaitu suatu telangiektasia mukosa, yang biasanya


mengenai kolon asendens, merupakan sumber utama perdarahan akut atau kronik
pada pasien lanjut usia.1
2. Bagaimana mekanisme defekasi normal?
Proses Pembentukan Feses
Chyme tercampur dengan enzim pencernaan(seperti empedu dan amilase) ketika
berjalan melewati usus halus (duodenum,jejunum, dan ileum). Terjadi proses
Segmentasi (berganti-gantinya kontraksi dan relaksasi dari otot polos) untuk
mengaduk chyme untuk selanjutnya memecah makanan agar dicerna ketika chyme
diaduk, gerakan peristaltik berhenti sementara agar terjadi absorpsi. Chyme berjalan
dengan lambat di saluran cerna untuk diabsorpsi. Banyak makanan dan elektrolit yang
diabsorpsi di usus halus. Enzim dari pankreas (amilase) danempedu dari kandung
empedu. Usus memecah lemak, protein dan karbohidrat menjadi elemen-elemen
dasar. Hampir seluruh makanan diabsorpsi oleh duodenum dan jejenum. Ileum
mengabsorpsi beberapa vitamin, zat besi dan garam empedu. Jika fungsinya
terganggu, prosespencernaan berubah secara drastis. Contohnya inflamasi, bedah
caesar, atau obstruksi dapatmengganggu peristaltik, mengurangi ares absorpsi, atau
memblok jalan chyme.Chyme yang diabsorpsi di duodenum,jejunum dan ileum
selanjutnya memasuki usus besar pada caecum melalui katup ileocecal, dimana
lapisan otot sirkular mencegah terjadinya regurgitasi (makanan kembali ke usus
halus). Chyme yang halus ketika memasuki kolon volume airnya berkurang. Kolon
terdiri dari ascending, transverse, descending, & sigmoid.
Kolon mempunyai 4 fungsi yaitu absorpsi,proteksi, sekresi, dan eliminasi.
Sejumlah besar air dan sejumlah natrium dan clorida diabsorpsi setiap hari. Ketika
makanan berjalan melalui kolon, terjadi kontraksi haustral. Ini sama dengan kontraksi
segmentasi di usus halus, tetapi lebih lama hingga mencapai 5 menit. Kontraksi
haustra menghasilkan pundi-pundi besar di dinding kolon yagn merupakan area untuk
absorpsi.
Air dapat diabsorpsi oleh kolon dalam 24 jam, rata-rata 55mEq dari natrium
dan 23mEqdari klorida diabsorpsi setiap hari. sejumlah air yang diabsorpsi dari
chyme tergantung darikecepatan pergerakan kolon. Chyme biasanya lembut,
berbentuk massa. Jika kecepatan kontraksi peristaltik cepat (abnormal) berarti ada
kekurangan waktu untuk mengabsorpsi air danfeses menjadi encer. Jika kontraksi
peristaltik lambat, banyak air yang diabsorpsi dan terbentuk feses yang keras sehingga
menyebabkan konstipasi.
Kolon memproteksi dirinya sendiri dengan mengeluarkan sejumlah mucous.
Mucous biasanya bersih sampai buram dengan konsistensi berserabut. Mucous
melumasi kolon,mencegah trauma pada dinding dalam. Pelumas adalah sesuatu yagn
penting di dekat distal darikolon dimana bagiannya menjadi kering dan keras. Fungsi
sekresi dari kolon membantu dalam keseimbangan elektrolit. Bikarbonat
disekresiuntuk pertukaran clorida. Sekitar 4-9 mEq natrium dikeluarkan setiap hari
oleh usus besar.Berubahnya fungsi kolon dapat menyebabkan ketidakseimbangan
elektrolit. Akhirnya kolon memindahkan sisa produk dan gas (flatus). Flatus
dihasilkan daritertelannya udara, difusi gas dari pembuluh darah ke usus dan kerja
bakteri pada karbohidratyang tidak bisa diserap. Fermentasi dari karbohidrat (seperti
kol dan bawang) menghasilkan gaspada usus yang dapat merangsang peristaltik.
Orang dewasa biasanya membentuk 400-700 mlflatus setiap hari.
Setiap harinya, sekitar 750 cc chime masuk ke kolon dari ileum. Dikolon,
chyme tersebut mengalami proses absorbsi air, natrium, dan klorida. Absorbsi ini
dibantu dengan adanya gerakan peristaltic usus. Dari 750 cc chymus tersebut, sekitar
150 – 200 cc mengalami proses reabsorbsi, chime yang tidak direabsorbsi menjadi
bentuk semisolid yang disebut feses (Asmadi, 2008). Selain itu dalam saluran cerna
banyak terdapat bakteri yang mengadakan fermentasi akan menghasilkan gas yang
dikenal dengan istilah flatus. Misalnya, karbohidrat saat difermentasi akan menjadi
hidrogen , karbondioksida, dan gas metana. Apabila terjadi gangguan pencernaan
karbohidrat, maka aka nada banyak gas yang terbentuk saat fermentasi. Akibatnya,
seseorang akan merasa kembung. Protein setelah mengalami proses fermentasi oleh
bakteri, akan menghasilakn asam amino, indole, statole, dan hydrogen sulfide. Oleh
karena itu bilamana terjadi gangguan pencernaan maka flatus adan fesesnya menjadi
bau.

Cymus tercampur dengan enzim pencernaan ( amilase & empedu )

Terjadi proses haustra dan absorbsi di kolon

Terkumpul di sigmoid ( solid )

Proses pembentukan feses.

Patomekanisme defekasi normal


Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut
bowel movement. Frekwensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari
beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses juga
bervariasi setiap orang. Ketika gelombang peristaltik mendorong feses kedalam kolon
sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam rektum dirangsang dan individu menjadi
sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi.
Defekasi biasanya dimulai oleh dua refleks defekasi yaitu :
 Refleks defekasi instrinsik:
Ketika feses masuk kedalam rektum, pengembangan dinding rektum memberi suatu
signal yang menyebar melalui pleksus mesentrikus untuk memulai gelombang
peristaltik pada kolon desenden, kolon sigmoid, dan didalam rektum. Gelombang ini
menekan feses kearah anus. Begitu gelombang peristaltik mendekati anus, spingter
anal interna tidak menutup dan bila spingter eksternal tenang maka feses keluar.
 Refleks defekasi parasimpatis:
Ketika serat saraf dalam rektum dirangsang, signal diteruskan ke spinal cord (sakral 2
– 4) dan kemudian kembali ke kolon desenden, kolon sigmoid dan rektum. Sinyal –
sinyal parasimpatis ini meningkatkan gelombang peristaltik, melemaskan spingter
anus internal dan meningkatkan refleks defekasi instrinsik. Spingter anus individu
duduk ditoilet atau bedpan, spingter anus eksternal tenang dengan sendirinya.
Pengeluaran feses dibantu oleh kontraksi otot-otot perut dan diaphragma yang akan
meningkatkan tekanan abdominal dan oleh kontraksi muskulus levator ani pada dasar
panggul yang menggerakkan feses melalui saluran anus. Defekasi normal dipermudah
dengan refleksi paha yang meningkatkan tekanan di dalam perut dan posisi duduk
yang meningkatkan tekanan kebawah kearah rektum.
Jika refleks defekasi diabaikan atau jika defekasi dihambat secara sengaja dengan
mengkontraksikan muskulus spingter eksternal, maka rasa terdesak untuk defekasi
secara berulang dapat menghasilkan rektum meluas untuk menampung kumpulan
feses.
Defekasi ditimbulkan oleh refleks defekasi yang salah satu refleksnya adalah
refleks intrinsic yang diperantarai oleh system saraf enteric setempat didalam dinding
rectum. Hal ini apat dijelaskan bahwa bila feses memasuki rekrum, distensi dinding
rectum menimbulkan sinyal-sinyal aferen yang menyebar melalui fleksus
mesenterikus untuk menimbulkan gelombang peristaltic didalam kolon desenden,
sigmoid dan rectum, mendorong feses kearah anus. Sewaktu gelombang paristaltik
mendekati usus, sfingter ani internus direlaksasikan oleh sinyal-sinyal penghambat
dari pleksus mienterikus , jika sfingter ani eksternus juga dalam keadaan sadar dan
berelaksasi secara volunter pada waktu yang bersamaan , terjadilah defekasi.2
3. Patomekanisme BAB berdarah !
BAB berdarah atau biasa disebut hematochezia ditandai dengan keluarnya darah
berwarna merah terang dari anus, dapat berbentuk gumpalan atau telah bercampur
dengan tinja. Sebagian besar BAB berdarah berasal dari luka di usus besar,rectum,
atau anus.Warna darah pada tinja tergantung dari lokasi pendarahan. Umumnya,
semakin dekat sumber perdarahan degang anus maka semakin terang darah yang
keluar. Oleh karena itu perdarahan di anus, rectum dan colon sigmoid cenderung
berwarna merah dibandingkan dengan perdaradahan dikolon tranversa dan kolon anal
yang lebih jauh dari anus hingga menyebabkan berwarna merah gelap atau merah tua.
Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini juga disebut
bowel movement. Frekwensi defekasi pada setiap orang sangat bervariasi dari
beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Ketika gelombang peristaltik
mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam rektum
dirangsang dan individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi.
Perdarahan semacam ini umumnya dicetuskan oleh kotoran yang keras sehingga
defekasi dilakukan dengan mengejan. Trauma rektum merupakan penyebab
hematokezia, dan benda asing yang dimasukkan ke dalam lekukan rektum dapat
menimbulkan perforasi di samping perdarahan rektum yang akut. Harus ditekankan
bahwa kelainan patologi anus tidak meniadakan sumber-sumber kehilangan darah
lainnya, dan kemungkinan adanya sumber-sumber lain harus dicari serta
dikesampingkan.
Feses yang disertai darah diakibatkan oleh pecahnya pembuluh darah pada
dinding saluran cerna. Pembuluh darah pada dinding traktus gastrointestinal mulai
terdapat pada lamina propria tunika mukosa namun jumlah pembuluh darah yang
banyak ditemukan pada tunika submukosa. Hal ini berarti bahwa jika terdapat ulkus
yang mengenai tunika submukosa, maka dapat bermanifestasi sebagai feses disertai
darah. Darah dapat bermanisfestasi sebagai melena maupun hematokezia. Darah yang
berwarna lebih gelap terjadi akibat oksidasi hemoglobin oleh bakteri usus. Melena
atau “darah hitam” menunjukkan bahwa perdarahan saluran cerna terjadi pada bagian
usus proximal atau bagian usus distal dengan masa transit yang lama sehingga
memberi kesempatan bakteri untuk mengoksidasi hemoglobin. Sedangkan
hematokezia atau “darah segar” dapat disebabkan oleh perdarahan saluran cerna
bagian distal (misalnya rektum) atau pada proximal usus tetapi dengan masa transit
yang singkat sehingga tidak member kesempatan bakteri usus untuk mengoksidasi
hemoglobin secara maksimal.
Perdarahan Gastrointestinal (GI) adalah kehilangan darah akut atau kronis dari
saluran GI. Perdarahan GI rendah dapat didefinisikan sebagai kehilangan darah dari
bawah ligamen Treitz. 3
4. Bagaimana pengaruh kebiasaan makan dengan gejala yang terjadi?

Serat pangan terbagi menjadi dua kelompok,yaitu : Serat pangan larut (soluble
dietary fiber),termasuk dalam serat ini adalah pektin dan gum merupakan bagian
dalam dari sel pangan nabati.Serat ini banyak terdapat pada buah dan sayur, dan serat
tidak larut(insoluble dietary fiber),termasuk dalam serat ini adalah selulosa,
hemiselulosa dan lignin, yang banyak ditemukan pada seralia, kacang-kacangan dan
sayuran.Sayuran dan buah-buahan adalah merupakan sumber serat pangan yang
paling mudah dijumpai dalammenu masyarakat. Sebagai sumber serat sayuran dapat
dikonsumsi dalam bentuk mentah atau telah diproses melalui perebusan.
Anik Herminingsih, 2010), mengemukakan beberapa manfaat serat pangan (dietary
fiber) untukkesehatan yaitu :
1. Mengontrol berat badan atau kegemukan(obesitas)
Serat larut air (soluble fiber), seperti pektin serta beberapa hemiselulosa
mempunyai kemampuanmenahan air dan dapat membentuk cairan
kentaldalam saluran pencernaan. Sehingga makanankaya akan serat, waktu
dicerna lebih lama dalamlambung, kemudian serat akan menarik air
danmemberi rasa kenyang lebih lama sehinggamencegah untuk
mengkonsumsi makanan lebihbanyak.Makanan dengan kandungan serat
kasaryang tinggi biasanya mengandung kalori rendah,kadar gula dan lemak
rendah yang dapatmembantu mengurangi terjadinya obesitas.
2. Penanggulangan Penyakit Diabetes
Serat pangan mampu menyerap air dan mengikat glukosa, sehingga
mengurangi ketersediaanglukosa. Diet cukup serat juga menyebabka
nterjadinya kompleks karbohidrat dan serat,sehingga daya cerna karbohidrat
berkurang.Keadaan tersebut mampu meredam kenaikanglukosa darah dan
menjadikannya tetapterkontrol.
3. Mencegah Gangguan Gastrointestinal
Konsumsi serat pangan yang cukup, akan memberi bentuk, meningkatkan air
dalam feses menhasilkan feces yang lembut dan tidak kerassehingga hanya
dengan kontraksi otot yangrendah feces dapat dikeluarkan dengan lancar.Hal
ini berdampak pada fungsi gastrointestinallebih baik dan sehat.
4. Mencegah Kanker Kolon (Usus Besar)
Penyebab kanker usus besar diduga karena adanya kontak antara sel-sel dalam
usus besardengan senyawa karsinogen dalam konsentrasitinggi serta dalam
waktu yang lebih lama.Beberapa hipotesis dikemukakan mengenai
mekanisme serat pangan dalam mencegah kankerusus besar yaitu konsumsi
serat pangan tinggimaka akan mengurangi waktu transit makanandalam usus
lebih pendek, serat pangan mempengaruhi mikroflora usus sehingga senyawa
karsinogen tidak terbentuk, serat panganbersifat mengikat air sehingga
konsentrasisenyawa karsinogen menjadi lebih rendah.
5. Mengurangi Tingkat Kolesterol dan Penyakit Kardiovaskuler
Serat larut air menjerat lemak di dalam usushalus, dengan begitu serat dapat
menurunkan tingkat kolesterol dalam darah sampai 5% atau lebih. Dalam
saluran pencernaan serat dapatmengikat garam empedu (produk
akhirkolesterol) kemudian dikeluarkan bersamaandengan feses. Dengan
demikian serat panganmampu mengurangi kadar kolesterol dalamplasma
darah sehingga diduga akan mengurangidan mencegah resiko penyakit
kardiovalkuler.4

Serat pangan selain memberikan efek positif terhadap kesehatan, juga


memberikan efek negatif,sehingga serat pangan tidak boleh dikonsumsi
secara berlebihan dan sebagai acuankebutuhan serat yang dianjurkan yaitu 30
gram/hari.
Serat pangan, dikenal juga sebagai serat diet atau dietary fiber,
merupakan bagian dari tumbuhan yangdapat dikonsumsi dan tersusun dari
karbohidrat yang memiliki sifat resistan terhadap proses pencernaan
danpenyerapan di usus halus manusia serta mengalami fermentasi sebagian
atau keseluruhan di usus besar
dikatakan bahwa serat makanan terutama yang terdiri dari selulosa,
hemiselulosa dan lignin sebagian besar tidak dapat dihancurkan oleh enzim-
enzim dan bakteri di dalam traktus digestivus. Serat makanan ini akan
menyerap air di dalam kolon, sehingga volume feses menjadi lebih besar dan
akan merangsang syaraf pada rektum, sehingga menimbulkan keinginan
untuk defikasi. Dengan demikian tinja yang mengandung serat akan lebih
mudah dieliminir atau dengan kata lain transit time yaitu kurun waktu antara
masuknya makanan dan dikeluarkannya sebagai sisa makanan yang tidak
dibutuhkan tubuh menjadi lebih singkat.5

5. Langkah-langkah diagnosis pada scenario

ANAMNESIS
1) Identitas pasien : nama, umur, alamat, pekerjaan dan status perkawinan.
2) Keluhan utama pasien :
• Onset (sejak kapan) terjadi BAB bercampur darah ?
• Durasi sudah (berapa lama) terjadinya BAB disertai darah ?
• Apakah nyeri keadaan diare atau BAB nya disertai demam atau tidak?
• faktor2 yg mengurangi - menambah keluhan tersebut
• warna BAB ?
• Konsistensi BAB :
 Jenis BAB : berair, “mirip bubur” dan konsistensi feses seperti
pucat, feses berlemak yang sulit disiram.
 Waktu diare :diare saat malam hari, penyebabnya adalah
organic dan menyingkirkan diagnosis IBD, diare pada pagi hari
mengarah pada IBS,IBD atau penggunaan alcohol
3) Hal yang berhubungan/ keluhan penyerta :
 Kehilangan darah yang berlebihan mengarah pada penyebab kolon :
kehilangan berat badan memerlukan pemeriksaan segera
 Riwayat obat-obatan dan operasi
 Riwayat kebiasaan : diet kurang serat
 Riwayat penyakit dahulu / Penyakit sistemik (contoh; diabetes,
hipertensi)
 Riwayat keluarga (kanker kolorektal, IBD, penyakit seliak)6

PEMERIKSAAN FISIS
1) Pemeriksaan vital ( Pemeriksaan tekanan darah, suhu,Tinggi Badan ,Berat
Badan dll)

INSPEKSI
1) Pasien dibaringkan pada posisi supine dengan sumber cahaya meliputi
kepala hingga kaki.
2) Pemeriksa berdiri di sisi kanan pasien.
3) Penilaian Tanda Vital.
4) Inspeksi secara umum pasien dari kepala hingga ekstremitas, seperti
adanya ikterus, anemis, sianosis, dan jari tabuh.
5) Membagi permukaan dinding abdomen dalam beberapa regio.
6) Melihat distensi abdomen :obesitas, asites, kehamilan, faecal mass dan
neoplasma.Dengan menarik garis median dan garis tegak lurus terhadap
garis median abdomen melalui umbilikus. Dinding abdomen terbagi
menjadi 4 regio, yaitu kuadran kanan atas, kuadran kiri atas, kuadran
kanan bawah, dan kuadran kiri bawah. Pembagian yang lebih rinci adalah
dengan menarik dua garis vertical sejajar garis midklavikularis kanan dan
kiri; dan dua garis horizontal yaitu garis melalui ujung bawah kosta kanan-
kiri dan garis melalui kristailiaka kanan-kiri. Dinding abdomen terbagi
menjadi 9 regio, yaitu regio epigastrium hipokondrium dekstra, regio
hipokondrium sinistra, regio umbilikalis, region lumbalis dekstra, region
lumbalis sinistra, region hipogastrium atau suprapubik, regio inguinal
dekstra dan regio inguinal sinistra. Inspeksi regio abdomen dilakukan
beberapa menit untuk melihat kontur abdomen, adanya skar, kongesti
vena, peristaltik yang tampak atau adanya massa (darm contour dan darm
steifung).

AUSKULTASI
1) Penderita diminta rileks dan bernafas seperti biasa.
2) Pusatkan perhatian pertama pada suara yang ada di abdomen dengan
menggunakan bel stetoskop di atas mid-abdomen.
3) Mendengarkan bising usus. Frekuensi bising usus normal sekitar 5-10
detik setiap peristaltic atau berkisar 6-12 kali peristaltik /menit.
4) Meletakkan steteskop pada empat kuadran abdomen. Mulailah melakukan
auskultasi pada beberapa tempat yang benar : Bunyi peristaltic dapat
didengarkan dibawah umbilicus diatas suprabupik, atau dapat dilakukan di
berbagai tempat diatas dan di kanan umbilicus mendengarkan bunyi
bergerumuh dari hepatik rub murmur aorta abdominal 5 jari dibawah
processus xipoideus atau pada regio epigastrium. Bruit dari karsinoma
pankreas di kiri regio epigastrium dan splenik friction rub dilateral.
5) Bila peristaltic tidak segera terdengar, lanjutkan mendengar selama 5
menit.
6) Metalic Sound pada Ileus Obstruktif.
7) Catat hasil auskultasi

PALPASI
1) Tangan pemeriksa harus hangat sesuai suhu ruangan/tubuh.
2) Melakukan percakapan dengan pasien sambil melakukan palpasi.
3) Dinding abdomen dilemaskan dengan cara meminta pasien menekuk kaki
hingga membentuk sudut 45-60°.
4) Melakukan palpasi superfisial : Telapak tangan secara perlahan-lahan
ditempatkan di abdomen dengan jari-jari adduksi kemudian ditekan lembut
ke dinding abdomen dengan kedalaman 1 cm. Kuku jari jangan sampai
menusuk dinding abdomen.
5) Melakukan palpasi dalam dengan langkah yang sama pada palpasi ringan
namun menekan lebih dalam. Pada saat gerakan menekan kebawah, ujung
jari masuk ke dinding abdomen dan menemukan struktur dibawahnya
dengan rata-rata tekanan keatas dan kebawah 4-5 cm. Apabila massa
tumor positif lakukan palpasi bimanual.
6) Perhatikan wajah atau ekspresi pasien saat melakukan palpasi Apabila
ditemukan massa pada abdomen, dilakukan penilaian dalam hal :lokasi,
ukuran, besar, konsistensi, kekenyalan, mobilitas dan pulsasi.
7) Pemeriksaan colok dubur

PERKUSI
1) Melakukan perkusi pada keempat kuadran abdomen.
2) Perkusi batas atas hepar di garis midklavikula kanan, dimulai dari
pertengahan dada, dari atas kebawah.
3) Bunyi resonan dada menjadi redup ketika mencapai hepar, dilanjutkan
kebawah, bunyi redup menjadi tympani bila perkusi di atas kolon.
4) Menentukan lokasi dan ukuran hepar7

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan mikroskopik feses :Untuk melihat bakteri dan parasite
2) Kultur jika dicurigai keracunan makanan akibat salmonella, shigella,
Campylobacter
3) Pemeriksaan darah:
 Hemoglobin : Karsinoma, IBD, penyakit coeliac
 Peningkatan MCV pada penyakit seliak (kadar folat rendah), penyakit
ileum terminal (kadar B12 rendah) penyakit chron’s disease, penyalah
gunaan alcohol
 Penurun kadar MCV pada karsinoma kolon dan IBD
4) Endoskopi
 Sigmoid oskopi lentur : jika diare berhubungan dengan perdarahan
segar melalu rectum
 Kolon oskopi dan ileoskpi dengan biopsy : untuk semua pasien pada
pemeriksaan feses dan darah hasilnya normal yang bertujuan untuk
menyingkirkan kanker dan IBD
5) Radiologi
 Enema barium : bukan pemeriksaan yang baik pada diare karena
mukosa buruk)
 CT kolonografi : jika pasien tidak bias menjalani kolonoskopi
 Ultra sonografi abdomen : jika dicurigai mengalami penyakit bilier
atau pancreas
 Barium follow-through : untuk menyingkirkan penyakit chron atau
limfoma instetinal8

6.Apa diagnosis banding berdasarkan scenario?

1. Hemoroid
A.Defenisi
Hemoroid adalah kumpulan dari pelebaran satu segment atau lebih vena
hemoroiddalis di daerah anorectal. Hemeroid bukan sekedar pelebaran vena
hemoroidalis tetapi bersifat lebih kompleks yaitu melibatkan beberpa unsur berupa
pembulluh darah, jringan lunak dan otot disektar anorectal
B.Epidiomologi
Studi epidemiologi yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa 10 juta orang
Amerika Serikat mengalami hemoroid, dengan prevalensi sebanyak 4,4% dari
keseluruhan populasi penduduk. Kejadian terbanyak terjadi pada usia 45-65 tahun
terutama pada status ekonomi yang tinggi. Prevalensi penyakit hemoroid di Inggris
sebanyak 36% dari keseluruhan populasi. Prevalensi hemoroiddiIndonesia masih
cukup tinggi. Data yang didapatkan dari Departemen Kesehatanpada tahun 2008
terdapat 10 juta penduduk yang menderita hemoroid. Pasien hemoroid di Rumah Sakit
Cipto Mangunkusuma Jakarta tahun 2000-2001 terdapat 414 pasien hemoroid.
Hemoroid disebabkan oleh pelebaran dan penonjolan plexus hemoroidalis di daerah
anus.Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hemoroid diantaranya adalah
pola buang air besar yang salah, peningkatan tekanan intra abdomen, usia lanjut,
kehamilan, konstipasi kronik, obesitas dan diet tinggi serat
C.Etiologi
Faktor risiko terjadinya hemoroid antara lain faktor mengedan pada buang air besar
yang sulit, pola buang air besar yang salah (lebih banyak memakai jamban duduk,
terlalu lama duduk di jamban sambil membaca, merokok), peningkatan tekanan intra
abdomen, karena tumor (tumor usus, tumor abdomen), kehamilan (disebabkan
tekanan janin pada abdomen dan perubahan hormonal), usia tua, konstipasi kronik,
diare kronik atau diare akut yang berlebihan, hubungan seks peranal, kurang minum
air, kurang makanmakanan berserat (sayur dan buah), kurang olahraga/imobilisasi.
Faktor penyebab hemoroid dapat terjadi karena kebiasaan buang air besar tidak tentu
dan setiap kali berak mengedan terlalu keras, terlalu lama duduk sepanjang tahun,
infeksi, kehamilan dapat merupakan faktor-faktor penyebab hemoroid. Faktor
predisposisi terjadinya hemoroid adalah herediter, anatomi, makanan, pekerjaan,
psikis, dan senilitas. Sedangkan sebagai faktor presipitasi adalah faktor mekanis
(kelainan sirkulasi parsial dan peningkatan tekanan intraabdominal), fisiologis dan
radang.Umumnya faktor etiologi tersebut tidak berdiri sendiri tetapi saling berkaitan
D.Menifestasi klinik
Gejala umum dari derajat Hemoroid interna yaitu
a. Nyeri yang hebat timbul karena terdapat trombosis yang luas dengan udem dan
radang.
b. Perdarahan biasanya timbul pada hemoroidinterna akibat trauma feses yang keras.
c. Anemia berat biasanya terjadi akibat perdarahan yang berulang.
d. Prolaps pada rectum biasanya timbul sewaktu defekasi dan reduksi spontan
sewaktu defekasi.
e. Iritasi kulit perinatal dapat menimbulkan rasa gatal yang disebabkan oleh
kelembaban yang terus menerus pada anus sehingga terjadi rangsangan mukus.
E.Penatalaksanan
Penatalaksanaan hemoroid terdiri dari penatalaksanaan bedah dan
penatalaksanaan konservatif, dimana penatalaksanaan konservatif terbagi menjadi
penatalaksanaan medis nonfarmakologis, farmakologis dan tindakan pembedahan
yaitu
a. Penatalaksanaan medis non farmakologis
Penatalaksanaan non farmakologis bertujuan untuk mencegah semakin memburuknya
hemoroidinterna derajat I –III atau pasien yang menolak operasi. Penatalaksanaan non
farmakologis di tunjukan pada semua jenis dan derajat hemoroid yang berupa
perbaikan pola hidup, pola makan, dan cara defekasi. Saat defekasi, posisi yang
dianjurkan adalah jongkok untuk menghindari mengedan yang kuat. Anjuran yang
lain, jongkok saat defekasi, sebaiknya tidak terlalu lama karena akan meningkatkan
tekanan pada pembuluh darah v.hemoroid, dan akan memperparah terjadinya penyakit
hemoroid.
b. Penatalaksanaan farmakologis Penatalaksanaan farmakologis dibagi menjadi
menjadi empat yaitu
1. Obat yang berfungsi memperbaiki defekasi Ada dua macam obat yaitu suplemen
serat yang banyak digunakan antara lain psyllium atau isphagula husk yang berasal
dari biji plantago ovata yang dikeringkan dan digiling menjadi bubuk. Efek samping
antara lain kentut, kembung, kontipasi, alergi, sakit abdomen. Untuk mencegah
kontipasi atau obstruksi saluran cerna dianjurkan minum air yang banyak. Sedangkan
obat yang kedua yaitu obat pencahar antara lain Natrium dioctyl sulfosuccinat
dengandosis 300 mg/ hari.
2. Obat simptomatik
Obat simptomatik bertujuan untuk mengurangi keluhan rasa gatal, nyeri atau karena
kerusakan kulit daerah anus. Sediaan berbentuk suppositoria digunakan untuk
hemoroidinternasedangkan sediaan ointment/krem digunakan untuk
hemoroideksterna. 3. Obat untuk menghentikan perdarahan Perdarahan di akibatkan
adanya luka pada dinding anus atau pecahnya v. hemoroid yang dindingnya tipis.
Pemberian obatnya yang dapat digunakan yaitu diosmin, hesperidin.
4. Obat penyembuh dan pencegah serangan hemoroid Diosminthesperidin diberikan
dengan tujuan
untuk memberikan perbaikan pada inflamasi, kongesti, edema, dan prolaps.
c. Pembedahan
HIST (Hemorrhoid Institute of South Texas) pada tahun 2008 menetapkan indikasi
penatalaksanaan pembedahan hemoroid antara lain:
a. Hemoroidinterna derajat II berulang.
b. Hemoroidinterna derajat III dan IV dengan gejala.
c. Mukosa rektum menonjol keluar anus.
d. Hemoroidinterna derajat I dan II dengan penyakit
penyerta seperti fisura
e. Kegagalan penatalaksanaan konservatif.
f. Permintaan pasien.
Pembedahan yang sering dilakukan adalah 1. Sclerotherapy/injection 2. Rubber band
ligation. 3. Infrared thermocoagulation 4. Bipolar Diathermy 5.
LaserHemorrhoidectomy 6. Doppler ultrasound guided haemorrhoid artery ligation. 7.
Cryotherapy. 8. Stappled hemorrhoidopexy9
2.Prolaps Rektum

a. Definisi
Prolaps rektum adalah keluarnya mukosa maupun seluruh tebal dinding rectum
melewati anus. Apabila yang keluar tersebut terdiri dari semua lapisan dinding
rektum, melewati anus, prolaps ini disebut prosidensia.

b. Epidemiologi
Insiden prolaps rektum pada pria lebih rendah daripada wanita dengan perbandingan
1:6. Dimana kejadian pada wanita terdiri dari 80-90% total kasus. Meskipun dapat
terjadi pada segala usia, insiden puncak diamati pada usia dekade keempat dan
ketujuh kehidupan. Pada anak-anak biasanya terjadi di usia di bawah 3 tahun dengan
puncak insiden pada tahun 1 kehidupan. Pada populasi anak kejadian prolaps rektum
merata antara laki-laki dan perempuan.

c. Etiologi
Beberapa faktor yang dipekirakan berperan sebagai etiologi terjadinya prolaps rektum
antara lain:
1. Peningkatan tekanan intra abdomen seperti yang terjadi pada kostipasi, diare,
BPH, PPOK, pertussis
2. Gangguan pada dasar pelvis
3. Infeksi parasite seperti amubiasis,scistosomiasis
4. Struktur anatomi, seperti kelemahan otot penyangga rektum, redun dan
rectosigmoid
5. Kelainan neurologis akibat trauma pelvis, sindrom cauda ekuina, tumor spinal,
multiple sclerosis
6. Pada orang dewasa biasa terjadi kelemahan otot diakibatkan usia maupun
kurangnya gizi10

d. Patofisiologi
Patofisiologi prolaps rektum tidak sepenuh dipahami.Namun terdapat 2 teori utama
yang
menjadi dasar mekanisme terjadinya prolaps rektum merupakan pergeseran hernia
akibat defek pada fasia panggul.Teori kedua menyatakan bahwa prolaps rektum
dimulai sebagai intususepsi internal yang melingkar dari rektum mulai 6-8 cm
proksimal ambang anal. Seiring dengan waktu peregangan ini berkembang menjadi
prolaps dari seluruh tebal dinding rektum meskipun tahap ini tidak selalu dilampaui
oleh setiap pasien.
Prolaps mukosa terjadi Ketika jaringan ikat pada mukosa dubur melonggar dan
tertarik,sehingga memungkikan jaringan prolaps melalui anus. Hal ini sering terjadi
sebagai kelanjutan dari penyakit hemoroid yang lama dan mengalami hal serupa.
Seringkali,prolaps dimulai dengan prolap internal dinding rektum anterior dan
berkembang menjadi prolaps seluruh tebal dinding rektum.

e. Gejala Klinis
Pasien dengan prolaps rektum mengeluhkan adanya massa yang menonjol melalui
anus. Awalnya, massa menonjol dari anus setelah buang air besar dan biasanya
tertarik kembali ketika pasien berdiri. Seiring proses penyakit berlangsung, massa
menonjol lebih sering, terutama ketika mengedan dan manuver Valsava seperti bersin
atau batuk. Akhirnya, prolaps prolaps terjadi terjadi saat melakukan kegiatan rutin
sehari-hari seperti berjalan dan dapat berkembang menjadi prolaps kontinu. 11

Seiring perkembangan penyakit, rektum tidak lagi tertarik spontan, dan pasien
mungkin harus secara manual mengembalikannya. Kondisi ini kemudian dapat
berkembang ke titik dimana prolaps terjadi segera setelah dikembalikan ke posisinya
dan prolaps kontinu. Terkadang rektum menjadi terjepit dan pasien tidak dapat
mengembalikan rektum.

Keluhan nyeri bervariasi. Sepuluh sampai 25% dari pasien juga mengalami prolaps
dan 35% mengalami sistokel terkait, konstipasi terjadi pada 15-65% kasus. Dapat juga
terjadi perdarahan rektum. Selain massa menonjol dari anus, pasien sering
melaporkan buang air besar yang tidak dapat ditahan (inkonensia alvi) pada sekitar
28-88% pasien. Inkonensia terjadi karena 2 alasan. Pertama, anus melebar dan
membentang oleh rektum menonjol, menganggu fungsi sfingter anal. Kedua, mukosa
rektum yang berhubungan dengan lingkungan dan terus-menerus mengeluarkan
lendir, sehingga membuat pasien merasa basah dan inkonensia.

f. Diagnosis
 Anamnesis
Menanyakan tentang identitas pasien, keluhan utama,keluhan penyerta, dan
menanyakan riwayat penyakit sebelumnya (riwayat inkonensia atau konstipasi),
riwayat obat dan riwayat penyakit keluarga serta riwayat lingkungan hidup pasien.

 Pemeriksaan Fisik
Tanda- tanda fisik dari prolaps rektum adalah
- Penonjolan mukosa rektum
- Penebalan konsentris cincin mukosa
- Terlihat adanya sulkus antara lubang anus dan rektum
- Ulkus rektum soliter (10-25%)
- Penurunan tonus sfingter anal

Prolaps rektum adalah diagnosis klinis dan harus ditegakkan saat pasien dating
berobat. Pasien diminta untuk duduk di toilet ataupun berbaring miring dan mengedan
lalu periksa adanya prolaps rektum. Jika tidak prolaps hanya dengan mengedan maka
pemberian enema fosfat biasanya menimbulkan prolaps.12

Massa yang meonjol harus menunjukkan cincin konsentris dari mukosa. Dalam kasus
prolaps kecil kadang-kadang sulit untuk membedakan antara prolaps mukosa dan
prolaps seluruh tebal mukosa. Prolaps mukosa biasanya menunjukkan lipatan radial
dan bukan berupa cincin konsentirs. Jika keduanya tidak dapat dibedaka secara klinis
pemeriksaan dapat dibantu dengan defogram dalam membedakan 2 kondisi ini.
g. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium pada pasien dengan prolaps rektum bersifat tidak spesifik
dan bermanfaat jika pasien memilki preferensi usia dan komorbiditas. Tidak ada
pemeriksaan labh khusus yang membantu dlaam evaluasi prolaps rektum itu sendiri.
Pertimbangkan pemeriksaan feses dan kultur agen infeksius khususnya pada pasien
anak.
Pemeriksaan Imaging
1. Barium Enema dan Kolonoskopi
Sebelum memulai pengobatan bedah prolaps rektum, penting untuk mengevaluasi
seluruh usus besar untuk mengecualikan setiap lesi kolon lainnya yang harus
ditangani secara simultan. Kehadiran lesi tersebut dapat mempengaruhi piihan
prosedur apa yang akan dilakukan. Evaluasi usus besar dapat dicapai dengan
kolonoskopi atau enema barium. Enema barium adalah indicator yang lebih baik dari
redudansi dari usus besar.
2. Video Defokgrafi
Video Defokgrafi digunakan untuk membantu prolaps dokumen internal atau untuk
membedakan prolaps rektum dari prolaps mukosa jika tidak jelas secara klinis.
Rekaman video dan spot film yang dibuat dapat digunakan untuk menentukan apkah
terjadi intususepsi rektum pada buang air besar.
3. Rigid Proctosigmoidoscopy
Proctosigmoidoscopy harus dilakukan untuk menilai rektum untuk lesi tambahan,
terutama ulkus rektal soliter. Borok hadir di sekitar 10-25% dari pasien dengan
prolaps baik internal maupun full-thickness. Biopsi harus dilakukan untuk
memastikan diagnosis dan mengecualikan patologi lainnya. Rektum prolaps
memungkinkan adanya ulserasi mukosa.
4. USG Transrektal dan MRI
Ada tiga jenis prolaps rektal yang diketahui: Prolaps rektal lengkap, Prolaps rektum
mukosa dan Prolaps rektal internal atau invaginasi, juga dikenal sebagai Intususepsi
rektal ke dalam saluran anus tanpa tonjolan yang terlihat di luar anus. Pada pasien
prolaps rektal, defekografi, ultrasonografi transrektal dan magnetic resonance imaging
(MRI) dapat dilakukan untuk memvisualisasikan apa yang tidak dapat dilihat dalam
pemeriksaan klinis.
(A-E): Prolaps rektal. Posisi normal saat istirahat (A), selama buang air besar (B-E),
terjadi intususepsi rektal yang semakin menurun dan akhirnya menyebabkan prolaps
rektal dengan keluarnya mukosa melalui ambang anus (panah terbuka di E).

h. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
Pada prolaps internal dapat diterapi terlebih dahulu dengan agen bulking,pelunak
tinja,dan suppositoria atau enema.

2. Non Medikamentosa
Pada permulaan, saat prolaps masih kecil penderita diberi diet berserat untuk
memperlancar defekasi. Kadang dianjurkan Latihan otot dasar panggul. Pasien
diinstruksikan untuk meransang buang air besar di pagi hari dan menghindari
dorongan untuk buang air saat sisa hari karena rasa penuh yang mereka rasakan
sebenarnya adalah intususepsi rektum proksimal kearah distal rektum dengan waktu,
dorongan untuk buang air besar akan berkurang begitu juga dengan intususepsi.

3. Pembedahan
Bila prolaps semakin besar dan makin sukar untuk melakukan reposisi akibat adanya
udem sehingga makin besar dan sama sekli tidak dapat dimasukkan lagi karena
ransangan dan bendungan mucus serta keluarnya darah. Dimana sfingter ani mejadi
longgar dan hipotonik sehingga terjadi inkotinensia alvi,penanganan prolaps rektum
dilakukan melalui pembedahan.
Kontra indikasi terhadap korksi bedah prolaps rektum didasarkan pada komorbiditas
pasien dan kemampuannya untuk mentoleransi pembedahan. Terdapat 2 jenis operasi
untuk prolaps rektum yaitu Abdominal dan Perineum. Prosedur abdominal memiliki
tingkat kekambuhan lebih rendah dan menjaga kapasitas penyimpanan rektum tetapi
mempunyai risiko lebih dan memilki insiden konstipasi yang lebih tinggi pasca
operasi. Prosedur perineum tidak beresiko terjadinya anastomosis namun mengurangi
rektum, sehingga kapasitas penyimpanan rektum namun memiliki angka kekambuhan
lebih tinggi. Pada prosedur abdominal umumnya lebih disukai dalam pasien aktif
yang beresiko rendah yaitu usia di bawah 50 tahun dan pada meeka yang memerlukan
prosedur abdominal lain secara bersamaan.
Terlepas dari jenis prosedur yang direncanakan, persiapan usus penuh mekanik dan
pemberian antibiotik harus dilakukan sebelum operasi, Antibiotik intravena (IV) harus
selalu diberikan sebelum operasi jika suatu bahan asing akan ditanamkan.
Sesuai dengan skenario yaitu pasien sudah tua dan berumur diatas 50 tahun sehingga
pembedahan yang paling baik diberikan yaitu Prosedur Bedah Perineum meskipun
memilki tingkat kekambuhan lebih tinggi tetapi morbiditas yang lebih rendah dan
sering dilakukan pada orang tua atau pasien dengan kontraindikasi anestesi umum.
Ada beberapa prosedur bedah perineum yaitu:
a. Anal Encirclement dimana sebuah band nonabsorbable ditempatkan subkutan
di sekitar anus. Tujuan dari prosedur ini adalah untuk menjaga rektum dari
prolaps dengan membatasi ukuran lumen anus.
b. Reseksi delorme dimana sayatan melingkar dibuat melalui mukosa prolaps
rektum dekat garis dentate,dengan elektrokauter tersebut mukosa dilucuti dari
anus ke puncak prolaps dan dipotong. Otot prolaps gundul kemudian lipit
dengan jahitan dan reefed up seperti akordion dan ujung-ujungnya transeksi
dari mukosa dijahit Bersama-sama. Prosedur ini sering digunakan untuk
prolapsus yang masih kecil tetapi dapat juga digunakan untuk yang besar.
a. Almeiter Perineum Rectosigmoidectomy
Dalam prosedur ini sayatan tebal penuh melingkar dibuat dalam rektum prolaps
sekitar 1-2 cm dari garis dentate. Mesenterium usus prolaps diligasi sedikit demi
sedikit sampai tidak ada usus yang berlebihan lagi yang dapat ditarik kebawah.
Kemudian usus transeksi dan baik dijahit ke lubang anus distal atau dijepit dengan
stapler melingkar.13

3.Karsinoma Kolorektal

a. Definisi
Kanker kolorektal adalah keganasan yang berasal dari jaringan usus
besar, terdiri dari kolon (bagian terpanjang dari usus besar) dan/atau
rektum (bagian kecil terakhir dari usus besar sebelum anus).
b. Epidemiologi
Menurut American Cancer Society, kanker kolorektal (KKR) adalah
kanker ketiga terbanyak dan merupakan kanker penyebab kematian ketiga
terbanyak pada pria dan wanita di Amerika Serikat.1 Berdasarkan survei
GLOBOCAN 2012, insidens KKR di seluruh dunia menempati urutan
ketiga (1360 dari 100.000 penduduk [9,7%], keseluruhan laki-laki dan
perempuan) dan menduduki peringkat keempat sebagai penyebab
kematian (694 dari 100.000 penduduk [8,5%], keseluruhan laki-laki dan
perempuan). Di Amerika Serikat sendiri pada tahun 2016, diprediksi akan
terdapat 95.270 kasus KKR baru, dan 49.190 kematian yang terjadi akibat
KKR.3 Secara keseluruhan risiko untuk mendapatkan kanker kolorektal
adalah 1 dari 20 orang (5%).1 Risiko penyakit cenderung lebih sedikit
pada wanita dibandingkan pada pria. Banyak faktor lain yang dapat
meningkatkan risiko individual untuk terkena kanker kolorektal. Angka
kematian kanker kolorektal telah berkurang sejak 20 tahun terakhir. Ini
berhubungan dengan meningkatnya deteksi dini dan kemajuan pada
penanganan kanker kolorektal.

c. Etilogi
Etiologi kanker kolorektal hingga saat ini masih belum diketahui.
Penelitian saat ini menunjukkan bahwa faktor genetik memiliki korelasi
terbesar untuk kanker kolorektal. Mutasi dari gen Adenomatous Polyposis
Coli (APC) adalah penyebab Familial Adenomatous polyposis (FAP),
yang mempengaruhi individu membawa resiko hampir 100%
mengembangkan kanker usus besar pada usia 40 tahun. Banyak faktor
yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker kolorektal, diantaranya
adalah :
a. Diet tinggi lemak, rendah serat.
Salah satu faktor risiko meningkatnya angka kejadian karsinoma
kolorektal adalah perubahan diet pada masyarakat. Diet rendah serat
dan tinggi lemak diduga meningkatkan risiko karsinoma kolorektal.
Sejumlah penelitian epidemiologi menunjukkan diet tinggi serat
berkolerasi negatif dengan risiko kanker kolorektal. Seseorang dengan
asupan rendah serat mempunyai risiko 11 kali lebih besar terkena
karsinoma kolorektal dibandingkan dengan tinggi serat. b. Usia lebih
dari 50 tahun.
c. Riwayat keluarga satu tingkat generasi dengan riwayat kanker
kolorektal mempunyai resiko lebih besar 3 kali lipat.
d. Familial polyposis coli, Gardner syndrome, dan Turcot syndrome.
Pada semua pasien ini tanpa dilakukan kolektomi dapat berkembang
menjadi kanker rektum.
e. Resiko sedikit meningkat pada pasien Juvenile polyposis syndrome,
Peutz-Jeghers syndrome dan Muir syndrome.
f. Terjadi pada 50 % pasien kanker kolorektal herediter nonpolyposis.
g. Inflammatory bowel disease.
h. Kolitis Ulseratif (resiko 30 % setelah berumur 25 tahun).
i. Crohn disease, berisiko 4 sampai 10 kali lipat14
d. Manifestasi klinis
mua ditandai oleh perubahan kebiasaan buang air besar. Gejala tersebut
meliputi:
a. Diare atau sembelit
b. Perut terasa penuh
c. Ditemukannya darah (baik merah terang atau sangat gelap) di feses. d.
Feses yang dikeluarkan lebih sedikit dari biasanya.
e. Sering mengalami sakit perut, kram perut, atau perasaan penuh atau
kembung.
f. Kehilangan berat badan tanpa alasan yang diketahui.
g. Merasa sangat lelah sepanjang waktu. h. Mual atau muntah.

e. Diagnosis
a. Keluhan utama dan pemeriksaan klinis:
-Perdarahan per-anum disertai peningkatan frekuensi defekasi dan/atau
diare selama minimal 6 minggu (semua umur)
-Perdarahan per-anum tanpa gejala anal (di atas 60 tahun)
Peningkatan frekuensi defekasi atau diare selama minimal 6 minggu (di
atas 60 tahun)
-Massa teraba pada fossa iliaka dekstra (semua umur)
-Massa intra-luminal di dalam rektum
-Tanda-tanda obstruksi mekanik usus.
-Setiap pasien dengan anemia defisiensi Fe (Hb <11g% untuk laki-laki
atau <10g% untuk perempuan pascamenopause)

b. Pemeriksaan colok dubur


Pemeriksaan colok dubur dilakukan pada setiap pasien dengan gejala ano-
rektal. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menetapkan keutuhan sfingter ani
dan menetapkan ukuran dan derajat fiksasi tumor pada rektum 1/3 tengah
dan distal. Pada pemeriksaan colok dubur ini yang harus dinilai adalah:
-Keadaan tumor: Ekstensi lesi pada dinding rektum serta letak bagian
terendah terhadap cincin anorektal, cervix uteri, bagian atas kelenjar
prostat atau ujung os coccygis.
-Mobilitas tumor: Hal ini sangat penting untuk mengetahui prospek terapi
pembedahan.
-Ekstensi dan ukuran tumor dengan menilai batas atas, bawah, dan
sirkuler.

Pemeriksaan penunjang
1. Endoskopi Endoskopi merupakan prosedur diagnostik utama dan dapat
dilakukan dengan sigmoidoskopi (>35% tumor terletak di rektosigmoid)
atau dengan kolonoskopi total.
2. Enema barium dengan kontras ganda Pemeriksaan enema barium yang
dipilih adalah dengan kontras ganda.
3. CT colonography (Pneumocolon CT) Modalitas CT yang dapat
melakukan CT kolonografi dengan baik adalah modalitas CT scan yang
memiliki kemampuan rekonstruksi multiplanar dan 3D volume rendering.
Kolonoskopi virtual juga memerlukan software khusus.

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan karsinoma kolorektal adalah sebagai berikut:
1. Bedah
Pembedahan adalah satu satunya cara yang telah secara luas diterima
sebagai penanganan kuratif untuk kanker kolorektal. Pembedahan kuratif
harus mengeksisi dengan batas yang luas dan maksimal tetapi juga harus
tetap mempertahankan fungsi dari kolon sebisanya (Casciato DA, 2004).
Pada tumor yang bisa dioperasi, tindakan bedah merupakan satu-satunya
pengobatan kuratif karena adenokarsinoma kurang sensitif terhadap
radiasi ataupun sitostatika. Namun, pada tumor yang tidak dapat dioperasi
lagi, tindakan bedah bersifat paliatif. Pilihan penanganan kanker rektum
memerlukan ketepatan lokalisasi tumor, karena itu untuk tujuan terapi
rektum dibagi dalam 3 bagian, yaitu 1/3 atas, 1/3 tengah, dan 1/3 bawah.
Bagian 1/3 atas dibungkus oleh peritoneum pada bagian anterior dan
lateral, bagian 1/3 tengah dibungkus peritoneum hanya di bagian anterior
saja, dan bagian 1/3 bawah tidak dibungkus peritoneum. Lipatan
transversal rektum bagian tengah terletak +11cm dari garis anokutan dan
merupakan tanda patokan adanya peritoneum. Bagian rektum dibawah
katub media disebut ampula rekti, dimana bila bagian ampula ini direseksi
maka frekuensi defekasi secara tajam akan meningkat. Hal ini merupakan
faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam memilih tindakan
pembedahan. Bagian pascaerior rektum tidak ditutup peritoneum tetapi
dibungkus oleh lapisan tipis fasia pelvis yang disebut fasia propria. Pada
setiap sisi rektum di bawah peritoneum terdapat pengumpulan fasia yang
dikenal sebagai ligamen lateral, yang menghubungkan rektum dengan
fasia pelvis parietal. Letak ujung bawah tumor pada kanker rekti biasanya
dihitung dari berapa cm jarak tumor tersebut dari garis anokutan. Pada
hasil- hasil yang dilaporkan harus disebutkan apakah pembagian tersebut
dibuat dengan endoskopi yang kaku atau fleksibel dan apakah patokannya
dari garis anokutan, linea dentata, atau cincin anorektal. Bagian utama
saluran limfatik rektum melewati sepanjang trunkus a. hemoroidalis
superior menuju a. mesenterika inferior. Hanya beberapa saluran limfe
yang melewati sepanjang v. mesenterika inferior. Kelenjar getah bening
pararektal di atas pertengahan katup rektum mengalir sepanjang cincin
limfatik hemoroidalis superior. Di bawahnya (yaitu 7-8 cm diatas garis
anokutan), beberapa saluran limfe menuju ke lateral. Saluran-saluran
limfe ini berhubungan dengan kelenjar getah bening sepanjang
a.hemoroidalis media, fossa obturator, dan a.hipogastrika, serta a. iliaka
komunis. Perjalanan saluran limfatik utama pada kanker rekti adalah
mengikuti pembulih darah rektum bagian atas menuju kelenjar getah
bening mesenterika inferior. Aliran limfatik rektum bagian tengah dan
bawah juga mengikuti pembuluh darah rektum bagian tengah dan berakhir
di kelenjar getah ening iliaka interna. Kanker rekti bagian bawah yang
menjalar ke anus kadang-kadang dapat bermetastase ke kelenjar inguinal
superfisial karena adanya hubungan dengan saluran limfatik eferen yang
menuju ke anus bagian bawah.Kolektomi laparasokopik merupakan
pilihan penatalaksanaan bedah untuk kanker kolorektal. Bukti - bukti yang
diperoleh dari beberapa uji acak terkontrol dan penelitian kohort
memperlihatkan bahwa bedah laparoskopik untuk kanker kolorektal dapat
dilakukan secara onkologis dan memiliki kelebihan dibandingkan dengan
bedah konvensional seperti berkurangnya nyeri pascaoperasi, penggunaan
analgetika, lama rawat di rumah sakit, dan perdarahan.
2. Radioterapi
Terapi radiasi merupakan penanganan kanker dengan menggunakan x-ray
berenergi tinggi untuk membunuh sel kanker. Terdapat dua cara
pemberian terapi radiasi, yaitu dengan radiasi eksternal dan radiasi
internal. Pemilihan cara radiasi diberikan tergantung pada tipe dan
stadium dari kanker. Radiasi eksternal (external beam therapy) merupakan
penanganan dimana radiasi tingkat tinggi secara tepat diarahkan pada sel
kanker. Sejak radiasi digunakan untuk membunuh sel kanker, maka
dibutuhkan pelindung khusus untuk melindungi jaringan yang sehat
disekitarnya. Terapi radiasi tidak menyakitkan dan pemberian radiasi
hanya berlangsung beberapa menit. Radiasi internal (brachytherapy,
implant radiation) menggunakan radiasi yang diberikan ke dalam tubuh
sedekat mungkin pada sel kanker. Substansi yang menghasilkan radiasi
disebut radioisotop, bisa dimasukkan dengan cara oral, parenteral atau
implant langsung pada tumor. Radiasi internal memberikan tingkat radiasi
yang lebih tinggi dengan waktu yang relatif singkat bila dibandingkan
dengan eksternal radiasi, dan beberapa penanganan internal radiasi secara
sementara menetap didalam tubuh.
3. Kemoterapi Adjuvant
Kanker kolorektal telah banyak resisten pada hampir sebagian kemoterapi.
Bagaimanapun juga kemoterapi yang diikuti dengan ekstirpasi dari tumor
secara teoritis seharusnya dapat menambah efektifitas kemoterapi.
Kemoterapi sangat efektif digunakan bila tumor sangat sedikit dan berada
pada fase proliferasi (Schwartz, 2005). 15

7.Bagaimana pencegahan berdasarkan diagnosis banding?

 Hemoroid

sejumlah gejala lain hemoroid seperti:

 Rasa gatal atau sakit di sekitar anus.


 Perdarahan dari anus setelah buang air besar.
 Keluarnya lendir setelah BAB.
Hemoroid/Wasir harus segera ditangani agar tidak membengkak dan pecah, atau
terpuntir. Pencegahan serta pengobatan bisa dengan cara:

 Menerapkan pola makan yang sehat.


 Mengonsumsi obat-obatan atau menggunakan salep wasir.
 Menjalani operasi pengangkatan wasir. Jika wasir disebabkan oleh susah
BAB, penggunaan obat pelancar BAB mungkin akan diperlukan.
 Jangan menunda keinginan untuk BAB
 Olahraga secara teratur

Untuk mencegah wasir, konsumsi makanan kaya serat dan banyak minum air putih.
Hindari duduk terlalu lama, menunda BAB dan mengejan berlebihan. Jika ingin
mencobanya, obat alami ambeien juga bisa menjadi pilihan.16

 Mencegah Kanker Kolorektal 

Kanker kolorektal sering diawali dengan munculnya polip. Ada beberapa faktor yang
bisa menyebabkan polip bisa berubah menjadi kanker, seperti ukuran polip, jumlah
polip, hingga ditemukan dysplasia atau sel abnormal setelah polip diangkat. Biasanya,
seseorang yang memiliki lebih dari 2 polip di kolon atau rektum lebih rentan
mengembangkan kanker kolorektal. 

Penyakit ini disebabkan oleh tumbuhnya sel-sel secara abnormal. Namun, hingga saat
ini masih belum diketahui pasti apa yang menyebabkan sel berkembang secara tidak
normal. Ada beberapa faktor yang sering dikaitkan dan disebut sebagai penyebab
kanker kolorektal menyerang, mulai dari faktor usia, memiliki riwayat penyakit
kanker atau polip kolorektal, mengidap penyakit genetik, seperti sindrom Lynch,
mengidap diabetes, radang usus, serta tengah menjalani radioterapi. 

Gaya hidup yang dijalani nyatanya juga berpengaruh dalam memicu penyakit ini.


Kanker kolorektal disebut lebih berisiko menyerang orang yang jarang berolahraga,
kurang mengonsumsi serat dan buah-buahan, mengonsumsi minuman beralkohol
secara berlebih, serta aktif merokok. Penyakit ini juga rentan menyerang orang yang
memiliki berat badan berlebih alias obesitas. 
Maka dari itu, cara terbaik untuk mencegah atau menurunkan risiko kanker kolorektal
adalah dengan melakukan perubahan gaya hidup. Berikut ini beberapa tips perubahan
gaya hidup untuk mencegah serangan kanker kolorektal! 

 Makanan Sehat

Salah satu perubahan yang penting dilakukan adalah pada jenis makanan yang
dikonsumsi. Untuk mencegah penyakit ini, biasakanlah untuk selalu mengonsumsi
makanan sehat, terutama yang kaya akan kandungan serat. Sangat disarankan untuk
meningkatkan jumlah konsumsi buah-buahan dan sayuran. Jenis makanan ini banyak
mengandung vitamin, mineral, serat, serta antioksidan yang berperang penting dalam
mencegah kanker. 

 Kurangi Alkohol 

Konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan menjadi salah satu pemicu kanker


kolorektal menyerang. Maka dari itu, mulailah untuk membatasi atau menghentikan
konsumsi alkohol agar terhindar dari penyakit. Selain alkohol, orang yang berisiko
mengalami kanker kolorektal sebaiknya juga berhenti merokok. 

 Rutin Berolahraga 

Cegah kanker kolorektal dengan rutin melakukan olahraga, setidaknya 30 menit


dalam satu hari. Jika sebelumnya kamu tidak aktif berolahraga, cobalah memulai
dengan jenis olahraga yang ringan dan sesuai dengan kemampuan tubuh. 

 Jaga Berat Badan

Mengalami kelebihan berat badan alias obesitas menjadi salah satu faktor risiko
kanker kolorektal. Maka dari itu, pastikan untuk selalu menjaga berat badan agar tidak
berlebih. Kamu bisa membicarakan pada dokter atau ahli gizi sebelum memulai
program diet atau penurunan berat badan. 17

 Pencegahan Prolaps Rektum


Beberapa usaha preventif dapat dilakukan untuk mencegah prolaps rektum,
diantaranya adalah menghindari kebiasaan mengejan, di antaranya :

 Mencegah konstipasi dengan cara mengonsumsi makanan tinggi serat, minum


cukup air setiap hari, mengurangi konsumsi makanan olahan atau kemasan
(processed food)
 Menghindari sering mengangkat beban berat

 Mencegah penyakit yang menyebabkan batuk lama, seperti penyakit paru


obstruksi kronis
 Mencegah persalinan per vaginam yang terlalu sering dan terlalu dekat
jaraknya

Selain itu, sistem saraf, otot dan jaringan ikat sekitar rektum juga harus dikuatkan,
dengan cara sebagai berikut :

 Memperbanyak aktivitas fisik dan olahraga, serta mengurangi sedentary


lifestyle
 Mengurangi stres dengan cara relaksasi dan meditasi18

8.PERSPEKTIF ISLAM

S‫ا‬S‫ و‬S‫ ُع‬Sِ‫ب‬Sَّ‫ ت‬Sَ‫ اَل ت‬S‫و‬Sَ S‫ ا‬Sً‫ ب‬Sِّ‫ ي‬Sَ‫ اَل اًل ط‬S‫ح‬Sَ S‫ض‬ ِ S‫ر‬Sْ Sَ ‫أْل‬S‫ ا‬S‫ ي‬Sِ‫ ف‬S‫ ا‬S‫ َّم‬S‫ ِم‬S‫ا‬S‫و‬Sُ‫ ل‬S‫ ُك‬S‫س‬ Sُ S‫ا‬Sَّ‫ن‬S‫ل‬S‫ ا‬S‫ا‬Sَ‫ ه‬S‫ ُّي‬Sَ‫ أ‬S‫ا‬Sَ‫ي‬
ِ S‫ ا‬S‫ َو‬Sُ‫ ط‬S‫ُخ‬
S‫ ٌن‬S‫ ي‬Sِ‫ ب‬S‫ ُم‬S‫ ٌّو‬S‫ ُد‬S‫ َع‬S‫ ْم‬S‫ ُك‬Sَ‫ ل‬Sُ‫ه‬Sَّ‫ ن‬Sِ‫ إ‬Sۚ S‫ ِن‬S‫ ا‬Sَ‫ ط‬S‫ ْي‬S‫ َّش‬S‫ل‬S‫ ا‬S‫ت‬

Q.S Al Baqarah : 168

Artinya :

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah - langkah
syaitan karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata
bagimu”.

DAFTAR PUSTAKA

1. NW Andriani, A Margawati, A Mughni. Semarang : Fakultas


Kedokteran Universitas Diponegoro.2012. Jurnal Kedokteran
Diponegoro.R
2. Setiawan, GW. Saluran Pencernaan Manusia. Universitas Sumatera
Utara: Sumatera Utara.2015.
3. IDAI., 2012.Buku Ajar Gastroenterologi - Hepatologi. Jilid 1 cetakan
ketiga. Jakarta. Badan Penerbit IDAI. Pp:87-133.
4. Ir.Agus.s.MP.2012.PANGAN (DIETARY FIBER) DAN
MANFAATNYA BAGI KESEHATAN.FMIPA UMRI
5. Kusharto.Clara M.2006.Serat Makanan & Peranannya Bagi Kesehatan
Jurnal Gizi dan Pangan.
6. Alwi, Idrus. Simon S., Rudy Hidayat., dkk. 2017. Penatalaksanaan di
Bidang Ilmu Penyakit Dalam Panduan Praktis klinis.
InternaPublishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam.
7. ForootanMojgan, Bagheri Nazila, Darvishi Mohammad.
"Chronicconstipation A reviewofliterature." Medicine (2018): 1-9.
8. Bridges, et al. (2018). Clinically diagnosed cholecystitis: a case series.
Journal of surgical case reports, 2018(2), ISSN:2951-1527.
9. Prakoso Lisan G. 2017. Hemoroid. Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Semarang
10. - Sjamsuhidajat R. dan Wim de Jong. 2010. Usus Halus, Apendiks,Kolon dan
Anorektum. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC. Hlm 795-796
11. - Gerard M.D. 2010.Anorectum.Current Diagnosis & Treatment: Surgery 13 th
International Edition. McGraw Hill Hlm 704-707
12. Jan R. , John G . Rectal Prolapse.2011.
http://emedicine.medscape.com/article/2026460-overview (Akses 30
Desember 2020)
13. Randa M.M, Rectal Prolapse: Diagonisis and Clinical Management World J
Gastroenterol.2010
14. Komite Penanggulangan Kanker Nasional. Panduan Penatalaksanaan Kanker
Kolorektal. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
15. Jurnal Averrous Vol.5 No.2 November 2019
16. Myers, W. Everyday Health (2017). 4 Signs Your Hemorrhoids
Warrant a Doctor's Visit.
17. Medical News Today. Diakses pada 2019. Colorectal cancer: What
you need to know.Cancer.org. Diakses pada 2019. What Is Colorectal
Cancer?
18. J. Martins. Everything You Should Know About Rectal Prolapse.
2017. https://www.healthline.com/health/rectal-prolapse.

Anda mungkin juga menyukai