Email: rsdianingati@lecturer.undip.ac.id
ABSTRAK
Swamedikasi merupakan upaya seseorang untuk mengenali gejala atau penyakit serta memilih
obat sendiri. Swamedikasi dapat meningkatkan kesehatan nasional apabila dilakukan dengan
baik, namun terdapat dampak negatif dari swamedikasi apabila dilakukan dengan cara yang
tidak tepat. Artikel ini disusun berdasarkan penelitian terdahulu untuk mengetahui bagaimana
perilaku swamedikasi pada masyarakat untuk mengatasi gejala nyeri, diare, batuk, dan maag.
Hasil yang didapatkan yaitu masyarakat lebih memilih untuk swamedikasi dibandingkan
dengan berobat ke dokter dengan alasan penyakit dianggap ringan, lebih murah, mudah, dan
cepat, selain itu obat modern lebih dipilih dibandingkan dengan obat tradisional dan
masyarakat lebih memilih untuk membeli obat di apotek serta masih terdapat perilaku
swamedikasi yang tidak tepat sehingga membutuhkan edukasi lebih lanjut. Perilaku
swamedikasi dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan, sumber informasi, kemudahan akses
swamedikasi, dan saran dari keluarga.
ABSTRACT
Self-medication is a person's attempt to recognize symptoms or diseases and choose their own
medication. Self-medication can improve national health if it is done well, but there are
negative impacts of self-medication if it is done inappropriately. This article is compiled based
on previous research to determine self-medicated behavior in the community to deal with
symptoms of pain, diarrhea, cough, and fever. The results obtained are that people prefer self-
medication compared to seeing a doctor because the disease is considered mild, cheaper, easy,
and fast, besides that modern medicine is preferred compared to traditional medicine and
people prefer to buy medicine at a pharmacy and there are still inappropriate self-medicated
behavior that requires further education. Self-medication behavior is influenced by the level of
knowledge, sources of information, ease of access to self-medication, and suggestions from the
family.
53
Generics : Journal of Research in Pharmacy, vol 1(2):53-59, Tahun 2021
yang lebih murah (16%) dan obat mudah Berdasarkan latar belakang
diperoleh (9%) (Zulkarni, 2019). Prevalensi tersebut, dilakukan review beberapa jurnal
swamedikasi cenderung mengalami terkait perilaku swamedikasi untuk
peningkatan di kalangan masyarakat setiap mengetahui bagaimana perilaku
tahunya (Widayati, 2013). Survei BPS pada swamedikasi pada masyarakat.
tahun 2011 menunjukan persentase
masyarakat yang melakukan swamedikasi METODE PENELITIAN
pada tahun 2007 adalah 65,01 %, tahun Penelitian ini merupakan kajian dari
2008 adalah 65,59 %, tahun 2009 68,41% beberapa literatur tentang perilaku
dan 68,71% pada tahun 2010 (Restiyono, swamedikasi untuk beberapa penyakit,
2016). seperti nyeri, diare, batuk, dan maag.
Swamedikasi biasa dilakukan untuk Sumber literatur didapatkan dari beberapa
mengatasi gejala dan penyakit ringan yang artikel jurnal penelitian.
banyak dialami oleh masyarakat, seperti
nyeri, influenza, demam, pusing, diare, HASIL DAN PEMBAHASAN
batuk, sakit maag, penyakit kulit, cacingan, Hasil dari beberapa literatur terkait
diare dan lain-lain. Masyarakat akan perilaku swamedikasi untuk penyakit nyeri,
membeli obat secara mandiri berdasarkan diare, batuk dan maag dijelaskan sebagai
keluhan yang dirasakan. Pemilihan obat berikut:
yang dapat digunakan dalam swamedikasi
adalah golongan obat bebas dan obat bebas Perilaku Swamedikasi Nyeri
terbatas yang relatif aman untuk digunakan Nyeri merupakan perasaan subjektif
(Restiyono, 2016). yang berbeda pada setiap individu.
Analgetik merupakan obat yang dapat
Swamedikasi yang dilakukan mengurangi rasa nyeri tanpa
dengan tepat dan benar dapat membantu menghilangkan kesadaran seseorang. Nyeri
pemerintah dalam pemeliharaan kesehatan adalah salah satu penyakit ringan yang
secara nasional (Aswad et al., 2019). dapat diobati dengan swamedikasi. Sebuah
Namun, terdapat dampak negatif dari penelitian menunjukkan bahwa 166 orang
swamedikasi yang tidak tepat, seperti obat memiliki perilaku swamedikasi yang baik
tidak memberikan efek yang diinginkan, pada penggunaan obat analgesik dan 32
timbul berbagai masalah pengobatan orang memiliki perilaku yang tidak baik.
karena kurangnya informasi tentang obat Perilaku yang tidak baik dikarenakan
(Drug Related Problems), timbul penyakit responden tidak membaca aturan pakai
baru karena efek samping obat, dan sebelum mengkonsumsi obat dan tidak
peningkatan biaya pengobatan akibat mengetahui kandungan dan efek samping
penggunaan obat yang tidak rasional. dari obat analgesik yang dikonsumsi
Swamedikasi dapat dilakukan dengan benar (Ersita, 2018).
jika pasien mengetahui informasi yang Penelitian lain menyatakan bahwa
mendukung pengobatan seperti dapat 50,5% responden menggunakan analgesik
mengenali gejala penyakit dengan baik, secara tidak rasional dalam praktik
memilih obat sesuai dengan indikasi dan swamedikasi nyeri (Lydya et al., 2021).
mengkonsumsi obat sesuai petunjuk Penelitian lainya juga menyatakan bahwa
penggunaan (Purnamasari, 2019). 37 responden memenuhi kriteria ketepatan
54
Generics : Journal of Research in Pharmacy, vol 1(2):53-59, Tahun 2021
55
Generics : Journal of Research in Pharmacy, vol 1(2):53-59, Tahun 2021
Perilaku swamedikasi batuk yang Hal ini juga sejalan dengan hasil
dilakukan oleh pelajar SMA non-kesehatan penelitian lain yang menyatakan bahwa
di Kecamatan Pontianak, menunjukkan responden lebih banyak menggunakan obat
hasil yang baik. Sebagian besar responden maag yang modern seperti Promag
melakukan swamedikasi dengan tepat. daripada tradisional. Sebagian besar
Ketepatan perilaku swamedikasi ini dinilai responden mendapatkan obat maag di
berdasarkan beberapa indikator seperti apotek, hal ini merupakan tindakan yang
tepat obat, tepat indikasi, tepat dosis, dan tepat karena terdapat apoteker yang dapat
tepat pasien. Sebesar 86,5% dari 344 memberikan informasi yang tepat
responden memilih obat dengan tepat (tepat (Widyayanti, 2018).
obat), 71,75% menggunakan obat sesuai
dengan keluhan (tepat indikasi) , 83,25% Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
menggunakan obat yang sesuai dengan Swamedikasi
kondisi nya (tepat pasien), namun hanya Perilaku seseorang dalam
33,25% responden yang minum obat sesuai mengkonsumsi obat dipengaruhi oleh tiga
dosisnya (tepat dosis). Banyaknya faktor, yaitu faktor predisposisi, faktor
responden yang tidak tepat dosis pendukung dan faktor pendorong. Faktor
dikarenakan adanya efek samping dari obat predisposisi mencakup pengetahuan, sikap,
batuk yaitu mengantuk, sehingga kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan
responden hanya minum satu kali sehari lain sebagainya. Faktor pendukung adalah
dan tidak sesuai dengan dosis seharusnya ketersediaan dan kemudahan akses untuk
(Sesarini, 2019). mendapatkan obat yang aman dan bermutu.
Faktor pendorong merupakan saran dari
Perilaku Swamedikasi Maag keluarga, kerabat dan teman, iklan serta
Maag merupakan penyakit dengan peraturan pemerintah. Beberapa studi
gejala seperti nyeri perut, mual, muntah, menyatakan bahwa faktor yang
rasa perih di perut, dan rasa panas yang mempengaruhi konsumen dalam memilih
menjalar di dada. Menurut WHO, obat adalah lokasi, informasi dari petugas
Indonesia merupakan salah satu negara apotek, dan iklan. Yuefeng menyatakan
dengan prevalensi maag tertinggi di dunia pemilihan suatu produk (consumer goods)
yaitu 40,80%. Maag juga merupakan salah berhubungan dengan usia, pekerjaan, dan
satu penyakit yang dapat diobati dengan tingkat pendidikan dari masyarakat
cara swamedikasi (Lady, 2019). (Siahaan et al., 2017).
Sebuah penelitian menyatakan Hasil penelitian Farizal (2015),
bahwa 92,6% responden memutuskan menunjukkan bahwa perilaku seseorang
untuk melakukan swamedikasi. Dari untuk melakukan swamedikasi dipengaruhi
responden yang melakukan swamedikasi, oleh pengetahuan sebesar 67%, kemudian
91,2% responden lebih memilih untuk sebesar 10% responden mendapat saran
menggunakan obat modern dibandingkan dari orang lain, 7% karena kemudahan
dengan obat tradisional. Alasan responden dalam proses swamedikasi, dan 6%
melakukan swamedikasi yaitu karena responden melakukan swamedikasi karena
murah (43,5%), penyakit dianggap ringan melihat iklan tentang obat (Farizal, 2015).
(18,5%), lebih cepat (32,9%), dan alasan Penelitian lain menunjukkan bahwa
lainya (5,1%) (Sarwan, 2017). perilaku swamedikasi dipengaruhi oleh
56
Generics : Journal of Research in Pharmacy, vol 1(2):53-59, Tahun 2021
57
Generics : Journal of Research in Pharmacy, vol 1(2):53-59, Tahun 2021
58
Generics : Journal of Research in Pharmacy, vol 1(2):53-59, Tahun 2021
59