Anda di halaman 1dari 11

PKPA KOMUNITAS

INFOKOM

KELOMPOK 2:

1. Hamas Wihdahtush Sholihah 20230440004


2. Yesinta Dewi Armanda 20230440009
3. Fatimah Noor Azizah Vannia Zahra 20230440012
4. Diah Putri Astuti 20230440013
5. M. Iqbal Darmansyah 20230440014
6. Ulfatul mohaffifah 20230440021
7. Setri Rahayu Widoty 20230440022
8. Melly Alfaen Hadiri Putri 20230440025
9. Nofiyanah 20230440029
10. Sitti rohmah 20230440030

PRODI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HANG TUAH
SURABAYA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kosmetika merupakan bahan atau sediaan yang digunakan yang digunakan untuk
penggunaan bagian luar tubuh manusia seperti epidermis, rambut,kuku bibir dan organ
genital bagian luar, atau gigi dan membran mukosa mulut. Kosmetika digunakan untuk
membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan, dan memperbaiki bau badan serta
melindungi tubuh. Bahan kosmetika bahan yang berasal dari alam/ sintetik yang merupakan
komponen dari kosmetika termasuk bahan pewarna, bahan pengawet dan tabir surya.
(Kementerian Kesehatan, 2010)
Peredaran kosmetika membutuhkan perizinan yang dimana tertuang dalam peraturan
permenkes 2010 tentang perizinan kosmetika yang dimana harus memenuhi persyaratan
mutu, keamanan dan juga kemanfaatan. Yang dimana persyaratan kosmetika juga tertuang
dalam CPOKB, banyak sekali undang-undang persyaratan mengenai persyaratan perizinan
kosmetika .
Pemberian informasi terhadap produk yang akan diedarkan sangat penting yang dimana
digunakan sebagai edukasi maupun informasi yang akan diberikan kepada
masyarakat.berbagai macam pemberian informasi dan juga edukasi melalui non elektronik
dan elektronik hal ini tertuang dalam peraturan BPOM NO 12 tahun 2018 tentang organisasi
dan tata kerja pelaksanaan teknis di lingkungan Badan POM. Seiring perkembangan zaman
teknologi dan informasi dapat mendorong peningkatan pemanfaatan pangan lokal. Pangan
lokal dapat dijadikan sebagai bahan dalam pengolahan produk pangan. Perkembangan
industri pangan yang terus berkembang mengikuti zaman dapat membantu meningkatkan
perekonomian masyarakat dengan mengelola bahan untuk dijadikan sebuah produk yang
dapat dipasarkan. Pangan adalah produk yang berasal dari sumber hayati, air, baik yang
diolah maupun tidak diolah, yang dapat digunakan sebagai makanan atau minuman bagi
manusia termasuk bahan lain yang melalui proses penyiapan, pengolahan, pembuatan
makanan dan minuman. Produk pangan olahan harus memenuhi persyaratan keamanan,
bergizi dan harus terjamin mutunya (Yulianti and Mustarichie, 2018). Pangan olahan adalah
makanan atau minuman hasil dengan metode tertentu dengan atau tanpa bahan tambahan
(Indonesia, 2018). Salah satu bahan lokal yang dapat banyak diteliti dan diolah menjadi suatu
produk dari bunga telang. Bunga telang adalah jenis tanaman yang dapat ditemukan di
halaman rumah warga yang biasanya digunakan sebagai tanaman budidaya. Tumbuhan ini
memiliki bunga berwarna biru, putih, merah muda dan ungu yang dapat dimanfaatkan untuk
2
pewarna makanan, kue dan dapat dijadikan teh kering dan minuman teh. Teh bunga telang
memiliki aroma yang sangat khas seperti aroma rumput (Angriani, 2019). Bunga telang
dikenal memiliki banyak manfaat bagi tubuh. Bunga ini bisa dimanfaatkan sebagai minuman
yang dibuat secara langsung dari bunga yang baru saja dipetik. Banyak masyarakat
menjadikan bunga telang sebagai pangan olahan untuk membantu menunjang ekonomi
masyarakat, dan meningkatkan kreativitas dari masyarakat untuk menghasilkan suatu produk.
Masyarakat dapat mengelola suatu bahan untuk dijadikan suatu produk di rumahnya masing-
masing. Peredaran produk olahan tersebut juga memerlukan izin edar. Izin edar adalah
persetujuan hasil penilaian pangan olahan yang diterbitkan oleh kepala badan dalam rangka
peredaran pangan olahan (Indonesia, 2018). Izin edar ini penting karena sebagai jaminan
untuk pangan olahan yang dijual oleh industri rumah tangga pangan.
1.2 Tinjau Pustaka
Menurut undang – undang Badan Pom No 18 tahun 2012 Tentang Pangan, pangan
adalah segala sesatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, Perkebunan,
kehutanan, perikanan, peternakan, perairan dan air maupun yang diolah maupun tidak sebagai
makanan atau minuman bagi konsumsi manusia. Kualitas pangan dapat ditinjau dari aspek
mikrobiologis, fisik, tekstur dan kandungan gizi. Berdasarkan cara perolehannya, pangan
dapat dibedakan menjadi 3:
1. Pangan segar adalah pangan yang belum mengalami pengolahan.
2. Pangan olahan adalah makan atau minuman hasil proses pengolahan dengan cara atau
metode tertentu, dengan bahan tambahan atau tidak.
3. Pangan olahan tertentu adalah pangan olahan yang diperuntukkan bagi kelompok
tertentu dalam Upaya memlihara dan meningkatkan kualitas Kesehatan .
Izin Edar adalah persetujuan hasil Penilaian Pangan Olahan yang diterbitkan oleh kepala
badan dalam rangka peredaran Pangan Olahan. Setiap Pangan Olahan yang di produksi di
dalam negeri atau yang diimpor untuk diperdagangkan dalam kemasan eceran wajib memiliki
Izin Edar. Izin edar pangan olahan diterbitkan untuk pengelola yang ingin mendaftrkan
produknya. Jenis pangan yang diizinkan diproduksi IRTP tersebut dikategorikan berdasarkan
uji laboratoris, bahan-bahan yang digunakan, proses pembuatannya, dan nilai tinggi risiko
yang telah disesuaikan dengan keamanan pangan. Dokumen perizinan yang wajib dimiliki
oleh IRTP adalah Izin usaha Industri Kecil (IUI Kecil)1 untuk kegiatan industrinya, Surat izin
Usaha Perdagangan Kecil (SIUP Kecil) untuk dapat menjalankan kegiatan usaha
perdagangan, dan Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) untuk izin
edar produk P-IRT.
3
1.2 Rumusan Masalah
1. regulasi/peraturan yang berhubungan dengan perizinan produk kosmetik
2. Langkah/cara apa yang paling cepat dan efektif untuk mengedukasi masyarakat
tentang keamanan produk kosmetik dan bahaya kosmetik illegal, dikaitkan dengan
tren edukasi terkini, beserta contoh materi edukasinya/informasinya, (dikaitkan
dengan peran apoteker dalam mengedukasi masyarakat).
3. Tata cara Pendaftaran produk yang baik dan benar
1.3 Tujuan Masalah
1. Mengetahui peraturan mengenai perizinan produk kosmetik
2. Mengetahui langkah/cara untuk mengedukasi masyarakat mengenai keamanan produk
kosmetik dan bahaya kosmetik ilegal
3. Mengetahui tata cara pendaftran produk yang baik dan benar.

4
BAB II
PEMBAHASAN

STUDI KASUS 1
Berdasarkan hasil monev pengaduan dari masyarakat yang masuk ke ULPK BBPOM di
Surabaya, mayoritas pengaduan yang diterima adalah kosmetik yang diduga illegal.
Pertanyaan :
1. Sebutkan regulasi/peraturan yang berhubungan dengan perizinan produk kosmetik
2. Langkah/cara apa yang paling cepat dan efektif untuk mengedukasi masyarakat tentang
keamanan produk kosmetik dan bahaya kosmetik illegal, dikaitkan dengan tren edukasi
terkini, beserta contoh materi edukasinya/informasinya, (dikaitkan dengan peran
apoteker dalam mengedukasi masyarakat).
Analisis Kasus
1. Macam – macam peraturan mengenai perizinan kosmetik
 permenkes tahun 2010 : 1175/MENKES/PER/VII/2010 tentang perizinan kosmetika
• BPOM 2018: pelayanan perizinan berusaha terintegrasi secara elektronik sector obat
dan makanan
• Peraturan bdan pengawas obat dan makanan nomor 5 tahun 2020 tentang integritasi
pelayanan perizinan berusaha secara elektronik sector obat dan makanan
• Peraturan pemerintah RI nomor 5 tahun 2021 tentang penyelenggaraan perizinan
berusaha berbasis resiko
• Peraturan BPOM nomor 10 tahun 2021 tentang standar kegiatan usaha produk pada
penyelenggaraan perizinan berusaha berbasis risiko sektor obat dan makanan
• Keputusan kepala BPOM nomor 479 tahun 2023 tentang perubahan bahan yang
diizinkan dalam kosmetik
2. Sebagai apoteker langkah yang paling cepat yang bisa diupayakan untuk mengedukasi
masyarakat tentang keamanan produk kosmetik dan bahaya kosmetik illegal ialah
komunikasi informasi dan edukasi, berupa pembuatan leafleat online yang berisi
pengenalan aplikasi Cek Bpom dengan memanfaatkan sosial media sebagai sarana
memberi informasi agar jangkauannya lebih luas, seperti : Instagram, Facebook,
Tiktok, dll. Pemilihan kata - kata yang digunakanpun harus ringkas, padat namun
jelas dan menarik, sehingga masyarakat mau membaca dan harapannya dapat
dipraktikan sehingga nantinya masyarakat tahu bagaimana cara membedakan produk

5
kosmetik yang legal dan illegal, dan tentu saja ditambahkan gambar - gambar akibat
penggunaan produk- produk kosmetik yang mengandung bahan berbahaya seperti
merkuri, hidroquinon, bahkan pewarna tekstil yang seharusnya tidak boleh digunakan
untuk pewarna kosmetik, dll, sehingga diharapkan keingintahuan masyarakat
meningkat dan secara mandiri dapat memilih kosmetik yang aman paling tidak untuk
dirinya sendiri terlebih dahulu.
Contoh :
CARA MEMILIH KOSMETIK YANG AMAN VIA BPOM
Kosmetik illegal mengandung bahan – bahan membahayakan tubuh, selain iritasi
seperti kemerahan, flek hitam, gangguan hormon dan penggunaan yang berkepanjangan
bahkan bisa sampai mengakibatkan kanker kulit loh!!! Cek kosmetik yang kamu
gunakan saat ini melalui aplikasi Cek BPOM yang dapat diunduh melalui Playstore,
Setelah diunduh lakukan Langkah berikut ini :
1. Buka aplikasi dan temukan menu “Semua Produk” dan “Nama Registrasi”
2. Klik menu “Semua Produk” dan pilih folder produk teregistrasi, produk dibatalkan atau
produk warning.
3. Kemudian klik “Nomor Registrasi” dan pilih anda akan memasukkan identitas produk
sesuai nama produk atau nama dagang, atau nama produsen dan importirnya
4. Klik “Cari Produk”, dan anda akan mendapatkan data tentang produk yang anda
masukkan, apakah produk itu sudah legal/terdaftar atau masuk ke dalam produk yang
ditarik dari pasaran.
STUDI KASUS 2
Seorang karyawan yang baru saja dirumahkan sementara dari perusahaannya ingin membuat
teh kering dan minuman siap minum tanpa pengawet dalam kemasan botol kaca untuk
dititipkan di cafe dekat rumah.
 Dapatkah anda membantu pengusaha tersebut, kemana dia harus mendaftarkan
produknya?
 Jelaskan jawaban saudara disertai dengan data dukung yang sesuai!
ANALISIS
Menurut Peraturan kepala Badan POM RI Nomor 22 Tahun 2018 Tentang Pedoman
Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga, menyatakan bahwa Pangan
Industri Rumah Tangga (P-IRT) adalah sertifikasi bagi Industri yang memproduksi makanan
dan minuman skala rumahan, sehingga pengusaha tersebut bisa mendaftarkan P-IRT. Pangan

6
olahan harus memenuhi persyaratan kriteria keamanan, bergizi dan bermutu, maka dari itu
teh kering dan minuman teh sebaiknya harus di daftarkan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota untuk memperoleh SPP-IRT. SPP-IRT (Sertifikat Produksi Pangan Industri
Rumah Tangga) adalah jaminan tertulis yang diberikan oleh Bupati/Walikota terhadap
pangan produksi IRTP di wilayah kerjanya yang telah memenuhi persyaratan pemberian
SPP-IRT dalam rangka peredaran pangan produksi IRTP. Jenis pangan produksi IRTP yang
diizinkan untuk memperoleh SPP-IRT meliputi:
1. Hasil Olahan Daging Kering
2. Hasil Olahan Ikan Kering
3. Hasil Olahan Unggas Kering
4. Hasil Olahan Sayur
5. Hasil Olahan Kelapa
6. Tepung dan Hasil Olahnya
7. Minyak dan Lemak
8. Selai, Jeli dan sejenisnya
9. Gula, Kembang Gula dan Madu
10. Kopi dan Teh Kering
11. Bumbu
12. Rempah-rempah
13. Minuman Serbuk
14. Hasil Olahan Buah
15. Hasil Olahan Biji-bijian, Kacang-kacangan dan Umbi
Pada teh kering termasuk kedalam jenis pangan kopi dan teh kering, sedangkan untuk
minuman teh termasuk kedalam jenis minuman serbuk. Menurut Peraturan Badan POM
Nomor 22 Tahun 2018 Untuk memperoleh SPP-IRT pemilik harus membuat permohonan
pengajuan ke Dinas Kesehatan setempat. Kemudian pemilik harus melengkapi persyaratan
diantaranya:
a. Memiliki sertifikat penyuluhan keamanan pangan.
Untuk mendapatkan sertifikat penyuluhan keamanan pemilik harus mengikuti
kegiatan penyuluhan keamanan pangan untuk mendapatkan sertifikat tersebut. Dalam
mengikuti penyuluhan keamanan pangan untuk mendapatkan sertifikat pemilik harus
memperoleh nilai evaluasi (post test) minimal 60.
b. Menunggu hasil evaluasi terhadap dokumen yang kelengkapan permohonan SPP-IRT.
Berkas yang untuk evaluasi meliputi:
7
1. Nama Pangan,
2. Nama Dagang,
3. Jenis Kemasan,
4. Berat Bersih,
5. Bahan Baku dan Bahan Lain yang digunakan,
6. Tahapan Produksi,
7. Nama, Alamat, Kode Pos dan Nomor Telepon IRTP,
8. Nama Pemilik,
9. Nama Penanggung Jawab,
10. Informasi Tentang Masa Simpan,
11. Informasi Tentang Kode Produksi,
12. Surat Keterangan Izin Usaha dari Camat,
13. Rancangan Label Pangan,
14. Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan (bagi pemohon baru).
untuk berkas persyaratan tersebut akan dievaluasi oleh Dinas Kesehatan
Setempat, jika terdapat kekurangan dalam isian dokumen dan kelengkapannya melalui
Bupati melalui Dinas Kesehatan untuk dilakukan pembinaan kepada IRTP yang
mengajukan permohonan.
c. Pemeriksaan sarana produksi pangan IRTP
Pemeriksaan sarana produksi pangan IRTP dapat dilakukan setelah berkas
pemilik memenuhi persyaratan dan untuk pemeriksaan sarana produksi pangan IRT
dilakukan oleh Tenaga Pengawas Pangan Kabupaten/Kota dengan dilengkapi surat
tugas yang diterbitkan oleh Bupati/Walikota c.q Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Kriteria Tenaga Pengawas Pangan Kabupaten/Kota adalah Pegawai Negeri Sipil yang
memiliki sertifikat kompetensi pangan Kabupaten/Kota.
d. Pemberian Nomor IRTP
Jika pemeriksaan sarana produksi pangan industri rumah tangga telah memuni
syarat akan dilakukan pemberian nomor IRTP yang terdiri dari 15 digit angka contoh
sebagai berikut: P-IRT No. 12345678901234-45, untuk Nomor IRTP diberikan hanya
untuk 1 jenis pangan IRT.
Untuk penjelasan dari 15 digit angka sebagai berikut:
1. Digit ke-1 menunjukkan kode jenis kemasan,
2. Digit ke-2 dan 3 menunjukkan nomor urut/kode jenis pangan,
3. Digit ke-4, 5, 6, dan 7 menunjukkan kode provinsi,
8
4. Digit ke-8 dan 9 menunjukkan nomor urut pangan IRTP,
5. Digit ke-10, 11, 12, dan 13 menunjukkan nomor urut IRTP di Kabupaten/Kota
yang bersangkutan,
6. Digit ke-14 dan 15 menunjukkan tahun berakhir masa berlaku.
e. Penyerahan SPP-IRT
Setelah pemilik mendapatkan nomor P-IRT dinas kesehatan Kabupaten/Kota
akan mengirimkan SPP-IRT ke Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu, dan
Bupati/Walikota c.q Unit Pelayanan terpadu SatuPintu menyerahkan SPP-IRT kepada
pemilik/penanggung jawab IRTP yang telah memnuhi persyaratan.

9
BAB III
KESIMPULAN
Pada kasus 1 Peredaran kosmetika membutuhkan perizinan yang dimana tertuang dalam
beberapa peraturan yang tertuang dalam PERMENKES, Kepala BPOM maupun BPOM.
Setelah melakukan perizinan kosmetika akan diedarkan dan disebarluaskan kepada
masyarakat maka dari itu perlunya informasi mengenai produk yang akan diedarkan agar
tidak terjadi penyalahgunaan pemakaian, yaitu dengan pemberian informasi atau edukasi
melalui media sosial, elektronik maupun non elektronik salah satunya dengan inovasi yang
bisa diberikan yaitu adalah leatflet online yang bisa diberikan melalui media sosial
dikarenakan banyaknya penggunaan media sosial saat ini.
Sedangkan pada kasus 2 Produk tersebut bisa di daftarkan terlebih dahulu karena teh kering
dan minuman teh dari bunga telang termasuk ke dalam P-IRT. Pangan olahan harus
memenuhi persyaratan kriteria keamanan, bergizi dan bermutu maka dari itu pemilik harus
mengurus P-IRT melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk memperoleh SPP-IRT
dengan melakukan beberapa persyaratan yang sudah ditetapkan sesuai peraturan.

10
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Kesehatan (2010) ‘Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1175/MENKES/PER/VIII/2010 Tentang Izin Produk Kosmetika’, Dirjen Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan, (396), pp. 1–32.
Angriani, L. (2019). The Potential of Extract Butterfly Pea Flower (Clitoria ternatea L.) as a
Local Natural Dye for Various Food Industry. Canrea Journal: Food Technology,
Nutritions, and Culinary Journal, 2(1), 32–37.
Indonesia, B. P. O. D. M. R. (2018). Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri
Rumah Tangga. Badan Pengawas Obat Dan Makanan, 1–16.
Kepala, P., Pengawas, B., Dan, O., Indonesia, R., Olahan, P. P., Rahmat, D., Yang, T., Esa,
M., Badan, K., Obat, P., Makanan, D. A. N., & Indonesia, R. (2016). BERITA
NEGARA. 825.
Sellia, N. M., & Atmadja, I. B. P. (2019). Kajian Tentang Izin Pada Industri Rumah Tangga
Pangan. Kertha Semaya : Journal Ilmu Hukum, 7(8), 1.
Undang-undang Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan.
Yulianti, M. D., & Mustarichie, R. (2018). Tata Cara Registrasi Untuk Pangan Olahan
Industri Rumah Tangga (PIRT) Dan Makanan Dalam Negeri (MD) Dalam Rangka
Peningkatan Produk Yang Aman Dan Bermutu Di Bandung Jawa Barat. Farmaka,
15(3), 57–64.

11

Anda mungkin juga menyukai