Anda di halaman 1dari 26

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam perkembangan hidup manusia, setiap orang yang

menginginkan hidup sehat melakukan upaya atau cara untuk memulihkan

keadaannya secara cepat dan optimal dengan menggunakan obat. Bahkan

mereka yang rela ingin tampil sempurna rela mengorbankan uangnya

untuk mendapatkan kesempurnaan itu dengan mengkonsumsi berbagai

macam obat. 1Pentingnya Obat dan Makanan dalam kehidupan menusia

merupakan hal yang mutlak untuk memenuhi kehidupan sehari hari dan

keberlangsungan hidup. Kemajuan teknologi telah membawa perubahan-

perubahan yang cepat dan signifikan pada industri farmasi, obat asli

Indonesia, makanan, kosmetika dan alat kesehatan. Dengan menggunakan

teknologi modern, industri-industri tersebut kini mampu memproduksi

dalam skala yang sangat besar mencakup berbagai produk dengan "range"

yang sangat luas. Konsumsi masyarakat terhadap produk-produk

termaksud cenderung terus meningkat, seiring dengan perubahan gaya

hidup masyarakat termasuk pola konsumsinya.

Sementara itu pengetahuan masyarakat masih belum memadai

untuk dapat memilih dan menggunakan produk secara tepat, benar dan

aman. Di lain pihak iklan dan promosi secara gencar mendorong

konsumen untuk mengkonsumsi secara berlebihan dan seringkali tidak

rasional. Perubahan teknologi produksi, sistem perdagangan internasional


1
G. Eka Putra Pratama Arnawa dkk, 2018. Pengawasan terhadap Perusahaan yang
mengedarkan Obat – Obatan Impor tanpa Izin Edar, Jurnal Fakultas Hukum Universitas Udayana,
Denpasar, hlm:2
2

dan gaya hidup konsumen tersebut pada realitasnya meningkatkan resiko

dengan implikasi yang luas pada kesehatan dan keselamatan konsumen.

Apabila terjadi produk sub standar, rusak atau terkontaminasi oleh bahan

berbahaya maka risiko yang terjadi akan berskala besar dan luas serta

berlangsung secara amat cepat.

Untuk itu Indonesia harus memiliki Sistem Pengawasan Obat dan

Makanan (SisPOM) yang efektif dan efisien yang mampu mendeteksi,

mencegah dan mengawasi produk-produk termaksud untuk melindungi

keamanan, keselamatan dan kesehatan konsumennya baik di dalam

maupun di luar negeri. Untuk itu telah dibentuk Badan Pengawas Obat dan

Makanan(BPOM) yang memiliki jaringan nasional dan internasional serta

kewenangan penegakan hukum dan memiliki kredibilitas profesional yang

tinggi. 2

Dalam Peraturan Badan ini sesuai dengan Peraturan BPOM Nomor

8 Tahun 2020 BAB 1 Ketentuan Umum Pasal 1 tentang Pengawasan Obat

dan Makanan yang Diedarkan Secara Daring yang dimaksud dengan

Peredaran Obat dan Makanan Secara Daring adalah setiap kegiatan atau

serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan penyaluran dan/atau

penyerahan Obat, Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, Kosmetika, dan

Pangan Olahan dengan menggunakan media transaksi elektronik dalam

rangka perdagangan. Pengertian Obat dan Makanan itu sendiri sesuai

Peraturan BPOM Nomor 8 Tahun 2020 BAB 1 Pasal 2 tentang

2
https://www.pom.go.id/new/view/direct/background diakses pada tanggal 20 maret 2022
3

Pengawasan Obat dan Makanan yang Diedarkan Secara Daring dalam

Peraturan Badan ini meliputi:3

1. Obat; obat jadi termasuk produk biologi, yang merupakan bahan

atau paduan bahan yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki

sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,

pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan peningkatan kesehatan dan

kontrasepsi untuk manusia.

2. Obat Tradisional; bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan

tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau

campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan

untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku

di masyarakat.

3. Suplemen Kesehatan; produk yang dimaksudkan untuk

melengkapi kebutuhan zat gizi, memelihara, meningkatkan dan/atau

memperbaiki fungsi kesehatan, mempunyai nilai gizi dan/atau efek

fisiologis, mengandung satu atau lebih bahan berupa vitamin, mineral,

asam amino dan/atau bahan lain bukan tumbuhan yang dapat dikombinasi

dengan tumbuhan.

4. Kosmetika; bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk

digunakan pada bagian luar tubuh manusia seperti epidermis, rambut,

kuku, bibir dan organ genital bagian luar, atau gigi dan membran mukosa

mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan

3
Peraturan BPOM No 8 Tahun 2020 tentang Pengawasan Obat dan Makanan yang
Diedarkan Secara Daring Ketentuan Umum
4

dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh

pada kondisi baik.

5. Pangan Olahan; makanan atau minuman hasil proses dengan

cara atau metode tertentu dengan atau tanpa bahan tambahan.

Selama pandemi Covid-19, hampir semua kegiatan dilakukan

secara online, termasuk modus penipuan obat dan pangan ilegal.

Bayangkan, selama pandemi ada 48.058 tautan iklan online pangan dan

obat ilegal selama semester I 2020. Semua itu terungkap dari hasil operasi

dan analisa intelijen Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), penjualan secara online

pada bulan April 2020 bahkan melonjak hingga 480 persen. Hal ini

memberikan peluang bagi pelaku kejahatan obat dan makanan untuk

mengedarkan obat dan makanan ilegal dan tidak memenuh persyaratan

melalui media online.

Berdasarkan hasil kinerja patroli siber Obat dan Makanan yang

dilakukan oleh Badan POM, terjadi peningkatan jumlah tautan/situs yang

teridentifikasi mengedarkan obat dan makanan ilegal. Pada 2019, BPOM

mengidentifikasi 24.573 tautan penjualan obat dan makanan ilegal. Kini

naik 100 persen. Sementara itu, kebijakan pengawasan terhadap obat dan

makanan yang diedarkan daring tersebar dalam berbagai peraturan

perundangan. Perkembangan perekonomian dan gaya hidup yang semakin

pesat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka kebutuhan

manusia semakin berkembang. 4


4
Marieska, “Selama Pandemi beredar 48 iklan obat dan pangan ilegal online”.
5

Pemerintah memiliki sumber daya terbatas dalam mengawasi

peredaran obat dan makanan daring yang tidak mengenal batas geografi.

Pihak swasta berperan dalam membuat program terintegrasi yang

mendukung kebijakan dan memperhatikan hak-hak konsumen. Masyarakat

juga berperan dalam meningkatkan kewaspadaan dan melaporkan kepada

pihak lokapasar maupun Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)

terhadap produk ilegal. Penerapan hukum dilakukan oleh lembaga

pemerintah yaitu BPOM yang bertugas melindungi masyarakat dari

produk obat dan makanan ilegal dengan melakukan pengawasan dan

penegakan hukum terhadap pelaku kejahatan.

Sesuai amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

(UUD 1945), negara wajib menjaga dan melindungi rakyat Indonesia salah

satunya dengan jaminan ketersediaan obat dan makanan yang aman,

bermutu dan memiliki kemanfaatan. Pengaturan obat dan makanan

tersebar dalam beberapa peraturan perundang-undangan. Aturan ini

dilandasi oleh ketentuan Pasal 35 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 71

Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik dan

ketentuan Pasal 2 Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 tentang

Badan Pengawas Obat dan Makanan, Badan Pengawas Obat dan Makanan

mempunyai tugas menyelenggarakan tugas pemerintahan di bidang

pengawasan obat dan makanan, termasuk peredaran obat dan makanan

yang diedarkan secara daring. Untuk di Tingkat Kabupaten sendiri ada

https://www.jawapos.com/kesehatan/25/09/2020/selama-pandemi-beredar-48-ribu-iklan-obat-dan-
pangan-ilegal-online/
6

istilah LOKA Pom merupakan bagian Unit Pelaksana Tugas dari BPOM

itu sendiri.

Obat sebagai salah satu dari sediaan farmasi, selain bahan baku

obat, kosmetika dan obat tradisional diatur secara umum di dalam

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (selanjutnya

disebut UU Kesehatan). Komoditi makanan atau pangan secara khusus

diatur di dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan.

Terhadap pelaksanaan perlindungan tersebut, pemerintah menerapkan

pengawasan secara terus menerus dengan memberikan kewenangan

terhadap lembaga pemerintah yaitu BPOM.

Dijelaskan sesuai Peraturan BPOM No 8 Tahun 2020 Pasal 25

Pengawasan terhadap obat dan makanan yang diedarkan secara daring

dilaksanakan melalui pemeriksaan oleh Pengawas.

Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan

dengan ketentuan sebagai berikut:

1. melakukan pemantauan terhadap peredaran obat dan makanan

secara daring termasuk iklan yang menyertainya pada Sistem Elektronik,

Media Sosial, dan media internet lain; dan

2. melakukan pemeriksaan setempat di sarana yang terkait atau

patut diduga menyelenggarakan kegiatan Peredaran Obat dan Makanan

Secara Daring.
7

Menurut Jeremy Bentham5, tujuan hukum adalah memberikan

kemanfaatan atau kebahagiaan bagi sebagian besar orang, artinya

dibentuknya hukum adalah untuk menuju kebahagiaan dan kesejahteraan

yang lebih besar. Seperti halnya pengaturan narkotika yang telah memiliki

payung hukum sendiri dan memberikan aturan main yang jelas dalam hal

pemasukan, hak kepemilikan, pendistribusian dan kewenangan

pengawasan, pembinaan, maka sudah layak halnya dengan obat keras

lainnya yang rawan disalagunakan oleh masyarakat Indonesia, begitu pula

kosmetika ilegal yang memiliki pasar yang menjanjikan dan obat

tradisional yang membudaya secara turun temurun di masyarakat baik

masyarakat pedesaan maupun perkotaan serta suplemen kesehatan ilegal

dan mengandung bahan kimia obat.

Seperti hal halnya kasus yang baru baru kali ini terjadi di Cilacap -

Kamis, 24 Februari 2022 hasil pengawasan petugas Loka Pengawas Obat

dan Makanan (POM) di Kabupaten Banyumas bersama dengan anggota

Polsek Kroya, menemukan sarana yang memproduksi Obat Tradisional

(OT) ilegal/tanpa izin edar (TIE) mengandung Bahan Kimia Obat (BKO)

di wilayah Gentasari, Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap.

Hasil dari pengawasan tersebut ditemukan produk OT TIE

mengandung BKO dengan jumlah sekitar 1000 box jamu berbagai merk

siap diedarkan, produk antara, bahan baku, dan bahan kemas serta alat

produksi yang telah diamankan diperkirakan memiliki nilai keekonomian


5
Laurensius Arliman S, ‘Gagalnya Perlindungan Anak Sebagai Salah Satu Bagian Dari
Hak Asasi Manusia Oleh Orang Tua Ditinjau Dari Mazhab Utilitarianisme’, Jurnal Yuridis,
2016<https://doi.org/http://dx.doi.org/10.35586/.v3i2.180>.
8

mencapai 225 juta rupiah. Terhadap temuan bahan baku dan produk jadi

tersebut sebagian akan dikirim ke Laboratorium Pengujian Balai Besar

POM di Semarang untuk dipastikan kandungannya, sementara barang dan

produk lainnya diamankan sebagai barang bukti dalam proses

penyelidikan selanjutnya. Kepada pemilik sarana akan dilakukan proses

penyidikan karena kegiatan memproduksi OT ilegal mengandung BKO

melanggar pasal 196 dan 197 UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.6

Maraknya penjualan obat secara daring semakin meningkatkan

potensi penyalahgunaan obat dan penyebaran obat ilegal, termasuk obat

palsu. Obat bukan komoditi ekonomi biasa namun produk yang harus

dijaga persyaratan keamanan, khasiat, dan mutunya. Karena itu, Badan

POM melakukan pengawasan secara komprehensif mulai dari produk

sebelum beredar hingga beredar di pasaran, termasuk melaksanakan

penegakan hukum dan pemberdayaan masyarakat.

Belum efektifnya pengawasan dan penegakan hukum terhadap

peredaran obat dan makanan disebabkan budaya hukum masyarakat yang

buruk menjadi salah satu faktor masih tingginya peredaran obat, kosmetik,

obat tradisional secara online selain lemahnya substansi dan struktur

hukum.7

Salah satu tugas penting Badan POM dalam memberikan

perlindungan kepada masyarakat adalah melakukan pengawasan terhadap

6
https://www.pom.go.id/new/view/more/berita/25229/Loka-POM-Kabupaten
Banyumas-Sita-Obat-Tradisional-Ilegal.html
7
Muhammad Rusydi Ridha , ‘Efektivitas Penegakan Hukum Pidana Kesehatan
Dalam Bidang Obat Dan Makanan Di Indonesia’, 2017.
9

Obat dan Makanan yang beredar di masyarakat agar aman, legal, dan

memenuhi persyaratan. Peraturan ini merupakan bentuk dukungan Badan

POM terhadap kemajuan teknologi industri 4.0 melalui keterbukaan

terhadap perkembangan teknologi digital dan sekaligus memberikan

kemudahan akses bagi masyarakat selama memenuhi peraturan

perundang-undangan dan terjamin keamanan, khasiat, dan mutunya.

Sesuai dengan peraturan BPOM No. 8 Tahun 2020 Bab 1

Ketentuan Umum poin nomor 25 yang melakukan tugas BPOM adalah

pengawas. Pengawas adalah pegawai di lingkungan Badan Pengawas Obat

dan Makanan yang diberi tugas melakukan pengawasan peredaran obat

dan makanan secara daring berdasarkan surat perintah tugas dari pejabat

yang berwenang. Dalam BAB 2 Pasal 3 Obat yang diedarkan wajib

memiliki izin edar serta memenuhi persyaratan cara pembuatan dan

distribusi Obat yang baik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Fungsi Utama BPOM

Berdasarkan pasal 3 pada Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun

2017 tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan, BPOM mempunyai

fungsi:

1. penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan Obat dan

Makanan;

2. pelaksanaan kebijakan nasional di bidang pengawasan Obat dan

Makanan;
10

3. penyusunan dan penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria

di bidang Pengawasan Sebelum Beredar dan Pengawasan Selama

Beredar;

4. pelaksanaan Pengawasan Sebelum Beredar dan Pengawasan

Selama Beredar;

5. koordinasi pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan

instansi pemerintah pusat dan daerah;

6. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang

pengawasan Obat dan Makanan;

7. pelaksanaan penindakan terhadap pelanggaran ketentuan

peraturan perundang-undangan di bidang pengawasan Obat dan

Makanan;

8. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian

dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan

BPOM;

9. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi

tanggung jawab BPOM;

10. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BPOM; dan

11. pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh

unsur organisasi di lingkungan BPOM.

Peraturan ini disusun sebagai dasar hukum yang digunakan untuk

pengawasan peredaran obat secara daring serta memuat pengaturan pada

aspek pencegahan dan aspek penindakan (sanksi) dengan ruang lingkup


11

pengaturan pengawasan peredaran dengan mekanisme business to business

dan business to consumer. Hal tersebut sesuai dengan amanat Peraturan

Presiden Nomor 80 Tahun 2017 tentang Badan Pengawas Obat dan

Makanan, yang menyebutkan bahwa Badan POM menyelenggarakan tugas

pemerintahan di bidang pengawasan Obat dan Makanan sesuai peraturan

perundang-undangan, yaitu melakukan pengawasan Obat dan Makanan

dari hulu hingga ke hilir, termasuk peredaran secara daring.

Menurut Soerjono Soekanto, faktor yang berpengaruh besar dalam

ditegakannya suatu aturan adalah faktor penegak hukum. Hal ini

dikarenakan penerapan suatu aturan dilaksanakan oleh penegak hukumdan

penegak hukum dianggap sebagaipanutan hukum oleh masyarakat. 8 Badan

POM memiliki seksi pemeriksaan dan seksi penyidikan yang

berperanbesar dalam menegakan aturan terhadap izin edar obat dan

makanan. Hal ini bisadilihat dari tugas kedua seksi tersebut yang diatur

dalam Pasal 12 dan Pasal 13 Peraturan Kepala BPOM Nomor 14 Tahun

2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja UPT di Lingkungan Badan POM

sebagai berikut:

1. Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas melakukan pemeriksaan

setempatpengambilan contoh untuk pengujian, pemeriksaan sarana

produksi dan distribusiproduk terapetik, narkotika, psikotropika, zat

adiktif, obat tradisional, kosmetik,produk komplemen, pangan dan bahan

berbahaya.

8
Soerjono Soekanto, Kegunaan Sosiologi Hukum Bagi Kalangan Hukum, PT. Citra
Aditya Bakti,Bandung, 1989
12

2. Seksi Penyidikan mempunyai tugas melakukan penyidikan

terhadap kasuspelanggaran hukum di bidang produk terapetik, narkotika,

psikotropika dan zat adiktif,obat tradisional, kosmetik, produk

komplemen, pangan dan bahan berbahaya.

Penjualan obat secara daring memudahkan konsumen untuk

mendapatkan akses obat apalagi di masa pandemi COVID-19. Namun

konsumen perlu waspada karena banyak penjualan obat daring yang

dilakukan tanpa mengikuti kaidah pengaturan pada penjualan

konvensional. Identitas penjual pada penjualan obat secara daring saat ini

sering kali disamarkan, dan ironisnya penjualan tersebut melibatkan tenaga

dan sarana yang tidak berwenang dalam pengelolaan obat. Berdasarkan

hasil pemantauan patroli siber, banyak ditemukan penjualan obat keras

tanpa menggunakan resep dokter. Penjualan obat secara daring ini

biasanya menggunakan beberapa media seperti website mandiri

(apotek online), e-commerce (platform dengan salah satu layanannya

adalah penjualan obat dengan merchant berupa apotek atau sarana tanpa

izin), dan media sosial (facebook, twitter, dan jejaring sosial lainnya).9

Dalam menjalankan Tugas Pengawasan Peredaran Obat dan

Makanan yang Diedarkan Secara Daring BPOM juga mengalami beberapa

Hambatan yaitu Hambatan Internal dan Hambatan Eksternal. Adapun

Hambatan Internal :

9
Devi, “Minimalisir Potensi Penyalahgunaan Obat Daring, Badan POM Gelar
Sosialisasi Peraturan Nomor 8 Tahun 2020”,
https://www.pom.go.id/new/view/more/berita/19059/Minimalisir-Potensi-Penyalahgunaan-Obat-
Daring--Badan-POM-Gelar-Sosialisasi-Peraturan-Nomor-8-Tahun-2020.html
13

1. Keterbatasan Staff Badan Obat dan Makanan baik yang berada

di Pusat maupun Provinsi sehingga menjadikan kinerja BPOM

tidak maksimal. Jumlah staff yang terbatas ini tentunya akan

mempengaruhi tugas Pengawasan dari BPOM, apalagi

ditambah dengan wilayah kerja yang sangat luas, sehingga

akan berpengaruh pada intensitas pengawasan yang rendah

ataupun lingkup pengawasan produk yang lebih sempit.

2. Pengawasan Badan Pengawas Obat dan Makanan yang

dilakukan secara acak dan berkala, sehingga sering

disalahgunakan oleh pengusaha untuk mengambil kesempatan

dalam kesempitan untuk memasukkan produk kedalam

Indonesia pada periode saat tidak dilakukan pengawasan.

Sedangkan Hambatan Eksternal :

1. Kurang ketatnya Sistem Pengawasan

2. Kurang dipatuhinya persyaratan-persyaratan peredaran oabt

dan makanan secara daring karena tidak jelasnya informasi

yang tertera.

3. Masih rendahnya kesadaran Hukum Konsumen untuk

melakukan pengaduan atau laporan kepada pemerintah ataupun

lembaga perlindungan konsumen.

Implementasi Hukum Pengawasan Obat dan Makanan yang

Diedarkan Secara Daring Dalam Rangka Pengamanan Obat dan

Makanan perlu dilaksanakan sebab Maraknya Kasus obat dan makanan


14

ilegal sudah tidak bisa di Tolerir lagi. Juga melihat masih banyak

hambatan hambatan dalam melaksanakan tugas pengawasan obat dan

makanan oleh BPOM. Hal ini untuk mewujudkan kesehatan sebagaimana

diatur dalam Pasal 162 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk

mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi,

maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat

kesehatan yang setinggi-tingginya.

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan diatas, maka penulis

tertarik untuk menulis skripsi dengan judul “IMPLEMENTASI

HUKUM PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN YANG

DIEDARKAN SECARA DARING DALAM RANGKA

PENGAMANAN OBAT DAN MAKANAN(STUDI DI BPOM

LOKA POM PURWOKERTO)”


15

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang akan diteliti

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah implementasi hukum pengawasan obat dan makanan yang

diedarkan secara daring dalam rangka pengamanan obat dan makanan di

LOKA POM Purwokerto ?

2. Faktor apakah yang cenderung mempengaruhi impelementasi hukum

pengawasan obat dan makanan yang diedarkan secara daring dalam rangka

pengamanan obat dan makanan di LOKA POM Purwokerto ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan

penelitian yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui implementasi hukum pengawasan obat dan makanan secara

daring dalam rangka pengamanan obat dan makanan di LOKA POM

Purwokerto

2. Mengetahui faktor apakah yang cenderung mempengaruhi impelemntasi

hukum pengawasan obat dan makanan secara daring dalam rangka

pengamanan obat dan makanan di LOKA POM Purwokerto


16

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis

maupun praktis, yaitu :

1. Kegunaan Teoritis

1) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang

bermanfaat secara teoritis untuk melindungi masyarakat dari risiko

obat dan makanan yang tidak aman, berkhasiat/bermanfaat, dan

bermutu/ bergizi yang diedarkan secara daring, perlu dilaksanakan

pengawasan terhadap peredaran obat dan makanan secara daring.

penjualan obat secara daring semakin meningkatkan potensi

penyalahgunaan obat dan penyebaran obat ilegal, termasuk obat palsu.

Obat bukan komoditi ekonomi biasa namun produk yang harus dijaga

persyaratan keamanan, khasiat, dan mutunya. Penelitian-penelitian

empiris yang berkaitan dengan Pengawasan obat dan makanan yang

diedarkan secara daring masih tergolong langka, terutama dalam

tingkatan Strata Satu (S1). Hasil Penelitian ini diharapkan dapat

berguna sebagai informasi ilmiah dalam rangka mengembangkan ilmu

dan pengetahuan hukum kesehatan serta sebagai acuan bagi penelit-

peneliti sejenis di masa mendatang.

2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan

materi secara teoritis yang baik serta tambahan pustaka pada perguruan

tinggi maupun Loka pom purwokerto atau BPOM di Indonesia dalam


17

rangkaian mencapai sistem sistem pengawasan obat dan makanan

secara daring yang efektif.

2. Kegunaan Praktis

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan

pertimbangan bagi perancang pembangunan hukum kesehatan,

penyusun peraturan perundang-undangan dan kebijakan BPOM itu

sendiri dalam rangka meningkatkan pengawasan obat dan makanan

khususnya dalam sistem pengawasan yang diedarkan secara daring.

2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah

dalam rangka memecahkan masalah yang mungkin timbul serta bahan

evaluasi pengambilan kebijakan dalam sistem pengawasan obat dan

makanan yang diedarkan secara daring.

3) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan input bagi Dinas-

Dinas Kesehatan baik kota maupun provinsi untuk memberikan

pedoman kerja penegak hukum dalam menyelesaikan perkara pada

tenaga medis dalam melakukan pengawasan obat dan makanan yang

diecarkan secara daring.

E. Kerangka Teori

Perumusan Masalah pertama terkait dengan Bagaimanakah

implementasi hukum pengawasan obat dan makanan secara daring dalam


18

pengamanan obat dan makanan dianalisis dengan teori dari Robert .B

Seidman mengenai bekerjanya hukum dalam masyarakat.

Teori yang digunakan untuk menganalisis permasalahan pertama

tentang Bagaimana Implementasi Hukum Pengawasan Obat dan Makanan

Yang Diedarkan Secara Daring Dalam Rangka Pengamanan Obat dan

Makanan (Studi di BPOM Loka POM Purwokerto) adalah Teori

Bekerjanya Hukum di Masyarakat dari Robert B. Seidman yang

mengemukakan bahwa bekerjanya hukum dalam masyarakat melibatkan 3

(tiga) unsur dasar, yaitu : Pembentuk Hukum, Pelaksana Hukum, dan

Pemegang Peran. 10. Secara lebih lengkap bekerjanya hukum model Robert

B.Seidman ini digambarkan dalam bagan sebagai berikut:

10 UMPAN BALIK UMPAN BALIK


Satjipto Rahardjo, 1980, Hukum dan Masyarakat, Bandung : Alumni. hlm. 27.
LEMBAGA
PEMBUAT
HUKUM
19

NORMA SEKUNDER NORMA PRIMER

LEMBAGA AKTIVITAS PEMEGANG


PENERAP HUKUM PENERAPAN PERAN

KEKUATAN KEKUATAN
PERSONAL PERSONAL
DAN DAN
KEKUATAN KEKUATAN
SOSIAL SOSIAL
LAINNYA LAINNYA

Sumber : Suduthukum.com/2018/01/teori-bekerjanya-hukum

Bagan 1. Bekerjanya Hukum Dalam Masyarakat Model Robert B.

Seidman

Pendapat Robert B.Seidman ini dapat diuraikan ke dalam dalil-dalil yang

dikutip oleh Satjipto Rahardjo sebagai berikut: 11

1. Setiap peraturan hukum memberi tahu tentang bagaimana seorang

pemegang peran (role occupant) itu diharapkan bertindak;

11
Satjipto Rahardjo, 1983, Hukum dan Pembaharuan Sosial, Suatu Tinjauan Tinjauan
Teoritis serta Pengalaman-Pengalaman di Indonesia, Bandung : Alumni, hlm.162.
20

2. Bagaimana seorang pemegang peran itu akan bertindak sebagai suatu

respon terhadap peraturan hukum merupakan fungsi peraturan-peraturan

yang ditujukan kepadanya, sanksi-sanksinya, aktivitas dari lembaga

pelaksana hukum serta keseluruhan kompleks kekuatan sosial, politik, dan

lain-lainnya mengenai dirinya;

3. Bagaimana lembaga-lembaga pelaksana itu akan bertindak sebagai

respon terhadap peraturan hukum merupakan fungsi peraturan-peraturan

hukum yang ditujukkan kepada mereka, sanksi-sanksinya, keseluruhan

kompleks kekuatan-kekuatan sosial, politik dan lainnya yang mengenai

diri mereka serta umpan-umpan balik yang datang dari para pemegang

peran.

4. Bagaimana para pembuat hukum itu akan bertindak merupakan fungsi

peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku mereka, sanksi-sanksinya,

keseluruhan kompleks kekuatan-kekuatan sosial, poltik, ideologi dan lain-

lainnya yang mengenai diri mereka serta umpan-umpan balik yang datang

dari pemegang peran birokrasi.

Pendekatan model Seidman bertumpu pada fungsinya hukum,

berada dalam keadaan seimbang. Artinya hukum akan dapat bekerja

dengan baik dan efektif dalam masyarakat yang diaturnya. Diharapkan

ketiga elemen tersebut harus berfungsi optimal. Memandang efektifitas

hukum dan bekerjanya hukum dalam masyarakat perlu memperhatikan

hal-hal sebagai berikut.


21

1. lembaga pembuat peraturan;

2. pelaksana peraturan;

3. pemangku peran.

Tiga elemen tersebut, disebut dengan proses pembuatan hukum;

proses penegakan hukum; dan pemakai hukum, merupakan hal yang

sangat penting untuk menilai berfungsinya hukum atau bekerjanya hukum

dalam masyarakat. Hukum diharapkan dapat berfungsi optimal, dan

bekerja dengan baik dalam masyarakat, serta harus diperhatikan secara

sungguh-sungguh. 12

Pertama, lembaga pembuat peraturan; apakah lembaga ini

merupakan kewenangan maupun legitimasi dalam membuat aturan atau

undang-undang. Berkaitan dengan kualitas materi normatifnya, apakah

sudah memenuhi syarat dan jelas perumusannya. Kedua, pentingnya

penerapan peraturan; pelaksana harus tegas melaksanakan perintah

undang-undang tanpa diskriminasi atau equal justice under law. Ketiga,

pemangku peran; diharapkan mentaati hukum, idealnya dengan kualitas

internalization. Perilaku dan reaksi pemangku peran merupakan umpan

balik kepada lembaga pembuat peraturan maupun pelaksanan peraturan.

Apakah kedua elemen tersebut telah melakukan fungsinya dengan optimal.

Dari bagan tersebut dapat dijelaskan :

1. Setiap peraturan hukum memberitahu tentang bagaimana

seorang pemegang peranan (role occupant) itu diharapkan

12
Soetanto Soepadhy, Bekerjanya Hukum Dalam Masyarakat, 12 Desember 2012
www.surabayapagi.com/index.php?read=Bekerjanya-Hukum-dalam-Masyarakat
22

bertindak. Bagaimana seorang itu akan bertindak sebagai

respons terhadap peraturan hukum merupakan fungsi-

peraturan-peraturan yang ditujukan kepadanya, sanksi-

sanksinya, aktivitas dari lembaga-lembaga pelaksana serta

keseluruhan kompleks sosial, politik dan lain-lainnya mengenai

dirinya.

2. Bagaimana lembaga-lembaga pelaksana itu akan bertindak

sebagai respons terhadap peraturan hukum merupakan fungsi

peraturan-peraturan hukum yang ditujukan kepada mereka,

sanksi-sanksinya, keseluruhan kompleks kekuatan sosial,

politik dan lain-lainnya yang mengenai diri mereka serta

umpan balik yang datang dari pemegang peranan.

3. Bagaimana para pembuat undang-undang itu akan bertindak

merupakan fungsi peraturan-peraturan yang mengatur tingkah

laku mereka, sanksi-sanksinya, keseluruhan kompleks kekuatan

sosial, politik, ideologis dan lain-lainnya yang mengenai diri

mereka serta umpan balik yang datang dari pemegang peran

serta birokrasi.

Lalu untuk menjawab rumusan masalah kedua tentang Faktor

apakah yang cenderung mempengaruhi impelementasi hukum pengawasan

obat dan makanan yang diedarkan secara daring dalam rangka

pengamanan obat dan makanan di LOKA POM Purwokerto di Analisis

dengan pendapat menurut Soerjono Soekanto, secara konsepsional, maka


23

inti dari arti penegakan hukum terletak pada kegiatan menyerasikan

hubungan nilai-nilai yang dijabarkan di dalam kaidah-kaidah yang mantap

dan sikap tindak sebagai rangkaian akhir untuk menciptakan, memelihara

dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup.13

Pokok penegakan hukum sebenarnya terletak pada faktor-faktor

yang mungkin mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut mempunyai arti

yang netral, sehingga dampak positif atau negatifnya terletak pada isi

faktor-faktor tersebut.

Faktor-faktor tersebut adalah, sebagai berikut:

1. Faktor hukumnya sendiri, dalam hal ini dibatasi pada undang-

undang saja.

2. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk

maupun menerapkan hukum.

3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.

4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut

berlaku atau diterapkan.

5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang

didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.

Tugas BPOM

13
Soerjono Soekanto. 1983. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum.
Jakarta : Rajawali. hlm. 24.
24

Tugas BPOM Tugas utama BPOM tercantum dalam pasal 2

Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 80 Tahun 2017, yang menyebutkan

bahwa:

1. BPOM bertugas menyelenggarakan tugas pemerintahan di bidang

pengawasan obat dan makanan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

2. Obat dan makanan yang dimaksud terdiri atas obat, bahan obat,

narkotika, psikotropika, prekursor, zat adiktif, obat tradisional, suplemen

kesehatan, kosmetik, dan pangan olahan.

Dalam melaksanakan tugasnya tersebut, BPOM harus menjalani

fungsinya, yaitu menjalankan tugas utamanya, melakukan pengawasan

sebelum maupun selama beredar.

Fungsi pengawasan sebelum beredar berkaitan dengan tindakan

pencegahan untuk menjamin produk obat maupu makanan yang akan

beredar sesuai standa dan syarat keamanan. Sementara, fungsi pengawasan

setelah beredar berkaitan tindakan untuk memastikan bahwa produk

konsumsi tetap terjamin standar dan syarat keamanananya.

Fungsi BPOM dalam pengawasan obat dan makanan

Selama menjalani tugas utamanya, BPOM harus senantiasa

menjalankan sejumlah fungsi termasuk:

1. Menyusun dan melaksanakan kebijakan nasional di bidang

pengawasan obat dan makanan


25

2. Menyusun dan menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria

di bidang pengawasan sebelum beredar serta pengawasan selama beredar

3. Melaksanakan pengawasan sebelum beredar serta pengawasan

selama beredar

4. Mengoordinasi pelaksanaan pengawasan obat dan makanan dengan

instansi pemerintah pusat maupun daerah

5. Memberi bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengawasan

obat dan makanan

6. Menindak pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan

di bidang pengawasan obat dan makanan

7. Mengoordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian

dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan

BPOM

8. Mengelola barang dan/atau kekayaan negara yang menjadi

tanggung jawab BPOM

9. Mengawasi pelaksanaan tugas di lingkungan BPOM

10. Melaksanakan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh

unsur organisasi di lingkungan BPOM.


26

F. Alur Pikir Penelitian

Peredaran Obat dan Makanan Secara Daring

1.Bagaimanakah 2. Faktor apakah yang


implementasi hukum cenderung mempengaruhi
pengawasan obat dan impelementasi hukum
makanan yang pengawasan obat dan
diedarkan secara makanan yang diedarkan
daring dalam rangka secara daring dalam rangka
pengamanan obat dan pengamanan obat dan
makanan di LOKA makanan di LOKA POM
POM Purwokerto ? Purwokerto ?

Permasalahan pertama Permasalahan kedua Analisis


menggunakan Teori dengan pendapat menurut
Bekerjanya Hukum di Soerjono Soekanto, secara
Masyarakat dari konsepsional, maka inti dari
Robert B. Seidman arti penegakan hukum
yang mengemukakan terletak pada kegiatan
bahwa bekerjanya menyerasikan hubungan nilai-
hukum dalam nilai yang dijabarkan di
masyarakat melibatkan dalam kaidah-kaidah yang
3 (tiga) unsur dasar, mantap dan sikap tindak
yaitu : Pembentuk sebagai rangkaian akhir untuk
Hukum, Pelaksana menciptakan, memelihara dan
Hukum, dan Pemegang mempertahankan kedamaian
Peran. pergaulan hidup.

METODE PENELITIAN

Penelitian Kualitatif dengan


Pendekatan Yuridis
Sosiologis

Anda mungkin juga menyukai