Anda di halaman 1dari 37

PROPOSAL SKRIPSI

PENGETAHUAN OBAT ANALGESIK-ANTIPIRETIK PADA MASYARAKAT DI


KECAMATAN TORJUN, KABUPATEN SAMPANG, JAWA TIMUR

ZULFY ICHMADIKAL FERNANDA


NIM : 202006050076

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
2021

i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nyeri merupakan perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman,
berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan. Rasa nyeri dalam kebanyakan hal
merupakan suatu gejala yang menandakan adanya gangguan pada jaringan. Nyeri
merupakan gejala umum dan sering kali mengikuti salah satu penyakit, salah satunya
adalah inflamasi. Walaupun nyeri dapat digunakan sebagai petunjuk adanya suatu
penyakit, namun nyeri memerlukan penanganan karena penderita merasakannya
sebagai hal yang tidak menyenangkan (Afifah, 2019)
Ada beberapa jenis nyeri (Wardoyo dan Oktarlina, 2019) yaitu :
Nyeri akut merupakan salah satu jenis nyeri yang paling sering dirasakan oleh
seseorang adalah nyeri akut. Nyeri akut merupakan rasa sakit yang tidak berlangsung
lama, yaitu tidak lebih dari 6 bulan. Normalnya, nyeri yang satu ini diakibatkan oleh
cedera dan akan lebih mudah hilang ketika Anda menemukan penyebabnya. Selain
yang akut, Nyeri kronis juga termasuk dalam jenis nyeri yang sering dialami oleh
sebagian besar orang. Nyeri kronis biasanya berlangsung lebih dari enam bulan. Nyeri
kronis membuat sinyal rasa sakit akan tetap tertinggal pada sistem saraf anda dalam
beberapa waktu yang cukup lama.
Analgesik adalah obat yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan
rasa sakit atau obat-obat penghilang nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (Nurulloh,
2021). Obat ini digunakan untuk membantu meredakan sakit, misalnya ketika sakit
kepala atau sakit gigi, obat antipiretik adalah obat untuk menurunkan panas. Hanya
menurunkan temperatur tubuh saat panas tidak berefektif pada orang normal
(Nurulloh, 2021). Obat Antipiretik dapat menurunkan panas karena dapat
menghambat prostaglandin pada sistem saraf pusat (SSP) (Wardoyo and Oktarlina,
2019), obat-obat analgesik yang biasanya digunakan oleh masyarakat adalah golongan
obat analgesik yang berjenis nonopioid seperti aspirin, asam mefenamat, serta
parasetamol (Nurulloh, 2021).
Obat analgesik golongan non-opioid tidak bersifat adiktif seperti obat
analgesik golongan opioid. Obat -obat analgesik nonopioid memiliki efek samping
yaitu, gangguan lambung dan usus, reaksi hipersensitivitas, kerusakan ginjal, dan
dapat menyebabkan kerusakan hati apabila digunakan dalam dosis yang berlebihan.

1
Meskipun obat dapat menyembuhkan tetapi banyak kejadian yang mengakibatkan
seseorang menderita akibat keracuan obat. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa
obat dapat bersifat sebagai obat dan juga dapat bersifat sebagai racun. Obat itu akan
bersifat sebagai obat apabila tepat digunakan dalam pengobatan suatu penyakit
dengan dosis dan waktu yang tepat. Bila digunakan secara tidak tepat atau dengan
dosis yang berlebih maka akan menimbulkan keracunan. Namun, apabila dosis yang
digunakan lebih kecil dari dosis therapeutik atau ketentuan dosis yang dapat
menyembuhkan, maka tidak diperoleh efek penyembuhan dari penggunaan obat
tersebut(Wardoyo dan Oktarlina, 2019)
Secara umum obat analgetik aman untuk digunakan, tetapi bila dalam
penggunaannya salah bisa terjadi efek samping yang tidak diinginkan. Berdasarkan
data dari penelitian yang dilakukan oleh Afifah di di Pesantren Sunan Bonang
Pasuruan yang memperoleh persentase penyalahan penggunaan obat analgetik yang
dilakukan oleh pasien nyeri kronis (Chronic noncancer pain/CNCP) dengan
meningkatkan dosis konsumsi penggunaan obat Anti-Inflamasi Non Steroid (AINS)
sebanyak 2,5% (Afifah, 2019)
Penggunaan analgetik yang tidak tepat dapat menyebabkan peningkatan angka
kesakitan dan kematian serta penurunan kualitas hidup, juga dapat meningkatkan
penyalahgunaan sumber daya kesehatan dan meningkatkan biaya perawatan
kesehatan. Pengetahuan sangat berpengaruh terhadap penggunaan obat. Hal ini
menunjukkan semakin tinggi pendidikan dan pengetahuan, akan berpengaruh terhadap
penggunaan obat secara benar (Nurulloh, 2021)
Pengetahuan dapat diperoleh seseorang secara alami atau diintervensi baik
secara langsung maupun tidak langsung. Pada umumnya, pengetahuan memiliki
kemampuan prediktif terhadap sesuatu sebagai hasil pengenalan atas suatu pola
(Asnasari, 2017). Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan terjadi melalui
pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba, sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Terdapat
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi yaitu usia responen, tingkat pendidikan
responden, pekerjaan responden dan informasi yang diperoleh oleh responden tentang
obat analgesik-antipiretik untuk parameter yang digunakan adalah parameter Guttman
(Rochmat, 2016).

2
Pengetahuan Pengetahuan tentang penggunaan obat yang bisa dikatakan
rasional apabila sudah memenuhi beberapa kriteria yaitu tepat diagnosis, tepat
indikasi penyakit, tepat dosis, tepat penilaian kondisi pasien dan waspada terhadap
efek samping obat, indikator peresepan digunakan untuk meligat pola penggunaan
obat dan dapat menggambarkan secara langsung tentang penggunaan obat yang tidak
sesuai atau tidak rasional (Permata Sari, 2011).
Penggunaan obat analgesik-antipiretik di .Jawa Timur sudah cukup tinggi,
terutama daerah kota-kota besar. Seseorang menggunakan obat analgesik-antipiretik
karena timbul rasa nyeri pada tubuh atau bisa juga rasa nyeri tersebut bersamaan
dengan dema atau inflamasi, penggunaan obat analgesik-antipiretik harus sesuai
dengan standar kriteria jika ingin dikatakan rasional yaitu, tepat dosis, tepat diagnosis,
tepat penilaian pasien, tepat indikasi penyakit, dan waspada efek samping. Untuk bisa
mendapatkan efek terapi yang sesuai diperlukan pengetahuan yang cukup, agar tidak
terjadi kesalahan dalam penggunaan obat analgesik-antipiretik. Pengetahuan memliki
beberapa faktor yang bisa menjadi penentu seseorang dapat menerima informasi
tentang rasionalitas penggunaan obat dan juga bisa membuat seseorang memahami
dalam penggunaan obat yang rasional, faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
diantranya seperti umur, riwayat akhir pendidikan, pekerjaan, dan informasi.
Persentase pengetahuan tiap daerah dalam hal pengetahuan tentang
penggunaan obat berbeda-beda seperti yang disebutkan pada beberapa hasil penelitian
(Widyanti, 2020). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Maya Widyanti (2020),
menunjukkan hasil yaitu, 51% Baik, 43% Cukup dan 6% Kurang (Widyanti, 2020).
Penelitian lain yang dilakukan Enza Wiyaza (2021) menunjukkan hasil yaitu, 69%
Baik, 27% Cukup, dan 4% Kurang (Iyaza, 2021). Penelitian lain yang dilakukan oleh
Menurut Lulu’Nur Afifah (2019) menunjukkan hasil yaitu, 23,5% Baik, 60,2% Cukup
dan 16,3% Kurang (Afifah, 2019). Penelitian berikutnya yang dilakukan oleh Menurut
Anik Mukarromah (2017) menunjukkan hasil yaitu, 46% Baik, 52% Cukup dan 2%
Kurang (Mukarromah, 2017).
Berdasarkan studi yang dilakukan di lapangan, didapatkan hasil bahwa daerah
di Kecamatan Torjun masih banyak yang tidak paham tentang penggunaan obat
analgesik-antipiretik yang benar dan mengakibatkan banyak masyarakat salah dalam
menggunakan obat analgesik-antipiretik. Daerah terpencil khususnya di daerah
Kecamatan Torjun merupakan tempat yang paling rentan dalam kesalahan pemakaian
obat baik obat resep atau obat non-resep, pemakaian yang tidak sesuai juga akan

3
menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan ketika tidak digunakan secara
benar (Dinkes, 2019). Informasi yang masih belum maksimal dan pengetahuan
masyarakat tentang obat sangat minim karena dipengaruhi beberapa faktor yaitu
budaya, tradisi, psikologi, sosial. Selain informasi yang belum maksimal ada juga
yang dapat mempengaruhi kesalahan penggunaan obat analgesik-antipiretik yaitu,
kurangnya minat membaca dan untuk masyarakat yang jauh dari akses untuk membeli
obat akan membuat semakin tidak mendapatkan informasi untuk penggunaan obat
analgesik-antipiretik yang tepat dan rasional (Andriati dan Wahjudi, 2016).
Untuk daerah Kecamatan Torjun masih banyak yang tidak mengetahui tentang
penggunaan obat yang tepat atau rasional, karena minimnya akses menuju pusat
pelayanan kesehatan seperti (apotek, puskesmas dan klinik) supaya mendapatkan
hasil terapi yang maksimal. Selain belum mengetahui tentang penggunaan obat yang
tepat atau rasional informasi yang didapat juga masih belum menyeluruh sehingga
mengurangi tingkat kesalahan dalam penggunaan obat dan jika ingin menggunakan
obat biasanya akan konseling ke tenaga kesehatan agar tidak terjadi kesalahan dalam
penggunaan obat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat terhadap obat analgesik-
antipiretik di Kecamatan Torjun, Kabupaten Sampang, Jawa Timur pada bulan
Maret-April Tahun 2022?
2. Apakah terdapat hubungan antara faktor-faktor (umur, pendidikan, pekerjaan
dan sumber informasi) terhadap pengetahuan obat analgesik-antipiretik pada
masyarakat di Kecamatan Torjun, Kabupaten Sampang, Jawa Timur Pada
Bulan Maret-April 2022?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden terhadap obat analgesik-
antipiretik pada masyarakat di Kecamatan Torjun, Kabupaten Sampang, Jawa
Timur Pada Bulan Maret-April Tahun 2022
2. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara faktor-faktor (umur,
pendidikan, pekerjaan dan sumber infomasi) terhadap pengetahuan obat
analgesik-antipiretik pada masyarakat di Kecamatan Torjun, Kabupaten
Sampang, Jawa Timur Pada Bulan Maret-April 2022

1.4 Manfaat Penelitian

4
1. Bagi masyarakat diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan,
pengetahuan dan penggunaan yang baik mengenai penggunaan dan
rasionalitas obat analgetik-antipiretik.
2. Bagi Institusi Farmasi diharapkan dengan adanya penelitian ini bisa menjadi
gambaran penggunaan obat analgetik pada masyarakat dan diharapkan
menjadi rujukan informasi untuk peneliti selanjutnya, untuk dunia pendidikan
terkait pengggunaan obat analgesik-antipiretik di Kecamatan Torjun,
Kabupaaten Sampang, Jawa Timur secara aman dan benar.
3. Bagi peneliti diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan, ilmu,
pengetahuan dan pengalaman selama proses penelitian.
1.5 Hipotesis
1. Tingkat pengetahuan responden terhadap obat analgesik-antipiretik pada
masyarakat di Kecamatan Torjun, Kabupaten Sampang, Jawa Timur
2. Hubungan Faktor-faktor (umur, pendidikan, pekerjaan dan sumber informasi)
terhadap pengetahuan obat analgesik-antipiretik pada masyarakat di
Kecamatan Torjun, Kabupaten Sampang, Jawa Timur

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah suatu hasil dari tahu yang terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi
melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya perilaku seseorang (Farida et al., 2016).
Pengetahuan merupakan penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan lain
sebagainya) (Qodria, 2016).
Penelitian Pahliwandari (2017), mengungkapkan bahwa pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk Tindakan
seseorang (overt behaviour). Berdasarkan hasil pengalaman dan penelitian
terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih bertahan lama
daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Apabila penerimaan
perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti yang didasari oleh
pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan
bersifat langgeng (long lasting) (Yeni, 2015). Sebaliknya, apabila perilaku
tersebut tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan
berlangsung lama.
2.2 Tingkatan Pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan
yaitu sebagai berikut :
1. Tahu (Know)
Tahu di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari
sebelumnya, termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau
ransangan yang telah di terima oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat
pengetahuan paling rendah.(Yeni, 2015)
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

6
benar tentang objek yang di ketahui dan dapat menginterprestasikan materi
tersebut secara benar. (Yeni, 2015)
3. Aplikasi (aplication)
Aplikasi di artikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
di pelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat di
artikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam\komponen-komponen, tetapimasih di dalam satu sruktur organisasi,
dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat di lihat
dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuatbagan),
membedakan, memisahkan dan mengelompokkan.
5. Sintesis (syntesis)
Sintesis merupakan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk kesuluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formasi-
formasi yang ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini di dasarkan
pada suatu kriteria yang di tentukan sendiri, atau menggunakan tentang
kriteria-kriteria yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat di lakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari objek
penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui
atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Anief,
2021)
2.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Budiman dan Riyanto (2013) faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan meliputi:
2.3.1 Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadai perubahan pada
aspek psikis dan psikologis (mental). Pertumbuhan fisik secara garis besar

7
akan mengalami perubahan baik dari aspek ukuran maupun dari aspek
proporsi yang mana hal ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Sedangkan
pada aspek psikologis (mental) terjadi perubahan dari segi taraf berfikir
seseorang yang semakin matang dan dewasa.
Adapun selain itu, semakin bertambah usia maka semakin banyak
pengalaman dan pengetahuan yang di peroleh oleh seseorang, sehingga bisa
meningkatkan kematangan mental dan intelektual. Usia seseorang yang lebih
dewasa mempengaruhi tingkat kemampuan dan kematangan dalam berfikir
dan menerima informasi yang semakin lebih baik jika di bandingkan dengan
usia yang lebih muda. Usia mempengaruhi tingkat pengetahuan sesorang
(Yeni, 2015)
Semakin dewasa umur maka tingkat kematangan dan kemampuan
menerima informasi lebih baik jika di bandingkan dengan umur yang lebih
muda atau belum dewasa. umur seseorang dapat diklasifikasikan sebagai
berikut. Dewasa awal merupakan masa dewasa atau tahap yang dianggap
kritikal selepas alam remaja yang berumur dua puluh (20-an) sampai tiga
puluhan (30-an). Dewasa madya (pertengahan) adalah masa peralihan dewasa,
yang berawal dari masa dewasa muda yang berusia 40-60 tahun. Dewasa akhir
(lansia) merupakan masa lanjutan atau masa dewasa yang sudah berumur
diatas 60 tahun keatas, perlu diketahui untuk yang termasuk usia lansia
membutuhkan bantuan dari orang lain untuk menyelesaikan sesuatu.
Sesuai besarnya umur, terdapat kemungkinan perbedaan dalam
mendapatkan faktor keterpaparan tertentu berdasarkan lamanya perjalanan
hidup. Demikian pula dengan karakteristik yang lain yang akan membawa
perbedaan dalam kemungkinan mendapatkan kecenderungan terjadinya
penyakit dengan bertambahnya usia.(Yeni, 2015)
Semakin tua seseorang maka semakin peka terhadap penyakit dan
semakin banyak keterpaparan yang di alami, karena itu umur meningkat
secara ilmiah akan membawa pertambahanresiko suatu penyakit.
2.3.2 Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang


lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Pendidikan merupakan
sebuah proses belajar dan proses pertumbuhan, perkembangan atau

8
perubahanke arah yang lebih baik, lebih dewasa dan lebih matang terhadap
individu, kelompok atau masyarakat Tidak dapat dipungkiri bahwa makin
tinggi pendidikan seseoarang semakin mudah pula mereka menerima
informasi dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuanyang
dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan
menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi
dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Yeni, 2015)

Adapun selain itu, pendidikan juga merupakanperubahan sikap,


tingkah laku dan penambahan ilmu dari seseorang serta merupakan proses
dasar dari kehidupan manusia. Melalui pendidikan manusia melakukan
perubahan-perubahan kualitatif induvidu sehingga tingkah lakunya
berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah
hasil dari belajar. Proses belajar tidak akan terjadi begitu saja apabila tidak ada
di sertai sesuatu yangmenolong pribadi yang bersangkutan (Yeni, 2015)

Pengetahuan atau kognitif merupakan hal yang sangat penting untuk


terbentuknya sebuah tindakan seseorang.Meningkatnya pengetahuan dapat
menimbulkan perubahan persepsi dan kebiasaan seseorang.Pengetahuan juga
membentuk kepercayaan seseorang terhadap suatu hal. Prilaku yang di dasari
pengetahuan lebih langgeng dariprilaku yang tidak didasari pengetahuan
(Anief, 2021)

Tingkat pendidikan seseorang atau individu akan berpengaruh terhadap


kemampuan berfikir, semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah
berfikir rasionalisme dan menangkap informasi baru termasuk dalam
menguraikan masalah yang baru. Di harapkan bagi seseorang yang
berpendidikan tinggi memiliki pengetahuan yang luas termasuk pengetahuan
terhadap kebutuhan kesehatannya.

Latar belakang pendidikan dan pengalaman di masa lalu dapat


mempengaruhipola pikir seseorang, kemampuan kognitif akan membentuk
cara berfikir seseorang, termasuk membentuk kemampuan untuk mempelajari
atau memahami faktor-faktor yang berkaitan dengan penyakit yang di
deritanya, dan menggunakan pengetahuan tentang kesehatan danpenyakit yang

9
di milikinya untuk menjaga kesehatan diri. Kemampuan kognitif juga
berhubungan dengan tahap perkembangan seseorang (Marhenta, 2021)

2.3.3 Pekerjaan

Pekerjaan merupakan suatu kegiatan atau aktivitas seseorang untuk


memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Pekerjaan/karyawan adalah mereka yang bekerja pada orang lain atau institusi,
kantor, perusahaan dengan upah dan gaji baik berupa uang maupun barang.

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh


pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakancara
mencari nafkah yang membosankan, berulang, dan banyak tantangan.
Semakin lama seseorang bekerja semakin banyak pengetahuan yang diperoleh
(Suratni and Pesty, 2021)

Pekerjaan merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan.


Ditinjau dari jenis pekerjaan yang sering berinteraksi dengan orang lain lebih
banyak pengetahuannya bila dibandingkan dengan orang tanpa ada interaksi
dengan orang lain. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan
memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional serta pengalaman
belajar dalam bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan dalam
mengambil keputusan yang merupakan keterpaduan menalar secara ilmiah dan
etik (Suratni and Pesty, 2021)

2.3.4 Sumber Indormasi

Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat


seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.Sumber informasi adalah
data yang diproses kedalam suatu bentuk yang mempunyai arti sebagai
sipenerima dan mempunyai nilai nyata dan terasa bagi keputusan saat itu
keputusan mendatang Rudi Bertz dalam bukunya ”toxonomi of comunication”
media menyatakan secara gamblang bahwa informasi adalah apa yang
dipahami, sebagai contoh jika kita melihat dan mencium asap, kita
memperoleh informasi bahwa sesuatu sedang terbakar.

10
Media yang digunakan sebagai sumber informasi adalah sebagai
berikut. Media cetak adalah media penyampai informasi yang memiliki
manfaat dan terkait dengan kepentingan rakyat banyak, yang disampaikan
secara tertulis dan media yang termasuk media cetak yaitu, koran, pamflet,
brosur, buku dan majalah. Media elektronik merupakan media yang
menggunakan elektronik atau energi elektromekanik bagi pengguna untuk bisa
mengakses informasi yang ada di dalam nya dan media yang termasuk dalam
media elektronik yaitu, televisi, radio, gawai (handpone dan ipad).

Informasi yang diperoleh dari pendidikan formal maupun non formal


dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan
atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-
macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat
tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi berbagai bentuk media massa
seperti radio, televisi, surat kabar, majalah yang mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan opini dan kepercayaan semua orang. Dalam
penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula
pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.
Adanya informasi baru mengenai suatu hal memberikan landasan kognitif
baru terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut (Suratni and Pesty, 2021)

2.4 Obat
Menurut Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Obat
adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan
kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia.
1. Penggunaan Obat
Berdasarkan jenisnya:
a) Obat Bebas
Obat Bebas merupakan obat yang bisa dibeli bebas di apotek, bahkan
warung, tanpa resep dokter, ditandai lingkaran hijau bergaris tepi hitam.
(Mutmaina and Zulfebriges, 2019)
b) Obat Bebas Terbatas

11
Obat bebas terbatas adalah obat yang dijual bebas dan dapat dibeli tanpa
dengan resep dokter, tetapi disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus
untuk obat ini adalah lingkaran berwarna biru dengan garis tepi berwarna
hitam. Adapun tanda peringatan untuk aturan pakai obat agar aman
dipergunakan untuk pengobatan sendiri ini berupa persegi Panjang dengan
huruf putih pada dasarhitam yang terdiridari 6 (enam) macam. (Mutmaina
dan Zulfebriges, 2019)
c) Obat Keras
Obatkeras (Gevaarlijk/berbahaya), yaitu obat berkhasiat keras yang untuk
mendapatkannya harus dengan resep dokter, memakai tanda lingkaran
merah bergaris tepi hitam dengan tulisan huruf K di dalamnya.
d) Psikotropika dan Narkotika Psikotropika adalah zat atau obat
yang dapat menurunkan aktivitas otak atau merangsang susunan syaraf
pusat dan menimbulkan kelainan prilaku. Narkotika adalah zat atau
obatyang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun
semi sintetis yang dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu bagi
mereka yang menggunakan dengan memasukkannya ke dalam tubuh
manusia
2. Berdasarkan cara pemberian (Anief, 2021) :
Obat digolongkan menjadi enam jenis :
a) Oral, obat yang diberikan atau dimasukkan melalui mulut.
Contoh: serbuk, kapsul, tablet sirup.
b) Parektal, obat yang diberikan atau dimasukkan melalui rectal.
Contoh: suppositoria, laksatif.
c) Sublingual, obat yang diletakkan di bawah lidah dan melalui selaput lendir
masuk kepembuluh darah agar mendapaktkan efek obat yang lebih cepat.
Contoh: tablet hisap, hormone.
d. Parenteral, obat suntik melaui kulit masuk kedarah. Ada yang diberikan
secara intravena, subkutan, intramuscular, intrakutan.
3. Berdasarkan Efek Samping Yang Ditimbulkan:
Obat digolongkan menjadi dua jenis :
a) Sistemik: masuk kedalam system peredarandarah, diberikansecara oral
b) Lokal : pada tempat-tempat tertentu yang diinginkan, misalnya pada kulit,
telinga, mata(Anief, 2021)

12
2.5 Analgesik
2.6.1 Pengertian
Analgesik adalah senyawa yang pada dosis terapi meringankan dan
menekan rasa nyeri tanpa memiliki kerja anestesia umum. Analgesik berasal
dari bahasa Yunani an “tanpa” dan algia “nyeri” (Sofiva&Yuslianti, 2019).
Obat analgesik bekerja dengan meningkatkan ambang nyeri, mempengaruhi
emosi (sehingga mempengaruhi persepsi nyeri), menimbulkan sedasi atau
sopor (sehingga nilai ambang nyeri naik) atau mengubah persepsi modalitas
nyeri (Kido, 2020)
2.6.2 Penggolongan Analgesik
Menurut Sofiva & Yuslianti (2019) berdasarkan mekanisme kerja dan
target aksinya obat analgetik dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
1. Non Opioid
Obat-obatan dalam kelompok ini mempunyai target aksi pada enzim
yaitu enzim siklooksigenase (COX). COX berperan dalam sintesis mediator
nyeri, salah satunya adalah prostaglandin. Mekanisme umum dari analgesik
jenis ini adalah memblok pembentukan prostaglandin dengan jalan
menginhibisi enzim COX pada daerah yang terluka dengan demikian
mengurangi pembentukan mediator nyeri.
a. Obat antiinflamasi non steroid (OAINS) atau Non Stereoid Anti Inflamatory
Drugs (NSAID).
NSAID umumnya bekerja dengan menghambat biosintesisdari
prostaglandin yang dihasilkan saat terjadi inflamasi. Efek analgetiknya jauh
lebih lemah daripada obat-obatan stereoid(Anief, 2021).
NSAID tidak menimbulkan ketagihan. Obat ini hanya mengubah
persepsi modalitas sensorik nyeri dan tidak mempengaruhi sensorik lain.
NSAID hanya meringangkan gejala nyeri dan inflamasi berkaitan dengan
penyakit secara simptomatik, tidak menghentikan, memperbaiki atau
mencegah kerusakan jaringan (Anief, 2021).
Mekanisme kerja dari NSAID dalam menghambat enzim
siklooksigenase menjadikan NSAID dibagi menjadi tiga kelompok yaitu
NSAID nonselectiv, preferential dan cox-2 selective. NSAID yang termasuk
nonslectiv meliputi aspirin, piroxicam, ibuprofen dan asam mefenamat,

13
NSAID preferential meliputi diclofenak dan meloxicam, sedangkan NSAID
COX-2 selective meliputi celexocib dan etoricoxib (Anief, 2021)
1) Aspirin
Aspirin atau asam asetil salisilat atau biasa disebut asetosal
merupakan analgesik antipiretik non inflamasi yang luas digunakan dan
digolongkan dalam obat bebas. Aspirin diindikasikan untuk mengurangi rasa
sakit dan demam, aspirin dikontraindikasikan dengan hemophilia dan
kehamilantrimester akhir. Efek samping yang sering timbul meliputi
terjadinya iritasi mukosa lambung, berkeringat dan pada dosis tinggi
menyebabkan telinga berdengung serta sesak napas (Fitriani, 2020). Aspirin
tidak dapat diberikan pada penderita alergitermasuk asma, tukak lambung
(maag), sering perdarahan di bawah kulit, penderita hemophilia dan
trombositopenia (Fitriani, 2020).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat menggunakan aspirin
meliputi aturan pakai harus tepat, tidak boleh diminum ketika perut kosong
diminum setelah makan atau bersamaan makan untuk mencegah nyeri dan
perdarahan lambung, dilarang mengkonsumsi obat ini selama 10 hari tanpa
seizin dokter, konsultasikan ke dokter atau apoteker bagi penderita gangguan
fungsi ginjal atau hati, ibu hamil, ibu menyusui dan dehidrasi dan jangan
diminum bersama dengan minuman beralkohol karena dapat meningkatkan
risikoperdarahan lambung (Fitriani, 2020)
2) Piroxicam
Piroxicam meliputi salah satu NSAID dengan struktur baru yaitu
oksikam, devirat asam enoleat. Waktu paruh dalam plasma lebih dari 45 jam
sehingga dapat diberikan hanya sekali sehari. Absorbsi berlangsung cepat
dilambung (Anief, 2021).
Efek samping yang umum terjadi adalah gangguan saluran cerna, efek
samping lainnya adalah pusing, tinnitus, nyeri kepla dan eritema kulit.
Piroxicam tidak dianjurkan untuk wanita hamil, pasien dengan tukak
lambung serta pasien yang sedang menjalani terapi dengan obat antikoagulan
(Anief, 2021)
3) Ibuprofen
Ibuprofen merupakan devirate asam propionate. Obat ini bersifat
analgetik dengan daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek

14
antiimflamasinya terlihat dengan dosis 1200 mg – 2400 mg sehari.absorbsi
ibuprofen cepat melalui lambung dan kadar maksimim dalam plasma dicapai
setelah 1 – 2 jam (Fitriani, 2020).
Ibuprofen tidak dapat diberikan kepada pasien yang mengalami
hipersensitif terhadap ibuprofen, penderita polip hidung, wanita hamil,
menyusui dan penderita tukak lambung. Hal-hal yang perlu diinformasikan
kepada pasien dalam mengkonsumsi ibuprofen meliputi obat diminum
bersama makanan dan diminum dengan segelas air penuh, bila timbul efek
samping seperti pusing dilarang mengemudi, segeralah ke dokter bila
penglihatan menjadi kabur atau terjadi ruam kulit (Fitriani, 2020).
4) Asam Mefenamat
Asam mefenamat atau Mefenamate acid digunakan sebagai analgetik
antiinflamasi. Asam mefenamat kurang efektif jika dibandingkan dengan
aspirin. Asam mefenamat terikat kuat pada protein plasma maka penggunaan
dengan antikoagulan harus diperhatikan (Fitriani, 2020)
Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul adalah dispepsia,
diare sampai diare berdarah dan gejala iritasi lain pada mukosa
lambung.Penelitian klinis menyimpulkan bahwa penggunaan selama haid
mengurangi kehilangan darah secara bermakna (Fitriani, 2020).
5) Meloxicam
Meloxicam tergolong preferential COX-2 inhibitor yang cenderung
menghambat COX-2 lebih dari COX-1. Meloxicam pada dosis terapi tetap
menghambat COX-1 sehingga memiliki efek dispepsia, nyeri perut,
konstipasi, kembung dan diare (Fitriani, 2020).
Meloxicam diberikan untuk terapi osteoatritis dan reumathoid atritis
yang memburuk (jangka pendek).Meloxicam dikontraindikasikan dengan
wanita hamil dan anak dibawah 15 tahun (Anief, 2021)
6) Diklofenak
Diclofenak terglong dalam preferential COX-2 inhibitor. Absorbsi
obat ini terjadi cepat dan lengkap dalam saluran cerna. Obat ini terikat 99%
pada protein plasma danmengalami efek metabolisme lintas pertama sebesar
40-50% (Fitriani, 2020)
Diclofenak terdiri atas dua jenis yaitu natrium dan kalium diclofenak.
Kalium diclofenak memiliki kelarutan yang lebih baik dan dapat diabsorbsi

15
lebih cepat sehungga memiliki onset kerja lebih cepat daripada natrium
diclofenak. Kalium diclofenak biasanya juga diindikasikan untuk penanganan
kondisi yang memerlukan efek analgesik yang cepat (Anief, 2021)
Efek samping yang sering terjadi dari obat ini adalah mual, gastritis,
eritema kulit dan sakit kepala seperti obat NSAID lainnya. Penggunaan obat
ini harus hati-hati pada pasien dengan tukak lambung, gangguan hati lebih
sering terjadi daripada penggunaan obat NSAID lainnya, penggunaan selama
kehamilan tidak dianjurkan (Fitriani, 2020)
7) Celecoxib
Celecoxib merupakan NSAID yang efektif menghambat COX-2.
Celecoxib digunakan untuk menghilangkan gejala dantanda-tanda
osteoarthitis dan rheumatoid arthritis. Pengguna kronik dapat meningkatkan
peningkatan risiko kejadian thrombosis kardiovaskular serius, infark miokard
dan stroke. Diberikan dalam dosis 100-200 mg dalam sekali sehari atau dosis
terbagi 2 kali sehari (Anief, 2021)
8) Etoricoxib
Etoricoxib merupakan NSAID yang selektif menghambat COX-2
yang digunakan untuk meringankan gejala pada terpiosteoarthritis, rhematoid
arthitis dan meringankan nyeri akut pada bedah mulut(Anief, 2021).
b. Analgetik non opioid dan OAINS seperti parasetamol dan dipiron
Farmakodinamik parasetamol serupa dengan salisilat yang mengurangi
nyeri ringan sampai dengan sedang. Mekanisme efek antipiretik diduga
berdasarkan efek sentral seperti salisilat. Efek antiinflamasinya sangat lemah,
oleh karena itu paracetamol tidak digunakan sebagai antireumatik.
Paracetamol bekerja dengan menghambat sintesis prostaglandin pada SSP, ini
menerangkan efek antipiretik dan analgetik.
Efeknya terhadap sikloosiganse jaringan perifer kurang yang
mengakibatkan aktivitas inflmasinya melemah (Anief, 2021). Farmakokinetik
paracetamol diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna.
Metabolisme lintas pertama yang bermakna terjadi pada sel lumen usus dan
hepatosit. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu setengah
jam dan masa paruh antara 1-3 jam. Obat ini tersebar di seluruh cairan tubuh.
Dalam plasma, 25% parasetamol terikat protein plasma.

16
Obat ini dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati. Obat ini diekresi
melalui ginjal, sebagian kecil sebagai parasetamol dan sebagian besar dalam
bentuk terkonjugasi. Parasetamol digunakan sebagai analgesik dan antipiretik.
Paracetamol sering dikombinasi dengan OAINS untuk efek analgetik karena
hampir tidak ada iritasi lambung. Reaksi alergi jarang terjadi. Gangguan hepar
dapat terjadi akibat toksisitas parasetamol (Anief, 2021).
2. Opioid
Analgetik Opiod atau sering disebut analgetik narkotik merupakan
obat-obat meniru (mimic) opioid endogen dengan memperpanjang aktivasi
dari reseptor-reseptor opioid (Anief, 2021). Analgetik opioid memiliki sifat
seperti opium yang berasal dari getah tanaman Papaver somniverum
mengandung sekitar 20 jenis alkaloid diantaranya morfin, kodein, tebain dan
papaverin. Analgetik opioid terutama digunakan untuk meredakan atau
menghilangkan rasa nyeri, meskipun juga memperlihatkan berbagai efek
farmakodinamik lain (Putri, 2020)
Mekanisme kerja analgetik opioid secara umum adalah degan
endorfrin menduduki reseptor-reseptor nyeri di SSP, hingga rasa nyeri dapat
diblokir (Anief, 2021). Penggunaan analgetik opioid secara terus menerus
dapat merintangi pembentukan reseptor - reseptor baru yang distimulasi dan
diproduksi endofrin di ujung saraf otak, akibatnya terjadilah kebiasaan dan
ketagihan (Anief, 2021).
Atas dasar cara kerjanya, obat-obat ini dapat digolongkan menjadi 3
golongan yaitu:Agonis opiat, yang dapat dibagi dalam dua golongan yaitu
golongan alkaloida candu seperti morfin, kodein, heroin dan nikomorfin serta
golongan zat-zat sintetis seperti metadon dan deviratnya, petidin dan
deviratnya dan tramadol. Antagonis opiat, umumnya golongan ini digunakan
sebagai analgetik. Contoh dari golongan ini adalah nalokson, nalorfin,
pentazosin dan buprenorfin serta Campuran, seperti nalorfin dan nalbufin
(Suratni and Pesty, 2021).
1) Morvin dan deviratnya
Opium atau candu merupakan getah dari tanaman Papaver somniverum
yang dikeringkan, opium secara kimia dibagi menjadi dua golongan yaitu
golongan fenantren misalnya morfin dan kodein serta golongan
benzilisokinoin misalnya noskapin dan papaverin (Suratni dan Pesty, 2021).

17
Morfin memiliki efek analgetik sangat kuat, selain itu morfin juga
mempunyai efek lain diantaranya sedatif dan hipnotis, menimbulkan efek
uforia, menekan pernafasan dan menghilangkan refleks batuk yang semuanya
berdasarkan supresi susunan saraf pusat (SSP) (Anief, 2021)
Farmakodinamik morfin adalah dengan efek pada susunan saraf pusat
dan usus terutama ditimbulkan karena morfin bekerja sebagai agonis pada
reseptor μ , selain itu morfin juga mempunyai afinitas yang lemah terhadap
reseptor δ dan к. Efek morfin terhadap SSP berupa anagetik dan narkosis,
analgetik oleh morfin dan opioid lain sudah timbul sebelum pasien tidur dan
seringkali analgetik terjadi tanpa disertai tidur (Anief, 2021)
2) Meperidin dan devirat fenilpiperidin lain
Meperidin yang juga dikenal sebagai petidin secara kimia adalah etil-1-
metil-4-fenilpiperidin-4-karboksilat, obat ini secarutama bekerja sebagai
agonis reseptor μ . Sama seperti morfin, miperidin selain berefek sebagai
analgetik juga mempunyai efek sedasi, hipnotik, euforia, depresi napas dan
efek sentral lain (Anief, 2021)
2.6 Antipiretik
2.7.1 Pengertian
Antipiretik adalah obat atau zat yang dapat menurunkan suhu tubuh
pada keadaan demam. Antipiretik bekerja dengan merangsang pusat
pengaturan panas di hipotalamus sehingga pembetukan panas yang tinggi akan
dihambat dengan cara memperbesar pengeluaran panas yaitu dengan
menambah aliran darah ke perifer dan memperbanyak pengeluaran keringat
(Sinaga, 2018).
2.7.2 Penggolongan Obat Antipiretik
1. Paracetamol
Parasetamol merupakan derivat para amino fenol dan merupakan
metabolit fenasetin yang juga derivat para amino fenol dengan efek antipiretik
yang sama dan telah digunakan sejak tahun 1893. Efek antipiretik tersebut
ditimbulkan oleh gugus aminobenzen. Namun efek anti inflamasi parasetamol
hampir tidak ada.
Efek analgesik parasetamol serupa dengan salisilat yaitu
menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol
menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan

18
efek sentral seperti salisilat. Parasetamol merupakan penghambat
prostaglandin yang.
Pengetahuan dan lemah. Efek iritasi, erosi, dan perdarahan lambung
tidak terlihat pada obat ini, demikian juga gangguan pernapasan dan
keseimbangan asam basa.
2. Ibuprofen
Ibuprofen adalah turunan sederhana dari asam fenilpropionat. Obat ini
bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek
analgesiknya sama seperti aspirin. Efek antiinflamasinya terlihat dengan dosis
1200-2400 mg sehari. Absorpsi ibuprofen cepat melalui lambung dan kadar
maksimum dalam plasma dicapai setelah 1-2 jam. Waktu paruh dalam plasma
sekitar 2 jam. 90% ibuprofen terikat dalam protein plasma.
Ibuprofen dimetabolisme secara ekstensif via CYP2C8 dan CYP2C9 di
dalam hati dan sedikit dieksresikan dalam keadaatak berubah. Kira-kira 90%
dari dosis yang diabsorpsi akan dieksresi melalui urin sebagai
metabolit/konjugatnya.Obat-obat tersebut mampu meningkatkan atau
menghilangkan rasa nyeri, tanpa mempengaruhi sistem syaraf pusat atau
menurunkan kesadaran, serta tidak menimbulkan ketagihan. Efek samping
yang paling umum adalah kerusakan darah (paracetamol, salisilat, derivate
derivate antranilat dan derivate derivate pirazolinon), kerusakan hati dan ginjal
(parasetamol dan penghambat prostaglandin/NSAID) dan reaksi alergi pada
kulit.
Efek samping terjadi terutama pada penggunaan yang lama atau dalam
dosis tinggi yang mengurangi rasa nyeri dan serentak menurunkan suhu tubuh
yang tinggi.
3. Aspirin

Aspirin atau asam asetilsalisilat adalah suatu jenis obat dari keluarga
salisilat yang sering digunakan sebagai analgesik (terhadap rasa sakit atau
nyeri), antipiretik (terhadap demam) dan anti-inflamasi. Aspirin juga memiliki
efek antikoagulan dan digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk
mencegah serangan jantung.

Aspirin menghambat sintesis tromboksan A2 (TXA2) di dalam


trombosit dan prostasiklin (PGI2) di pembuluh darah dengan menghambat

19
secara ireversibel enzim siklooksigenase. Penghambatan enzim
siklooksigenase terjadi karena aspirin mengasetilasi enzim tersebut.

4. Tramadol
Tramadol adalah analog kodein sintetik yang merupakan agonis
reseptor lemah. Sebagian dari efek analgetiknya ditimbulkan oleh inhibisi
ambilan norepinefrin dan serotonin. Tramadol sama efektif dengan morfin atau
meperidin untuk nyeri ringan sampai sedang, tetapi untuk nyeri berat atau
kronik lebih lemah. Untuk nyeri persalinan tramadol lebih efektif dengan
meperidin(Narulloh, 2021)
Tramadol dan metabolitnya mengikat reseptor opioid: tramadol bekerja
secara trisiklik dan antidepresan untuk memblok serotonin. Analgetik opioid
ini tidak menekan pernapasan dan praktis tidak mempengaruhi sistem
kardiovaskular dan mortilitas lambung. Karena praktis tidak bersifat adiktif,
obat ini digunakan untuk nyeri yang sedang-berat dengan dosis 50-100 mg
setiap 4-6 jam dan dalam kombinasi dengan asetaminophen untuk mengatasi
nyeri akut jangka pendek (Narulloh, 2021).
2.7 Kecamatan Torjun
Berikut Merupakan Peta Wilayah Kecamatan Torjun

Gambar 2.8 Peta Wilayah Kecamatan Torjun

Jumlah Penduduk Kecamatan Torjun Akhir Tahun 2018 (Badan Pusat


Statistik, 2019).

Desa/Kelurahan Lakil-laki Perempuan Jumlah

20
Di Kecamatan
Torjun
Dulang 1580 1669 3249
Patarongan 1419 1662 3081
Pangongsean 2104 1471 3575
Krampon 1896 2299 4195
Bringin Nonggal 1034 2029 3063
Torjun 2412 1057 3469
Patapan 1621 2512 4133
Jeruk Porot 1466 1686 3152
Kodak 1072 1258 2600
Kanjar 831 1227 2058
Kara 1643 906 2549
Tanah Merah 1067 2023 3090
Total 18145 20069 38214

Masyarakat di Kecamatan Torjun berjumlah 38.214 dengan luas daerah 44, 19


km2 /sq.km dari total keseluruhan luas daerah Kabupaten Sampang yaitu 1233, 30
km2/sq.km. Kecamatan Torjun memilik 12 desa yaitu (Bringinonggal, Dulang, Jeruk
Porot, Kanjar, Kara, Kodak, Krampon, Pangongsean, Patapan, Patarongan, Tanah
Merah, Torjun), penduduk yang diantaranya 18.145 laki-laki dan 20.096 perempuan
(Badan Pusat Statistik, 2019).

21
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan metode cross
sectional yang didukung oleh data primer berupa data yang diperoleh langsung
melalui pengisian kusioner yang dijawab oleh responden.
3.2 Waktu Penelitian
Waktu pengambilan sampel pada penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret
sampai bulan April pada tahun 2022
3.3 Lokasi Penelitian
Lokasi pengambilan data bertempat di Wilayah Kecamatan Torjun, Kabupaten
Sampang. Jawa Timur. melalui pengisian kuisioner oleh responden oleh masyarakat
di Kecamatan Torjun
3.4 Populasi dan Sampel
1. Populasi
Penduduk di kecamatan torjun berjumlah 38.214 dan di dalam
penelitian hanya diambil 1 sampel responden dalam 1 KK (Badan Pusat
Statistik, 2017).
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Pengambilan
sampel dapat dilakukan dengan cara purposive random sampling (Rahayu and
Susanto, 2018), berdasarkan perhitungan didapatkan jumlah sampel yaitu 99
orang. Diambil responden 99 yang harus memenuhi kriteria inklusi (Susila
I.Y, 2015).

Pengambilan sampel dilakukan dengan mengunakan rumus Slovin


(Budijanto, 2013) :

N
n= 2
1+ N (e)

n = jumlah sampel minimal yang diperlukan \

N = jumlah populasi

e = batas toleransi kesalahan

22
Dengan batas toleransi kesalahan 1%,

Berdasarkan data keseluruahan 10.237 orang yang nanti akan diambil 1


sampel dalam 1 KK (Badan Pusat Statistik, 2017), sehingga penentuan besaran
sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin sebagai berikut:

10.237
n= 2
1+10.237 (0 , 1)

10.237
n=
1+102 , 37

10.237
n=
103 , 37

n=99. 0326

Sehingga dari hasil perhitungan tersebut maka sampel yang diambil


dalam penelitian ini adalah 99 orang.

Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :


a. Masyarakat yang pernah menggunakan analgesik-antipiretik
b. Masyarakat yang berusia 18 tahun keatas
c. Masyarakat yang dapat berkomunikasi dengan baik.
d. Masyarakat yang pernah menggunakan obat analgesik-antipiretik

Kriteria eksklusi merupakan keadaan yang menyebabkan subjek tidak dapat


diikutsertakan dalam penelitian. Adapun kriteria eksklusi yang dimaksud adalah :

a. Masyarakat yang tidak bersedia menjawab kuesioner


b. Masyarakat yang tidak menjawab kuesioner secara lengkap.
c. Tenaga Kesehatan (Dokter, Apoteker, Perawat).
3.5 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional
berdasarkan karakteristik yang diamati sehingga memungkinkan peneliti untuk
melakukan suvei atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek (Asnasari,
2017). Definisi operasional hubungan antara karakteristik pengetahuan dalam
rasionalitas penggunaan obat analgetik-antipiretik pada masyarakat di Kecamatan

Torjun, Kabupaten Sampang, Jawa Timur, dapat dilihat pada Tabel 3.1.

23
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variable Definisi Operasional Cara Hasil Ukur Skala


Ukur ukur
Pengetahuan Kemampuan Kuisioner Pembagian kategori : Nominal
tentang obat a. Skor 10-20 (Baik)
masyarakat dalam
analgesik- b. Skor 5-10 (Cukup
antipiretik, menjawab pertanyaan c. Skor 0-5 (Kurang)
tentang obat analgesik
(Yuliarmi dan
Marhaeni, 2019).
Umur Pasien Satuan angka yang Kuisioner Pembagian kategori : Nominal
1. 18-30 tahun
menunjukkan lama
2. 31-40 tahun
hidup seseorang yang 3. 41-50 tahun
4. 51-60 tahun
dapat dibuktikan
(Yuliarmi dan
dengan dokumen Marhaeni, 2019).
seperti KTP
Pendidikan Suatu proses Kuisioner Pembagian kategori : Nominal
Terakhir 1. SD
mengubah sikap dan
2. SMP
tata laku seseorang 3. SMA
4. D3
atau kelompok orang
5. S1
dalam usaha untuk (Yuliarmi dan
Marhaeni, 2019).
mendewasakan
manusia melalui upaya
pengajaran dan
pelatihan; proses;
perbuatan;
caramendidik
Pekerjaan Aktivitas yang Kuisioner Pembagian kategori : Nominal
1. Pelajar/Mahasiswa
dilakukan seseorang
2. Ibu RumahTangga
untuk memenuhi 3. PNS
4. KaryawanSwasta
kebutuhan hidupnya
5. Wiraswasta
6. Buruh
7. Petani
(Yuliarmi dan
Marhaeni, 2019).
Sumber Informasi merupakan Kuisioner Pembagian kategori : Nominal

24
Informasi salah satu faktor 1. Media Elektronik
2. Media Cetak
penting dalam
3. Lain-lain
peningkatana
pengetahuan
seseorang melalu
beberapa media seperi
media elektronik,
media cetak, dan dari
tenaga kesahatan
3.6 Teknik Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada responden
yang pernah melakukan pengobatan dengan analgesik-antipiretik di Kecamatan
Torjun, Kabupaten Sampang. Kuisioner ini terdiri dari 3 bagian yaitu:
a. Data demografi berupa biodata responden yang terdiri dari 3 poin, yaitu umur,
pendidikan dan pekerjaan.
b. Pengetahuan responden terhadap analgesik-antipiretik terdiri dari 20 poin
pertanyaan yang meliputi pengetahuan umum mengenai, indikasi, cara
penyimpanan dan efek samping.
3.7 Validitas dan Reliabilitas Kuisoner
Sebelum kuesioner digunakan untuk pengambilan data yang sebenarnya di
dalam penelitian, terlebih dahulu di uji validitas dan reliabilitasnya (Yusup, 2018). Uji
ini dilakukan pada minimal 35 orang yang tidak termasuk responden tetapi memiliki
karakteristik yang sama dengan responden di lokasi penelitian (Notoadmojo, 2010).
1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner, suatu kuesioner dinyatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner
mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner
tersebut (Dyah., 2018)
Pada uji hasil uji validitas menunjukkan nilai p value< 0,05 pada
seluruh butir pertanyaan, yang berarti terdapat korelasi antara variabel butir
soal 1 hingga 10 dengan variabel total sehingga seluruh pertanyaan dinyatakan
valid (Tyastirin dan Hidayati, 2017).
2. Uji Reliabilitas

25
Uji reliabilitas merupakan alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau
handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten dari
waktu ke waktu. Pengujian kehandalan dengan memberikan kuesioner yang
sama kepada seorang responden dengan waktu yang berbeda. Jika hasil uji
reliabilitas didapatkan nilai Cronbach’s Alpha>0,6 pada seluruh butir
pertanyaan yang berarti seluruh pertanyaan dinyatakan reliabel dengan
menggunakan software SPSS 16.0 (Dyah., 2018).
3.8 Teknik Pengolahan Datap
a. Editing, yaitu data poin dari demografi responden dan 20 poin dari tingkat
pengetahuan obat analgesik-antipiretik menggunakan microsoft exel, apabila
sudah terkumpul diperiksa kembali untuk memastikan kelengkapan,
kesesuaian, dan kejelasan.
b. Coding (pengkodean data) diberikan pada tiap-tiap jawaban dari responden
yaitu (data demografi dan jawaban kuesioner pengetahuan) untuk meudahkan
dlam melakukan analisa data.
c. Skoring, yaitu memberi skor pada tiap-tiap jawaban mulai dari data demografi
dan pengetahuan yang meliputi (indikasi, farmakologi dan kontraindikasi).
d. Input data, kegiatan memasukkan data hasil jawaban dari responden seperti
data demografi, data tingkat pengetahuan obat analgesik-antipiretik lalu
dikumpulkan ke dalam IBM SPSS Statistic 16.0.
e. Cleaning data, setelah data hasil jawaban responden seperti data demografi,
data pengetahuan obat analgesik-antipiretik, kemudian dimasukkan dan
diperiksa kembali untuk memastikan apakah data bersih dari kesalahan dan
siap dianalisis.
3.9 Analisis Data
Pengolahan dan analisis statistik dari data yang diperoleh dilakukan secara
komputerisasi dengan menggunakan alat bantu program statistical package for soxial
sciences (SPSS) versi 16.0. Data kuantitatif akan disajikan dalam bentuk tabel
sedangkan data kualitatif akan disajikan dalam bentuk uraian. Awalnya dilakukan uji
normalitas kemudian dilakukan uji statistik dengan metode chi-square (Narulloh,
2021).

26
3.9.1 Univariat

Data demografi, data tingkat pengetahuan dan tingkat rasionalitas penggunaan


obat analgesik-antipiretik yang telah dikumpulkan dan akan dicari distribusi frekuensi
nya menggunakan aplikasi software SPSS 16.0. (Yuliarmi dan Marhaeni, 2019).
Dimana analisis univariat dengan statistikn deskriptif digunakan untuk mendapatkan
gambaran distribusi frekuensi karakteristik responden tentang tingkat pengetahuan
dan rasionlaitas penggunaan obat (Narulloh, 2021).

3.9.2 Bivariat
Analisis ini untuk mengukur hubungan antara (umur/usia, pendidikan,
pekerjaan, dan informasi) terhadap tingkat pengetahuan dan rasionalitas penggunaan
obat (tepat dosis, tepat diagnosis, tepat indikasi penyakit, tepat penilaian kondisi
pasien, dan wapada efek samping) terhadap penggunaan obat analgesik-antipiretik
yang rasional dengan menggunakan metode statistik Chi-Square test (x2 ), dan
menggunakan software komputer yaitu SPSS 16.0. (Yuliarmi and Marhaeni, 2019).
Sebelum dilakukan pengolahan data menggunakan Chi-Square terlebih dahulu
dilakukan normalitas data. Uji Kolmogorov Smirnov dan uji Saphiro Wilk digunakan
dalam menentukan kenormalan data. Jika sampel penelitian yang didapatkan adalah
lebih dari 50 maka uji yang digunakan adalah uji Kolmogorov Smirnov. Sedangkan
apabila sampel penelitian kurang dari 50 maka uji yang digunakan adalah uji Saphiro
Wilk (Rochmat, 2016).
Untuk mengetahui suatu data berdistribusi normal, ada 3 cara untuk
mengetahuinya yaitu:
1. Dilihat dari grafik histogram dan kurve normal, bila bentuknya
menyerupai bel shape, berarti distribusi normal
2. Menggunakan nilai Skewness dan standar errornya, bilanilai Skewness
dibagi standar errornya didapatkan angka ≤ 2, maka distribusinya normal
3. Uji kolmogorov smirnov, bila hasil uji (p value > 0,05)
Setelah uji normalitas data akan dilakukan uji Chi Square untuk menentukan
factor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan dengan penjelasan sebagai
berikut:

27
1. Bila tabel kontingensi 2x2 dan tidak ada nilai Expected (harapan) kurang
dari 5, maka yang digunakan sebaiknya nilai “Continuity Correction”.
2. Bila tabel kontingensi 2x2 dijumpai nilai Expected (harapan) kurang dari
5, maka yang digunakan nilai adalah “Fisher’s Exact Test”.
3. Bila tabel kontingensi lebih dari 2x2, misalnya 3x2, 3x3 dan sebagainya,
maka jumlah cell dengan frekuensi harapan yang kurang dari 5 tidak
boleh lebih dari 20% dan digunakan juga nilai “Pearson Chi-Square”

28
3.10 Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian dia atas, maka kerangka konsep dalam
penelitian ini adalah:

Data Demografi Masyarakat Kecamatan Torjun


Responden
Umur/Usia
Faktor-Faktor (umur, pendidikan, pekerjaan
Pendidikan dan sumber informasi) yang berhubungan
terhadap pengetahuan
Pekerjaan
Sumber Informasi
Obat Analgesik-Antipiretik

3.11 Alur Penelitian

Pengurusan Izin

Penentuan sampel dan Pengambilan sampel

Memberikan kuesioner pada responden

Pengumpulan data jawaban responden

Pengolahan dan Analisis Data

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan

29
DAFTAR PUSTAKA

Afifah, L., 2019. Hubungan tingkat pengetahuan terhadap perilaku swamedikasi


penggunaan obat analgesik pada santri tingkat MA di Pesantren Sunan Bonang
Pasuruan (PhD Thesis). Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Akhmad, A.M., Rachmawati, E., 2017. Pengaruh Edukasi Terhadap Tingkat Pengetahuan
Swamedikasi Analgesik Di Kecamatan Patrang Kabupaten Jember.
Altarabi, M.Y.M., 2018. Studi rasionalitas penggunaan obat antiepilepsi pada pasien
dewasa Epilepsi di rawat inap RSUD DR. Saiful Anwar Kota Malang periode 2017
(PhD Thesis). Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Andriati dan Wahjudi, 2016. Tingkat Penerimaan Penggunaan Jamu Sebagai Alternatif
Penggunaan Obat Modern Pada Masyarakat Ekonomi Rendah-Menengah Dan Atas.
Fak. Kedokt. Univ. Airlangga.
Anief, M., 2021. Penggolongan Obat Berdasarkan Khasiat dan Penggunaan. UGM PRESS.
Asnasari, L., 2017. Hubungan Pengetahuan Tentang Swamedikasi Dengan Pola Penggunaan
Obat Pada Masyarakat Dusun Kenaran, Sumberharjo, Prambanan, Sleman,
Yogyakarta. Yogyak. Skripsi Fak. Frmasi Univ. Sanata Dharma.
Badan Pusat Statistik, 2019. Torjun Dalam Angka 2019. Badan Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik, 2017. Kecamatan Torjun Dalam Angka. Badan Pusat Statistik.
Budijanto, D., 2013. Populasi, Sampling, dan Besar Sampel. Kementeri. Kesehat. RI.
Dinkes, P.J.T., 2019. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
Dyah., A.B., Ph.D., 2018. Validitas Dan Reabilitas Penelitian. Penerbit Mitra Wacana
Media.
Farida, H., Herawati, H., Hapsari, M.M., Notoatmodjo, H., Hardian, H., 2016. Penggunaan
Antibiotik Secara Bijak Untuk Mengurangi Resistensi Antibiotik, Studi Intervensi di
Bagian Kesehatan Anak RS Dr. Kariadi. Sari Pediatri 10, 34–41.
Fitriani, D.A., 2020. Analisis Pengetahuan Dan Perilaku Pasien Serta Ketetapan
Penggunaan Obat Pada Swamedikasi Obat Analgesik Di Salah Satu Apotek Kota
Bandung.
Iyaza, E., 2021. Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Swamedikasi Obat
Analgesik Di Desa Kalikangkung Kecamatan Pangkah. Politeknik Harapan Bersama
Tegal.
Kido, M.R., 2020. Uji Aktivitas Analgesik Ekstrak Etanol Daun Pandan Tikar (Pandanus
tectorius) Pada Mencit (Mus musculus) Yang Diinduksi Asam Asetat (PhD Thesis).
UNIVERSITAS CITRA BANGSA.
Marhenta, Y.B., 2021. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan
Penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas Untuk Swamedikasi Pada
Masyarakat Dusun Krajan Kedungjambe Singgahan Tuban. J. Herb. Clin. Pharm. Sci.
HERCLIPS 3, 1–9.
Mukarromah, A., 2017. Pengaruh Tingkat Pengetahuan Terhadap Perilaku Swamedikasi
Parasetamol Rasional. Fak. Ilmu Kesehat. Univ. Muhammadiyah Malang.
Mutmaina, U.F., Zulfebriges, Z., 2019. Gambaran Tingkat Pengetahuan Terhadap
Penggunaan Obat Analgetik dalam Swamedikasi di Masyarakat Desa Rancabango
Kabupaten Garut.
Narulloh, 2021. Pengetahuan, Sikap Dan Penggunaan Obat Analgetik Pada Masyarakat Di
Kecamatan Air Putih, Batu Bara, Sumatera Utara. Fak. Farm. Univ. Sumat. Utara.
Nurulloh, A.R., 2021. Pengetahuan, Sikap dan Penggunaan Obat Analgetik pada
Masyarakat di Kecamatan Air Putih, Batu Bara, Sumatera Utara.
Pahliwandari, R., 2017. Penerapan Teori Pembelajaran Kognitif dalam Pembelajaran
Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. J. Pendidik. Olah Raga 5, 154–164.

33
Permata Sari, 2011. Evaluasi Rasionalitas Obat Ditinjau Dari Indikator Peresepan Menurut
World Health Organization (WHO) Di Seluruh Puskesmas Kecematan Kota Depok.
Fak. Mat. Dan Ilmu Pengetah. Program Studi Farm. Depok.
Putri, Y.D., 2020. Intensitas Nyeri Vulnus Punctum Serta Pengobatan Analgesik Di RS
Bhayangkara Kota Makassar (PhD Thesis). Universitas Hasanuddin.
QODRIA, D.N.L., 2016. Perbedaan Tingkat Pengetahuan, Persepsi, Dan Pengalaman
Penggunaan Obat Generik Di Kalangan Mahasiswa Kesehatan Dan Non Kesehatan
Di Universitas Jember.
Rahayu, R., Susanto, R., 2018. Pengaruh kepemimpinan guru dan keterampilan manajemen
kelas terhadap perilaku belajar siswa kelas IV. J. Pendidik. Dasar Perkhasa J. Penelit.
Pendidik. Dasar 4, 220–229.
Rochmat, A.Purnomo.S.E., M. Si, 2016. Analisis Statistik Ekonomi Dan Bisnis Dengan SPSS,
Pertama. ed.
Sinaga, 2018. Uji Efek Antipiretik Infusa Daun Sambiloto (Andrographis peniculata) Pada
Merpati Dengan Parasetamol Sebagai Pembanding. Politek. Kesehat. Kemenkes
Medan Jur. Farm.
Suratni, S., Pesty, N., 2021. Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang
Swamedikasi Obat Analgesik Sakit Kepala Di Kelurahan Ragunan Kota Jakarta
Selatan. J. Akad. Farm. BHUMI HUSADA Jkt. Mengembangkan Kreat. Meningkat.
Kualitas 8, 89–100.
Susila I.Y, P., 2015. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pengetahuan Penggunaan
Obat Generik Pada Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Penyang
Kabupaten Nagan Raya 2015. Program Studi ILmu Kesehat. Masy. Fak. Kesehat.
Teuku Umar.
Tyastirin dan Hidayati, 2017. Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kesehatan. Program
Studi Arsit. UIN Sunan Ampel.
Virginia, P., 2016. Pengaruh Edukasi Media Sosial (Whatsapp Messanger) Terhadap
Tingkat Pengerahuan, Sikap Serta Perilaku Penggunaan Obat Keras Yang Rasional
Di Masyarakat. Fak. Farm. Univ. Muhammadiyah Purwok.
Wardoyo, A.V., Oktarlina, R.Z., 2019a. Tingkat Pengetahuan Masyarakat Terhadap Obat
Analgesik Pada Swamedikasi Untuk Mengatasi Nyeri Akut. J. Ilm. Kesehat. Sandi
Husada 8, 156–160.
Widyanti, M., 2020. Gambaran Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Obat Analgesik
Di Kelurahan Pekajangan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan.
Politeknik. Harapan Bersama Tegal.
Yeni, P.S.I., 2015. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan penggunaan obat
generik pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Padang Panyang Kabupaten
Nagan Raya tahun 2015 [skripsi]. Kabupaten Nagan Raya Univ. Teuku Umar.
Yuliarmi, N.N., Marhaeni, A.A.I.N., 2019. Metode Riset Jilid 2, 2. Fakultas Ekomomi Dan
Bisnis Universitas Udayana.
Yusup, F., 2018. Uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian kuantitatif. Tarb. J. Ilm.
Kependidikan 7.

34
Lampiran 1. Lembar Penjelasan kepada Responden

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Saya Zulfy Ichmadikal Fernanda, mahasiswa semester VII Fakultas Farmasi (Progsus)
Universitas Kadiri, saat ini sedang melakukan penelitian yang berjudul “ Pengetahuan Obat
Analgesik-Antipiretik Pada Masyarakat di Kecamatan Torjun, Kabupaten Sampang, Jawa
Timur” Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat terhadap
obat analgesik-antipiretik di Kecamatan Torjun, Kabupaten Sampang, Jawa Timur.

Saya mengharapkan kerjasama saudara/i untuk berpartisipasi sebagai responden penelitian


dengan mengisi satu set kuesioner tingkat pengetahuan, sikap dan penggunaan obat analgetik-
antipiretik .Partisipasi dari saudara/i bersifat sukarela, bukan dengan beban maupun paksaan.
Saudara/i berhak untuk menolak mengikuti jika tidak bersedia.

Jika saudara/i bersedia untuk diikutkan dalam penelitian saya ini, maka saudara/i diharapkan
kesediaannya untuk menandatangani lembar Persetujuan setelah Penjelasan. Apabila selama menjadi
responden dari penelitian ini saudara/i memiliki masalah dari penelitian ini, saudara/i dapat
menghubungi saya, Zulfy Ichmadikal Fernanda (HP/WA : 081555694955) Atas perhatian Saudara/i,
saya ucapkan terima kasih.

Sampang, Maret 2022


Hormat saya,

Zulfy Ichmadikal Fernanda

35
Lampiran 2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Jenis Kelamin :

Usia :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Alamat :

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya telah memberikan

PERSETUJUAN
Untuk mengisi satu set kuesioner tentang pengetahuan dan rasionalitas penggunaan obat
analgesik-antipiretik. Setelah saya membaca dan mendapat penjelasan yang terperinci serta
memahami sepenuhnya tentang penelitian
Judul Penelitian : Pengetahuan Obat Analgesik-Antipiretik pada Masyarakat di
Kecamatan Torjun, Kabupaten Sampang, Jawa Timur
Nama Peneliti : Zulfy Ichmadikal Fernanda
Instansi Penelitian : Kecamatan Torjun, Kabupaten Sampang Madura
Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.
Sampang, Desember 2022
Yang membuat pernyataan

persetujuan,
Yang memberikan penjelasan,

(Zulfy Ichmadikal Fernanda) (______________________)

36
Lampiran 3. Data Demografi Responden
Demografi data
1. Nama :............................................................................

2. Usia :............................................................................
4. Tingkat pendidikan : a. SD
b. SMP
c. SMA
d. D3
e. Perguruan Tinggi/S1

5. Pekerjaan : a. Pelajar/Mahasiswa
b. Ibu Rumah Tangga
c. PNS
d. Karyawan Swasta
e. Buruh
f. Petani

6. Sumber Informasi tentang : a. Media Cetak


obat Analgesik-Antipiretik b. Media Elektronik
c. Lain-lain

37
Lampiran 4. Lembar Kuisioner Penelitian
Pengetahuan dan Rasionalitas Penggunaan Obat Analgesik-AntipiretikMasyarakat di
Kecamatan Torjun Tentang Obat Analgesik-Antipiretik (saya memodifikasi dari
Akhmad and Rachmawati, 2017).
PENGETAHUAN TENTANG ANALGESIK
1. Menurut Anda, apakah benar analgesik merupakan obat yang mampu meredakan nyeri?
a.) Ya
b.) Tidak
2. Apakah benar obat pereda nyeri hanya terbatas pada nyeri saja?
a) Ya
b) Tidak
3. Apakah aspirin mampu meredakan nyeri?
a) Ya
b) Tidak
4. Apakah benar ibuprofen dapat meredakan demam?
a) Ya
b) Tidak
5. Menurut anda apakah boleh obat analgesik diminum bersamaan dengan teh/kopi?
a) Ya
b) Tidak
6. Apakah dosis obat pereda nyeri anak sama dengan dosis pereda nyeri dewasa?
a) Ya
b) Tidak
7. Apakah benar obat perda nyeri boleh digunakan secara terus menerus meski rasa sakit
telah hilang?
a) Ya
b) Tidak
8. Apakah obat pereda panas/demam dapat digunakan bersamaan dengan obat lain?
a) Ya
b) Tidak
9. Menurut anda apakah diklofenak cocok digunakan untuk ibu hamil?
a) Ya
b) Tidak
10. Menurut anda apakah aspirin cocok digunakan untuk seseorang yang mengalami
gangguan lambung?
a) Ya
b) Tidak
11. Apakah obat diklofenak merupakan obat analgesik yang dapat digunakan tanpa
menggunakan resep?

38
a) Ya
b) Tidak

12. Asam mefenamat merupakan obat analgesik yang mampu meredakan nyeri. Apakah
penderita demam boleh mengkonsumsi obat tersebut?
a) Ya
b) Tidak
13. Menurut andam, apakah pasien dengan gangguan penggumpalan darah boleh
mengkonsumsi AINS untuk meredakan nyeri?
a) Ya
b) Tidak
14. Menurut anda apakah boleh meningkatkan konsumsi obat pereda nyeri yang diminum
dalam sekali konsumsi (sekali minum langsung 2 tablet/lebih)?
a) Ya
b) Tidak
15. Bagaimana cara penyimpanan obat analgesik di rumah?
a) Simpan di suhu dingin
b) Simpan di tempat yang mudah terkena matahari
c) Simpan di suhu ruangan
16. Apakah anda mengetahui kapan waktu yang tepat dalam mengkonsumsi obat
analgesik?
a) Sebelum makan
b) Sebelum tidur
c) Sesudah makan
17. Jika mengalami nyeri, jenis obat apa yang anda pilih dari beberapa obat berikut?
a) Attalpugit
b) Klorfeniramin maleat (CTM)
c) ibuprofen
18. Dampak apakah yang terjadi apabila menggunakan dosis analgesik lebih dari yang
ditentukan
a) Demam
b) Kerusakan ginjal
c) Badan lemas
19. Menurut anda, apakah obat analgesik salut selaput boleh digerus saat dimunum?
a) Ya
b) Tidak
20. Apa jenis obat antipiretik yang dapat digunakan sebagai pengobatan tanpa
menggunakan resep dokter?
a) Tramadol
b) Parasetamol

39

Anda mungkin juga menyukai