PENDAHULUAN
karena kekurangan oksigen yang diakibatkan oleh adanya gangguan aliran darah
ke otak. Stroke terbagi menjadi dua kategori diantaranya yaitu stroke iskemik
(85%) dan stroke hemoragik (15%). Stroke iskemik diakibatkan oleh adanya
Hal ini akan menyebabkan gangguan fungsi di bagian otak dan dapat
menimbulkan gangguan fisik dalam jangka waktu yang panjang bahkan kematian
(Smeltzer & Bare, 2010). Stroke merupakan 10% penyebab kematian di seluruh
tepat. Stroke dapat menjadi penyebab keempat dari kecacatan pada tahun 2030
yang akan datang (Arofah, 2011, dalam Riyanto, 2017). Menurut World Health
di Eropa sekitar 650.000 setiap tahun. Di negara maju, angka kejadian stroke
menurun, sebagian besar karena upaya untuk menurunkan tekanan darah dan
1
2
kematian dan kecacatan yang utama di Indonesia. Provinsi Jawa Barat dalam
rentang tahun 2013-2018 didapatkan data pada tahun 2013 penderita stroke 7%
dan pada tahun 2018 meningkat menjadi 10,9% (Riset Kesehatan Dasar, 2018).
pasienpun mengalami keadaan bedrest total bahkan sampai koma yang dapat
mengancam jiwa (Muhlisin, 2013; Kanggeraldo, 2018). Dari uraian di atas gejala-
gejala tersebut sangat berbahaya. Dapat disimpulkan dari uraian diatas, jika pasien
harus dibantu.
waktu yang lama (seumur hidup), karena stroke hanya dapat dikurangi bukan
oleh karenanya peran keluarga sangat penting untuk membantu pasien dalam
merubah pola kebiasaan hidup keluarga, perawatan dan pengobatan secara teratur
mempunyai motivasi dan dukungan yang kuat dari keluarga yang merawatnya
dan ketegangan, karena stres itu dapat ditimbulkan karena masalah kesehatan.
Setiap penyakit, berat atau ringan (Hartono, 2007). Ketika ada salah satu anggota
keluarga yang sakit, pasti seluruh anggota keluarga akan menjadi stres dan tidak
bisa tidur pulas. Stres yang normal itu merupakan suatu reaksi alamiah yang
dapat tidur, gejala-gejala tersebut yaitu reaksi non-spesifik dari pertahanan diri
adrenalin dan memicu jantung berdenyut lebih cepat dan lebih kuat, sehingga
tekanan darah menjadi naik, lalu aliran darah ke otak, paru-paru, dan otot
perifer meningkat. Apabila stres berlangsung dalam waktu yang cukup lama,
patologis berupa hipertensi, dan serangan jantung. Jika hipertensi sudah timbul,
(Hartono, 2007). Stres dapat bersumber dari dalam diri individu, dan sumber stres
Sebelum timbul komplikasi kesehatan yang serius akibat stres, ada gejala-
gejala awal berupa gangguan fisik ataupun mental. Beberapa gejala awal akibat
dari stres dapat terbagi menjadi keluhan somatik, psikis, dan juga gangguan
psikomotor. Keluhan somatik atau sakit seperti contohnya nyeri dada, sakit
kepala, dan gangguan cerna. Sedangkan keluhan psikis berupa putus asa, mudah
bahwa, tingkat stres family caregiver menunjukkan bahwa hampir setengah dari
dari responden yaitu 30 orang (40,3%) memiliki tingkat stres ringan dan hanya
sebagian kecil dari responden yang memiliki tingkat stres berat yaitu 8 orang
(10,4%). Penelitian tersebut dilakukan kepada family caregiver pasien stroke yang
mengunjungi poli saraf dan rehabilitasi medis di RSUD Sayang di Cianjur. Hasil
mengalami stres dikarenakan beban yang tinggi ketika merawat anggota keluarga
yang sakit. Hal tersebut terjadi dikarenakan, ketika merawat anggota keluarga
yang menderita stroke d irumah, keluarga yang merawat tersebut selain merawat
rumahnya tidak ada yang membantu, maka timbulah stres dalam merawat pasien
stroke tersebut.
karena penelitian yang telah dilakukan di ruang rawat inap pasien stroke, yang
Peneliti ingin mengetahui apakah keluarga yang merawat pasien stroke di rumah
5
sakit khususnya di ruang rawat inap lebih tinggi tingkat stresnya dibandingkan
stroke di rumahnya.
melakukan sebanyak mungkin kegiatan yang dapat mereka lakukan dan hidup
semandiri mungkin (Feigin et al., 2007; Astuti, 2010). Pemberian bantuan dan
pikiran, tenaga, emosi dan juga memiliki orientasi pemenuhan kebutuhan pada
keluarga yang merawat (Lutz & Young, 2010). Dapat disimpulkan dari penelitian
diatas bahwa stres keluarga disebabkan oleh faktor tingkat kemandirian pasien,
pasien stroke tersebut. Dari uraian tersebut dapat mempengaruhi munculnya stres
pada keluarga ketika merawat anggota keluarga yang menderita stroke (Losada,
Perez, Sanchez, Marcos, Rios, Carrera et al., dalam Okoye & Asa, 2011). Ketika,
keluarga yang merawat itu muncul stres dalam batas wajar/normal, maka stres
tersebut tidak akan berpengaruh buruk terhadap diri keluarga yang merawat pasien
stroke tersebut. Stres yang berpengaruh buruk terhadap diri keluarga yang
merawat penderita stroke itu apabila muncul stres yang berlangsung lama.
dan keluarga yang merawat penderita stroke menemukan aspek stres berat yang
dihadapi oleh keluarganya (Haley et al., 2009; Godwin, 2012). Pada penelitian
6
mengalami stres itu dikarenakan keluarga yang merawat pasien stroke berfokus
pada kebutuhan dasar pada pasien stroke yang harus terpenuhi. Banyak penderita
stroke yang berjuang untuk hidup dengan penyakit stroke yang dideritanya
RSUD dr. Slamet Garut, terdapat data pasien stroke pada tahun 2017 baik yang
rawat jalan maupun yang rawat inap sebanyak 683 orang. Berikut data stroke
pasien rawat inap di ruang Cempaka bulan Oktober 2018 terdapat 76 pasien.
yang dilaksanakan oleh peneliti di Ruang Cempaka RSUD dr. Slamet Garut pada
lima anggota keluarga yang merawat pasien stroke. Tiga anggota keluarga
mengatakan bahwa mereka merasa cemas, lelah, dan kesulitan untuk tidur ataupun
keluarganya. Sehingga, berdampak buruk kepada pasien stroke tersebut, yaitu bisa
keluarga kurang. Pasien mengatakan tidak ada harapan untuk sembuh seperti
semula. Kemudian, dua orang anggota keluarga lainnya mengatakan merasa tidak
keluarganya, maka akan berdampak lebih buruk terhadap motivasi pasien stroke
keluarga yang merawat telah timbul tanda-tanda stres ketika merawat, maka
RSUD dr. Slamet Garut, berada di tingkat manakah stres keluarga yang merawat
anggota keluarga penderita stroke tersebut. Ruangan Cempaka RSUD dr. Slamet
Garut merupakan stroke center yang berada di RSUD dr. Slamet tersebut. Ketika
keluarga yang merawat di Ruangan Cempaka itu mengalami stres, dapat menjadi
anggota keluarga penderita stroke di Ruang Cempaka RSUD dr. Slamet Garut.”
yang merawat anggota keluarga penderita stroke di Ruang Cempaka RSUD dr.
Slamet Garut.
yang merawat anggota keluarga penderita stroke di Ruang Cempaka RSUD dr.
Slamet Garut.
1.4.1 Teoritis
keluarga yang merawat anggota keluarga penderita stroke di rawat inap rumah
sakit.
1.4.2 Praktis
Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi
perawat agar lebih menyadari kondisi keluarga pasien stroke tersebut sehingga
atau gangguan kognitif sehingga dapat memunculkan beban baik bagi penderira
stroke maupun keluarga yang merawatnya. Dampak yang dialami pasien dapat
terjadi secara fisik maupun emosional. Dampak fisiknya tersebut ialah paralisis,
minat yang kurang pada aspek yang dulu disukai (Stroke Association, 2015).
kegiatan yang dapat mereka lakukan dan hidup semandiri mungkin (Feigin et
al., 2007; Astuti, 2010). Peran baru sebagai seorang keluarga yang merawat
terhadap pasien stroke dan berkurangnya waktu yang tersedia untuk memikirkan
sosial dari keluarga yang merawat penderita stroke tersebut (Pierce et al., 2012,
dalam Cheng et al., 2014). Tingkatan stres dalam penelitian ini terbagi dalam tiga
tingkatan, yaitu ringan, sedang, dan berat yang disesuaikan dengan hasil ukur
penelitian
10
merawat anggota keluarga penderita stroke di Ruang Cempaka RSUD dr. Slamet
Garut.
1
Hal yang terjadi atau dampak pada penderita stroke yang menyebabkan keluarga menjadi stres
Dampak bagi pasien baik fisik maupun emosional.
Dampak jangka
Jumlah biaya.
panjang dari
STROKE Perawatan stroke memerlukan waktu yang lama.
Ketergantungan pasien terhadap keluarga.
penyakit Stroke
Sedang
Berat
Mempengaruhi asuhanyang
diberikan keluargapadapasien
stroke
Keterangan : Diteliti