Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal

Volume 11 Nomor 1, Januari 2021


e-ISSN 2549-8134; p-ISSN 2089-0834
http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/PSKM

DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN


GAGAL JANTUNG KONGESTIF
Harjito, Mariyati*, Rahayu Winarti
Universitas Widya Husada Semarang, Jl. Subali Raya No.12, Krapyak, Semarang Barat, Kota Semarang, Jawa
Tengah, Indonesia 50146
*maryhamasah@gmail.com

ABSTRAK
Kecemasan merupakan salah satu masalah psikologis yang sering dialami oleh pasien Gagal Jantung
Kongestif apabila tidak dicegah akan menimbulkan resiko rehospitalisasi atau kekambuhan. Dukungan
keluarga memiliki peran yang sangat penting menjadi energi posistf dalam proses kesembuhan
penderita gagal jantung. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan dukungan keluarga
dengan tingkat kecemasan pasien Gagal Jantung Kongestif di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Paru Dr
Ario Wirawan Salatiga. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan rancangan penelitian
korelasional melalui pendekatan cross sectional. Sampel diambil dengan cara consecutive sampling
dan jumlah sampel 30 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan membagikan kuesioner
dukungan keluarga dan kecemasan Hamilton Anxiety Rating Scale kepada responden. Analisis
univariat masing - masing variabel penelitian menggunakan tabel distribusi frekuensi, sedangkan
analisis bivariat dengan uji statistik Spearman Correlation. Penelitian ini sudah melakukan uji etik
penelitian. Hasil uji statistik Spearman Correlation, didapatkan rho sebesar 0,405 dan p-value 0,026 ≤
α (0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga terdapat hubungan antara dukungan keluarga
dengan tingkat kecemasan pasien gagal jantung kongestif.

Kata kunci: dukungan keluarga, gagal ginjal kronik, kecemasan

FAMILY SUPPORT WITH ANXIETY LEVELS IN CONGESTIVE HEART FAILURE


PATIENTS

ABSTRACT
Anxiety is one of the psychological problems that is often experienced by patients with congestive
heart failure (CHF) if it is not prevented, it will pose a risk of rehospitalization or recurrence. Family
support has a very important role as positive energy in the healing process for sufferers of CHD. The
purpose of this study was to analyze the relationship between family support and anxiety levels of
CHD patients. This research use of quantitative analytic with correlational, and a cross sectional
approach. Samples were taken by consecutive sampling and the number of samples was 30
respondents. Data collection was done by distributing questionnaires for family support and Hamilton
Anxiety Rating Scale to respondents. Univariate analysis uses with frequency distribution tables, and
a bivariate analysis done with Spearman Correlation test. This research has done ethics tests of
previous research. The result of this study showed a rho is got 0,405 and p-value of 0,026 ≤ α (0.05),
then Ho was rejected and Ha received, which means there is the relationship between family support
and anxiety levels of CHD patients.

Keywords: anxiety; CHF; family support

PENDAHULUAN
Gagal jantung didefinisikan oleh European Society of Cardiology (ESC) sebagai sindrom
klinis yang ditandai dengan gejala seperti sesak napas, batuk atau mengi yang terus-menerus,
pembengkakan dan kelelahan pada pergelangan kaki, yang mungkin disertai dengan tanda-
tanda berikut: tekanan vena jugularis, paru ronki, peningkatan denyut jantung dan edema
perifer. Namun, tanda-tanda ini mungkin tidak muncul pada tahap awal dan pada pasien yang

223
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 11 No 1, Hal 223 - 230, Januari 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

diobati dengan diuretik. Jika tampak jelas, hal itu disebabkan oleh kelainan struktural dan atau
fungsional jantung, yang menyebabkan disfungsi ventrikel sistolik dan atau diastolik, yang
mengakibatkan penurunan curah jantung dan atau peningkatan tekanan intrakardiak saat
istirahat atau selama stress (Lainscak et al., 2017).

Gagal jantung didefinisikan sebagai sindrom klinis kompleks yang dapat diakibatkan oleh
perubahan struktural atau fungsional pada miokardium. Perubahan ini mengurangi fungsi
jantung yang menyebabkan penurunan curah jantung dan / atau peningkatan tekanan
intrakardial. Gejala klinis umum sebelumnya yang khas untuk gagal jantung seperti apnea dan
kelelahan, pasien dengan kelainan jantung fungsional atau struktural tertentu dapat tampak
asimtomatik, yang dapat memperburuk diagnosis dan memperburuk prognosis jangka
panjang. Menurut pedoman terbaru yang dikeluarkan oleh American College of Cardiology
dan American Heart Association, gagal jantung menekankan serangkaian gangguan miokard
yang meliputi gagal jantung dengan fraksi ejeksi yang berkurang, gagal jantung dengan fraksi
ejeksi yang diawetkan, dan gagal jantung dengan mid- rentang fraksi ejeksi. Akhirnya,
gangguan jantung ini merusak kemampuan ventrikel untuk mengisi atau mengeluarkan darah.
Ini adalah stadium umum terakhir dari banyak penyakit kardiovaskular, termasuk iskemia
miokard atau infark, hipertrofi patologis yang diinduksi oleh tekanan atau volume, dan
kardiomiopati bawaan atau didapat (Zhu et al., 2016).

Seiring waktu, perbedaan usia 5,3 tahun (95% CI, 5,2-5,5) antara pria dan wanita tetap ada.
Wanita memiliki tekanan darah, indeks massa tubuh, dan kolesterol yang lebih tinggi
dibandingkan pria (P <0,0001). Prevalensi penyakit jantung iskemik meningkat untuk semua
tahun 2006 sebelum menurun pada wanita sebesar 0,5% per tahun, mencapai 42,7% (95% CI,
41,7-43,6), tetapi tidak pada pria, tetap pada 57,7% (95% CI, 56,9-58,6; interaksi P = 0,002)
(Lawson et al., 2020). Penelitian juga menunjukkan CHF mempengaruhi kualitas hidup
penderitanya. Kualitas hidup yang rendah dipengaruhi langsung oleh tingginya NYHA dan
rendahnya GFR ((Adebayo et al., 2017). Kondisi tersebut akan mempengaruhi sejauh mana
pasien mampu memaksimalkan fisiknya, sehingga mempengaruhi kualitas hidup pasien.
Faktor tersebut juga dipengaruhi tingkat pendidikan dan pengetahuan seseorang dalam
mengenal masalahnya (Akhmad, 2018). Dampak psikologis dari gagal jantung sangat
kompleks dan akan memicu adanya emosi negatif seperti, depresi, marah, rasa permusuhan,
stres dan ansietas (Ladwig et al., 2014).

Keluarga sebagai sumber dukungan sosial terpenting sangat erat kaitannya dengan kegiatan
perawatan diri pada pasien CHF. Sejak kebanyakan dari pasien gagal jantung tinggal bersama
anggota keluarga lain di rumah, partisipasi dan dukungan dari anggota keluarga dapat
memainkan peran kunci dalam perilaku perawatan diri dan efisiensi pengendalian penyakit.
Oleh karena itu, keluarga bisa mempengaruhi keberhasilan pasien dan stabilitas perubahan
perilaku mereka dalam program perawatan diri. Beberapa penelitian mengungkapkan
hubungan antara dukungan keluarga dan perawatan diri pasien gagal jantung. Studi
sebelumnya menunjukkan bahwa pasien dengan lebih banyak dukungan memiliki kepatuhan
yang lebih baik terhadap perilaku kesehatan perawatan diri (Shahriari et al., 2013).

Dukungan keluaga adalah suatu bentuk perilaku melayani yang dilakukan oleh keluarga baik
dalam bentuk dukungan emosional, penghargaan/penilaian, informasional dan instrumental
(Friedman, 2010 dalam Suardana, Saraswati, Wiratni). Menurut Wafroh, Herawati & Lestari
(2017) dukungan keluarga adalah bantuan yang diberikan oleh anggota keluarga yang lain
sehingga akan memberikan kenyamanan. Dukungan keluarga mempunyai peranan yang
sangat penting dalam kualitas hidup pasien GJK. Pasien dengan penyakit jantung yang

224
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 11 No 1, Hal 223 - 230, Januari 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

mengalami masalah psikososial akan lebih lambat proses penyembuhannya, lebih berat gejala
fisik yang dialaminya dan lebih lama proses penyembuhan penyakitnya. Salah satu faktor
yang mendukung proses keberhasilan dalam penyembuhan adalah keterlibatan keluarga
(Brunner & Suddarth, 2009). Dalam keluarga, dapat ditemukan anggota keluarga yang
berperan penting dalam upaya perawatan anggota keluarga yang sakit. Care giver atau family
carer adalah seseorang dalam keluarga yang memberikan perawatan untuk orang lain yang
sakit, bahkan biasanya orang tersebut sangat bergantung pada care giver-nya (Oyebode, 2003
dalam Niman, 2013). Kehadiran keluarga sangat berarti dan membuat perasaan lebih nyaman
bagi anggota keluarga yang sakit (Koenjoro, 2002 dalam Hasymi, 2009).

Kecemasan adalah suatu keadaan perasaan yang kompleks berkaitan dengan perasaan takut,
sering disertai oleh sensasi fisik seperti jantung berdebar, nafas pendek, atau nyeri dada
(Keliat,Wiyono & Susanti, 2013). Kecemasan adalah suatu keadaan perasaan yang kompleks
berkaitan dengan perasaan takut, sering disertai oleh sensasi fisik seperti jantung berdebar,
nafas pendek, atau nyeri dada ( keliat, wiyono,susanti, 2013). Menurut Kusumawati &
Hartono tahun 2010 kecemasan dapat di kelompokkan dalam beberapa tingkatan, yaitu:
kecemasan ringan, Kecemasan sedang, kecemasan berat, panik. Adapun faktor – faktor yang
mempengaruhi kecemasan pada individu, adalah pengalaman, pendidikan, pendapatan, jenis
kelamin, suku, umur, sistem kepercayaan (Stuart & Sundeen, 2016). Untuk penatalaksanaan
kecemasan bergantung pada tingkatanya, kecemasan berata dan panik utk penatalaksaanaanya
dengan cara membangun hubungan saling percaya, kesadaran dari diri perawat perlindungan
klien, memodifikasi lingkungan, motivasi kegiatan, obat. Pada kecemasaan sedang
penatalaksanaan dapat berupa: psikoedukasi, pengenalan kecemasan, dan pemahaman serta
penghayatan kecemasan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan dukungan
keluarga dengan tingkat kecemasan pasien Gagal Jantung Kongestif di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Paru Dr Ario Wirawan Salatiga.

METODE
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian korelasional
melalui pendekatan Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien gagal
jantung kongestif yang di rawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Paru dr Ario Wirawan
Salatiga, sebanyak 34 pasien yang dirawat pada Bulan Juli 2020. Sampel penelitian adalah
pasien gagal jantung kongestif di ruang rawat inap Rumah Sakit Paru dr Ario Wirawan
Salatiga. Metode pengambilan sampel yang digunakan dengan teknik consecutive sampling
didapatkan jumlah sampel 30 respoden. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dukungan
keluarga dan kuesioner Hamilton Anxiety Rating Scale yang sudah diuji validitas dan
reliabilitas oleh peneliti sebelumnya. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner dukungan
keluarga dilakukan pada 15 responden dengan rentang 0,486- 0,855. Total 15 item pernyataan
diperoleh 13 pernyataan yang valid dan 2 pernyataan yang tidak valid yaitu soal nomer 9 dan
13, sehingga oleh peneliti pernyataan 9 dan 13 telah diperbaiki. Uji reliabilitas alpha 0,757 >
dari r tabel (0,60) (Desi Nur Wulan, 2017). Kuisioner HARS sudah dibakukan dan diuji
validitasnya, memiliki nilai validitas cukup tinggi yaitu 0,93 dan reliabilitas 0,97 (Sugiyono,
2012). Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan analisis data menggunakan uji
rank Spearman. Penelitian ini sudah dilakukan uji etik penelitian di Komite Etik Penelitian
Kesehatan Universitas Widya Husada Semarang dengan Nomor 15/EC-LPPM/UWHS/VII-
2020.

225
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 11 No 1, Hal 223 - 230, Januari 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

HASIL
Berdasarkan analisis data penelitian distribusi frekuensi Berdasarkan Karakteristik Responden
di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Paru dr Ario Wirawan Salatiga juli 2020 dapat disajikan
ke dalam tabel berikut.

Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur (n= 30)
Karakteristik F %
31-40 1 3,3
Umur 41-50 10 33,3
50-60 19 63,3
Laki- laki 18 60
Jenis Kelamin Perempuan 12 40
SD 5 16,7
SMP 3 10,0
Pendidikan SMA 15 50,0
D3 4 13,3
S1 3 10,0
Buruh 14 46,7
Pekerjaan Karyawan 14 46,7
Pengusaha 2 6,7

Tabel 1 diketahui bahwa sebagian besar sebagian besar responden berumur 50 – 60 tahun,
yaitu 19 orang ( 63,3 %). Sebagian besar responden adalah laki- laki sebanyak 18 orang
(60%) dan mayoritas pendidikan adalah sekolah menengah atas 15 orang (50%). Pekerjaan
sebagian besar responden sebagai buruh dan karyawan.

Tabel 2.
Dukungan Keluarga (n=30)
Dukungan keluarga f %
Rendah 0 0
Sedang 4 13,3
Tinggi 26 86,7

Tabel 2 dapat diketahui bahwa sebagian besar dukungan keluarga kategori tinggi yaitu
sebanyak 26 orang (86,7%).

Tabel 3.
Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Gagal Jantung Kongestif (n=30)
Tingkat Kecemasan f %
Tidak cemas 19 63,3
Cemas ringan 8 26,7
Cemas sedang 1 3,3
Cemas berat 2 6,7
Cemas berat sekali 0 0

Tabel 3 dapat diketahui bahwa keluarga pasien tidak cemas, yaitu sebanyak 19 orang (63,3
%). Pasien yang mengalami cemas ringan sebanyak 8 orang (26,7 %) dan 1 orang (3,3 %)
mengalami cemas sedang, Pasien yang mengalami cemas berat 2 orang (6,7 %).

226
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 11 No 1, Hal 223 - 230, Januari 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Tabel 4.
Analisis Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Pasien (n=30)
Hasil uji rank spearmen rho P value
Dukungan Keluarga* tingkat kecemasan pasien 0,405 0,026

Tabel 4 dapat diketahui bahwa responden yang mendapatkan dukungan keluarga tinggi dan
tidak mengalami kecemasan yaitu sebanyak 18 orang (60 %), cemas ringan 7 orang (23,3%),
cemas sedang 1 orang (3,3%) dan responden yang mendapatkan dukungan keluarga sedang
tidak cemas 2 orang (3,3%), cemas ringan 1 orang (3,3%0, dan cemas berat yaitu sebanyak 2
orang (6,7 %). Berdasarkan hasil uji statistik Spearman Correlation, didapatkan rho sebesar
0,405 berarti ada kekuatan hubungan sedang dengan arah korelasi negative yang artinya
semakin tinggi dukungan keluarga maka kecemasan semakin ringan. Berdasarkan hasil p-
value sebesar 0,026≤ α (0,05), maka Ho di tolak dan Ha di terima berarti ada hubungan
dukungan keluarga dengan tingkatkecemasan pada pasien gagal jantung kongestif di ruang
rawat inap Rumah Sakit Paru dr Ario Wirawan.

PEMBAHASAN
Dukungan Keluarga Pasien Gagal Ginjal Kronis
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa sebagian besar pasien mendapat
dukungan keluarga yang tinggi yaitu sebanyak 26 orang (86,7 %), dukungan keluarga sedang
4 orang(13,3 %). Dari hasil penelitian di temukan pendampingan keluarga masih kadang-
kadang, keluarga tidak mendengarkan setiap kali mengeluh, keluarga kadang membiayai
perawatan dan pengobatan, keluarga tidak memberitahu mengenai hasil peemeriksaan dokter,
keluarga kadang kadang mengingatkan minum obat. Ini sejalan dengan hasil penelitian
sebelumnya yaitu dukungan keluarga pada pasien gagal jantung kongestif dari 42 orang
responden terdapart 26 responden mengatakan dukungan keluarga cukup. Dukungan keluarga
adalah bantuan yang diberikan oleh anggota keluarga yang lain sehingga akan memberikan
kenyamanan (Dewi, 2018). Dukungan keluarga adalah suatu bentuk perilaku melayani yang
dilakukan oleh keluarga baik dalam bentuk dukungan emosional, penghargaan/penilaian,
informasional dan instrumental. Pasien gagal jantung tanpa keluarga kesulitan bersosialisasi
dan sangat rentan terhadap perawatan diri yang buruk (Sandra B, 2008).

Hasil penelitian responden yang mengalami kecemasan sedang ada 2 responden yang mampu
melakukan mekanisme koping yang adaptif dikarenakan mereka mendapat ketenangan batin
dan mendapat dukungan keluarga yang kuat supaya lekas sembuh. Jadi meskipun mereka
mengalami sesak nafas, nyeri dada dan rasa takut akan kematian, akan tetapi berkat kehadiran
anggota keluarga yang selalu menemani dan memberikan dukungan positif, mereka mampu
mengendalikan kecemasan- nya dengan baik dan mau mematuhi semua prosedur pengobatan
sehingga mereka mampu melakukan mekanisme koping yang adaptif (Ransun et al., 2013).

Berdasarkan penelitian Nurpeni dkk, dari 60 responden didapatkan data bahwa sebagian besar
responden memiliki dukungan keluarga cukup yaitu sebanyak 22 responden (36,7%) dan yang
paling sedikit 10 responden (16,7%) memiliki dukungan keluarga sangat baik. Berbeda
dengan penelitian yang dilakukan Utami dkk, 2013 menunjukkan bahwa dari 95 responden
dengan kanker serviks mempunyai dukungan keluarga yang tinggi terhadap pasien yaitu
sebanyak 76 responden (80%) dan dukungan keluarga sedang yaitu sebanyak 19 responden
(20%). Sebagian besar responden memiliki dukungan keluarga cukup yaitu sebanyak 22
responden (36,7%). Adanya dukungan keluarga yang cukup atau bahkan tinggi, maka pasien
akan merasa lebih tenang dan nyaman dalam menjalani proses perawatan, Seluruh responden
mengatakan dukungan keluarga merupakan salah satu elemen penting dalam menunjang

227
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 11 No 1, Hal 223 - 230, Januari 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

proses perawatannya dan mengurangi kecemasan yang mereka rasakan selama proses
perawatan (Nurpeni et al., 2013).

Tingkat Kecemasan Pasien Gagal Jantung Kongestif


Hasil penelitian, dapat diketahui bahwa sebagian besar pasien tidak cemas, yaitus ebanyak 19
orang (63,3 %). Pasien yang mengalami cemas ringan sebanyak 8 orang (26,7 %),dari hasil
penelitian pasien lesu, tidak bisa istirahat tenang, terbangun pada malam hari, berdebar debar,
nadi cepat, denyut nadi meningkat, mudah berkeringat, pusing. Pasien yang mengalami cemas
sedang 1 orang (3,3 %). Pasien dengan cemas sedang dengan merasakan cemas, firasat buruk,
takut pada pikiran diri sendiri, mudah tersinggung, merasa tegang, lesu, tak bisa istirahat
tenang, terbangun pada malam hari, sedih, bangun dini hari, merassa lemah, muka merah atau
pucat, berdebar debar, nadi cepat, nyeri pada dada, denyut nadi meningkat, rasa lemah seperti
mau pingsan, mual, muntah, perut melilit, gangguan pencernaan, nyeri lambung sebelum dan
sesudah makan, mudah berkeringat, pusing, gelisah. Dua orang (6,7 %) mengalami cemas
berat. Pasien cemas berat dengan merasakan cemas, firasat buruk, takut pada pikiran diri
sendiri, mudah tersinggung,merasa tegang, lesu, tak bisa istirhat tenang, mudah
terkejut,gemetar atau gelisah, takut di tinggal sendiri, takut pada kerumunan orang, takut pada
orang sing,sukar tidur, terbangun pada malam hari, mimpi buruk, mimpi yang menakutkan,
daya ingat buruk, sulit konsentrsi, sering bingung, kehilangan minat, sedih, bangun dini hari,
perasaan yang berubah sepanjang hari, nyeri otot, kaku, penglihatan kabur, merasa lemah,
pucat,berdebar, nadi cepat, nyeri dada, denyut nadi cepat, nyeri dada, denyut nadi meningkat,
mau pingsan, rasa tertekanpada dada, sesak nafas, mual, mutah,nyeri lambung, sering
kencing, tidak dapat menahan kencing, mjdah berkeringat, muka merah, gelisah,muka tegang,
napas pendek dan cepat.

Hasil penelitian ini berbeda dengan peneliti sebelumnya dimana responden yang memiliki
kecemasan berat ada 36,8%, kategori sedang 47,9% dan kategori ringan 15,3% (Taufik &
Hasibuan, 2018). Menurut analisa peneliti,dukungan keluarga sangat berpengaruh terhadap
kecemasan pasien gagal jantung kongestif di ruang rawat inap, meski ada beberapa pasien
yang masih mengalami cemas ringan, cemas sedang dan cemas berat. Perawatan berulang dan
pengobatan yang lama dapat menyebabkan gangguan pada aspek psikologis atau stresor
psikososial yang memicu adanya emosi negatif seperti kecemasan, depresi, rasa putus asa,
rasa kawatir, dan rasa takut kematian (Taufik & Hasibuan, 2018).

Responden dalam penelitian ini mengalami cemas ringan, sedang dan berat. Tanda dan gejala
cemas yang dirasakan oleh pasien gagal jantung kongestif antara lain penurunan konsentrasi,
khawatir, sedih, lapang persepsi menyempit, kurang nafsu makan, keringat dingin, sulit tidur,
merasa takut dan penurunan minat dalam beraktivitas. Berdasarkan hasil penelitian dapat
diketahui bahwa responden yang mendapatkan dukungan keluarga tinggi, sebagian besar
tidak mengalami kecemasan yaitu sebanyak 19 orang (63,3 %), pasien yang mengalami cemas
ringan sebanyak 8 orang (26,7 %),pasien yang mengalami cemas sedang 1 orang (3,3 %) dan
2 orang (6,7 %) mengalami cemas berat. Berdasarkan hasil uji statistic Spearman Correlation,
didapatkan p-value sebesar 0,021≤ α (0,026), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan keluarga pasien di Ruang Rawat
Inap Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga.

SIMPULAN
Dukungan keluarga dibutuhkan oleh pasien gagal jantung kongestif baik dukungan informatif,
materiil, emosional dan penghargaan. Dukungan keluarga sebagian besar dalam kategori
tinggi sebanyak 26 orang (86,7 %), sedangkan tingkat kecemasan pasien gagal jantung

228
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 11 No 1, Hal 223 - 230, Januari 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

kongestif di Ruang rawat inap sebagian besar tidak mengalami kecemasan sebanyak 19 orang
(63,3 %). Hasil penelitian menunjukkan adanyan ada hubungan bermakna dukungan keluarga
dengan tingkat kecemasan pasien ditunjukkan dengan p value 0.000.

DAFTAR PUSTAKA
Adebayo, S., Olunuga, T., Durodola, A., & Ogah, O. (2017). Quality of life in heart failure: A
review. Nigerian Journal of Cardiology, 14(1), 1. https://doi.org/10.4103/0189-
7969.201914
Akhmad, A. N. (2018). Kualitas hidup pasien Gagal Jantung Kongestif (GJK) Berdasarkan
karakteristik Demografi. Jurnal Keperawatan Soedirman, 11(1), 27.
https://doi.org/10.20884/1.jks.2016.11.1.629
Dewi, L. (2018). Gambaran Dukungan Keluarga Pada Pasien Gagal Jantung Kongestif di
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta. Jurnal Keperawatan, 17.
http://eprints.ums.ac.id/64206.
Douglas L. Mann, M. F. (2010). Heart Failure A Companion to Braunwald’s Heart Disease.
St. Louis, Missouri: Elsevier Saunders.
Frieadman. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset,Teori dan Praktek. Jakarta: EGC
Ladwig, K. H., Lederbogen, F., Albus, C., Angermann, C., Borggrefe, M., Fischer, D.,
Fritzsche, K., Haass, M., Jordan, J., Jünger, J., Kindermann, I., Köllner, V., Kuhn, B.,
Scherer, M., Seyfarth, M., Völler, H., Waller, C., & Herrmann-Lingen, C. (2014).
Position paper on the importance of psychosocial factors in cardiology: Update 2013.
GMS German Medical Science, 12(1), 1–24. https://doi.org/10.3205/000194
Lainscak, M., Spoletini, I., & Coats, A. (2017). Definition and Classification of Heart Failure.
International Cardiovascular Forum Journal, 10, 3–7.
https://doi.org/10.17987/icfj.v10i0.419
Lawson, C. A., Zaccardi, F., Squire, I., Okhai, H., Davies, M., Huang, W., Mamas, M., Lam,
C. S. P., Khunti, K., & Kadam, U. T. (2020). Risk factors for heart failure: 20-year
population-based trends by sex, socioeconomic status, and ethnicity. Circulation: Heart
Failure, February. https://doi.org/10.1161/CIRCHEARTFAILURE.119.006472
Nurpeni, Made, R. K., Prapti, N. K. G., & Kusmarjathi, N. K. (2013). Hubungan Dukungan
Keluarga dengan Tingkat Kecemasan pada Pasien Kanker Payudara (Ca Mammae) di
Ruang Angsoka Iii Rsup Sanglah Denpasar. Psychology Applied to Work: An
Introduction to Industrial and Organizational Psychology, Tenth Edition Paul, 53(9),
1689–1699.
Ransun, D., Pijoh, J., & Kanine, E. (2013). Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan
Mekanisme Koping Pada Pasien Gagal Jantung Kongestif Di Irina F Blu Rsup Prof. Dr.
R.D. Kandou Manado. Jurnal Ilmiah Perawat Manado, 2(1), 92886.
Sandra B, et al. (2008). Family Influences on Heart Failure Self Care and Outcomes. J
Cardiovasc Nurs, 23(1), 1–7.
https://doi.org/10.1097/01.JCN.0000305093.20012.b8.Family
Shahriari, M., Ahmadi, M., Babaee, S., Mehrabi, T., & Sadeghi, M. (2013). Effects of a
family support program on self-care behaviors in patients with congestive heart failure.

229
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 11 No 1, Hal 223 - 230, Januari 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Iranian Journal of Nursing and Midwifery Research, 18(2), 152–157.


http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23983746%0Ahttp://www.pubmedcentral.nih.go
v/articlerender.fcgi?artid=PMC3748572
Safetyka, R. 2019. Gambaran Masalah Psikologis pada Pasien Gagal Jantung di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta. Program Studi S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta.http://eprints.ums.ac.id/72604/12/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf
Taufik, M., & Hasibuan, D. (2018). DI MURNI TEGUH MEMORIAL HOSPITAL. 1(1), 38–
43.
Zhu, Y., Sun, R., & Dong, E. (2016). Heart failure research in China: current status and future
direction. Science Bulletin, 61(23), 1793–1801. https://doi.org/10.1007/s11434-016-
1208-6

230

Anda mungkin juga menyukai